PENDAHULUAN
Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta
orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensi.
Di Indonesia, dengan berbagai factor biologis, psikologis dan social dengan
keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa bertambah yang
berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas
manusia untuk jangka panjang. Data Riskesdas (2013) menunjukan prevalensi
gangguan mental emosional yang ditunjukan dengan gejala-gejala depresi dan
kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6%
dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevelensi gangguan jiwa
berat,seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyaak 1,7 per
penduduk. Berdasarkan data selama bulan oktober – November 2016 terdapat 30
pasien di Ruang puri Mitra Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya didapatkan pasien
perilaku
kekerasan sebanyak 5 orang (10,9%). Halusinasi sebanyak 5 orang (10,9%).
Waham sebanyak 4 orang (8,7%), deficit perawatan diri sebanyak 4 orang
(8,7%), harga diri rendah sebanyak 5 orang (10,9%), dan isolasi sosial sebanyak
7 orang (12%). Dalam mengatasi masalah gangguan interaksi pada pasien
gangguan jiwa khususnnya pasien isolasi sosial dapat dilakukan upaya – upaya
tindakan keperawatan bertujuan untuk melatih pasien melakukan interaksi sosial
sehingga klien merasa nyaman ketika berhubungan dengan orang lain. Tindakan
yang sudah dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya Di Ruangan Puri
Mitra yang mengalami gangguan isolasi sosial ada beberapa SP (startegi
pelaksanaan) yaitu pada SP1 yaitu membina hubungan saling
percaya,mengidentifikasi penyebab isolasi sosial.
Berdasarkan data di RSJ Sambang Lihum di Ruangan Tenang pria pada bulan
Januari sampai april 2018 kasus pada Rawat inap terbanyak Halusinasi sebanyak
286 Kasus atau 38,70%, perilaku kekerasan sebanyak 228 kasus atau 30,85%
Resiko bunuh diri 136 kasus atau 18,40%, deficit perawatan diri sebanyak 65
kasus atau 8,80%, isolasi sosial sebanyak 10 kasus atau 1,35%, Harga diri rendah
sebanyak 8 kasus atau 1,08% dan waham sebanyak 6 kasus atau 0,81% dan
Waham sebanyak 6 kasus atau 0,81% (Ruangan Tenang Pria RSJ Sambang
Lihum Tahun 2018).
Proses Pembinaan pada helping relationship dapat dijelaskan dalam empat fase
berurutan yaitu,: 1). Fase prainteraksi, fase prainteraksi mirip dengan tahap
perencanaan sebelum melakukan wawancara. Biasannya, perawat memiliki
informasi tentang klien sebelum melakukan wawancara. 2). Fase Perkenalan,
Fase perkenalan disebut juga fase orientasi atau fase prabantuan, sangat penting
karena mengatur sifat keseluruhan hubungan. Tiga tahap yang terdapat dalam
fase perkenalan adalah membuka hubungan, mengklarifikasi masalah, membuat
serta memfokuskan kontrak. 3). Fase kerja, Fase kerja memiliki dua tujuan
utama:mengali dan memahami pikiran dan perasaan serta memfasilitasi dan
mengambil tindakan. 4). Fase Terminasi, Fase terminasi dalam hubungan ini
biasanya berjalan sulit diliputi kebimbangan. Akan tetapi jika fase sebelumnnya
berjalan secara efektif, klien umumnnya memiliki pandangan yang positif serta
merasa mampu untuk mengatasi masalah secara, mandiri. Bina hubunan saling
percaya merupakan langkah awal tindakan keperawatan pada klien dengan isos,
untuk menanamkan pada klien dengan isos, untuk menanamkan rasa percaya
kepada klien sehingga jika klien sudah percaya kepada klien sehingga jika klien
sudah percaya dengan perawat maka tindakan keperawatan selanjutnnya pun
akan berjalan sesuai perencana.
Dalam hal ini peran fungsi dan tanggung jawab perawat dalam meningkatkan
derajat kesehatan jiwa,dalam kaitannya dengan menarik diri adalah
meningkatkan tingkat percaya diri pasien dan mengajarkan untuk berinteraksi
dengan orang lain,misalnnya berkenalan dan bercakap-cakap dengan pasien
lain,memberikan pengertian tentang kerugian menyendiri dan keuntungan dari
berinteraksi dengan orang lain sehingga diharapkan mampu terjadi peningkatan
interaksi isolasi sosial.
World Health Organization (WHO). 2016. Asthma Fact Sheets. Diunduh dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs307/en/ 16 November 2016.