Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Harga diri rendah adalah evaluasi diri negatif yang dikaitkan dengan
perasaan lemah, tidak berdaya, putus asa, ketakutan, rentan, rapuh, tidak
lengkap, tidak berharga, dan tidak memadai. Harga diri rendah adalah
perasaan tidak berharga, tidak berarti yang berkepanjangan akibat evaluasi
negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Seseorang yang
mengalami harga diri rendah akan menunjukkan perilaku menarik diri dan
menghindari interakasi dengan orang lain jika tidak di intervensi
(Sutinah,2018). Definisi lain dari harga diri rendah merupakan perasaan
negative terhadap diri sendiri serta hilangnya rasa percayaa diri dan harga
diri (Fitri Wijayanti,dkk,2020).
Dipilihnya kasus harga diri rendah ini tak luput dari banyaknya
kasus gangguan jiwa di Indonesia yaitu adalah harga diri rendah. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor baik dari internal maupun
ekternal yang secara tidak langsung membuat seseorang tersebut mengalami
gangguan jiwa dengan harga diri rendah.
Angka kejadian gangguan jiwa pada penduduk Indonesia mencapai
7.0 per mil, prevalensi gangguan jiwa tertinggi berada di provinsi Bali
dengan kisaran 11.0 per mil, sedangkan provinsi Kepulauan Riau
menempati urutan terendah dengan kisaran 3.0 per mil. Provinsi Jawa
Tengah mencapai kisaran 9.0 per mil pada tahun 2018, hal ini menunjukkan
bahwa ada peningkatan yang signifikan (Riskesdas, 2018).

1
2

Berdasarkan hasil pencatatan jumlah penderita yang mengalami


gangguan jiwa yang dilakukan di RSJD Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah pada tahun 2018-2019 terdapat sebanyak 2557 orang yang
diantaranya terdapat penderita harga diri rendah 560 orang (21,9%). Kondisi
diatas dapat menggambarkan prevalensi mengenai masalah kesehatan jiwa
baik gangguan jiwa ringan sampai berat cukup tinggi dan membutuhkan
penanganan yang serius serta berkesinambungan.
Dampak dari seseorang yang menderita gangguan jiwa dapat
mempengaruhi fungsi kehidupan orang tersebut seperti aktivitas penderita,
kehidupan sosial, ritme pekerjaan, serta hubungan dengan keluarga jadi
terganggu karena gejala ansietas, depresi, dan psikosis. Seseorang dengan
gangguan jiwa apapun harus segera mendapatkan pengobatan.
Keterlambatan pengobatan akan semakin merugikan penderita keluarga,
dan masyarakat
(M. C. Townsend, 2013).
Pemecahan gangguan konsep diri pada pasien HDR adalah melalui
pendekatan antara individu dengan perawat atau tenaga medis lainnya.
Pendekatan yang dilakukan adalah bertujuan untuk mengenalkan diri melalui
komunikasi sosial yang baik, mengajak pasien untuk memecahkan masalah dari
mulai yang terkecil hingga sedikit rumit karena hal tersebut akan melatih
kontrol emosi yang ada didalam diri pasien, setelah pasien mulai bisa sedikit
berkomunikasi dengan lingkungan sosialnya dan sedikit demi sedikit mulai bisa
mengontrol emosi dlam dirinya maka hal selanjutnya yang bisa dilakukan
adalah mengenalkan lingkungan sosial pasien menjadi lebih luas agar pasien
lebih bisa memahami konsep dirinya dan lingkungan sekitar. Sebenarnya
konsep diri itu sendiri dapat terbentuk jika konsep atau tatanan yang ada dalam
diri pasien kuat dan selalu diperbarui seiring berjalannya waktu karena dengan
begiru seseorang akan lebih mengenal dirinya sendiri dan individu tidak akan
mengalami harga diri diri rendah atau hilangnya kepercayaan diri yang
membuat dirinya mengisolasi dirinya (Sri Widowati, 2019).
3

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah di
Ruang Helikonia Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM. Soedjarwdi Klaten
Prvinsi Jawa Tengah ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan dan mendokumentasikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan harga diri rendah
2. Tujuan Khusus
Melaksanakan dan mendokumentasikan
pengkajian,diagnose,perencanaan, tindakan dan evaluasi keperawatan
pada pasien harga diri rendah

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan KTI ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
dan praktik terutama dalam permberian asuhan keperawatan
meningkatkan harga diri rendah pada pasien dengan gangguan jiwa.
2. Manfaat Praktis
a. Peningkatan Pelayanan Keperawatan
Hasil penulisan KTI diharapkan memberikan kontribusi dalam
peningkatan kualitas pelayanan asuhan keperawatan khususnya
bagi pasien dengan meningkatkan pasien harga diri rendah pada
pasien dengan gangguan jiwa
b. Peningkatan Kesehatan Masyarakat
Hasil penulisan KTI diharapkan memberikan kontribusi
peningkatan status kesehatan melalui uapaya promotif khususnya
bagi pasien dengan meningkatkan harga diri rendah pada pasien
gangguan jiwa.

Anda mungkin juga menyukai