Anda di halaman 1dari 9

JURNAL REFLEKSI

TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SKIZOFRENIA


PARANOID TERHADAP DIAGNOSA WAHAM

Oleh:
Ifa Mardiana, S. Kep.
NIM 182311101102

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
OKTOBER, 2019

1
REFLEKSI DIRI

Salah satu faktor untuk mencegah terjadinya kekampbuhan pada klien


skizofrneia yaitu dengan melaksanakan program pengobatan dengan rutin, pengobatan
yang dimaksut yaitu kepatuhan dalam minum obat. Walaupun kepatuhan minum obat
tidak dapat menyembuhkan dan tidak mengurangi terjadinya kekambhan klien 100%,
tetapi dengan perilaku patuh minum obat maka remisi klien selama setahun lebih lama
dan gejala psikosis tidak parah. Akan tetapi, sebagian besar klien dengan skizofrenia
cenderung memiliki perilaku tidak patuh dalam pengobatan. Hal ini disebabkan efek
samping obat, dosisi yang diberikan, cara pemberian, dan biaya pengobatan. Stuart dan
Laraia (2005) menambahkan bahwa sebagian besar klien dnegan skizofrenia
mengalami ketidakpatuhan minumobat, hal ini akan berdampak pad aonser
kekambuhan yang tinggi dengan gejala psikotok yang menonjol.

2
MASALAH KLIEN

Salah satu klien di ruang Kenanga RSJ dr. Radjiman Weediodininngrat


Lawang bernama Tn. K. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 1-3
Oktober 2019, klien memiliki masalah dengan dengan kesehatan jiwa. Pengkajian
dilakukan dengan menggali data primer dari klien dan data sekunder dari catatan
medis klien, serta cerita dari perawat yang ada di ruang Kenanga. Klien memiliki
riwayat gangguan kesehatan jiwa kurang lebih sejak 46 tahun yang lalu. Sudah
pernah di rawat di rumah sakit ini dan RSJ Menur Surabaya. Terakhir dirawat di
RSJ yaitu lima tahun yang lalu. Dan masuk rumah sakit ini sejak 2 minggu yang
lalu.
Riwayat kesehatan jiwa klien enam bulan terakhir ini diantaranya yaitu,
sekitar dua bulan yang lalu pasien sering melakukan hal yang aneh seperti
mengatakan menemukan benda-nbenda aneh dan menyatakan pernyataan yang
aneh. Seperti mengumpulkan sisa-sisa ikan tambak tetangga, kemudian
dimasukkan ke kolam ikan. Dianggap ikan teresebut dapat membuat seluruh badan
panas. Sehingga pasien mengisi botol aqua dnegan beras dan gula, kegiatan ini
dianggap dingin sehingga dapat mengurangi panas yang dirasakan. Selain itu klien
sering marah tanpa sebab, dan berbicara sendiri. Satu bulan sebelum masuk rumah
sakit setiap bertemu dengan perempuan klien ingin selalu mencium dan
memeluknya. Dan untuk satu minggu sebelumdibawa ke rumah sakit klien
menunjukkan kemaluannya di tempat umum.
Penyebab lain klien bisa kambuh dengan penyakit jiwanya yaitu putus
obat, klien sudah lama bercerai dengan istrinya sehingga klien tinggal bersama
ibunya. Terkait dengan kehidupan klien terutama minum obat klien selalu dibantu
oleh ibunya. Sekitar dua tahun yang lal, ibu klien meninggal sehingga klien tinggal
di rumah sendirian, tidak ada yang selalu menginngatkan klien untuk minum obat.
Pengkajian tanggal 1 Oktober 2019 didapatkan hasil yaitu dari
pemeriksaan fisik klien TD: 120/80 mmHg, N: 78x/menit, T: 36,8 C, dan RR 20
x.menit. Dari pengkajian data primer didapatkan hasil bahwa klien mengalami
masalah keperawatan jiwa yiwa yaitu gangguan proses piker waham. Hal ini
dibuktikan dari cerita klien yang beranggapan bahwa kehidupan dan kesehatan
manusi tergantung dari kesehatan ikan yang hidup. Apabila ikan sehat, hidup di air,
makan banyak berarti klien bisa sehat dan tidak sakit. Sebaliknya apabila ikannya
mati atau sengsara klien akan sakit, badannya terasa panas, dan kepala pusing. Klien

3
juga mengatakan rasa pusing klien seperti diestrum, sama halnya yang dirasakan
ikan wkatu diestrum.
Masalah keperawatan lain, klien mengatakan sering ada bisikan dari orang
yang sudah meninggal. Adapun bisikannya yaitu memanggil nama klien dan
disuruh untuk mememlihara ikan-ikan dengan baik. Bisikan itu selalu muncul dini
hari skeitar jam 03.00 dan klien selalu terbangun setelah ada bisikan itu. Dan klien
tidak bisa tidur lagi. Waktu pengkajian klien terlihat kooperatif dan jawaban klien
koheren, penampilan klien sesuai dengan jenis kelaminnya, tidak ada baju ataupun
celana yang kebalik, rambut klien rapi, kuku klien pendek, klien terlihat rapid an
bersih, klien mengenakan alas kaki yaitu sandal jepit. Adapun diagnose medis klien
yaitu paranoid skixofrenia dengan diagnosa keperawatan wahamdan halusinasi.

4
ANALISA JURNAL

1. Judul Jurnal
Jurnal yang penulis bahas yaitu mengenai pengaruh kepatuhan minum obat
pada klien skizofrenia paranoid dengan diagnosa waham. Adapun judul jurnal yaitu
“Pengaruh terapi Psikoedukasi Keluarga Skizofrenia paranoid terhadap kepatuhan
minum obat pasien”.
a. Penulis
Penulis dari jurnal “Pengaruh terapi Psikoedukasi Keluarga Skizofrenia paranoid
terhadap kepatuhan minum obat pasien” adalah Muhammad Faktkhul Mubin
dan Desi Ariyana Rahayu pad atahun 2019.
b. Nama Jurnal
Jurnal “Pengaruh terapi Psikoedukasi Keluarga Skizofrenia paranoid terhadap
kepatuhan minum obat pasien” dipublikasn oleh Jurnal Keperawatan LPPM
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal.

2. Metode (Intervensi yang disarankan)


Analisa jurnal yang berjudul “Pengaruh terapi Psikoedukasi Keluarga
Skizofrenia paranoid terhadap kepatuhan minum obat pasien”, berdasarkan analisa
jurnal menggunakan PICOT sebagai berikut :
a. Population (P)
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 38 responden dan
ditambahkan 10% sebagai antisipasi responden yang drop out sehingga jumlah
kelompok intervensi 42 orang dan kelompok kontrol 42 orang. Variabel bebas
pada penelitian ini adalah TPEK-SP, dan variabel terikatnya adalah kepatuhan
obat. Kriteria inklusi keluarga untuk penelitian ini adalah keluarga yang di
dalamnya terdapat ODS paranoid dengan memenuhi kriteria PPDGJ-III yang
dirawat di rumah sakit, keluarga yang di dalamnya terdapat ODS paranoid yang
mengalami kambuh atau dirawat kembali tidak lebih dari 3 kali, keluarga tidak
mempunyai riwayat penyakit skizofrenia dari 3 generasi keturunan sebelumnya,
keluarga yang mempunyai anggota keluarga minimal 2 orang dewasa tinggal 12
jam dalam sehari bersama ODS paranoid, keluarga ODS paranoid yang tidak
mempunyai penyakit kronis yang menyebabkan tidak berfungsinya peran kepala
keluarga. Adapun kriteria eksklusi keluarga dalam penelitian ini adalah keluarga
ODS paranoid yang mempunyai keterbatasan fisik, keluarga ODS paranoid yang

5
tidak bersepakat mengikuti proses penelitian, keluarga ODS paranoid yang tidak
dapat membaca dan menulis.
Kriteria inklusi ODS untuk penelitian ini adalah pasien ODS paranoid
dengan memenuhi kriteria PPDGJ-III yang dirawat di rumah sakit, pasien ODS
paranoid yang mengalami kambuh atau dirawat kembali di rumah sakit tidak
lebih dari 3 kali, pasien ODS paranoid dan tidak mempunyai riwayat keluarga
dengan penyakit yang sama dari 3 generasi keturunan sebelumnya, pasien ODS
paranoid yang mempunyai keluarga minimal 2 orang dewasa yang tinggal 12
jam dalam sehari bersama ODS, pasien ODS paranoid berusia produktif ( 18 –
55 tahun ). Sedangkan kriteria eksklusi ODS sebagai berikut: pasien ODS
paranoid yang mempunyai dua diagnosis fisik dan psikis, pasien ODS paranoid
yang keluarganya menolak mengikuti proses penelitian.

b. Intervention (I)
Intervensi yang diberikan pada jurnal “Pengaruh terapi Psikoedukasi
Keluarga Skizofrenia paranoid terhadap kepatuhan minum obat pasien” yaitu
edukasi kepada klien dan keluarga terkait kepatuhan minum obat terhadap
kesembuhan klien. Kepatuhan minum obat diukur menggunakan check list yang
terdiri dari 3 item pernyataan terkait kepatuhan minum obat ODS. Kepatuhan
minum obat ODS dengan mengelompokan jawaban, yaitu skor “0“, jika lupa dan
atau menolak minum obat; “1”, jika teratur minum obat. Kepatuhan minum obat
ODS dikategorikan sebagai berikut: patuh dan tidak patuh.
Intervensi ini dapat diterapkan pada semua klien yang ada di ruang
Kenanga, baik yang rencana pulang ataupun yang belum ada rencana pulang.
Untuk klien yang belum ada rencana pulang, langsung diedukasikan kepada
klien, untuk kepatuhan minum obat klien selalu disiapkan oleh perawat ruangan.
Semnetara untuk klien yang ada rencana pulang, dapat langsung diberikan
edukasi kepada klien dan keluarga terkait kepatuhan minum obat, serta langsung
diberi cek list kepatuhan minum obat,.

c. Comparation (C)
Berdasarkan hasil dari penelitian pada jurnal “Pengaruh terapi
Psikoedukasi Keluarga Skizofrenia paranoid terhadap kepatuhan minum obat
pasien” yaitu analisis tiap variabel keluarga mendapatkan TPEK-SP terbukti
bermakna bahwa TPEK-SP berpengaruh terhadap keluarga dalam meningkatkan

6
kemampuan merawat klien terutama dalamkepatuhan minum obat. TPEK-SP
dilengkapi dengan materi yang memperhatikan karakteristik skizofrenia
paranoid dan masalah yang sering muncul pada keluarga dan ODS paranoid
terkait kepatuhan minum obat. Perubahan kemampuan merawat setelah
mendapatkan terapi menunjukkan bahwa edukasi yang diberikan dengan TPEK-
SP mampu meningkatkan pemahaman, sikap, dan ketrampilan pada keluarga
yang berkaitan dengan kepatuhan minum obat klien.
Penelitian ini didukung oleh penelitian lain yaitu “Kepatuhan Minum
obat pasien Skizofrenia melalui Terapi Mindfulness Spiritual Islam”. Dalam
jurnal ini dijelaskan bahwa kepatuhan obat sangat berperan dalam kesehatan
klien dengan gangguan jiwa terutama pada klien skizofrenia. Kepatuhan obat
pada skizofrenia dipengaruhi oleh pengetahuan yang rendah, tidak mendapatkan
dukungan dari keluarga, keyakinan pengobatan dan penyalahgunaan zat
hubungan terapeutik yang baik dengan dokter dan persepsi manfaat obat. Pelupa,
kecerobohan, merasa sehat , berhenti jika lebih buruk, minum obat jika merasa
sakit, merasa aneh seperti zombie dan efek samping obat. Salah satu cara untuk
meningkatkan kepatuhan minum obat pada klien yaitu melalui terapi Terapi
Mindfulness Spiritual Islam. Mindfulness spiritual islam merupakan salah satu
terapi holistic yang sangat efektif pada klien skizofrenia mengalami
ketidakpatuhan minum obat, penanggulangan depresi maupun gangguan
psikologis lainnya. Terapi spiritual sangat berpengaruh untuk membangun rasa
penerimaan diri, keadaan sakit klien, akan mendorong individu tersebut akan
lebih dekat dengan Tuhan dan menerima penyakitnya sebagai cobaan dari
Tuhan.

d. Out Come (O)


Kekambuhan pada pasien skizofrenia adalah timbulnya kembali gejala-
gejala yang sebelumnya sudah dapat diatasi serta sudah mengalami kemajuan.
Salah satu penyebab kambuhnya pasien dengan skizofrenia yaitu putus obat atau
ketidakpatuhan minum obat. Sehingga diperlukan adanya penatalaksanaan
program pengobatan dnegan rutin lebih jelasnya pada kepatuhan minum obat.
Walaupun kepatuhan minum obat tidak dapat menyembuhkan dan tidak
mengurangi terjadinya kekambuhan pasien 100%, tetapi dnegan perilaku patuh
minu obat maka waktu remisi pasien setahun lebih lama den gejala psikosis
tidak akan terlalu parah. Sebagian besar pasien skizofrenia cenderung memiliki

7
perilaku tidak patuh dalam pengobatan hal ini disebabkan efek samping obat,
dosis yang diberikan, cara pemberian dan biaya pengobatan. Ketidakpatuhan
minum obat akan berdampak pada onset kekambuhan yant tinggi dengan gejala
psikotik yang menonjol.
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada pasien skizofrenia
terkait kepatuhan pasien yaitu dukungan dari orang lain terutama dukungan dari
orang terdekat seperti keluarga. Selain itu memodifikasi kepatuhan minum obat
pada pasien dengan hal yang baru atau hal yang belum pernah dilakukan oleh
pasien, sehingga dapat mengurangi bosan pasien tekait minu obat.
Intervensi yang diberikan kepada pasien diharapkan dapat meningkat
kepatuhan pasien dalam minum obat, sehingga tidak terjadi kekambuhan pada
pasien terutama pada pasien yang menjalani rawat jalan. Tujuan utama dari
kepatuhan minum obat yaitu tidak ada putus obat yang dapat mengakibatkan
keadaan pasien mengalami kemunduran. Edukasi kepada keluarga terkait
dengan kepatuhan pasien dalam minum obat, diharapkan keluarga selalu
menjadi support system pada kepatuhan pasien dalam minumobat, sehingga
pasien tidak putus obat. Dari intervensi yang diberikan diharapkan ada
peningkatan kepatuhan minum obat pada klien, karena hal ini yang paling utama
dalampprogram pelaksaaan kepatuhan minum obat.

e. Time (T)
Peneliti pada jurnal “Pengaruh terapi Psikoedukasi Keluarga Skizofrenia
paranoid terhadap kepatuhan minum obat pasien” memaparkan data yang
berasal dari pengamatan berperan serta mengenai subjek yang diteliti melalui
observasi di lapangan. Penelitian dalam jurnal ini dilakukan mulai awal tahun
2018 dan diajukan untuk publikasi pada tanggal 12 Desember 2018 dan
diterbitkan pada tanggal 25 Juni 2019.
Adapun tindak lanjut yang dapat diberikan kepada klien yang belum ada
rencana pulang ataupun klien yang sudah ada rencana pulang, yaitu pemantuan
lebih lanjut terkait dengan kesadaran ataupun kemampuan klien dalam minum
obat. Serta kemampuan klien dalam minum obat tanpa perintah dan bantuan
orang lain.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ardinata, Dwidiyanti, M. dan Sari, S. P. 2019. “Kepatuhan Minum obat pasien


Skizofrenia melalui Terapi Mindfulness Spiritual Islam. Jurnal Keperawatan
Jiwa PPNI Jawa Tengah. Volume 2 No 2.
Sandriani, Baiq. 2015. Hubungan kepatuhan minum obat dengan tingkat Kekambuhan
pada Pasien Skizofrenia di Poli Klinik Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY.
Mubin, M. F. dan Rahayu, D. A. 2019. Pengaruh terapi Psikoedukasi Keluarga
Skizofrenia paranoid terhadap kepatuhan minum obat pasien. LPPM Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal. Volume 11 No 2.

Anda mungkin juga menyukai