Anda di halaman 1dari 12

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.

Z DENGAN
ISOLASI SOSIAL DI RUANG KENARI RSJ Dr. RADJIMAN
WEDIODININGRAT LAWANG
MALANG
Yunas Krisna Hardiansyah1), Risna Yekti Mumpuni2)
yunas.krisna@yahoo.com
Program Studi Profesi Ners
STIKes Maharani Malang

ABSTRAK

Krisna, H. Yunas 2017. Asuhan Keperawatan pada Tn. Z dengan Isolasi Sosial di
Ruang Kenari RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang : Study Kasus.
Program Studi Ners STIKes Maharani Malang. Pembimbing Ns. Risna
Yekti Mumpuni, M.Kep

Isolasi sosial yang ditemukan di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang khususnya di Ruang Kenari mengalami peningkatan dari awal tahun 2017
hingga Mei 2017. Studi kasus ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
asuhan keperawatan dengan isolasi sosial meliputi pengkajian, intervensi,
implementasi, dan evaluasi keperawatan. Data di dapatkan di Ruang Kenari RSJ
Dr. Radjiman Wediodiningrat dengan inisial Tn. Z. Metode penelitian
menggunakan studi kasus sedangkan proses pengumpulan datanya dengan cara
wawancara, observasi dan mengecek data status klien. Pada saat pengkajian
dengan pasien yang dilakukan selama tiga hari, didapatkan diagnosa keperawatan
pada Tn. Z dengan isolasi sosial. Setelah dilakukan penatalaksanaan asuhan
keperawatan selama tiga hari sesuai rencana tindakan keperawatan. Klien dapat
membina hubungan saling percaya, klien mampu menyebutkan penyebab isolasi
sosial, klien mampu menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan
kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lain, klien mampu melaksanakan
interaksi sosial secara bertahap serta klien mampu mengungkapkan perasaan
setelah berhubungan dengan orang lain. Dari hasil penulisan tersebut penulis
menyimpulkan hasil evaluasi, yaitu masalah teratasi, untuk intervensi keluarga
tidak diberikan karena di ruang rawat inap keluarga tidak ada yang menjenguk.
Oleh karena itu penulis menyarankan intervensi selanjutnya untuk menyelesaikan
strategi pelaksanaan hingga selesai atau sampai pada strategi pelaksanaan kelima
dengan melibatkan kerjasama dengan keluarga klien, sebagai bentuk dukungan
dalam proses pengobatan atau penyembuhan klien, dan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial perlu dilakukan pendekatan secara
terus-menerus.

Kata kunci : Asuhan keperawatan dengan isolasi sosial, Studi kasus.


ABSTRACT

Krisna, H.Yunas 2017. Nursing Care to Tn. Z with Social Isolation in RSJ Drs.
Radjiman Wediodiningrat Lawang: Case Study. Ners Program.of
Maharani Health College. Supervisor:Ns. Risna Yekti Mumpuni, M.Kep

Social isolation found in Mental Hospital Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang


especially in the Canary Room experienced an increase from early 2017 to May
2017. This case study was conducted with the aim of knowing nursing care with
social isolation including assessment, intervention, implementation, and
evaluation of nursing. Study this case in obtaining data in RSJ Drinking Room dr.
Radjiman Wediodiningrat with initials Tn. Z. The research method using case
study while the process of collecting data by interview, observation and check
client status data. At the time of the three-day patient review, a nursing diagnosis
was obtained at Tn. Z with social isolation. After the management of nursing care
for three days according to the plan of action nursing. Clients could build trust
relationships, the client is able to mention the cause of social isolation, the client
is able to mention the benefits of interacting with others and losses when not
interacting with other people, clients Able to carry out social interaction
gradually as well as clients able to express feelings after contact with others.
From the results of the authors conclude the results of the evaluation, the problem
resolved, for family intervention was not given because in the family hospital no
one visited. Therefore, the authors suggest subsequent interventions to complete
the execution strategy to completion or arrive at the fifth implementation strategy
by involving cooperation with the client’s family, as a form of support in the
treatment or cure process of the client, and in providing nursing care in patient
with social isolation needs to be approached continuously.

Keywords: Nursing care with social isolation, Case study


PENDAHULUAN
Fenomena gangguan jiwa tergolong tinggi 72% (Maramis,
pada saat ini mengalami 2009).
peningkatan yang sangat Berdasarkan data dari
signifikan, dan setiap tahun di Riskesdas 2007 menunjukkan
berbagai belahan dunia jumlah sedikitnya ada 154 juta orang di
penderita gangguan jiwa seluruh dunia mengalami depresi
bertambah. Data dari World Health yang berdampak menyebabkan
Organitation (WHO) ada sekitar isolasi sosial. Di Indonesia sendiri
450 juta orang di dunia yang remaja usia kurang lebih 15 tahun
mengalami gangguan jiwa. yang mengalami depresi pada 2007
Indonesia sendiri diperkirakan adalah mencapai 16% atau 19 juta
sebanyak 264 dari 1.000 anggota orang, memasuki 2010 angka itu
rumah tangga mengalami dipastikan akan lebih tinggi lagi.
gangguan jiwa. Angka itu Berdasarkan hasil observasi
menunjukkan jumlah penderita yang peneliti lakukan pada 05 Mei
gangguan kesehatan jiwa di 2017 di Ruang Kenari RSJ Lawang
masyarakat yang sangat tinggi, menunjukkan masalah keperawatan
yakni dari empat penduduk pada klien yang dirawat diruangan
Indonesia menderita kelainan jiwa yaitu dari 34 pasien gangguan jiwa,
dari rasa cemas, depresi, stres, terdapat 16 orang (47,05%) pasien
penyalahgunaan obat, kenakalan halusinasi, 12 orang (35,29%)
remaja sampai skizofrenia (Yosep, pasien isolasi sosial, dan 6 orang
2014 ). (23,52%) lainnya pasien resiko
Dari data Riskesdas (Riset perilaku kekerasan. Menurut
Kesehatan Dasar) 2013 perawat di RSJ Lawang khususnya
menunjukkan 1,7 jiwa atau 1-2 di ruang kenari jumlah pasien yang
orang dari 1.000 warga di Indonesia selalu meningkat pada 5 bulan
mengalami gangguan kesehatan terakhir yaitu halusinasi dan isolasi
jiwa. Jumlah ini cukup besar, sosial.
artinya 50 juta atau sekitar 25% Perkembangan zaman
dari jumlah penduduk Indonesia menurut kehidupan manusia
mengalami gangguan kesehatan semakin modern, begitu juga
jiwa dan provinsi Jawa Timur semakin bertambahnya stressor
menunjukkan angka 2,2 jiwa psikososial akibat adanya budaya
berdasarkan data jumlah penduduk masyarakat modern yang
Jawa Timur yaitu 38.005.413 jiwa cenderung lebih sekuler, hal ini
maka dapat disimpulkan 83.612 dapat menyebabkan manusia
jiwa yang mengalami gangguan semakin sulit menghadapi tekanan-
jiwa di Jawa Timur. Salah satu tekanan hidup yang datang. Kondisi
gangguan negatif dari skizofrenia kritis ini juga membawa dampak
sendiri adalah dapat menyebabkan terhadap peningkatan kualitas
klien mengalami gangguan fungsi maupun kuantitas penyakit mental-
sosial dan isolasi sosial. Kasus emosional manusia. Sebagai akibat
pasien gangguan jiwa yang maka akan timbul gangguan jiwa
mengalami isolasi sosial sendiri khususnya pada gangguan isolasi
sosial dalam tingkat ringan ataupun bingung, pasif, selalu menyendiri,
berat yang memerlukan tidak mau bicara, tidak mau
penanganan rumah sakit baik di bergaul, jarang makan dan mandi
rumah sakit jiwa atau di unit (Data Medik RS Dr Radjiman
perawatan jiwa di rumah sakit Wediodiningrat Lawang 2017).
umum (Nurjannah, 2005). Dalam hal ini peran fungsi dan
Menurut Keliat (dalam tanggung jawab perawat psikiatri
Yosep dan Sutini, 2014) dalam meningkatkan kesehatan
menjelaskan isolasi sosial adalah jiwa, dalam kaitannya dengan
keadaan dimana seorang individu isolasi sosial adalah meningkatkan
mengalami penurunan atau bahkan percaya diri pasien dan
sama sekali tidak mampu mengajarkan untuk berinteraksi
berinteraksi dengan orang lain dengan orang lain misalnya
disekitarnya. Klien mungkin berkenalan dan bercakap-cakap
merasa ditolak, tidak diterima, dan dengan pasien lain, memberikan
tidak mampu membina hubungan penjelasan tentang kerugian
dengan orang lain. Isolasi sosial menyendiri dan keuntungan dari
merupakan upaya klien berinteraksi dengan orang lain
menghindari interaksi dengan orang sehingga diharapkan mampu terjadi
lain, menghindari hubungan dengan peningkatan interaksi sosial pasien,
orang lain maupun komunikasi dan perawat juga bertanggung
dengan orang lain. jawab untuk memberikan
Data diatas tersebut penyuluhan kepada keluarga pasien
didapatkan masalah isolasi sosial di yang meliputi : menjelaskan kepada
RSJ Lawang khususnya Ruang keluarga tentang pengertian isolasi
Kenari menempati posisi kedua sosial, penyebab isolasi sosial,
setelah halusinasi. Dampak dari tanda dan gejala isolasi sosial dan
isolasi sosial bisa membuat pasien cara perawatan pasien isolasi sosial
menarik diri. Dan selama Tn. Z karena peran serta keluarga dalam
dirawat di Ruang Kenari RS Jiwa pemulihan dan pencegahan kambuh
Dr. Radjiman Wediodiningrat kembali pasien sangat diperlukan.
Lawang perilaku pasien
menunjukkan pasien sering .

METODE yang berarti bahwa studi kasus harus


Desain penelitian yang disifatkan sebagai penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini eksploratif dan deskriptif.
adalah studi kasus. Menurut Ciri yang sangat menonjol dalam
Sugiyono, 2010 Studi kasus adalah studi kasus adalah menitik berat
suatu pendekatan yang bertujuan pada wawancara dan observasi,
untuk wholeness (mempertahankan suasana alamiah dimana peneliti
keutuhan) dari obyek artinya data terjun kelapangan dan tidak
yang dikumpulkan dalam rangka berusaha untuk memanipulasi
studi kasus dipelajari sebagi suatu variabel. Peneliti bertindak sebagai
keseluruhan yang terintegrasi. Study pengamat dan hanya membuat
kasus adalah untuk mengembangkan kategori perilaku, mengamati gejala
pengetahuan yang mendalam dan mencatatnya dalam buku
mengenai obyek yang bersangkutan observasinya
HASIL di rumah sakit Tn. Z mengatakan
A. Identitas Pasien bahwa dirinya tidak mempunyai
Identitas pasien Tn. Z berusia 34 teman dekat, klien hanya kenal
tahun, berjenis kelamin laki-laki, alamat dengan sebagian teman saja, klien
Bangkalan Madura. Masuk rumah sakit suka menyendiri, tidak mau
pada tanggal 1 / 15.00 WIB dengan bicara dengan orang lain, dan
diagnosa Bisitopenia + leukositosis malas untuk bergaul. Secara
suspek leukemia anemia heart disease. objektif didapatkan data klien
Penanggung jawab selama dirawat di tidak mau mengikuti kegiatan
rumah sakit adalah ayah Tn.M pekerjaan diruangan jika tidak disuruh
wiraswasta dan ibu Ny. E Alamatnya terlebih dahulu oleh perawat,
Jl.Ir Rais 9/335 RT 12/04 Tanjung Rejo klien sering duduk dipojokkan,
Sukun Malang Pekerjaan Ibu rumah klien lebih banyak diam, klien
tangga. Keluarga muslim dan bersuku menyendiri, klien pasif, kontak
jawa. mata kurang, dan klien hanya
melihat keatas saat berbicara.
B. Pengkajian Dari teori tersebut didukung oleh
Menurut Purba, dkk (2008) tanda pasien Tn. Z yang memiliki tanda
dan gejala isolasi sosial yang gejala yang sama dengan teori
dapat ditemukan dengan diatas seperti mengungkapkan
wawancara, adalah: Pasien perasaan kesepian, malas
menceritakan perasaan kesepian berinteraksi dengan orang lain
atau ditolak oleh orang lain, dan pasien lebih suka menyendiri.
pasien merasa tidak aman berada
dengan orang lain, pasien C. Diagnosa Keperawatan
mengatakan tidak ada hubungan
yang berarti dengan orang lain. Berdasarkan analisis
pasien merasa bosan dan lambat data pengkajian didapatkan 3
menghabiskan waktu, pasien prioritas diagnosa
tidak mampu berkonsentrasi dan keperawatan , yaitu :
membuat keputusan, pasien a. Isolasi sosial
merasa tidak berguna, pasien b. Harga diri rendah
tidak yakin dapat melangsungkan c. Intoleransi aktifitas
hidup. Hal ini sesuai dengan data Penulis mengambil
yang didapatkan pada Tn. Z baik satu prioritas diagnosa
secara subjektif maupun objektif. keperawatan yaitu gangguan
Secara subjektif dapat dibuktikan isolasi sosial, karena adanya
dengan Tn. Z yang mengatakan perilaku klien subjektif dan
dalam hubungan sosialnya saat di objektif menunjukkan bahwa
rumah bahwa klien jarang masalah keperawatan utama
mengikuti kegiatan di masyarakat Tn.Z adalah isolasi sosial.
seperti kerja bakti, tahlil, atau Diagnosa keperawatan
kegiatan yang lain, biasanya klien isolasi sosial Tn.Z didukung
lebih banyak di rumah saja dan dengan data subjektif antara
suka menyendiri di kamar, klien lain klien tidak mempunyai
tidak mau berbicara dengan orang teman dekat, tidak pernah ikut
lain dan lebih banyak diam. kegiatan di masyarakat, suka
Sedangkan hubungan sosial saat menyendiri, tidak mau bicara
dengan orang lain, dan tidak Mendiskusikan dengan pasien tentang
mau bergaul. Sedangkan data keuntungan berinteraksi dan
objektif yang diperoleh antara kerugian tidak berinteraksi yang
lain klien sering duduk bertujuan agar klien dapat
dipojokan, lebih banyak diam, berinteraksi dengan teman
menyendiri, pasif, kontak ataupun orang lain, klien
mata kurang. memiliki teman, bisa berdiskusi,
tidak merasa kesepian, klien
D. Rencana Asuhan Keperawatan mampu menyebutkan keuntungan
berinteraksi dengan orang lain
Intervensi bertujuan untuk dan kerugian tidak berinteraksi
menyusun suatu rencana tindakan dengan orang lain.
keperawatan untuk mengatasi 4. Melatih kemampuan pasien untuk
permasalahan yang dialami pasien. berinteraksi secara bertahap
Intervensi keperawatan disusun dari Dengan melatih kemampuan yang
tanggal 11 Mei – 13 Mei 2017. dimiliki pasien , maka akan
Berikut ini intervensi yang di buat : meningkatkan aktivitas dalam
1. BHSP ( Bina Hubungan Saling kegiatan sehari-hari, dan pasien
Percaya) mampu mendemonstrasikan
Membina hubungan saling interaksi sosial secara bertahap.
percaya merupakan komunikasi 5. Klien dapat mengungkapkan
awal kita dengan pasien sebelum perasaan setelah berinteraksi
kita mengetahui masalah yang dengan orang lain
dialami pasien. BHSP berperan Dengan melatih kemampuan yang
sangat penting untuk kita dimiliki pasien , maka akan
melakukan tindakan karena jika meningkatkan aktivitas dalam
pasien merasa tidak nyaman kegiatan sehari-hari dan menjadi
dengan keberadaan kita otomatis penguat positif atas kemampuan
pasien akan menutup masalahnya klien, dengan klien yang mampu
dan tidak mengetahui masalah mengungkapkan perasaannya,
yang dihadapi pasien. maka akan mudah untuk
2. Mendiskusikan tentang penyebab mengevaluasi perkembangan
isolasi sosial klien tersebut.
Dengan mengetahui penyebab 6. Pendidikan kesehatan tentang
pasien mengalami isolasi sosial penggunaan obat secara teratur
dan pasien mampu Dengan memberikan pendidikan
mengungkapkan akibat dirinya kesehatan penggunaan obat
suka menyendiri perawat dan secara teratur dan benar akan
tenaga medis lain bisa lebih mempengaruhi proses
mudah dalam memberikan penyembuhan penyakit pasien.
tindakan dan pengobatan pada 7. Evaluasi
pasien tersebut sehingga pasien Dari hasil evaluasi
juga merasa nyaman dan aman. memperlihatkan sejauh mana
3. Mendiskusikan tentang pasien dapat memahami
keuntungan berinteraksi dan intervensi yang diberikan dan
kerugian tidak berinteraksi dapat juga dilakukan dengan
dengan orang lain membuat jadwal kegiatan harian.
2. Strategi pelaksanaan 2
E. Implementasi Keperawatan (SP 2) : mengajarkan klien
berinteraksi secara bertahap (
Penulis tidak berkenalan dengan orang pertama
menggunakan Streategi seorang petugas atau perawat ).
Pelaksanaan (SP) terbaru tahun Tindakan keperawatan kedua
(2014) karena rincian tindakan dilakukan perawat pada tanggal 12
keperawatan pada SP terbaru mei 2017 jam 16.00 WIB dengan
berbeda dalam pelaksanaannya, strategi pelaksanaan kedua yaitu
yaitu harus dibarengi dengan mengajarkan klien berinteraksi
kegiatan. Penulis menggunakan secara bertahap, pada tahap
implementasi dengan pendekatan pertama ini Tn.Z akan berkenalan
Strategi Pelaksanaan yang ditulis dengan seorang perawat di
oleh Dermawan dan Rusdi (2011). ruangan. Sebelum melaksankan
strategi pelaksanaan pertama.
1. Strategi pelaksanaan 1 Respon Tn.Z adalah Tn.Z mampu
(SP 1) : membantu klien mengenal mengingat strategi pelaksanaan
penyebab isolasi sosial, saat dievaluasi perawat. Kemudian
keuntungan berhubungan dan Tn.Z mampu berkenalan dengan
kerugian tidak berhubungan perawat lain di ruangan.
dengan orang lain serta 3. Strategi pelaksanaan 3
mengajarkan cara berkenalan. (SP 3) : mengajarkan klien
Tindakan pertama dilakukan berinteraksi secara bertahap (
perawat pada tanggal 11 mei 2017 berkenalan dengan orang kedua
jam 16.00 WIB dengan strategi seorang klien ). Tindakan perawat
pelaksanaan pertama yaitu ketiga dilakukan perawat pada
membina hubungan saling percaya, tanggal 13 mei 2017 jam 10.00
membantu Tn.Z mengenal WIB dengan strategi pelaksanaan
penyebab isolasi sosial, membantu ketiga yaitu mengajarkan klien
mengenal keuntungan berhubungan berinteraksi secara bertahap, pada
dan tidak berhubungan dengan tahap pertama ini Tn.Z akan
orang lain, mengajarkan cara berkenalan dengan seorang klien di
berkenalan, dan memasukkan ruangan. Sebelum melakukan
jadwal harian klien. Respon Tn.Z strategi pelaksanaan ketiga,
adalah Tn.Z mau menjalin perawat mengevaluasi pertemuan
hubungan saling percaya dengan sebelumnya tentang strategi
perawat karena sebelumnya sudah pelaksanaan pertama dan kedua.
sering mengobrol meskipun Tn.Z Respon Tn.Z adalah Tn.Z mampun
tidak kooperatif, Tn.Z mampu mengingat apa yang telah dipelajari
menyebutkan keuntungan pada strategi pelaksanaan kedua
berhubungan dengan orang lain dan ketiga. Pada saat
dan kerugian tidak berhubungan melaksanakan strategi pelaksanaan
dengan orang lain, kemudian Tn.Z ketiga Tn.Z tampak lebih
mampu dilatih berkenalan dan kooperatif dari sebelumnya.
kemudian memasukkan ke jadwal
harian Tn.Z agar Tn.Z dapat
mengingat-ingat apa yang
diajarkan perawat pada hari ini. .
F. Evaluasi Keperawatan tindakan keperawatan adalah
G. Evaluasi yang penulis dapatkan tidak tercapainya semua tujuan
dalam tercapainya strategi khusus yang telah direncanakan
pelaksanaan pertama yang karena keterbatasan waktu serta
dilakukan pada tanggal 11 mei keadaan klien yang kurang fokus
2017 jam 16.00 WIB adalah Tn.Z dalam melakukan strategi
mampu membina hubungan pelaksanaan yang diberikan olah
saling percaya dengan perawat, perawat, selain itu proses
mengenali penyebab isolasi keperawatan keluarga tidak dapat
sosial, menyebutkan keuntungan tercapai karena selama proses
berhubungan dan tidak keperawatan pada klien tidak ada
berhubungan dengan orang lain. yang datang menjenguk.
Tn.Z mampu untuk dilatih cara
berkenalan. Respon tersebut
sesuai dengan kriteria evaluasi PEMBAHASAN
pada perencanaan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa strategi Pohon masalah yang
pelaksanaan pertama Tn.Z ditemukan pada kasus ini tidak
berhasil. sesuai dengan teori keliat (2006)
H. Evaluasi strategi pelaksanaan yaitu gangguan konsep diri: harga
kedua yang dilakukan pada diri rendah merupakan penyebab
tanggal 12 mei 2017 jam 16.00 sedangkan isolasi sosial menjadi
WIB adalah Tn.Z mampu untuk masalah utama dan gangguan
mengulangi strategi pelaksanaan sensori persepsi: halusinasi sebagai
pertama dan mampu berkenalan akibat.
dengan seorang perawat di Pada pelaksanaan
ruangan. Respon tersebut sesuai dalam melakukan asuhan
dengan kriteria evaluasi pada keperawatan pada Tn. Z ditemukan
perencanaan, sehingga dapat masalah lain penyebab dari isolasi
diambil kesimpulan strategi sosial, klien berawal dari pernah
pelaksanaan kedua Tn.Z berhasil. mengalami masalalu yang tidak
I. Evaluasi strategi pelaksanaan menyenangkan saat tunangannya
ketiga pada tanggal 13 mei 2017 menolak untuk diajak menikah
jam 10.00 WIB adalah Tn.Z lebih dengan masalah berduka
kooperatif dari sebelumnya, disfungsional, dari situ klien
kontak mata juga bertambah mengalami kesulitan melakukan
namun saat berkenalan dengan penyesuaian dengan persoalan yang
klien lain Tn.Z tidak bisa fokus dihadapi atau gagal melakukan
saat berkenalan. Respon tersebut koping yang sesuai tekanan yang
belum sesuai dengan kriteria dialami merupakan masalah koping
evaluasi pada perencanaan, individu inefektif. Pada Tn. Z
sehingga dapat ditarik mempunyai riwayat 6 tahun yang
kesimpulan bahwa strategi lalu pernah dirawat di Rumah Sakit
pelaksanaan ketiga Tn.Z belum Dr. Soetomo selama 1 bulan dengan
berhasil dan diulang pada sakit yang sama, klien pulang paksa
pertemuan selanjutnya. dan tidak pernah kontrol maupun
J. Beberapa kesulitan yang dialami minum obat, ini merupakan masalah
penulis dalam memberikan penatalaksanaan terapi tidak efektif.
Sedangkan gangguan isolasi sosial KESIMPULAN DAN SARAN
pada Tn.Z tidak berdampak masalah
gangguan sensori persepsi: 5.1 Kesimpulan
halusinasi, namun masalah yang Berdasarkan pembahasan
muncul pada Tn. Z yaitu intolerasi yang diuraikan dalam bab 4 studi
aktivitas, defisit perawatan diri, kasus pada Tn. Z dengan isolasi
kerusakan komunikasi dan gangguan sosial, maka dapat ditarik
proses pikir. Masalah intoleransi kesimpulan sebagai berikut.
aktivitas ditandai dengan data 1) Pengkajian yang dilakukan pada
subjektif klien yang suka Tn. Z data yang dikumpulkan saat
menyendiri, tidak mau bicara dengan pengkajian Tn. Z mengungkapkan
orang lain, tidak mau bergaul, tidak perasaan kesepian, malas
mau mengikuti kegiatan di ruangan. berinteraksi dengan orang lain dan
Defisit perawatan diri ditandai pasien lebih suka menyendiri.
dengan data objektif klien yang Peristiwa yang tidak menyenagkan
berpenampilan tidak rapi, baju menurut Tn. Z yaitu ketika
kusut, bau mulut, bau badan, kuku tunangan Tn. Z menolak untuk
pendek dan kotor, kulit kering dan menikah dari situ Tn. Z mulai
kusam. Kerusakan komunikasi menyendiri, tidak suka makan,
ditandai dengan data objektif klien tidak mau bergaul dan tidak mau
yang cara bicaranya lambat, nada keluar kamar.
bicara pelan, kata-kata bersambung, 2) Penegakan diagnosa keperawatan
klien tidak mampu memulai utama yang muncul saat dilakukan
pembicaraan, jikaa diberi stimulus pengkajian pada Tn. Z didapatkan
menyenangkan atau menyedihkan yaitu isolasi sosial.
ekspresi wajah klien biasa saja atau 3) Rencana keperawatan yang dapat
datar. Sedangkan masalah gangguan dilakukan pada Tn. Z meliputi
proses pikir : bentuk pikir otistik tujuan umum klienn mampu
ditandai dengan data subjektif klien berinteraksi dengan orang lain.
yang mengatakan “saya lebih suka Untuk tujuan pertama klien dapat
menyendiri untuk menenangkan membina hubungan saling percaya,
pikiran”. tujuan khusus kedua klien dapat
Dari hal diatas dapat mengenal perasaan yang
disimpulkan pada kasus Tn. Z menyebabkan isolasi sosial, tujuan
dengan masalah isolasi sosial yaitu khusus ketiga klien dapat
berduka disfungsional, koping mengetahui keuntungan
individu inefektif, dan berhubungan dengan orang lain
penatalaksanaan terapi tidak efektif dan kerugian tidak berhubungan
merupakan penyebab, sedangkan dengan orang lain, tujuan khusus
isolasi sosial menjadi masalah keempat klien dapat berhubungan
utama, sehingga intoleransi aktivitas, dengan orang lain secara bertahap,
defisit perawatan diri, kerusakan dan tujuan khusus kelima klien
komunikasi dan gangguan proses mendapat dukungan dari keluarga
pikir adalah sebagai akibat. dalam berhubungan dengan orang
lain.
4) Implementasi keperawatan
disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan yang telah di
susun. Penulis melakukan tidak ada sama sekali keluarga
implementasi pada Tn.Z selama 3 yang datang menjenguk.
hari pada tanggal 11 – 13 mei
2017. Pada hari pertama perawat 5.2 Saran
memberikan strategi pelaksanaan 1 5.2.1 Teoritis
(SP 1) yaitu membantu klien 1) Bagi Peningkatan Kualitas Asuhan
mengenal penyebab isolasi sosial, Keperawatan
keuntungan berhubungan dan Laporan studi kasus ini
kerugian tidak berhubungan diharapkan dapat digunakan
dengan orang lain serta sebagai salah satu acuan dalam
mengajarkan cara berkenalan. Pada meningkatkan kualitas pelayanan
hari kedua dilaksanakan strategi asuhan keperawatan dengan
pelaksanaan 2 (SP 2) yaitu masalah isolasi sosial yang lebih
mengajarkan klien berinteraksi menekankan pada komunikasi
secara bertahap (berkenalan terapeutik dalam melakukan
dengan orang pertama seorang pendekatan terhadap pasien dengan
perawat). Pada hari ketiga perawat isolasi sosial.
melaksanakan strategi pelaksanaan 2) Bagi pendidikan
3 (SP 3) yaitu mengajarkan klien Sebagai tolak ukur tingkat
berinteraksi secara bertahap kemampuan mahasiswa dalam
(dengan orang kedua seorang penguasaan terhadap ilmu
klien). keperawatan, proses keperawatan
5) Hasil evaluasi tindakan dan pendokumentasian proses
keperawatan yang dilakukan dalam keperawatan sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan memberikan umpan balik terhadap
pada Tn. Z sampai pada strategi efektifitas pengajaran dan
pelaksanaan ketiga. Klien mampu bimbingan yang telah diberikan
membina hubungan saling percaya dan diterapkan untuk kemajuan di
dengan perawat, mengenal masa yang akan datang.
penyebab isolasi sosial, Menyediakan informasi nyata dan
menyebutkan keuntungan aktual tentang asuhan keperawatan
berhubungan dan tidak pasien dengan isolasi sosial yang
berhubungan dengan orang lain, dapat digunakan oleh mahasiswa
mampu untuk dilatih cara sebagai salah satu literatur bagi
berkenalan, mampu berkenalan pendidikan dan menunjang
dengan semua perawat di ruangan peningkatan pengetahuan
namun belum maksimal berkenalan khususnya tentang asuhan
dengan pasien yang lain karena Tn. keperawatan pada pasien dengan
Z menolak tanpa memberikan isolasi sosial.
alasan yang lain. Beberapa
kesulitan yang dialami penulis 4.2.2 Praktis
dalam memberikan tindakan 1) Pasien
keperawatan adalah tidak tercapai Adanya laporan studi kasus
semua tujuan khusus karena ini, diharapkan dapat membantu
keterbatasan waktu, selain itu pasien untuk lebih mengerti dan
proses keperawatan keluarga tidak paham mengenai penyebab,
dapat tercapai karena selama pencegahan, pengobatan dan cara
proses keperawatan pada klien
penanggulangan gangguan isolasi
sosial. Dinas Kesehatan Jawa Tengah.
2) Rumah Sakit 2012. “Buku Saku Kesehatan
Menyediakan kerangka Tahun
berpikir secara ilmiah yang 2012”. Www.dinkesjateng.go.id. (
bermanfaat bagi rumah sakit dalam Diakses tanggal 20 Februari 2014
meningkatkan mutu pelayanan jam 10.45 WIB).
kesehatan dan memberikan
gambaran pelaksanaan asuhan Direja, Ade Herman S. 2011. Buku Ajar
keperawatan pada pasien dengan Asuhan Keperawatan Jiwa.
gangguan isolasi sosial. Yogyakarta : Nuha Medika.
Menyediakan referensi bagi
perawat ruangan dalam melakukan Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan
asuhan keperawatan jiwa pada Keperawatan dan Pelayanan
pasien dengan isolasi sosial secara Medik.2007Departement
konprehensif dengan pendekatan Kesehatan.
proses keperawatan yang lebih
menguatkan dalam strategi Febrida. 2007. “Pengaruh Terapi
membina hubungan saling percaya Aktifitas
(BHSP) dengan menggunakan Stimulasi”. Http://http.yasir.com/2
teknik komunikasi terapeutik yang 009/10/pengaruh-terapi-aktifitas-
baik. stimulasi.html. (Diakses tanggal 20
3) Bagi Penulis Mei 2016 jam 10.30 WIB).
Sebagai salah satu
pengalaman berharga dan nyata Hardian, Mohammad Okki, Visi Sistem
yang didapat dalam lapangan Perkeretaapian Nasional:
praktek yang dilakukan sesuai ilmu KajianImplementasi UU No. 23
yang didapat serta sebagai acuan tahun 2008, Proceeding PESAT
bagi penulis dalam menghadapi (Psikologi,Isaacs, Ann. (2005).
kasus yang sama sehingga dapat Keperawatan Kesehatan Jiwa dan
memberikan asuhan keperawatan Psikiatri. Edisi 3., Jakarta: Penerbit
yang lebih baik bagi pasien dengan Buku Kedokteran EGC.
gangguan isolasi sosial.
Keliat & Akemat (2010). Keperawatan
Jiwa: terapi aktivitas kelompok.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Anna. 2006. Proses
Akemat dan Keliat, Budi Anna. Keperawatan Kesehatan Jiwa.
2010. Model Praktik Keperawatan Edisi 5. Jakarta : EGC.
Profesional Jiwa. Jakarta : EGC. Kusumawati, Farida. 2010. Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta :
Chaery, I. (2009). TAK: PersepsiSensori. Salemba Medika.
Skripsi.Diunduhpada 16 Oktober
2012 Mamnu’ah. 2010.
darihttp://www.schizophrenia.com/ StresdanStrategiKopingKeluargaM
erawatAnggotaKeluarga yang
Depkes RI. 2005. Profil Kesehatan MengalamiHalusinasi.
Indonesia tahun 2005. Jakarta JurnalKebidanandankeperawatan.
Yogyakarta: Stikes ‘Aisyiyah Stuart, G.W. 2007. Buku Saku
Yogyakarta. Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta
: EGC.
Maramis, W.F., 2005, Catatan Ilmu
Kedokteran Jiwa, Cetakan Townsend, Mary C. 2003. Pedoman
kesembilan, Surabaya : Airlangga Dalam Keperawatan Psikiatri.
University Press. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Marlindawanidkk.(2008).AsuhanKepera
watanpadaKliendenganGangguan Townsend, Mary C. 2006. Buku Saku
MasalahPsikososialdanGangguanJ Diagnosa Keperawatan Pada
iwa.Medan: USU Press Keperawatan Psikiatri: Pedoman
Untuk Pembuatan Rencana
Ngadiran. Perawatan. Edisi 5. Jakarta : EGC.
2010. “Studi Fenomena Pengala
man Keluarga Tentang Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar
Beban Dan Sumber Dukungan K Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
eluarga Dalam Merawat Klien Volume 45, 2010-2011. Jakarta :
Dengan Halusinasi”. Tesis, ISFI.
FIK UI. Www.proquest.com. (Di
akses tanggal 15 Juni 2016 jam WHO. 2006. “Laporan 26 juta warga
13.15) Negara Indonesia gangguan
jiwa”http://dir.groups.yahoo.com/g
Nurjannah, Intansari. 2005. Aplikasi roup/karismatik/message/615 (Dia
Proses Keperawatan Pada kses tanggal 23 Mei 2016 jam
Diagnosa Resiko Kekerasan 10.15 WIB).
Diarahkan Pada Orang Lain Dan
Gangguan Sensori Persepsi. WHO. 2009. “Karya Tulis Ilmiah
Yogyakarta : Moco Medika. Keperawatan Jiwa :
Halusinasi”. Http://digilib.unimus.
Perry & Potter, 2005.Buku Ajar ac.id/files/disk/147/jtp-supriyadin-
Fundamental Keperawatan. 7339-1-bab1-pdf. (Diakses tanggal
Vol.1,2, Ed.4.ECG : Jakarta 23 Mei 2016 jam 12.00 WIB)

Rasmun. 2009. Keperawatan Kesehatan Kusumawati, Farida. (2010). Buku Ajar


Mental Psikiatri Terintegrasi Keperawatan Jiwa. Jakarata :
Dengan Keluarga. Jakarta : EGC.
Yosep, Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa.
Riset Kesehatan Dasar Departemen Edisi Revisi. Bandung : Revika
Kesehatan Republik Indonesia. Aditama.
2007. “Analisis Gejala Gangguan
Mental Emosional Penduduk
Indonesia”. Http://www.google.dat
a riskesda 2007 gangguan jiwa
indonesia.digitaljournals.org.
(Diakses tanggal 22 Juni 2016 jam
11.15 WIB).Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai