PROPOSAL
Oleh
JENNIFER JOCOM
NIM : 1614201217
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan Jiwa Menurut WHO (World Health Organization) bukan hanya suatu
2014 merupakan suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual dan social sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan
bahwa lebih dari 1,1 miliar penduduk di dunia mengalami penyakit gangguan mental (
Mental disorder) dan bergantung pada substans aditif. Angka estimasi tersebut telah
terwujud dengan presentase penduduk yang menderita gangguan mental paling banyak
( 21,73% ) dan ketiga ditempati oleh Amerika Serikat ( 21,56 %) . Sedangkan Iran
berada di urutan kelima ( 19,93 %) serta merupakan satu-satunya Negara dari kawasan
depresi atau gangguan jiwa. Diperkirakan 4,4% dari populasi global menderita gangguan
jiwa, dan 3,6% dari gangguan kecemasan. Jumlah penderita ganggu jiwa meningkat lebih
2
Data Riskesdas (2018) menunjukan terjadi peningkatan proporsi gangguan jiwa yang
cukup signifikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, naik dari 1,7% menjadi 7%.
penduduk umur 15 tahun ke atas yaitu 12,3 % sedangkan yang terendah yaitu jambi
dengan prevalensi depresi 1,8 % dan Sulawesi utara menempati urutan ke 13 dengan
Dari semua data pasien di Indonesia dengan gangguan jiwa ada 84,9% pasien berobat,
15,1% tidak berobat, 48,9% rutin minum obat dan 51,1% tidak rutin minum obat. Alasan
tidak minum obat karena pasien merasa sudah sehat, tidak rutin berobat, tidak mampu
Terdapat berbagai kasus masalah gangguan jiwa, salah satunya yaitu isolasi social.
Isolasi Sosial merupakan suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang lain menyatakan sikap yang negative dan terancam. Perilaku yang sering terlihat
pada klien dengan dengan isolasi social yaitu sikap menarik diri, tidak ada kontak mata,
sedih, afek tumpul, menyatakan perasaan sepi atau ditolak, menghindari orang lain, dan
Pasien dengan isolasi social dapat dilakukan dengan terapi modalitas, salah satunya
yaitu terapi aktivitas kelompok. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) yang
merupakan rangkaian kegiatan yang membantu dan memfasilitasi klien isolasi social
sehingga mampu bersosialisasi secara bertahap melalui 7 sesi yang bertujuan untuk
3
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hastutiningtyas (2016), mengenai peran
terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) terhadap kemampuan interaksi social dan
masalah isolasi social pasien, terbukti bahwa terapi aktivitas kelompok sosialisasi
(TAKS) berpengaruh terhadap kemampuan interaksi social pada pasien dengan masalah
isolasi social. Penelitian Pribadi (2012) mengenai “Pengaruh terapi aktivitas kelompok :
Sosialisasi sesi 1-3 terhadap kemampuan komunikasi verbal pada klien menarik diri di
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat “ menunjukan adanya pengaruh antara Terapi
aktivitas kelompk : Sosialisasi (TAKS) sesi 1-3 terhadap kemampuan verbal pada klien
menarik diri di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Pandeirot (2015) melakukan
bersosialisasi pasien isolasi social diagnose skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Menur
sebagian responden mampu untuk bersosialisasi sebanyak 5 orang (0,8%) dan ada
Berdasarkan data hasil survey awal yang dilakukan di Ruang Rawat Inap Cakalele
keseluruhan 3 bulan terakhir periode bulan desember tahun 2019 - bulan februari 2020
berjumlah 46 orang dan pasien isolasi social berjumlah 15 orang. Di ruang cakalele
TAKS jarang dilakukan, biasanya TAKS dilakukan jika ada mahasiswa yang praktek,
sedangkan pada normalnya TAKS harus dilakukan seminggu sekali atau seminggu 2x
agar pasien dapat meningkatkan hubungan social dalam kelompok secara bertahap.
Pasien biasanya hanya mengikuti ibadah seminggu sekali, mengingat juga sekarang
kondisi RS yang sedang dalam perbaikan. Dari semua data yang didapat,maka peneliti
tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok
4
Sosialisasi sesi 2 terhadap kemampuan berkenalan pada pasien Isolasi Sosial di Rumah
B. Rumusan Masalah
Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang Manado?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
terhadap kemampuan berkenalan pada klien isolasi social di ruang cakalele Rumah
2. Tujuan Khusus
Manado
Manado
Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang Manado
5
D. Manfaat Penelitian
Penelitian dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dan dijadikan referensi atau
bahan bacaan, sebagai acuan untuk peneliti selanjutnya khususnya untuk fakultas
keperawatan yang berkaitan dengan TAKS sesi 2 dengan kemampuan berkenalan pada
Informasi yang diperoleh diharapkan dapat menjadi masukan dan sebagai bahan
berkenalan pada pasien isolasi social di Ruang Cakalele Rumah Sakit Jiwa
Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang Manado
pengetahuan peneliti dan sebagai sarana dalam menerapkan teori yang telah diperoleh
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya .
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 2015). Isolasi sosial
Dalam membina hubungan social, individu berada dalam rentang respon yang
adaptif sampai dengan maladaptive . Respon adaptif merupakan respon yang dapat
diterima oleh norma norma social dan kebudayaan yang berlaku secara umum.
menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma norma social dan
budaya setempat. Respon social yang maladaptive yang sering terjadi dalam
7
Rentang respon social
- Saling tergantung
3. Etiologi
presipitasi.
a. Faktor predisposisi
perilaku mandiri
Masa prasekolah Belajar menunjukan inisiatif, rasa
dan berkompromi
8
Masa remaja Menjalin hubungan dengan teman
sekitar
Masa dewasa muda Menjadi saling bergantung antara
dengan budaya
Tabel 1. Tugas perkembangan berhubungan dengan pertumbuhan
interpersonal
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk
bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan
yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang
diluar keluarga.
9
4) Faktor biologis
gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang
otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam
b. Faktor presipitasi
orang yang dicintai, kehilangan pasangan, pada usia tua kesepian karena
ditinggal jauh, dirawat di rumah sakit atau penjara. Semua ini dapat
2) Stressor Biokimia
10
adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamine merupakan indikasi
terjadinya skizofrenia.
c) Factor endokrin : Jumlah FSH dan LH yang rendah dapat ditemukan pada
terhambat
4. Pohon Masalah
Pathway Isolasi Sosial
Sumber: (Keliat, 2016)
5. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial: menarik diri
a. Gejala Subjektif
11
1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Gejala Objektif
4) Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
7) Kurang spontan
12
16) Kurang enenrgi (tenaga)
1. Pengertian TAKS
dengan membantu pasien melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar
pasien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal (satu dan
satu), kelompok dan massa. Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam
kelompok.
2. Jenis
a. Struktur Kelompok
13
Struktur Kelompok menjelaskan batasan komunikasi, proses pengambilan
stabilitas dan membantu pengaturan pola pikir dan interaksi, serta diatur oleh
b. Besaran kelompok
anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jika anggota kelompok yang terlalu besar
pendapat dan pengalamannya. Jika terlalu kecil tidak cukup variasi informasi dan
c. Lamanya Sesi
Waktu optimal untuk sesi adalah 20-45 menit bagi fungsi kelompok yang
rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi. Banyaknya sesi
tergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali atau dua kali perminggu; atau
d. Kekuatan kelompok
anggota kelompok yang bervariasi diperlukan kajian siapa yang paling banyak
e. Komunikasi
14
balik untuk memberi kesadaran pada anggota kelompok terhadap dinamika yang
terjadi.
f. Peran Kelompok
Pemimpin perlu mengobservasi peran yang terjadi dalam kelompok. Ada tiga
peran dan fungsi kelompok yang ditampilkan anggota kelompok dalam kerja
kelompok, yaitu maintenance roles, task roles, dan Individual role. Maintence
Role, yaitu peran serta aktif dalam proses kelompok dan fungsi kelompok. Task
Roles, yaitu focus pada penyelesaian tugas. Individual roles adalah self-centered
g. Norma Kelompok
terhadap perilaku kelompok pada masa yang akan dating berdasarkan pengalaman
masa lalu dan saat ini. Pemahaman tentang norma kelompok berguna untuk
h. Kekohesifan
mencapai tujuan. Hal ini mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap betah
dalam kelompok. Apa yang membuat anggota kelompok tertarik dan puas
dipertahankan.
15
Menurut ( Keliat & Prawirowiyono, 2014) tujuan umum TAK Sosialisasi adalah
pasien dapat meningkatkan hubungan social dalam kelompok secara bertahap dan
e. Pasien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain
telah dilakukan
Aktivitas yang dilaksanakan dalam tujuh sesi yang bertujuan untuk melatih
a. Pasien yang mengalami isolasi social yang telah mulai melakukan interaksi
interpersonal
b. Pasien yang mengalami kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai
dengan stimulus
kelompok
16
a. TOPIK
b. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Tujuan umum untuk TAK sosialisasi sesi II ini adalah agar klien
2) Tujuan Khusus
c. PENGORGANISASIAN
a. Leader :
dimulai
17
d) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok
b. Co-Leader
a) Mendampingi leader
klien
telah dibuat
proses terapi
c. Fasilitator
d. Observer
e. KARAKTERISTIK KLIEN
18
Karakteristik klien yang mengikuti TAK Sesi II ini antara lain :
2) Klien yang sudah mulai kooperatif dan dapat memahami pesan yang
diberikan
f. ALAT
1) Audio Player
2) Bola kecil
g. METODE
1) Dinamika kelompok
h. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
a. Persiapan
b. Orientasi
a) Salam terapeutik
c. Evaluasi/ Validasi
19
a) Menanyakan perasaan klien saat ini
lain
d. Kontrak
kelompok
I) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapis
e. Tahap Kerja
a) Hidupkan audio player dan edarkan bola berlawanan dengan arah jarum
jam.
I) Memberi salam
bicara
tepuk tangan
20
f. Tahap terminasi
a) Evaluasi
i. EVALUASI
Evaluasi dilakukan pada saat TAKS berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS.
Untuk TAKS sesi II, dievaluasi kemampuan klien dalam berkenalan secara verbal
Sesi II : TAKS
Kemampuan berkenalan
a. Kemampuan Verbal
Nama Klien
No Aspek yang dinilai
1 Menyebutkan nama lengkap
2 Menyebutkan nama panggilan
3 Menyebutkan asal
4 Menyebutkan hobi
5 Menanyakan nama lengkap
6 Menanyakan nama panggilan
7 Menanyakan asal
8 Menanyakan hobi
Jumlah
b. Kemampuan Nonverbal
Nama Klien
No Aspek yang dinilai
1 Kontak Mata
2 Duduk Tegak
21
Menggunakan bahasa
3
tubuh yang sesuai
Mengikuti kegiatan dari
4
awal sampai akhir
Jumlah
Petunjuk :
1. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda (√) jika
22
BAB III
A. Kerangka Konsep
Kemampuan Kemampuan
Berkenalan sebelum Terapi Aktivitas Berkenalan setelah
Terapi aktivitas Kelompok Terapi aktivitas
kelompok Sosialisasi kelompok
sosialisasi sesi 2 sosialisasi sesi 2
B. Hipotesis
kemampuan berkenalan pada pasien isolasi social di ruang cakalele Rumah Sakit
Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang Manado
kemampuan berkenalan pada pasien isolasi social di ruang cakalele Rumah Sakit
Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang Manado
3.
23
C. Definisi Operational
Tabel 3.1 Defenisi Operational Pengaruh Terapi aktivitas kelompok sosialisasi sesi
2 terhadap kemampuan berkenalan pada pasien isolasi social di ruang
cakalele Rumah Sakit Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang Manado
BAB IV
24
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini rancangan yang digunakan adalah Quasi eksperiment dengan
metode One-group pra-post test design, yaitu mengungkapkan hubungan sebab akibat
dengan cara melibatkan satu kelompok subjek, metode penelitian ini ditunjukan untuk
berkenalan.
1. Waktu Penelitian
2. Tempat Penelitian
Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang Manado
1. Populasi
penellitian, maka populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien isolasi social di ruang
D. Instrumen Penelitian
25
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
2. Kuesioner
dengan kondisi yang pasien alami pada saat ini. Kuesioner kemampuan
1. Analisa Univariat
2. Analisa Bivariat
Tujuan analisa bivariat adalah untuk melihat ada tidaknya hubungan antara dua
variable, yaitu variable terikat dengan variable bebas. Uji statistic yang digunakan
26
Uji chi-square merupakan uji komparatif yang digunakan dalam data di
penelitian ini. Uji signifikan antara data yang diobservasi dengan data yang
diharapkan dilakukan dengan batas kemaknaan ( < 0,05) yang artinya apabila
diperoleh p < , berarti ada hubungan yang signifikan antara variable bebas dengan
variable terikat dan bila nilai p >, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara
variable bebas dengan variable terikat. Apabila uji chi-square tidak memenuhi
syarat parametic ( nilai expected count > 20%), maka dilakukan uji alternative
F. Pengolahan Data
1. Penyuntingan (editing)
2. Pengkodean (Coding)
3. Tabulasi (Tabulating)
27
G. Etika Penelitian
hak responden dan peneliti selama proses penelitian. Suatu penelitian dikatakan etis
dan beretika. Prinsip etik dalam penelitian inisebagai upaya untuk melindungi hak dan
Peneliti menguraikan masalah etik pada penelitian ini berdasarkan ketiga prinsip
etik meliputi:
subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengerti dampaknya. Jika
dalam mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
peneliti.
28
DAFTAR PUSTAKA
Badar. 2016. Asuhan Keperawatan Jiwa Profesional Isolasi Sosial. Jakarta : InMedia
Damaiyanti dan Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama
Dermawan, R.,& Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa : Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing
Keliat, B.A. 2016. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Diterbitkan
di Indonesia : Elsevier Singapore Pte Ltd
29
Keliat, B.A. 2017. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I . Jakarta : EGC
Nita, Fitria. 2018. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosa Keperawatan
Jiwa Berat. Jakarta : Salemba Medika
Prabowo, E. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta : Nuha
Medika
Pribadi, M. Sugeng.dkk. 2012. Pengaruh terapi aktivitas kelompok : Sosialisasi sesi 1-3
terhadap kemampuan komunikasi verbal pada klien menarik diri di rumah sakit
jiwa provinsi jawa barat. Tasikmalaya : Bakti kencana medika.
30
Surya, Atih , Wan. 2014 .Pengaruh Pemberian Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
terhadap Perubahan Perilaku Klien Isolasi Sosial.
World Health Organisation . 2017. Mental health and development : targeting people
with mental health conditions as a vulnerable group : WHO Library Cataloguing-
in-Publication Data
Lampiran 1
FLOMULIR PERMOHONAN
MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
31
Kepada Yth.
Bapak/Ibu.........................
Di -
Tempat
Jennifer Jocom
32
Setelah membaca dan mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan
menjadi responden dalam penelitian ini, maka tidak ada tuntutan atau sanksi yang
(...................................)
Nama & Tandatangan
Lampiran 2
KUESIONER
Petunjuk Pengisian: Pilihlah salah satu dari pertanyaan di bawah ini dengan
33
memberikan tanda (√) dalam kotak yang tersedia.
Tanggal Pengkajian :
A. Identitas Klien:
1. Nama :
3. Jenis kelamin :
4. Usia :
5. Agama :
6. Pendidikan terakhir :
Tidak sekolah
SD/MI/ sederajat
SMP/MTS/sederajat
SMA/SMK/Sederajat
Perguruan Tinggi
7. Status Pernikahan
Menikah Duda/Janda
Belum Menikah
34
KUESIONER KEMAMPUAN BERSOSIALISASI (TINGKAH LAKU
SOSIAL)
Petunjuk Pengisian:
b. Berilah tanda (√) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan kondisi yang
Jika klien sama sekali tidak pernah bertegur sapa dengan temannya.
35
3. Kontak sosial terhadap tetangga: bertegur sapa
Jika klien bertegur sapa dengan tetangga dengan cara yang sopan dan tidak
pilih-pilih.
Jika klien bertegur sapa dengan tetangga dengan cara yang sopan namun
Jika klien bertegur sapa dengan tetangga dengan cara yang sopan namun
sangat terbatas.
Jika klien bertegur sapa dengan tetangga dengan cara yang sopan namun
sangat jarang.
Jika klien tidak pernah bertegur sapa dengan tetangga ataupun dengan cara
yang sopan.
Jika klien mau bertanya dan menjawab pertanyaan dari orang lain tanpa pilih-
pilih.
Jika klien mau bertanya dan menjawab pertanyaan hanya dari orang tertentu
saja.
Jika klien mau bertanya dan menjawab pertanyaan dari orang lain namun
sangat terbatas.
Jika klien mau bertanya dan menjawab pertanyaan dari orang lain namun
sangat jarang.
Jika klien sama sekali tidak pernah bertanya ataupun menjawab pertanyaan
36
dari orang lain.
Jika klien setiap kali berbicara kepada semua orang selalu ada kontak mata.
Jika klien setiap kali berbicara selalu ada kontak mata namun hanya pada
Jika klien setiap kali berbicara ada kontak mata namun sangat terbatas.
Jika klien setiap kali berbicara ada kontak mata namun sangat jarang.
Jika klien sama sekali tidak ada kontak mata setiap kali berbicara.
Jika klien memiliki hubungan pertemanan yang sangat baik dan erat sekali
Jika klien memiliki hubungan pertemanan yang baik dan erat dengan satu
orang temannya.
Jika klien memiliki hubungan pertemanan dengan satu orang teman namun
Jika klien memiliki hubungan pertemanan dengan satu orang teman namun
Jika klien tidak memiliki hubungan pertemanan yang baik dengan satu orang
teman.
37
7. Bergaul: berkelompok (lebih dari satu orang)
kelompoknya.
mampu bergaul.
bergaul.
Jika klien tidak patuh mengikuti norma yang berlaku dalam masyarakat akan
Jika klien secara sengaja atau tidak sengaja sering melanggar norma yang
Jika klien hampir tidak dapat mengikuti norma yang berlaku dalam
masyarakat.
Jika klien sama sekali tidak dapat mengikuti norma yang berlaku dalam
masyarakat
38
9. Mematuhi norma: memahami
Jika klien memahami fungsi norma yang ada dan resiko apabila
melanggarnya.
Jika klien memahami fungsi norma yang ada namun tidak peduli dengan
Jika klien kurang memahami fungsi norma yang ada dan tidak peduli dengan
Jika klien tidak mengetahui fungsi tata tertib dan tidak peduli dengan resiko
apabila melanggarnya.
Jika klien tidak mau tau dan sangat tidak peduli dengan norma yang ada.
Jika klien bersikap sopan santun hanya dengan teman yang dikenal atau
disenanginya saja.
Jika klien sangat terbatas dalam bersikap sopan santun dengan teman.
Jika klien sangat jarang dalam bersikap sopan santun dengan teman.
Jika klien sama sekali tidak pernah bersikap sopan santun dengan temannnya
39
11. Menjaga kebersihan lingkungan: di dalam kamar
Jika klien dapat menjaga kebersihan lingkungan kamarnya tanpa disuruh oleh
orang lain.
kamarnya.
diingatkan.
Jika klien sama sekali tidak dapat menjaga kebersihan lingkungan kamarnya.
luar kamarnya.
diingatkan.
Jika klien sama sekali tidak dapat menjaga kebersihan lingkungan di luar
kamarnya.
40
Catatan :
tingkah laku sosial (contoh: bertegur sapa dan berbicara) hanya kepada
laku sosial (contoh: bertegur sapa dan berbicara) hanya sekedar saja,
misalnya dalam bertegur sapa hanya mengatakan hai, halo atau pagi dan
dalam berbicara hanya menjawab seadanya tanpa ada timbal balik untuk
bertanya.
laku sosial (contoh: bertegur sapa dan berbicara) kurang dari 2 kali sehari.
e. Klien dikatakan sering apabila klien melakukan aspek tingkah laku sosial
f. Klien dikatakan tidak pernah apabila klien tidak sama sekali melakukan
41
INSTRUMEN TANDA DAN GEJALA ISOLASI SOSIAL
Nama responden :
Tanggal observasi :
Observer :
Petunjuk Pengisian:
1. Dibawah judul nama klien. tulis nama panggilan pasien yang ikut TAKS.
2. Untuk tiap klien penilaian semua aspek dimulai dengan memberi skor 1
(satu) jika ditemukan pada klien skor 0 (nol) jika tidak ditemukan pada
klien
42
No Aspek yang dinilai S Pen
k ilaia
o n
r
TANDA DAN GEJALA Y Tid
a ak :
1
1 Kurang spontan
2 Apatis (Acuh terhadap lingkungan)
3 Ekpresi wajah kurang berseri
4 Tidak peduli prilaku dirinya saat berinteraksi
5 Ekpresi terlihat murung
6 Menghindar dari orang lain
7 Tidak ada kontak mata, lebih sering menunduk
8 Berdiam diri atau tempat terpisah
9 Menolak berhubungan dengan orang lain
10 Tidak melakukan respon apapu saat berinteraksi
11 Komunikasi kurang
12 Komunikasi tidak ada
43
:
1
13 Mampu mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
14 Mampu berbicara dengan orang lain
Mampu berkenalan dengan orang lain lebih dari
15
2 Orang
16 Mampu melakukan aktifitas kelompok
17 Berdiri tegak saat berinteraksi dengan orang lain
18 Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
TOTAL
44
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI AKTIVITAS
KELOMPOK SOSIALISASI
berkelompok.
Tujuan Tujuan terapi aktivitas kelompok sosialisasi yaitu klien mampu
untuk klien dengan isolasi sosial berat, klien dengan waham dan
kekerasan.
Setting tempat Terapi aktivitas kelompok sosialisasi ini dapat dilaksanakan di
46
LAMPIRAN 7
SESI 2 BERKENALAN
Tanggal observasi :
Observer :
Petunjuk Pengisian :
1. Dibawah judul nama klien. tulis nama panggilan pasien yang ikut
TAKS.
2. Untuk tiap klien semua aspek dimulai dengan memberi tanda (√) jika
ditemukan pada klien dan tanda (x) jika tidak ditemukan pada klien.
a. Kemampuan Verbal
Nama Klien
No Aspek yang dinilai
1 Menyebutkan nama lengkap
2 Menyebutkan nama panggilan
3 Menyebutkan asal
4 Menyebutkan hobi
5 Menanyakan nama lengkap
6 Menanyakan nama panggilan
7 Menanyakan asal
8 Menanyakan hobi
Jumlah
b. Kemampuan Nonverbal
Nama Klien
No Aspek yang dinilai
1 Kontak Mata
2 Duduk Tegak
47
Menggunakan bahasa
3
tubuh yang sesuai
Mengikuti kegiatan dari
4
awal sampai akhir
Jumlah
Petunjuk :
1. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda (√) jika
48
49