Disusun oleh :
Riana Khairunnisa (1906400444)
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Prevalensi gangguan jiwa di Indonesia dalam beberapa tahun ini tampaknya masih tinggi.
Berdasarkan pada Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, diketahui terdapat lebih dari 19 juta
penduduk berusia lebih dari 15 tahun yang mengalami gangguan mental, dan 12 juta lebih
penduduk mengalami depresi (Kemenkes, 2021). Saat ini, adanya pandemi COVID-19 juga
menyebabkan semakin banyaknya masalah kejiwaan yang terjadi, mulai dari yang ringan, sedang,
hingga berat.
Mencari dan melakukan pengelolaan pada klien di lingkungan sekitar, menurut saya
merupakan salah satu bentuk kontribusi untuk membantu orang-orang yang mengalami masalah
kejiwaan namun belum mau terbuka atau belum mendapatkan bantuan untuk menangani masalah
tersebut.
PEMBAHASAN
Klien JW merupakan seorang remaja perempuan berusia 14 tahun yang saat ini duduk di
bangku kelas 1 SMP. Satu tahun yang lalu, klien pernah mengalami kejadian tidak menyenangkan,
yaitu menjadi korban pelecehan. Setelah kejadian itu, klien sering dihardik oleh warga sekitar, hingga
klien dan keluarga memutuskan untuk pindah ke lingkungan rumah yang baru. Selama berada di
lingkungan baru, klien mengatakan jarang berinteraksi dengan tetangga sekitar dan lebih senang
menetap di rumah. Klien juga menyatakan dirinya sering merasa malu dan canggung, serta sulit
berkenalan dengan orang baru. Walaupun demikian, klien masih melakukan aktivitas sehari-hari
seperti bersekolah, membantu orang tua membereskan rumah, dan mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama interaksi, klien pasif, sering menunduk,
tampak lesu dan kurang bersemangat, cenderung lambat dalam menjawab pertanyaan, dan terkadang
kurang fokus.
Pada kasus klien JW ini, ditegakkan dua diagnosis keperawatan yaitu Harga Diri Rendah
Situasional dan Risiko Sindrom Pasca Trauma. Adapun saya menjadikan Harga Diri Rendah
Situasional sebagai diagnosis keperawatan utama, karena tanda gejala yang saat ini paling menonjol
dalam diri klien mengarah pada diagnosis tersebut. Untuk diagnosis lainnya, tanda gejala yang ada
pada klien baru mengarah ke risiko terjadinya sindrom pasca trauma, karena belum terlihat adanya
masalah keperawatan yang menonjol berkaitan dengan sindrom pasca trauma.
Etiologi dari diagnosis keperawatan ini berkaitan dengan kasus klien JW adalah riwayat klien
yang pernah mengalami pelecehan seksual dan riwayat penghardikan oleh tetangga sekitar.
Data subjektif yang didapatkan dari pengkajian, dan mendukung ditegakkannya diagnosis
Harga Diri Rendah Situasional meliputi: (1) klien mengatakan sering merasa malu, (2) klien
mengatakan sering merasa canggung, dan (3) klien mengaku sulit untuk berteman dengan orang baru.
Adapun data objektif yang didapatkan berdasarkan pengamatan perawat, dan mendukung
ditegakkannya diagnosis Harga Diri Rendah Situasional meliputi: (1) klien berbicara dengan pelan
dan ragu-ragu, (2) klien tampak sering menunduk dan kurang kontak mata, (3) klien tampak kurang
konsentrasi, kurang bersemangat, dan lesu, (4) klien sangat pasif dalam berinteraksi, dan (5) klien
mengatakan akhir-akhir ini jarang berinteraksi dengan tetangga sekitar dan lebih suka di rumah.
Etiologi dari diagnosis keperawatan ini berkaitan dengan kasus klien JW adalah riwayat klien
yang pernah mengalami kejadian traumatis, yakni pelecehan.
Data subjektif yang didapatkan dari pengkajian, dan mendukung ditegakkannya diagnosis
Risiko Sindrom Pasca Trauma yakni klien menghindari pembicaraan terkait dengan kejadian trauma.
Setiap kali perawat menanyakan pertanyaan yang mengarah atau sedikit menyinggung tentang
kejadian tidak menyenangkan yang terjadi di masa lalu, klien tampak enggan dan sungkan untuk
menjawabnya.
Data objekif yang didapatkan dari pengamatan perawat, dan mendukung ditegakkannya
diagnosis Risiko Sindrom Pasca Trauma meliputi: (1) klien mengalami mimpi buruk tentang suatu
kejadian, (2) tidur klien sering tidak nyenyak, (3) selama berinteraksi, klien sering kurang konsentrasi,
dan (4) minat klien untuk berinteraksi dengan orang lain berkurang, hal ini dibuktikan dengan klien
yang enggan untuk ke luar rumah dan lebih senang jika di dalam rumah.
Pada kasus klien JW, faktor predisposisi yang memicu timbulnya masalah keperawatan adalah
kejadian traumatis, dimana klien mengalami pelecehan seksual sekitar satu tahun yang lalu.
Pelecehan tersebut dilakukan oleh oknum tetangga klien yang sudah berusia lanjut. Setelah pelecehan
tersebut diketahui warga, warga sering menghardik dan memarahi klien, sehingga klien merasa takut,
malu, dan merasa rendah diri. Jika dibuat pohon masalah keperawatannya, maka dari kejadian
traumatis tersebut muncullah dua masalah keperawatan utama, yakni Harga Diri Rendah Situasional
dan Risiko Sindrom Pasca Trauma.
Sesuai dengan kutipan dari Khiron Clinics (2019), kejadian traumatis dikatakan dapat menjadi
penyebab munculnya kondisi harga diri rendah. Salah satunya, karena trauma dapat menurunkan
rentang perhatian klien, yang akhirnya akan membawa pengaruh buruk terhadap hidup klien,
sehingga dapat memunculkan harga diri rendah. Hal ini sesuai dengan kondisi klien JW, yang
memang selama interaksi seringkali kurang konsentrasi dan terkadang membutuhkan waktu berpikir
yang lama untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. Keluarga klien juga mengatakan bahwa klien
sempat mengalami penurunan di bidang akademis. Selain karena penurunan rentang perhatian,
kejadian traumatis ini juga menimbulkan riwayat penghardikan terhadap klien yang dilakukan oleh
warga sekitar, begitu warga mengetahui bahwa klien merupakan korban pelecehan. Hal ini
menimbulkan rasa malu dan rendah diri pada klien, yang akhirnya mengharuskan klien untuk pindah
ke lingkungan rumah yang baru.
Seperti yang diketahui, kejadian traumatis juga dapat menyebabkan Sindrom Pasca Trauma.
Dalam istilah medis, seringkali disebut dengan PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder). Menurut
Mayo Clinic (2018), gejala PTSD dapat muncul satu bulan setelah kejadian traumatis terjadi, namun
terkadang gejala baru muncul bertahun-tahun setelah kejadian traumatis. Gejala yang
mengindikasikan PTSD meliputi munculnya ingatan-ingatan yang mengganggu, perilaku
menghindar, perubahan negatif pada pola pikir dan mood, serta perubahan pada reaksi fisik dan emosi
dimana klien menunjukkan iritabilitas, mudah tersinggung, rasa malu dan bersalah yang berlebihan,
mudah marah, hingga perilaku agresif. Berdasarkan pada hal tersebut, saya melihat bahwa klien JW
belum menunjukkan tanda gejala yang mengindikasikan secara kuat bahwa ia saat ini sedang
mengalami sindrom pasca trauma atau PTSD. Namun, memang terdapat beberapa gejala pada diri
klien yang mulai mengarah ke risiko sindrom pasca trauma, seperti munculnya ingatan yang
mengganggu (klien sering mimpi buruk tentang suatu kejadian), menghindari berbicara tentang
kejadian traumatis, sulit berinteraksi, mudah takut, dan sulit berkonsentrasi. Oleh karena itu, saya
menyimpulkan bahwa kejadian traumatis yang dialami klien menyebabkan klien mengalami masalah
keperawatan Risiko Sindrom Pasca Trauma.
2.4.1. Implementasi
Implementasi asuhan keperawatan pada klien dilakukan selama empat kali pertemuan. Pertemuan
pertama dilakukan pada hari Selasa, 14 Desember 2021. Di pertemuan pertama, saya memfokuskan
pada pengkajian kesehatan jiwa secara komprehensif dan pengkajian SRQ pada klien, untuk
mengetahui masalah keperawatan pada klien. Pertemuan pertama dilakukan selama kurang lebih 40
menit, yakni dari pukul 16.00 hingga 16.40 WIB. Setelah itu, kami melakukan pertemuan kedua di
hari Rabu, 15 Desember 2021. Pada pertemuan kedua, saya memfokuskan pada intervensi pengkajian
aspek positif dan latihan aspek positif klien. Pertemuan kedua dilakukan selama kurang lebih 60
menit, yakni dari pukul 16.00 hingga 17.00 WIB. Setelah pertemuan kedua, dilakukan pertemuan ke
tiga di hari Kamis, 16 Desember 2021. Fokus intervensi di hari ketiga adalah melakukan latihan
berkenalan, latihan bercakap-cakap, serta sharing tentang cara mencapai harapan dan cita-cita klien.
Pertemuan hari ketiga dilakukan selama kurang lebih 45 menit, yakni dari pukul 19.00 hingga 19.45
WIB. Selanjutnya adalah pertemuan terakhir, yakni pertemuan keempat yang dilakukan pada hari
Rabu, 22 Desember 2021. Seharusnya pertemuan keempat dilakukan lebih awal, namun karena klien
terkendala, jadi baru dapat dilakukan pada tanggal tersebut. Di pertemuan keempat, fokus intervensi
yang saya lakukan yakni mengevaluasi kondisi klien secara komprehensif, edukasi tentang cara
meningkatkan kualitas tidur agar tidur klien nyenyak dan terhindar dari mimpi buruk, edukasi tentang
pengendalian rasa takut dan cemas jika klien mengingat kejadian buruk atau mimpi buruk, serta
edukasi tentang pentingnya meningkatkan kegiatan spiritual. Pertemuan keempat dilakukan selama
40 menit, yakni dari pukul 17.00 hingga 17.40 WIB. Pertemuan terakhir ini ditutup dengan foto
bersama.
2.4.2. Evaluasi
Berdasarkan evaluasi secara objektif, saya melihat bahwa klien menunjukkan kemajuan yang
cukup baik. Hal ini terlihat dari klien yang semula pada pertemuan awal masih terlihat pasif, malu-
malu, banyak diam, kurang kontak mata, dan menunjukkan perilaku tertutup, mulai menunjukkan
perubahan positif di setiap pertemuan. Di pertemuan keempat, menurut saya klien menunjukkan
kemajuan yang cukup signifikan, dimana klien sudah mau banyak bercerita, terlihat lebih nyaman,
mulai terbuka, dan tampak lebih bersemangat dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya.
Berdasarkan evaluasi secara subjektif, di setiap pertemuan klien dapat menyebutkan kembali hal-
hal yang sudah didiskusikan bersama, walaupun terkadang masih membutuhkan bantuan dalam
menjawab. Selain itu, klien juga sudah mampu meredemonstrasikan latihan yang dilakukan pada
beberapa pertemuan, walaupun klien masih malu-malu dalam melakukannya. Klien juga mengatakan
senang dapat mengobrol mengenai banyak hal dalam hidupnya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulannya, laporan ini dibuat berdasarkan pengelolaan terhadap klien JW (14) dengan
masalah psikososial. Adapun masalah keperawatan yang saat ini dialami oleh klien JW adalah Harga
Diri Rendah Situasional (HDRS) dan Risiko Sindrom Pasca Trauma. Berdasarkan pada pohon masalah
keperawatan, masalah HDRS dan Risiko Sindrom Pasca Trauma dapat terjadi akibat faktor predisposisi
berupa kejadian traumatis yang dialami oleh klien 1 tahun yang lalu. Untuk mengatasi masalah
keperawatan tersebut, maka dilakukan pengelolaan selama empat kali pertemuan. Dari pertemuan
pertama sampai pertemuan terakhir, klien JW menunjukkan perubahan positif yang cukup signifikan.
3.2. Saran
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan banyak
perbaikan. Oleh karena itu, saya berharap jika pembaca dapat memberikan kritik, masukan, maupun
saran, agar ke depannya saya dapat memaksimalkan penyusunan laporan-laporan berikutnya. Terlepas
dari itu, saya juga berharap agar makalah ini bisa meningkatkan pengetahuan dan membawa manfaat
bagi pembaca.
LAMPIRAN
A. Format Pengkajian
I. IDENTITAS KLIEN
Aniaya fisik
✓ 13
Aniaya seksual
Penolakan
Tindakan kriminal
Jelaskan No. 1, 2, 3 : Satu tahun yang lalu, klien JW pernah menjadi korban
pelecehan yang dilakukan oleh oknum tetangganya sendiri di lingkungan rumahnya yang dulu
Masalah Keperawatan : -
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : klien pernah menjadi korban pelecehan yang
dilakukan oleh oknum tetangganya yang sudah berusia lanjut. Setelah kejadian itu, klien
mengatakan banyak warga sekitar yang menghardik dan memarahinya. Karena
ketidaknyamanan itu, akhirnya klien dan keluarga memutuskan untuk pindah ke lingkungan
rumah yang baru.
III. FISIK
2. Ukur : TB : - BB : -
Jelaskan : Klien mengatakan tidurnya tidak lelap, sulit berpikir jernih, sering
1. Genogram
50 65
21 20 14
Jelaskan : Klien tinggal di rumah bersama orang tua, 1 kakak laki-laki, dan 1 kakak
perempuan. Ibu klien berusia 50 tahun dan Bapak klien berusia 65 tahun. Sementara itu, kakak
pertama klien merupakan seorang laki-laki berusia 21 tahun, dan kakak kedua merupakan
seorang perempuan berusia 20 tahun.
Masalah Keperawatan :-
2. Konsep diri
b. Identitas : Klien dapat mengidentifikasi dirinya sebagai siswa SMP dan sebagai
anak paling kecil di rumah
d. Ideal diri : Klien berharap dapat mengikuti pembelajaran di sekolah dengan lebih
baik dan lebih percaya sendiri serta pandai dalam bergaul
e. Harga diri : Klien mengatakan dirinya pemalu, sering merasa canggung, dan sulit
untuk berteman dengan orang baru. Namun, klien mengatakan ia adalah anak yang rajin
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : Klien tidak begitu sering berinteraksi
dengan tetangga di sekitar rumah, dan lebih senang di rumah karena ada kakak perempuannya.
Dulu klien termasuk anak yang sering bermain di luar rumah, namun untuk sekarang ini sudah
jarang
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang lain : Klien mengatakan sering merasa malu,
canggung, dan sulit untuk memulai percakapan dengan orang baru
4. Spiritual
Masalah Keperawatan : -
V. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Masalah Keperawatan : -
2. Pembicaraan
lelaskan : Dalam interaksi, klien sangat pasif. Beberapa kali saat diberikan pertanyaan, klien
hanya terdiam atau hanya menjawab dengan jawaban yang singkat. Klien juga berbicara dengan
pelan dan terdengar ragu-ragu
3. Aktivitas Motorik:
4. Alam perasaaan
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah Situasional dan Risiko Sindrom Pasca
Trauma
5. Afek
Jelaskan : Afek klien tumpul cenderung datar. Klien hanya tersenyum kecil jika ada stimulan
yang kuat
Masalah Keperawatan : -
Jelaskan : Saat berinteraksi klien sering menunduk, pasif, sering terdiam ketika ditanya, jawaban
yang diberikan singkat, dan terkadang kurang konsentrasi sehingga salah mengartikan makna
dari pertanyaan yang diberikan
7. Persepsi
Pengecapan Penghidu
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -
8. Proses Pikir
Jelaskan : Klien sering kurang konsentrasi, sehingga terkadang salah memaknai pertanyaan yang
diberikan
9. Isi Pikir
Jelaskan: -
Masalah Keperawatan : -
Disorientasi
Masalah Keperawatan : -
11. Memori
Masalah Keperawatan :
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Jelaskan : Terkadang klien kurang konsentrasi, dan konsentrasi klien juga mudah teralihkan oleh
hal lain
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -
1. Makan
2. BAB/BAK
Masalah Keperawatan : -
3. Mandi
4. Berpakaian/berhias
Kegiatan sebelum / sesudah tidur : Setelah bangun tidur, klien melaksanakan ibadah sholat
dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah
6. Penggunaan obat
7. Pemeliharaan Kesehatan
Belanja Ya tidak
Transportasi Ya tidak
Lain-lain Ya tidak
Jelaskan : Klien mengatakan sering membantu orang tua membereskan rumah, mencuci
Masalah Keperawatan : -
Adaptif Maladaptif
Masalah Keperawatan : -
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : Klien merasa sulit untuk berteman dengan
orang baru, karena merasa malu dan canggung
Koping obat-obatan
Lainnya :
Masalah Keperawatan : -
Perawat,
(Riana Khairunnisa)
B. Analisis Data
C. Pohon Masalah
D. Rencana Keperawatan
Implementasi Evaluasi
Data S:
O: Klien menyatakan lumayan senang
- Klien pasif bisa mengobrol ersama
- Klien terlihat sering menunduk
- Klien menjawab dengan singkat dan ragu- O:
ragu Klien mengikuti kegiatan hari
- Klien berbicara dengan suara yang pelan pertama dengan baik
- Klien terkadang sulit fokus
S: A:
- Klien mengungkapkan sering merasa malu Telah dilakukan bina hubungan
dan canggung saling percaya dan pengkajian pada
- Klien mengatakan susah berteman dengan klien
orang baru
- Klien mengatakan jarang interaksi dengan P:
tetangga sekitar dan lebih senang di rumah Akan dilakukan latihan aspek
- Klien mengatakan sedih setiap dihardik oleh positif klien di pertemuan
tetangga di lingkungan rumah dulu berikutnya
- Klien mengatakan pernah mimpi buruk dan
tidurnya sering tidak nyenyak
- Klien menganggap orang lain menilainya
sebagai sosok yang pendiam
Diagnosis Utama
Harga Diri Rendah Situasional
Intervensi
- Membina hubungan saling percaya dengan
klien dan keluarga
- Melakukan pengkajian kesehatan jiwa pada
klien
- Melakukan pengkajian SRQ
RTL
- Melakukan pertemuan di hari berikutnya
untuk melakukan pengkajian aspek positif,
dan latihan aspek positif
Pertemuan 2: Rabu, 15 Desember 2021
Implementasi Evaluasi
Data S:
O: - Klien menyatakan senang
- Klien tampak lebih nyaman dibandingkan bisa melakukan kegiatan
pertemuan sebelumnya latihan menulis
- Klien terlihat cukup antusias ketika diminta - Klien menyatakan bersedia
menyebutkan hal yang disukai untuk melanjutkan latihan
- Klien masih tetap berbicara dengan suara menulis 2 hal baik setiap
yang pelan harinya
- Klien terkadang masih susah untuk fokus
ketika interaksi O:
S: Klien tampak antusias dan
- Klien mengatakan kabarnya hari ini baik konsentrasi selama melakukan
- Klien mengatakan memiliki hobi bermain latihan menulis
badminton, menulis, dan menggambar
- Klien mengatakan ingin menjadi atlet A:
badminton, ingin memiliki rumah yang Telah dilakukan latihan aspek
bagus, dan ingin membanggakan kedua orang positif menulis pada klien
tua
Diagnosis P:
- Harga Diri Rendah Situasional Akan dilakukan latihan berkenalan
- Risiko Sindrom Pasca Trauma dan bercakap-cakap di pertemuan
Intervensi berikutnya
- Mengevaluasi perasaan klien
- Memberikan motivasi dan dukungan pada
klien dan keluarga
- Mengkaji aspek positif yang dimiliki klien
- Menanyakan pada klien aspek positif yang
ingin dilatih
- Melakukan latihan aspek positif menulis
(klien diminta untuk menulis 3 cita-
cita/harapan dan 3 hal baik yang sudah
dilakukan hari ini pada kertas concorde,
kemudian klien diminta untuk menghias
kertas tersebut dengan aksesoris yang tersedia
ataupun yang dibuat sendiri oleh klien)
- Memberikan apresiasi pada klien setelah
melakukan latihan menulis
RTL
- Klien diminta untuk menuliskan minimal 2
hal baik yang sudah dilakukan setiap harinya
pada kertas yang sudah dihias tersebut
Pertemuan 3: Kamis, 16 Desember 2021
Implementasi Evaluasi
Data S:
O: Klien menyatakan senang bisa
- Klien lebih terbuka dibandingkan pertemuan melakukan latihan hari ini dan
sebelumnya senang bisa mengobrol cukup
- Klien tampak lebih ekspresif (lebih banyak banyak
senyum; sesekali tertawa)
- Fokus klien saat interaksi mulai meningkat O:
S: - Klien dapat menyebutkan
- Klien mengatakan belum sempat melanjutkan dengan lengkap kegiatan
latihan menulis yang sudah dilakukan hari
- Klien mengatakan kabarnya hari ini baik ini
- Klien bercerita bahwa hari ini ia senang - Klien dapat
karena ada perlombaan sepak bola di sekolah mendemonstrasikan
- Klien bercerita bahwa hari ini sudah kembali cara berkenalan
membantu Ibu membereskan rumah dan bercakap-cakap dengan
Diagnosis orang lain
- Harga Diri Rendah Situasional - Klien dapat menyebutkan
- Risiko Sindrom Pasca Trauma kembali cara yang perlu
Intervensi dilakukan untuk mencapai
- Mengevaluasi perasaan klien cita-cita
- Mengevalusi RTL yang sudah disepakati
- Melakukan latihan berkenalan A:
- Melakukan games latihan bercakap-cakap Telah dilakukan latihan berkenalan
- Membahas kembali tentang cita-cita dan dan bercakap-cakap pada klien
harapan klien
- Memberikan apresiasi pada klien P:
- Memberikan motivasi dan tips untuk bisa Akan dilakukan diskusi tentang
mencapai cita-cita yang klien miliki (dengan cara meningkatkan kualitas tidur
lebih percaya diri, belajar dengan lebih rajin, klien
banyak berdoa dan beribadah, seimbangkan
kegiatan belajar dengan bermain atau
melakukan kegiatan yang disukai, serta
mendorong klien agar tidak mudah
terpengaruh dengan omongan atau hardikan
orang-orang di sekitar)
RTL
- Mengingatkan klien untuk melanjutkan
latihan menulis
- Klien diminta untuk lebih semangat dalam
belajar dan lebih giat dalam berdoa dan
beribadah
Implementasi Evaluasi
Data S:
O: Klien mengatakan dapat
- Klien lebih banyak bercerita memahami edukasi yang diberikan
- Klien tampak lebih bersemangat
- Klien lebih sering tersenyum dan sesekali O:
tertawa Klien dapat menyebutkan kembali
- Klien berbicara dengan suara yang lebih apa saja yang sudah dibahas di
terdengar dibandingkan dengan sebelumnya dalam diskusi
S:
- Klien mengatakan kabarnya hari ini baik A:
- Klien bercerita bahwa hari ini baru saja Telah dilakukan edukasi tentang:
mengambil raport di sekolah cara meningkatkan kualitas tidur
- Klien mengatakan nilai raportnya secara dan pentingnya meningkatkan
keseluruhan bagus kegiatan spiritual
- Klien mengatakan semalam tidur lumayan
nyenyak P:
- Klien mengatakan lupa untuk melanjutkan Memantau kemajuan klien setelah
latihan menulis dilakukan edukasi
Diagnosis
- Harga Diri Rendah Situasional
- Risiko Sindrom Pasca Trauma
Intervensi
- Mengevaluasi kabar klien dan kegiatan yang
dilakukan klien hari ini
- Mengevaluasi keberlanjutan latihan menulis
- Mengevaluasi apakah klien tidur nyenyak
semalam dan apakah klien mengalami mimpi
buruk atau tidak
- Memberikan edukasi pada klien tentang cara
agar dapat tidur di malam hari dengan
nyenyak dan terhindar dari mimpi buruk
- Memberikan edukasi pada klien tentang hal-
hal yang dapat dilakukan apabila klien
merasa takut berkepanjangan setelah
mengalami mimpi buruk (teknik napas dalam
dan distraksi dengan kegiatan yang klien
sukai)
- Mendorong klien untuk meningkatkan
kegiatan spiritual agar diberikan ketenangan
hati dan pikiran
- Menganjurkan klien untuk istirahat yang
cukup
- Memotivasi klien untuk terus mengingat hal-
hal baik yang sudah dilakukan setiap harinya
dan selalu bersyukur kepada Tuhan YME
- Memotivasi klien untuk lebih percaya diri
dalam melakukan apapun (contoh: saat klien
diminta untuk menjawab pertanyaan oleh
guru)
- Memotivasi klien untuk lebih semangat
dalam belajar
RTL
- Klien dapat memenuhi kebutuhan tidur dan
menerapkan cara untuk meningkatkan
kualitas tidur
- Klien dapat meningkatkan kegiatan spiritual
(sholat, mengaji)
- Klien dapat terus mengingat hal positif yang
sudah dilakukan
F. Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi. Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Keliat, B. A., Hamid, A. Y. S., Putri, Y. S. E., Daulima, N. H. C., Wardani, I. Y., Susanti, H.,
Hargiana, G., & Panjaitan, R. U. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Khiron Clinics. (2019). Trauma and Low Self Esteem. Retrieved from:
https://khironclinics.com/blog/trauma-and-low-self-esteem/.