Anda di halaman 1dari 9

EVALUASI PERESEPAN OBAT ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN

SKIZOFRENIA PARANOID DI INSTALASI RAWAT JALAN


RSUD SAYANG CIANJUR

Evaluation of Prescribing Antipsychotic Drugs in Paranoid


Schizophrenia Patients at Outpatient Installation Cianjur Sayang
Hospital
Nadia Dwi Sarah Zahara
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Dan Farmasi Bogor

ABSTRAK
Skizofrenia merupakan suatu gangguan mental berat yang melibatkan
proses pikir, emosi, dan tingkah laku yang ditandai dengan gangguan pikiran.
Gangguan kejiwaan ini bersifat serius, berlangsung lama serta sering terjadi
kekambuhan. Bila dibiarkan, penyakit ini dapat mengakibatkan kemunduran
dalam berbagai aspek kehidupan sosial penderita. Penelitian dilakukan untuk
mengetahui gambaran karakteristik pasien evaluasi peresepan, kesesuaian
pengobatan skizofrenia paranoid pasien rawat jalan RSUD Sayang Cianjur 2018
dengan KepMenKes RI Nomor HK.02.02/MenKes/73/2015 tentang Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa, serta telaah resep dan telaah obat
berdasarkan Standar Operasional Prosedur instalasi farmasi RSUD Cianjur dan
PerMenKes tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode pengambilan data
retrospektif. Pengumpulan data dilakukan dengan melihat data penggunaan obat
antipsikotik pada resep pasien skizofrenia paranoid di Instalasi Farmasi RSUD
Sayang Cianjur tahun 2018. Subyek penelitian berjumlah 96 lembar resep pasien.
Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan metode deskriptif yang
mendiskripsikan obyek penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 75% pasien skizofrenia paranoid di
RSUD Sayang Cianjur adalah laki-laki berusia 17-25 tahun (usia remaja akhir).
Terapi pengobatan yang banyak diresepkan adalah golongan antipsikotik atipikal
jenis resperidon. Kesesuaian pengobatan menurut KepMenKes RI Nomor
HK.02.02/MenKes/73/2015 pada pasien skizofrenia paranoid 100%. Kesesuaian
telaah resep berdasarkan form sudah 100%, sedangkan pada kajian ulang telaah
resep yaitu interaksi obat yang mungkin terjadi 90%, dan kesesuaian telaah obat
100% sesuai.

Kata kunci: Antipsikotik, Peresepan, Skizofrenia, Telaah Resep, Telaah Obat


ABSTRACT

Shizophrenia is a severe mental disorder that involves thought processes,


emotions, and behaviors that are characterizzes by mental disorder. This
psychiatric disorder is serous, lasts a long time dan often recurs. If left unchecked,
this disease can lead to setbacks in various aspects of the patients social. The
study was conducted to find out the description of patient characteristics,
prescribing evaluation, and the suitability of treatment the paranoid schizophrenia
in outpatients of Cianjur Sayang Hospital in 2018 with the KepMenKes RI
Number HK.02.02/MenKes/73/2015 concerning National Guidelines for Mental
Medicine Services, and review of prescriptions and review of drugs based on the
SOP of the Cianjur Hospital pharmacy installation and PerMenKes regarding the
Standard of Pharmaceutical Services at the Hospital.
The research used descriptive with retrospective data collection method. The
data collection was done by looking data at the of drug use in the prescription of
paranoid schizophrenia patients in the pharmaceutical installation of Cianjur
Sayang Hospitalin 2018. Subjects of the research were 96 patiens.This data was
then analyzed uses the method descriptive who described the objects of research.
The results showed that 75% of paranoid schizophrenia patients in Sayang
Cianjur Hospital were men aged 17-25 years (late adolescence). Many prescribed
treatment therapies are atypical antipsychotic types of resperidone. The suitability
of treatment according to the Republic of Indonesia Minister of Health Number
HK.02.02 / MenKes / 73/2015 in 100% paranoid schizophrenia patients. The
suitability of the recipe review based on the form is 100%, while the recipe review
review is that drug interactions may occur 90%, and the suitability of the drug
review is 100% appropriate.

Keywords: Antipsychotic, Prescribing, Schizophrenia, Recipe Review, Drugs


Review

PENDAHULUAN
Skizofrenia merupakan suatu gangguan mental berat yang melibatkan
proses pikir, emosi, dan tingkah laku yang ditandai dengan gangguan pikiran
(WHO, 2011). Gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian secara langsung,
namun akan menyebabkan penderitanya menjadi tidak produktif dan
menimbulkan beban bagi keluarga dan lingkungan masyarakat sekitarnya. Salah
satu bentuk gangguan jiwa adalah skizofrenia (Agus, D., 2005).
Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan
kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat
serius. Pada tahun 2001 WHO menyatakan, paling tidak ada satu dari empat orang
di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa dan memperkirakan ada sekitar 450
juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa. Di era globalisasi
gangguan kejiwaan meningkat sebagai contoh penderita tidak hanya dari kalangan
kelas bawah, sekarang kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke atas
juga terkena gangguan jiwa (Yosep, 2009).
Salah satu penanganan skizofrenia dengan menggunakan terapi obat
antipsikotik. Antipsikotik merupakan obat yang efektif untuk mengobati
skizofrenia (Irwan dkk, 2008). Obat antipsikotik dibagi menjadi 2 golongan
antipsikotik tipikal (golongan pertama) dan antipikal (golongan kedua) (Sukandar
dkk, 2008).

METODE
Penelitian dilakukan di RSUD Sayang Cianjur dari bulan Maret-April
2019. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode retrospektif
yang dilakukan dengan pengamatan data melalui sumber lembar resep pasien
skizofrenia paranoid yang mendapatkan terapi antipsikotik.
Populasi pada penelitian ini adalah resep skizofrenia paranoid di Poli Jiwa
RSUD Sayang Cianjur periode Januari-Desember tahun 2018 dengan jumlah 3000
lembar resep. Sampel pada penelitian ini adalah resep skizofrenia paranoid yang
memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi yaitu pasien rawat jalan
yang didiagnosis skizofrenia paranoid usia 15-30 tahun dengan resep pasien obat
antipsikotik. Dan kriteria ekslusi resep pasien yang tidak menggunakan obat
antipsikotik. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling.
penelitian dilakukan terhadap 96 lembar resep pasien skizofrenia paranoid yang
memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilakukan di instalasi Farmasi RSUD Sayang Cianjur pada
bulan Maret-April 2019 dengan total sampel sebanyak 96 lembar resep pasien
skizofrenia paranoid yang telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
Berdasarkan 96 lembar resep pasien skizofrenia paranoid didapatkan data
sosiodemografi pasien seperti jenis kelamin dan umur.

Pengelompokan Berdasarkan Jenis Kelamin


Dari penelitian terhadap pasien skizofrenia paranoid di RSUD Sayang
Cianjur, didapatkan sampel sebanyak 96 lembar resep pasien skizofrenia paranoid
pada periode Januari–Desember 2018, dengan perbandingan jenis kelamin laki-
laki sebanyak 72 pasien sedangkan perempuan sebanyak 24 pasien. Hasil evaluasi
data perbandingan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 1 di
bawah :
Jenis Kelamin Pasien Skizofrenia Paranoid
25%

Laki-laki
Perempuan

75%

Gambar 1. Diagram berdasarkan jenis kelamin pasien skizofrenia paranoid


Berdasarkan data presentase di atas dapat diketahui, bahwa pasien
penyakit skizofrenia paranoid lebih banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki
yaitu sebanyak 75% dibandingkan perempuan hanya 25%. Hal ini sesuai dengan
berbagai literatur mengenai epidemiologi skizofrenia. Sadock et al., (2004)
menyebutkan bahwa skizofrenia insidensi pada laki-laki lebih besar dibandingkan
pada wanita. Pada dasarnya pria cenderung lebih sulit untuk mengontrol emosi,
berbeda dengan wanita. Hormon wanita yang berperan sebagai
neuroprotektif/pelindung neuron adalah estrogen. Gejala psikotik cenderung
timbul pada masa remaja yang umumnya terkait masalah-masalah sosial, sehingga
dengan adanya estrogen pada wanita dapat menunda onset prepsikotik dan
memungkinkan mereka menyelesaikan sekolah, memulai pekerjaan, membangun
hubungan sosial di masyarakat (Seeman, 2004, Lallo dan Sheiham, 2003).

Pengelompokan Berdasarkan Usia


Dari penelitian terhadap pasien Skizofrenia Paranoid di RSUD Sayang
Cianjur, didapatkan data usia pasien yang dapat dikelompokkan dalam rentang
usia remaja dan dewasa. Pengelompokan berdasarkan usia di lihat pada Gambar 2
di bawah ini :
Usia Pasien Skizofrenia Paranoid
70
60
50
40
30 58
20 34
10
0 4
Remaja Awal 12-16 tahun Remaja Akhir 17-25 tahun Dewasa Awal 26-35 tahun
Gambar 2. Diagram berdasarkan rentang usia pasien skizofrenia paranoid
Pada penderita skizofrenia usia bukan merupakan salah satu risiko
penyakit, namun apabila skizofrenia muncul pada usia dini dapat mengurangi
kualitas hidup penderitanya. Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15-25
tahun, untuk wanita usia puncak adalah 25-35 tahun. Onset skizofrenia sebelum
usia 10 tahun atau sesudah 50 tahun sangat jarang. Skizofrenia pada pria biasanya
timbul antara usia 15-25 tahun jarang di atas usia 30 tahun, sedangkan pada pada
wanita antara 25-35 tahun ( Tjay dan Raharja, 2002).
Berdasarkan Gambar 2, usia pasien yang menderita skizofrenia paranoid di
RSUD Sayang Cianjur menunjukkan bahwa pasien skizofrenia paranoid dengam
rentang usia 17-25 tahun merupakan yang paling banyak menderita skizofrenia
paranoid yaitu sebanyak 58 pasien. Kelompok usia ini memang merupakan usia
produktif yang cenderung terkena skizofrenia. Pada kelompok usia ini gejala
sudah dapat dilihat, walaupun beberapa tahun sebelumnya sudah muncul namun
belum tampak. Pada usia produktif jika terkena gangguan gejala, maka
produktifitas dan kualitas hidup dalam menjalankan kegiatan sehari-hari akan
terlambat (Irmansyah, 2005).

Pola Pengobatan
Setelah dilakukan penelitian, dapat diketahui evaluasi peresepan
pengobatan pasien skizofrenia paranoid di RSUD Sayang Cianjur dengan periode
Januari-Desember 2018.
Tabel 1. Data Pola Penggunaan Antipsikotik
Zat Aktif Jumlah
Antipsikotik
Resperidon 60
Haloperidol 19
Olanzapin 12
Quetiapin 7
Klorpromazin 5
Klozapin 2

Berdasarkan Tabel 1 di atas, antipsikotik resperidon banyak digunakan di


RSUD Sayang Cianjur yang merupakan derivat dari benzisoksazol yang
diindikasikan untuk terapi skizofrenia baik untuk gejala negatif maupun positif.
Untuk efek samping ekstrapiramidal umumnya lebih ringan dibandingkan dengan
antipsikotik tipikal (Gunawan dkk, 2007).
Haloperidol merupakan golongan potensial rendah untuk mengatasi
penderita dengan gejala dominan gaduh, gelisah, hiperaktif dan sulit tidur (Dipiro
dkk, 2008).
Olanzapin merupakan antipsikotik golongan dibenzodiazepin yang
termasuk dalam kelas yang disebut antipsikotik atipikal. Dimana obat ini bekerja
dengan menyeimbangkan zat kimia di dalam otak, sehingga memberikan efek
yang mampu mengurangi halusinasi dan kegelisahan, membuat pikiran lebih
tenang dan berpikir positif, bahkan membuat pasien merasa lebih berani untuk
ikut serta dalam aktivitas sosial (Tjay and Rahardja, 2007)
Quetiapin adalah obat yang digunakan untuk mengobati kondisi
jiwa/suasana hati. Quetiapin dikenal sebagai obat antipsikotik (tipe atipikal). Obat
ini bekerja dengan membantu mengembalikan keseimbangan zat alami tertentu
(neurotransmitter) di otak. Quetiapin dapat membantu mencegah perubahan
suasana hati yang parah atau menurunkan seberapa sering perubahan suasana hati
terjadi (Fuller and Sajatoviv, 2002).
Klorpromazin merupakan antipsikotik golongan fenotiazin. Obat ini
efektif pada pasien dengan gangguan skizofrenia yang menarik diri dari
lingkungan dan apatis serta pada pasien dengan delusi dan halusinasi (Goodman
and Gilman, 2008).
Klozapin merupakan obat efektif, aksinya cepat, merupakan antipsikotik
dengan spectrum luas baik pada pasien skizofrenia terkontrol maupin tidak
terkontrol. Klozapin digunakan untuk pasien yang parah dan gagal merespon
terapi antipsikotik yang memadai (Tjay and Rahardja, 2007).

Hasil Analisis Kesesuaian Pengobatan


Penelitian dilakukan untuk mengetahui kesesuaian pengobatan pada pasien
skizofrenia paranoid yang disesuaikan berdasarkan dengan KepMenKes RI
Nomor HK.02.02/MenKes/73/2015.
Berdasarkan hasil penelitian dari 96 lembar resep pasien rawat jalan
skizofrenia paranoid di RSUD Sayang Cianjur. Hasil pengobatan dapat dilihat
pada Gambar 3 di bawah ini :
Sesuai
100%

Gambar 3. Diagram Kesesuaian pengobatan pasien Skizofrenia Paranoid di


RSUD Sayang Cianjur
Berdasarkan diagram di atas, obat yang diterima pasien skizofrenia
paranoid di Instalasi Rawat Jalan RSUD Sayang Cianjur dari 96 lembar resep
pasien mendapatkan terapi pengobatan yang sesuai (100%) dengan terapi ganguan
skizofrenia paranoid yang dikeluarkan oleh KepMenKes RI Nomor
HK.02.02/MenKes/73/2015 yaitu pada tatalaksana terapi akut gangguan
skizofrenia paranoid.

Pengkajian Telaah Resep


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kelengkapan telaah
resep yang dilakukan terhadap 96 lembar resep pasien di Intalasi Farmasi RSUD
Sayang Cianjur pada bulan Januari-Desember 2018. Pada pengkajian telaah resep
ini digunakan parameter kesesuaian terhadap SOP Instalasi Farmasi RSUD
Sayang Cianjur dan pedoman Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit.
Tabel 2. Data Telaah Resep di Instalasi Farmasi RSUD Sayang Cianjur

Telaah Berdasarkan Telaah Ulang


No ASPEK TELAAH Form
Jumlah Presentase Jumlah Presentase

1 Kejelasan tulisan 96 100% 96 100%


2 Benar pasien 96 100% 96 100%
3 Benar nama obat 96 100% 96 100%
4 Benar dosis 96 100% 96 100%
5 Benar waktu dan 96 100% 96 100%
frekuensi pemberian
6 Benar rute dan cara 96 100% 96 100%
pemberian
7 Ada alergi dengan 96 100% 96 100%
obat yang diresepkam
8 Ada duplikasi obat 96 100% 96 100%
9 Interaksi obat yang 96 100% 87 90%
mungkin terjadi
10 Masalah obat lainnya 96 100% 96 100%
Skrining resep merupakan suatu pemeriksaan resep yang pertama kali
dilakukan petugas farmasi setelah resep diterima. Kajian resep secara telaah
merupakan aspek yang sangat penting dalam peresepan karena dapat membantu
mengurangi terjadinya medication error. Bentuk medication error yang terjadi
adalah pada fase prescribing (error terjadi pada penulisan resep) yaitu kesalahan
yang terjadi selama proses peresepan obat atau penulisan resep.
Melalui hasil pengamatan 96 lembar resep pasien berdasarkan form
Instalasi Farmasi RSUD Sayang Cianjur diketahui 100% sudah memenuhi
Standar Operasional Prosedur di Intalasi Farmasi RSUD Sayang Cianjur. Dalam
hal ini secara keseluruhan pengkajian dengan berdasarkan form dokter sudah
berperan baik dalam proses penyembuhan pasien sehingga tidak berpotensi untuk
terjadi medication error. Ditelaah resep ulang ada 9 lembar resep yang terdapat
mengandung interakasi obat yang mungkin terjadi. Interaksi yang terjadi dapat
dilihat pada tabel 3 di bawah :
Tabel 3. Interaksi Obat Antipsikotik
Nama Obat Berinteraksi Dengan Efek
Haloperidol Klozapin Neuroleptic Malignant Syndrome
Resperidon Quetiapin Efek antidopaminergik
Haloperidol Resperidon Peningkatan antidopaminergik karena
antagonisme aditif dopamin baik dari
haloperidol dan risperidon.

Pengkajian Telaah Obat


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kelengkapan telaah obat yang
dilakukan terhadap 96 lembar resep pasien di Instalasi Farmasi RSUD Sayang
Cianjur pada bulan Januari-Desember 2018. Pada pengkajian telaah obat
dilakukan parameter kesesuain terhadap Standar Operasional Prosedur Instalasi
Farmasi RSUD Sayang Cianjur. Data hasil telaah obat pada tabel 4 di bawah :
Tabel 4. Data Telaah Resep di Intalasi Farmasi RSUD Sayang Cianjur
Jumlah Resep Presentase
No ASPEK TELAAH Ada Tidak Ada Tidak
Ada Ada
1 Benar pasien 96 - 100% -
2 Benar nama obat 96 - 100% -
3 Benar dosis 96 - 100% -
4 Benar waktu dan 96 - 100% -
5 frekuensi pemberian 96 - 100% -
6 Benar rute dan cara 96 - 100% -
pemberian
Masalah obat lainnya

Telaah obat suatu proses pemeriksaan terhadap obat yang sudah dilayani
sebelum obat diberikan kepada pasien. Telaah obat dipilih karena merupakan
proses pemeriksaan terakhir sebelum obat diberikan kepada pasien agar tidak
terjadi sedikitpun kesalahan pemberian obat kepada pasien, yang akan
mengakibatkan kefatalan atau drug related problem. Melalui hasil pengamatan 96
lembar resep pasien diketahui 100% sudah memenuhi Standar Operasional
Prosedur di Instalasi Farmasi RSUD Sayang Cianjur.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian evaluasi peresepan obat antipsikotik pada
pasien skizofrenia paranoid di intalasi rawat jalan yang dilakukan di RSUD
Sayang Cianjur pada periode Januari-Desember 2018 secara retrospektif, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Pengelompokan berdasarkan jenis kelamin pasien skizofrenia paranoid
paling banyak berjenis kelamin laki-laki sebanyak 75% dengan rentang
usia 17-25 tahun (usia remaja akhir).
b. Terapi pengobatan pasien skizofrenia paranoid di RSUD Sayang Cianjur
lebih banyak menggunakan antipsikotik atipikal jenis resperidon paling
banyak diresepkan.
c. Kesesuaian pengobatan pada pasien skizofrenia di RSUD Sayang Cianjur
telah sesuai dengan terapi pengobatan menurut KepMenKes RI Nomor
HK.02.02/MenKes/73/2015 tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Jiwa.
d. Pengkajian telaah resep berdasarkan form telah sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur 100%, tetapi pengkajian telaah resep ulang
presentase 90%.
e. pengkajian telaah obat sesuai dengan Standar Operasional Prosedur Di
Instalasi Farmasi RSUD Sayang Cianjur 100%.

DAFTAR PUSTAKA
Agus, D. 2005. Skizofrenia Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa. Edisi III.
Jakart. Hlm. 75-77
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells B.G., Posey, L.M.
2008. Pharmacotheraphy A Pathophysiologic Approach. 7th Edition. Mc
Graw Hill, New York. Hlm. 2121-2151
Fuller, A.M., Sajatoviv , M., 2002, Drug Information Handbook for Psikiatry, 3th
Edition, Lexy Comp, Kanada. Hlm. 1324-1330
Goodman and Gilman. 2008. Manual of Pharmacology and Therapeutics. MC
Graw-Hill Comp. USA. Hlm.430-464.
Gunawan, gan sulistia. 2007. Farmakologi dan terapi edisi 5. Departemen
Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Hlm. 620-655.
Irmansyah, M. 2005. Skizofrenia Bisa Mengenai Siapa Saja. Jakarta : Majalah
Kesehatan Jiwa No.3. Hlm. 18-29.
Irwan M., Fajriansyah A., Sinuhadji B., Indrayana M., 2008, Penatalaksanaan
Schizophrenia. Fakultas Kedokteran Riau, Riau. Hlm. 3
Sadock BJ, Sadock VA. 2004. Kaplan’s and sadock’s Comprehensive Textbook of
Psychiatry. (8th ed). Philadepia:Lippincott William and Wilkins. Vol 1-2.
Hlm. 362-370.
Seeman, M.V., .2004. Gender Differences in the Prescribing of Antipsychotic
Drugs, Am J Psychiatry. Hlm. 1324-1333.
Lallo, R., dan Sheiham, A., 2003, Risk Factor for Childhood Major and Minor
Head and other Injuries in A Nationally Representative Sample, Injury.
Hlm. 261-266.
Tjay, H.T., Rahardja, K., 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan
Efek-Efek Sampingnya. PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Hlm. 97-110
[WHO] World Health Organization. 2011. Skizofrenia.
http://www.who.int/mentalhealth/management/ Skizofrenia/en/Diakses 20
Januri 2019
Yosep, I., 2009, Keperawatan Jiwa. Penerbit Refika Aditama, Bandung. Hlm : 3

Anda mungkin juga menyukai