Oleh:
Ifa Mardiana, S. Kep.
NIM 182311101102
1
REFLEKSI DIRI
2
MASALAH KLIEN
3
juga mengatakan rasa pusing klien seperti diestrum, sama halnya yang dirasakan
ikan wkatu diestrum.
Masalah keperawatan lain, klien mengatakan sering ada bisikan dari orang
yang sudah meninggal. Adapun bisikannya yaitu memanggil nama klien dan
disuruh untuk mememlihara ikan-ikan dengan baik. Bisikan itu selalu muncul dini
hari skeitar jam 03.00 dan klien selalu terbangun setelah ada bisikan itu. Dan klien
tidak bisa tidur lagi. Waktu pengkajian klien terlihat kooperatif dan jawaban klien
koheren, penampilan klien sesuai dengan jenis kelaminnya, tidak ada baju ataupun
celana yang kebalik, rambut klien rapi, kuku klien pendek, klien terlihat rapid an
bersih, klien mengenakan alas kaki yaitu sandal jepit. Adapun diagnose medis klien
yaitu paranoid skixofrenia dengan diagnosa keperawatan wahamdan halusinasi.
4
ANALISA JURNAL
1. Judul Jurnal
Jurnal yang penulis bahas yaitu mengenai pengaruh kepatuhan minum obat
pada klien skizofrenia paranoid dengan diagnosa waham. Adapun judul jurnal yaitu
“Pengaruh terapi Psikoedukasi Keluarga Skizofrenia paranoid terhadap kepatuhan
minum obat pasien”.
a. Penulis
Penulis dari jurnal “Pengaruh terapi Psikoedukasi Keluarga Skizofrenia paranoid
terhadap kepatuhan minum obat pasien” adalah Muhammad Faktkhul Mubin
dan Desi Ariyana Rahayu pad atahun 2019.
b. Nama Jurnal
Jurnal “Pengaruh terapi Psikoedukasi Keluarga Skizofrenia paranoid terhadap
kepatuhan minum obat pasien” dipublikasn oleh Jurnal Keperawatan LPPM
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal.
5
tidak bersepakat mengikuti proses penelitian, keluarga ODS paranoid yang tidak
dapat membaca dan menulis.
Kriteria inklusi ODS untuk penelitian ini adalah pasien ODS paranoid
dengan memenuhi kriteria PPDGJ-III yang dirawat di rumah sakit, pasien ODS
paranoid yang mengalami kambuh atau dirawat kembali di rumah sakit tidak
lebih dari 3 kali, pasien ODS paranoid dan tidak mempunyai riwayat keluarga
dengan penyakit yang sama dari 3 generasi keturunan sebelumnya, pasien ODS
paranoid yang mempunyai keluarga minimal 2 orang dewasa yang tinggal 12
jam dalam sehari bersama ODS, pasien ODS paranoid berusia produktif ( 18 –
55 tahun ). Sedangkan kriteria eksklusi ODS sebagai berikut: pasien ODS
paranoid yang mempunyai dua diagnosis fisik dan psikis, pasien ODS paranoid
yang keluarganya menolak mengikuti proses penelitian.
b. Intervention (I)
Intervensi yang diberikan pada jurnal “Pengaruh terapi Psikoedukasi
Keluarga Skizofrenia paranoid terhadap kepatuhan minum obat pasien” yaitu
edukasi kepada klien dan keluarga terkait kepatuhan minum obat terhadap
kesembuhan klien. Kepatuhan minum obat diukur menggunakan check list yang
terdiri dari 3 item pernyataan terkait kepatuhan minum obat ODS. Kepatuhan
minum obat ODS dengan mengelompokan jawaban, yaitu skor “0“, jika lupa dan
atau menolak minum obat; “1”, jika teratur minum obat. Kepatuhan minum obat
ODS dikategorikan sebagai berikut: patuh dan tidak patuh.
Intervensi ini dapat diterapkan pada semua klien yang ada di ruang
Kenanga, baik yang rencana pulang ataupun yang belum ada rencana pulang.
Untuk klien yang belum ada rencana pulang, langsung diedukasikan kepada
klien, untuk kepatuhan minum obat klien selalu disiapkan oleh perawat ruangan.
Semnetara untuk klien yang ada rencana pulang, dapat langsung diberikan
edukasi kepada klien dan keluarga terkait kepatuhan minum obat, serta langsung
diberi cek list kepatuhan minum obat,.
c. Comparation (C)
Berdasarkan hasil dari penelitian pada jurnal “Pengaruh terapi
Psikoedukasi Keluarga Skizofrenia paranoid terhadap kepatuhan minum obat
pasien” yaitu analisis tiap variabel keluarga mendapatkan TPEK-SP terbukti
bermakna bahwa TPEK-SP berpengaruh terhadap keluarga dalam meningkatkan
6
kemampuan merawat klien terutama dalamkepatuhan minum obat. TPEK-SP
dilengkapi dengan materi yang memperhatikan karakteristik skizofrenia
paranoid dan masalah yang sering muncul pada keluarga dan ODS paranoid
terkait kepatuhan minum obat. Perubahan kemampuan merawat setelah
mendapatkan terapi menunjukkan bahwa edukasi yang diberikan dengan TPEK-
SP mampu meningkatkan pemahaman, sikap, dan ketrampilan pada keluarga
yang berkaitan dengan kepatuhan minum obat klien.
Penelitian ini didukung oleh penelitian lain yaitu “Kepatuhan Minum
obat pasien Skizofrenia melalui Terapi Mindfulness Spiritual Islam”. Dalam
jurnal ini dijelaskan bahwa kepatuhan obat sangat berperan dalam kesehatan
klien dengan gangguan jiwa terutama pada klien skizofrenia. Kepatuhan obat
pada skizofrenia dipengaruhi oleh pengetahuan yang rendah, tidak mendapatkan
dukungan dari keluarga, keyakinan pengobatan dan penyalahgunaan zat
hubungan terapeutik yang baik dengan dokter dan persepsi manfaat obat. Pelupa,
kecerobohan, merasa sehat , berhenti jika lebih buruk, minum obat jika merasa
sakit, merasa aneh seperti zombie dan efek samping obat. Salah satu cara untuk
meningkatkan kepatuhan minum obat pada klien yaitu melalui terapi Terapi
Mindfulness Spiritual Islam. Mindfulness spiritual islam merupakan salah satu
terapi holistic yang sangat efektif pada klien skizofrenia mengalami
ketidakpatuhan minum obat, penanggulangan depresi maupun gangguan
psikologis lainnya. Terapi spiritual sangat berpengaruh untuk membangun rasa
penerimaan diri, keadaan sakit klien, akan mendorong individu tersebut akan
lebih dekat dengan Tuhan dan menerima penyakitnya sebagai cobaan dari
Tuhan.
7
perilaku tidak patuh dalam pengobatan hal ini disebabkan efek samping obat,
dosis yang diberikan, cara pemberian dan biaya pengobatan. Ketidakpatuhan
minum obat akan berdampak pada onset kekambuhan yant tinggi dengan gejala
psikotik yang menonjol.
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada pasien skizofrenia
terkait kepatuhan pasien yaitu dukungan dari orang lain terutama dukungan dari
orang terdekat seperti keluarga. Selain itu memodifikasi kepatuhan minum obat
pada pasien dengan hal yang baru atau hal yang belum pernah dilakukan oleh
pasien, sehingga dapat mengurangi bosan pasien tekait minu obat.
Intervensi yang diberikan kepada pasien diharapkan dapat meningkat
kepatuhan pasien dalam minum obat, sehingga tidak terjadi kekambuhan pada
pasien terutama pada pasien yang menjalani rawat jalan. Tujuan utama dari
kepatuhan minum obat yaitu tidak ada putus obat yang dapat mengakibatkan
keadaan pasien mengalami kemunduran. Edukasi kepada keluarga terkait
dengan kepatuhan pasien dalam minum obat, diharapkan keluarga selalu
menjadi support system pada kepatuhan pasien dalam minumobat, sehingga
pasien tidak putus obat. Dari intervensi yang diberikan diharapkan ada
peningkatan kepatuhan minum obat pada klien, karena hal ini yang paling utama
dalampprogram pelaksaaan kepatuhan minum obat.
e. Time (T)
Peneliti pada jurnal “Pengaruh terapi Psikoedukasi Keluarga Skizofrenia
paranoid terhadap kepatuhan minum obat pasien” memaparkan data yang
berasal dari pengamatan berperan serta mengenai subjek yang diteliti melalui
observasi di lapangan. Penelitian dalam jurnal ini dilakukan mulai awal tahun
2018 dan diajukan untuk publikasi pada tanggal 12 Desember 2018 dan
diterbitkan pada tanggal 25 Juni 2019.
Adapun tindak lanjut yang dapat diberikan kepada klien yang belum ada
rencana pulang ataupun klien yang sudah ada rencana pulang, yaitu pemantuan
lebih lanjut terkait dengan kesadaran ataupun kemampuan klien dalam minum
obat. Serta kemampuan klien dalam minum obat tanpa perintah dan bantuan
orang lain.
8
DAFTAR PUSTAKA