Anda di halaman 1dari 7

Peningkatan Kemampuan Interaksi Pada Pasien Isolasi Sosial Dengan

Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Sesi 1-3

Suwarni1, Desi Ariyana Rahayu2


1,2 Program
Studi Pendidikan Profesi Ners, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Semarang

Informasi Artikel Abstrak


Riwayat Artikel: Penderita yang mengalami gangguan jiwa di RSJD Amino Gondohutomo
• Submit 27 Februari 2020 Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2018-2019 adalah sebanyak 2557 orang
• Diterima 4 Mei 2020 yang diantaranya terdapat penderita isolasi sosial 560 orang (21,9%).
Kondisi diatas menggambarkan prevalensi masalah kesehatan jiwa baik
Kata kunci: gangguan jiwa ringan sampai berat cukup tinggi dan membutuhkan
Terapi Aktivitas Kelompok penanganan yang serius serta berkesinambungan. Isolasi sosial adalah
Sosialisasi, Kemampuan keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama
Interaksi Komunikasi, Isolasi sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Terapi
Sosial Aktivitas Kelompok sangat efektif mengubah perilaku karena di dalam
kelompok terjadi interaksi satu dengan yang lain dan saling mempengaruhi.
Penerapan TAKS sesi 1-3 dilakukan selama 3 hari, evaluasi penerapan
dilakukan setiap per sesi dan post-test dilakukan dihari keempat penerapan.
Sampel pada penerapan ini berjumlah 2 responden yang dipilih
menggunakan tekhnik random sampling yaitu pemilihan responden secara
acak. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh TAKS sesi 1-3
terhadap peningkatan kemampuan interaksi pada pasien menarik diri di
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. TAKS sesi 1-3 dapat
meningkatkan kemampuan interaksi pada pasien menarik diri di RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

PENDAHULUAN jumlah penderita yang mengalami


gangguan jiwa di RSJD Amino
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah pada
(Riskesdas) Pada tahun 2018 di Indonesia tahun 2018-2019 adalah sebanyak 2557
prevalensi gangguan jiwa mencapai 7% dari orang yang diantaranya terdapat penderita
1000 orang sedangkan prevalensi untuk isolasi sosial 560 orang (21,9%). Kondisi
gangguan jiwa diatas usia 15 tahun yang diatas menggambarkan prevalensi masalah
berkisar rata-rata 9,8% (Rachmaningtyas, kesehatan jiwa baik gangguan jiwa ringan
2013). Prevalensi skizofrenia yang ada di sampai berat cukup tinggi dan
Indonesia rata–rata 1-2 % dari jumlah membutuhkan penanganan yang serius
penduduk dan usia paling banyak penderita serta berkesinambungan.
skizofrenia di alami sekitar 15-35 tahun
(Makhfudi, 2010). Hasil penelitian WHO di Kemunduran fungsi sosial yang dialami
Jawa Tengah tahun 2009 menyebutkan dari seseorang di dalam diagnosa keperawatan
setiap 1.000 warga Jawa Tengah terdapat 3 jiwa disebut isolasi sosial. Perilaku menarik
orang yang mengalami ganguan jiwa. diri merupakan percobaan untuk
Sementara 19 orang dari setiap 1.000 warga menghindari interaksi dengan orang lain,
Jawa Tengah mengalami stress (DEPKES RI, menghindari hubungan maupun
2016). Berdasarkan hasil pencatatan komunikasi dengan orang lain. Isolasi sosial

Corresponding author:
Suwarni
Arny1407070@gmail.com
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020
e-ISSN:
DOI: 10.26714/nm.v1i1.5482
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 11-17 12

adalah keadaan dimana seorang individu kegiatan TAKS sesi 1-3 di Ruang RIPD RSJD
mengalami penurunan atau bahkan sama Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
sekali tidak mampu berinteraksi dengan Sehingga setelah pasien melakukan TAKS
orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin sesi 1-3 kemampuan komunikasi pasien
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, akan meningkat dan hal ini akan
dan tidak mampu membina hubungan yang meningkatkan kemampuan interaks (Keliat,
berarti dengan orang lain (Yosep, 2011). B.A 2013).
Perilaku yang sering ditampilkan Pasien
isolasi sosial adalah menunjukkan menarik Beberapa penelitian mengenai pengaruh
diri, tidak komunikatif, mencoba Terapi Aktivitas Kelompok terhadap Pasien
menyendiri, asyik dengan pikiran dan dengan masalah keperawatan isolasi sosial
dirinya sendiri, tidak ada kontak mats, seperti penelitian yang dilakukan oleh
sedih, afek tumpul, perilaku bermusuhan, (Julianto A. B, Dwi H. R, 2015) di rumah sakit
menyatakan perasaan sepi atau ditolak jiwa Dr. Radjiman Wedioningrat Lawang,
kesulitan membina hubungan di menunjukkan persentasi pelaksanaan yang
lingkungannya, menghindari orang lain, dan memuaskan yaitu mencapai tingkat
mengungkapkan perasaan tidak dimengerti keberhasilan 90% dimana mampu
orang lain (Keliat, 2014). meningkatkan kemampuan pasien untuk
berinteraksi sosial. (Pribadi et al., 2016)
Penatalaksanaan keperawatan Pasien menunjukkan adanya pengaruh yang
dengan isolasi sosial selain dengan bermakna dari pelaksanaan Terapi
pengobatan psikofarmaka juga dengan Aktivitas Kelompok Sosialisasi.
pemberian terapi modalitas yang salah Keberhasilan ini dipengaruhi oleh beberapa
keperawatan yang sama. Aktifitas faktor, salah satunya adalah peran perawat
digunakan sebagai terapi, dan kelompok di rumah sakit tersebut yang turut
digunakan sebagai target asuhan (Yosep, membantu pelaksanaan TAK Sosialisasi
2011). yang senantiasa dikembangkan di dalam
kegiatan sehari-hari melalui proses
Terapi Aktivitas Kelompok sangat efektif keperawatan.
mengubah perilaku karena di dalam
kelompok terjadi interaksi satu dengan Ada juga jurnal (Priyo Purnomo As’hab,
yang lain dan saling mempengaruhi. Dalam 2017) tentang Penerapan Terapi Aktivitas
kelompok akan terbentuk satu sistem sosial Kelompok Sosialisasi (TAKS) Sesi-1
yang saling berinteraksi dan menjadi (Kemampuan Memperkenalkan Diri) Pada
tempat Pasien berlatih perilaku baru yang Pasien Isolasi Sosial di ruang abimanyu,
adaptif untuk memperbaiki perilaku lama maespati dan pringgondani rumah sakit
yang maladaptif . TAKS adalah upaya jiwa daerah Surakarta. Penerapan terapi
memfasilitasi sosialisasi sejumlah pasien aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) sesi-
dengan perilaku menarik diri secara 1efektif terhadap perubahan perilaku
kelompok (Keliat, 2014). TAKS terdiri atas 7 Pasien isolasi sosial. Hasil penelitian dari
sesi, dalam penerapan ini TAKS yang (Nur et al., 2016) tentang pengaruh
dilakukan TAKS sesi 1-3 karena sesuai aktivitas kelompok sosialisasi terhadap
dengan tujuan dari TAKS sesi 1-3 itu sendiri, kemampuan bersosialisasi pada Pasien
yaitu : (1) pasien mampu memperkenalkan isolasi sosial menarik diri di rumah sakit
diri yang meliputi nama lengkap , nama Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
panggilan, asal dan hobi. (2) pasien mampu terdapat pengaruh terapi aktivitas
berkenalan dengan anggota kelompok. (3) kelompok sosialisasi terhadap kemampuan
pasien mampu bercakap-cakap dengan pasien berinteraksi sosialdan Pasien yang
anggota kelompok tentang topik yang sudah dilakukan terapi aktifitas kelompok
disenangi. (4) Mengetahui peningkatan (Post) sebagian besar masih telah mampu
kemampuan pasien setelah mengikuti bersosialisasi sebanyak 14 responden

Suwarni - Peningkatan Kemampuan Interaksi Pada Pasien Isolasi Sosial Dengan Penerapan Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi Sesi 1-3
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 11-17 13

(93,3%) sedangkan Pasien yang kurang penerapan. Peralatan yang dibutuhkan


mampu bersosialisasi sebanyak 1 yaitu : handphone, lagu yang ceria, bola
responden (6,7%). tenis, lembar kuesioner aspek penilaian dan
jadwal kegiatan pasien.
Rumusan masalah dalam karya ilmiah akhir
ners ini adalah “Adakah Pengaruh HASIL
Pemberian Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi sesi 1-3 Terhadap Kemampuan Kemampuan memperkenalkan diri pada
Interaksi Pada Pasien Isolasi Sosial Di pasien isolasi sosial di ruang RIPD RSJD Dr.
Ruang RIPD RSJD Dr. Amino Gondohutomo Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
Provinsi Jawa Tengah. meliputi kemampuan verbal dan non
verbal. Penilaian kemampuan verbal
Penerapan ini bertujuan 1) Mengetahui meliputi kemampuan menyebutkan nama
karakteristik pasien isolasi sosial di Ruang lengkap, menyebutkan nama panggilan,
RIPD RSJD Amino Gondohutomo Provinsi menyebutkan asal, dan menyebutkan hobi.
Jawa Tengah. 2) Mengetahui kemampuan Pasien tidak mampu menyebutkan nama
pasien sebelum mengikuti kegiatan TAKS lengkap sebelum dilakukan TAKS. Pasien
sesi 1-3 di Ruang RIPD RSJD Amino juga tidak mampu menyebutkan asal dan
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. 3) hobi yang dimilikinya. Pasien hanya mampu
Mengetahui kemampuan pasien setelah menyebutkan nama panggilan saja. Setelah
mengikuti kegiatan TAKS sesi 1-3 di Ruang dilakukan TAKS pasien mampu melakukan
RIPD RSJD Amino Gondohutomo Provinsi semua aspek verbal yang dinilai. Penilaian
Jawa Tengah. 4) Mengetahui peningkatan kemampuan non verbal meliputi kontak
kemampuan pasien setelah mengikuti mata, duduk tegak, dan menggunakan
kegiatan TAKS sesi 1-3 di Ruang RIPD RSJD bahasa tubuh yang sesuai. Pasien tidak
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. mampu melakukan ketiga aspek yang
dinilai sebelum dilakukan TAKS. Setelah
METODE dilakukan TAKS pasien mampu duduk tegak
saat memperkenalkan diri. Grafik 1
Jenis penerapan ini adalah jenis kuantitatif menunjukkan kemampuan
dengan menggunakan rancangan one group memperkenalkan diri pasien sebelum dan
pre and post test desain menggunakan study setelah dilakukan TAKS.
kasus dengan tujuan untuk mengetahui
adanya pengaruh terapi kelompok asertif
Kemampuan Memperkenalkan Diri
terhadap peningkatan kemampuan
interaksi pada pasien isolasi sosial menarik 4
diri. Pengolahan data menggunakan
3
pengkajian dimulai dari pendahuluan
hingga evaluasi. Populasi pada penerapan 2
ini adalah pasien dengan diagnosa isolasi
sosia: menarik diri di ruang RIPD RSJD Dr. 1
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah 0
yang berjumlah 4 orang, pasien sudah Sebelum Setelah
mendapatkan terapi generalis SP 1 sampai
Skor Kemampuan Memperkenalkan Diri Verbal
SP 4. Sampel pada penerapan ini berjumlah
2 responden yang dipilih menggunakan Skor Kemampuan Memperkenalkan Diri Non-verbal
tekhnik random sampling yaitu pemilihan
responden secara acak. Penerapan TAKS Grafik 1. Grafik Kemampuan Memperkenalkan
sesi 1-3 dilakukan selama 3 hari, evaluasi Diri
penerapan dilakukan setiap per sesi dan
post-test dilakukan dihari keempat

Suwarni - Peningkatan Kemampuan Interaksi Pada Pasien Isolasi Sosial Dengan Penerapan Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi Sesi 1-3
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 11-17 14

Kemampuan berkenalan pada pasien isolasi dilakukan TAKS pasien tidak mampu
sosial di ruang RIPD RSJD Dr. Amino menunjukkan kemampuan verbal saat
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah bercakap-cakap. Setelah dilakukan TAKS
meliputi kemampuan verbal dan non pasien mampu mengajukan pertanyaan
verbal. Kemampuan verbal meliputi serta menjawab pertanyaan dengan jelas,
kemampuan pasien untuk menyebutkan ringkas, dan spontan namun belum relevan.
nama lengkap, nama panggilan, asal, dan Aspek penilaian kemampuan non verbal
hobi. Kemampuan verbal lain meliputi meliputi kontak mata, duduk tegak,
kemampuan pasien untuk menanyakan menggunakan bahasa tubuh yang sesuai,
nama lengkap, nama panggilan, asal, dan dan mengikuti kegiatan dari awal sampai
hobi. Kemampuan verbal yang mampu akhir. Sebelum dilakukan TAKS pasien
dilakukan pasien diantaranya pasien hanya mampu melakukan kontak mata saat
mampu menyebutkan nama panggilan dan bercakap-cakap. Setelah dilakukan TAKS
menanyakan nama panggilan. Setelah pasien mampu menunjukkan semua aspek
dilakukan TAKS pasien mampu melakukan kemampuan non verbal.
kemampuan verbal kecuali menanyakan
nama lengkap. Penilaian kemampuan non
verbal meliputi kontak mata, duduk tegak,
menggunakan bahasa tubuh yang sesuai,
Kemampuan Bercakap-cakap
dan mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir. Pasien tidak mampu melakukan 6
kontak mata pada saat berkenalan. Setelah 4
dilakukan TAKS pasien mampu melakukan
kontak mata dan mengikuti kegiatan dari 2
awal sampai akhir. Grafik 2 menunjukkan
0
kemampuan pasien saat berkenalan Sebelum Setelah
sebelum dan setelah dilakukan TAKS.
Skor Kemampuan Bercakap-cakap Verbal
Skor Kemampuan Bercakap-cakap Non-verbal
Kemampuan Berkenalan
7
Grafik 3. Kemampuan Bercakap-cakap
6 Skor
5 Kemampuan
Berkenalan PEMBAHASAN
4
Verbal
3
Skor Berdasarkan grafik 1 diketahui bahwa
2 Kemampuan sebelum pasien mendapatkan terapi
1 Berkenalan
Non-verbal
aktivitas kelompok sosialisasi sesi 1
0
Sebelum Setelah
(memperkenalkan diri) pasien dalam
kategori belum mampu untuk
Grafik 2. Grafik Kemampuan Berkenalan memperkenalkan dirinya dimana pasien
tidak mampu untuk menyebutkan nama
Kemampuan bercakap-cakap pada pasien lengkap, menyebutkan asal, dan
isolasi sosial di ruang RIPD RSJD Dr. Amino menyebutkan hobi. Berdasarkan grafik 1
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah diketahui bahwa setelah pasien mengikuti
meliputi kemampuan verbal bertanya dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi sesi 1
menjawab. Kemampuan bertanya meliputi (memperkenalkan diri) pasien mengalami
aspek mengajukan pertanyaan yang jelas, peningkatan dalam kemampuan
ringkas, relevan, dan spontan. Sedangkan memperkenalkan diri dengan mampu
kemampuan menjawab meliputi aspek untuk memperkenalkan diri secara verbal
kemampuan menjawab dengan jelas, maupun non verbal sehingga dapat
ringkas, relevan, dan spontan. Sebelum dikatakan pasien mampu untuk
Suwarni - Peningkatan Kemampuan Interaksi Pada Pasien Isolasi Sosial Dengan Penerapan Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi Sesi 1-3
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 11-17 15

memperkenalkan diri, sedangkan untuk nilai 8 artinya pasien 2 dalam kategori


pasien yang lain juga mengalami mampu untuk berkenalan. Hal ini sejalan
peningkatan kemampuan memperkenalkan dengan teori yang mengatakan bahwa
diri namun masih dalam kategori belum hubungan interpersonal adalah dimana
mampu memperkenalkan diri. Hal ini ketika kita berkomunikasi kita bukan
sejalan dengan teori yang mengatakan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi
bahwa kegagalan pada pasien isolasi sosial: juga menentukan kadar hubungan
menarik diri disebabkan karena interpersonalnya. Jadi ketika kita
ketidakpercayaan individu, tidak percaya berkomunikasi kita tidak hanya
pada orang lain, tak ingin berkomunikasi menentukan content melainkan juga
degan orang lain, suka menyendiri dan tidak menentukan relationship. Dari segi
mementingkan kegiatan sehari-hari (Direja, psikologi komunikasi, kita dapat
2011). Penerapan ini juga sejalan dengan menyatakan bahwa makin baik hubungan
penerapan yang dilakukan oleh SR Nasution interpersonal, makin terbuka orang untuk
(2015) pengaruh strategi pertemuan isolasi mengungkapkan dirinya; makin cermat
sosial terhadap kemampuan sosialisasi persepsinya tentang orang lain dan persepsi
Pasien dengan jumlah responden sebesar dirinya; sehingga makin efektif komunikasi
15 orang bahwa ketidakpercayaan individu yang berlangsung diantara komunikan.
salah satu menjadi penyebab kegagalan Adanya hubungan terbuka pada anggota
sosialisasi pada pasien dengan isolasi sosial. kelompok menimbulkan hubungan saling
Penelitian lain juga menyebutkan bahwa percaya antar anggota kelompok sehingga
adanya pengaruh pelaksanaan terapi ada perasaan aman, senang pada diri Pasien
aktivitas kelompok sosialisasi terhadap setelah mengikuti kegiatan kelompok
kemampuan sosialisasi pada Pasien dengan (Prabowo, 2014). Penerapan ini sejalan
kerusakan interaksi sosial di Rumah Sakit dengan penelitian Saswati & Sutinah (2018)
Jiwa Dr. RM Soedjarwadi Klaten Jawa tentang pengaruh terapi aktivitas kelompok
Tengah (Nur, Sri, 2016). sosialisasi terhadap kemampuan sosialisasi
Pasien isolasi sosial terdapat pengaruh
Berdasarkan grafik 2 diketahui bahwa terhadap kemampuan sosialisasi. Adapun
sebelum pasien mendapatkan terapi penelitian yang lain menyebutkan bahwa
aktivitas kelompok sosialisasi sesi 2 pemberian terapi aktivitas kelompok
(berkenalan) Pasien hanya mampu sosialisasi terdapat pengaruh terhadap
melakukan 5 dari 12 kemampuan verbal perubahan perilaku Pasien isolasi sosial
maupun non verbal. Yang artinya pasien (Surya, 2017).
mendapatkan jumlah nilai ≤ 6 kategori
pasien belum mampu untuk berkenalan. Berdasarkan grafik 3 dapat diketahui
Sedangkan untuk Pasien lain hanya mampu bahwa sebelum pasien mendapatkan terapi
melakukan 3 dari 12 kemampuan verbal aktivitas kelompok sosialisasi sesi 3
dan non verbal. Artinya pasien tersebut (bercakap-cakap) semua pasien masuk
mendapatkan jumlah nilai ≤ 5 dengan dalam kategori belum mampu untuk
kategori pasien belum mampu untuk bercakap-cakap dengan anggota kelompok
berkenalan. Berdasarkan table grafik 2 maupun orang lain. Berdasarkan grafif 3
diketahui bahwa setelah pasien mengikuti diketahui bahwa setelah pasien mengikuti
terapi aktivitas kelompok sosialisasi sesi 2 terapi aktivitas kelompok sosialisasi sesi 3
(berkenalan) pasien mengalami (bercakap-cakap) pasien mengalami
peningkatan dalam kemampuan peningkatan dalam kemampuan bercakap-
berkenalan dengan jumlah nilai 10 yang cakap dengan jumlah nilai 10 sedangkan
artinya kategori pasien mampu untuk pasien lain juga mengalami peningkatan
berkenalan, sedangkan untuk pasien dalam kemampuan bercakap-cakap dengan
lainnya juga mengalami peningkatan jumlah nilai 8 yang artinya bahwa semua
kemampuan berkenalan dengan jumlah pasien dalam kategori mampu untuk

Suwarni - Peningkatan Kemampuan Interaksi Pada Pasien Isolasi Sosial Dengan Penerapan Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi Sesi 1-3
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 11-17 16

bercakap-cakap. Hal ini sejalan dengan terapi kelompok suportif lebih efektif untuk
penelitian dari Surtiningrum A (2016) menurunkan respon sosial (Hidayati, 2012).
terkait terapi suportif terhadap
kemampuan bersosialisasi pada Pasien SIMPULAN
isolasi sosial adanya pengaruh terhadap
peningkatan kemampuan bercakap-cakap Keluarga berperan dalam menentukan cara
pada pasien isolasi sosial menarik diri di atau asuhan yang diperlukan di rumah.
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Tujuan diberikannya asuhan keperawatan
kepada keluarga adalah agar keluarga
Hasil penerapan TAKS sesi 1-3 selama 3 hari pasien dapat merawat pasien di rumah dan
bisa disimpulkan bahwa responden dengan menjadi system pendukung yang efektif
isolasi sosial: menarik diri setelah untuk pasien. Keberhasilan perawat
dilakukannya TAKS sesi 1-3 adanya dirumah sakit dapat sia-sia jika tidak
peningkata kemampuan interaksi. diteruskan di rumah yang kemudian
Terjadinya gangguan dalam berhubungan mengakibatkan pasien harus dirawat
dengan orang lain pada pasien dengan kembali.
isolasi sosial dapat dipengaruhi oleh jenis
kelamin. Dalam penerapan ini responden REFERENSI
berjenis kelamin perempuan dan laki-laki
dimana peningkatan lebih signifikan pada Depkes RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia Tahun
responden berjenis kelamin perempuan 2015.
bahwa bagi perempuan adanya Hidayati, Eni. (2012). Pengaruh Terapi Kelompok
kepentingan dan hubungan pengasuhan Suportif Terhadap Kemampuan Mengatasi
dapat membuat mereka mengembangkan Perilaku Kekerasan Pada Klien Skizofrenia Di
ketrampilan yang bersifat hirarki. Laki-laki Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondohutomo
disisi lain tidak mengalami kesulitan pada Kota Semarang. Ecological Economics, 1(1), 1–
persaingan tetapi bermasalah dalam 7.
membuat hubungan dengan orang lain yang https://doi.org/10.1017/CBO978110741532
berarti bertentangan dengan 4.004
kemandiriannya dan perempuan
mempunyai kemampuan verbal dan bahasa Joko R. (2015). Pengaruh Pelaksanaan Terapi
lebih baik dibandingkan dengan laki-laki. Aktivitas Sosialisasi Sesi 1 Dan 2 Terhadap
Perubahan Kemampuan Interaksi Menarik Diri
Penerapan ini sejalan dengan hasil Klien Di Ruang Abimanyu, Ruang Maespati dan
penelitian Joko R (2015) di Rumah Sakit Ruang Pringgodani di RSJD Surakarta. Jurnal
Jiwa Surakarta dimana terdapat pengaruh Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK), 3, 1–
yang bermakna pada pemberian TAKS 7.
terhadap peningkatan kemampuan Julianto A. B, Dwi H. R, P.-. (2015). pengaruh terapi
komunikasi pada pasien isolasi sosial. aktifitas kelompok sosialisasi sesi 1-7 terhadap
Penerapan ini juga sejalan dengan hasil peningkatan kemampuan interaksi pada
penelitian dari (M. Sugeng, 2015) di Rumah pasien isolasi sosial di RSJD DR.AMINO
Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat yang dimana GONDOHUTOMO SEMARANG. Jurnal Ilmu
hasilnya terdapat pengaruh TAKS sesi 1-3 Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK), 1–10.
terhadap peningkatan kemampuan
Keliat, A. (2014). Model Praktik Keperawatan
interaksi pada pasien menarik diri.
Profesional Jiwa. EGC.

Pemberian terapi kelompok suportif akan Keliat, B. . & A. (2013). Terapi Aktivitas Kelompok.
memotivasi klien untuk lebih berperan aktif EGC.
berpikir dan berlatih terhadap kemampuan M. Sugeng, R. (2015). Pengaruh Terapi Aktivitas
sosial yang di ajarkan. Hai ini menyebabkan Kelompok Sosialisasi Sesi 1-3 Terhadap
pemberian terapi generalis dipadu dengan Peningkatan Kemampuan Interaksi Pada Klien
Suwarni - Peningkatan Kemampuan Interaksi Pada Pasien Isolasi Sosial Dengan Penerapan Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi Sesi 1-3
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 11-17 17

Menarik Diri Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi (Kemampuan Memperkenalkan Diri) Pada
Jawa Barat. Jurnal Endurance, 3, 1–12. Pasien Isolasi Sosial. Jurnal Keperawatan
Soedirman, 5, 1–10.
Makhfudi. (2010). Keperawatan Kesehatan Jiwa
https://doi.org/10.1037/0022-
Komunitas: Teori dan Praktik Dalam
3514.51.6.1173
Keperawatan. salemba medika.
Rachmaningtyas, A. (2013). Peningkatan tiap tahun
Nur, M., Angraini, S., Nani Hasanuddin Makassar, S.,
jumlah sakit jiwa di Indonesia. Sindonews.
& Kemenkes Makassar, P. (2016). Pengaruh
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Saswati, N., & Sutinah, S. (2018). Pengaruh Terapi
Terhadap Kemampuan Bersosialisasi Pada Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap
Klien Isolasi Sosial Menarik Diri Di Rumah Kemampuan Sosialisasi Klien Isolasi Sosial.
Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Endurance, 3(2), 292.
Jurnal ISSN, 2(6), 1–15. https://doi.org/10.22216/jen.v3i2.2492

Nur, Sri, C. (2016). Pengaruh Pelaksanaan Terapi SR Nasution, D. K. (2015). Pengaruh Strategi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Pertemuan Isolasi Sosial Terhadap
Kemampuan Sosialisasi Pada Klien Dengan Kemampuan Sosialisasi Klien Di Rumah Sakit
Kerusakan Interaksi Sosial di Rumah Sakit Jiwa Jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan. E-Journal
Dr. RM Soedjarwadi Klaten Jawa Tengah. Jurnal Keperawatan (EKP), 4, 1–12.
Care No.3, 4, 1–9.
Surtiningrum A, M. S. (2016). Pengaruh Terapi
Prabowo, E. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Suportif Terhadap Kemampuan Bersosialisasi
Keperawatan Jiwa. Nuha Medika. Pada Klien Isolasi Sosial Di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang. E-Journal
Pribadi, M. S., Muliani, R., & Dirgahayu, I. (2016).
Keperawatan (EKP) No.3, 5, 1–15.
Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok :
Sosialisasi Sesi 1-3 Terhadap Kemampuan Surya, A. W. (2017). Pengaruh Pemberian Terapi
Komunikasi Verbal Pada Klien Menarik Diri. Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap
Bhakti Kencana Medika, No. 4, 2, 1–6. Perubahan Perilaku Klien Isolasi Sosial di RS
Dr. Marzoeki Mahdi Bogor. Jurnal Keperawatan
Priyo Purnomo As’hab. (2017). Penerapan Terapi
Jiwa,No:5, 3, 1–8.
Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) Sesi-1

Suwarni - Peningkatan Kemampuan Interaksi Pada Pasien Isolasi Sosial Dengan Penerapan Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi Sesi 1-3

Anda mungkin juga menyukai