Anda di halaman 1dari 8

ISSN : 2598-2095 Vol. 5 No.

1 (September, 2021)

EVALUASI PENGOBATAN ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI


RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM
(Evaluation Of Antipsicotic Treatment In Skizofrenia Patients At Sambang Lihum
Mental Hospital)
(Submited : 14 Juni 2021, Accepted : 30 September 2021)

Muhammad Faqih1, Hendera2, Dedi Hartanto3


Program Studi S1 Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Email:
mfaqih255@gmail.com

ABSTRAK

Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang sangat serius, yang bermanifestasi sebagai sekumpulan gejala, termasuk
gangguan proses berpikir, gangguan mood, gangguan persepsi, dan gangguan perilaku yang dapat menyebabkan
kecacatan dan ketergantungan. Di RSJD Sambang Lihum Kalimantan Selatan penyakit skizofrenia selalu masuk
kedalam 10 besar penyakit kejiwaan yang paling banyak ditangani. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi
penggunaan obat antipsikotik pada pasien skizofrenia dan mengetahui hubungannya terhadap lama rawat inap pasien
skizofrenia di RSJD Sambang Lihum Kalimantan Selatan periode oktober – desember 2020. Penelitian ini bersifat
observasional dengan rancangan analisis cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan penulusuran terhadap
rekam medik di RSJD Sambang Lihum Kalimantan Selatan periode oktober – desember 2020. Hasil studi evaluasi
penggunaan antipsikotik pada penderita skizofrenia menunjukkan bahwa obat yang tepat 96,7%, dosis yang benar
97,5%, dan frekuensi yang benar 61,2%. Hubungan rasionalitas dengan lama rawat inap yang di analisis menggunakan
uji Chi-square dengan metode Continuity correction diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,283 (lebih dari 0,05).
Kesimpulan yang didapatkan dari penggunaan antipsikotik pada pasien skizofrenia belum rasional karena adanya
evaluasi ketepatan yang tidak sesuai dengan literatur. Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji Chi-square tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara rasionalitas dengan lama rawat inap pasien skizofrenia.

Kata kunci : Evaluasi, Antipsikotik, Skizofrenia, Rasionalitas


ABSTRACT

Schizophrenia is a very serious mental disorder, which manifests as a collection of symptoms, including impaired
thought processes, mood disorders, perceptual disturbances, and behavioral disorders that can lead to disability and
dependence. At Sambang Lihum Hospital, South Kalimantan, schizophrenia is always included in the top 10 most
treated psychiatric diseases. The purpose of this study was to evaluate the use of antipsychotic drugs in schizophrenic
patients and determine its relationship to the length of stay of schizophrenic patients at the Sambang Lihum Hospital,
South Kalimantan for the period October – December 2020. This study was an observational study with a cross-
sectional design. Data collection was carried out by tracing medical records at the Sambang Lihum Hospital, South
Kalimantan for the period October - December 2020. The results of an evaluation study on the use of antipsychotics in
people with schizophrenia showed that the right drug was 96.7%, the correct dose was 97.5%, and the frequency was
correct. 61.2%. The relationship between rationality and length of stay analyzed using the Chi-square test with the
Continuity correction method obtained a significance value of 0.283 (more than 0.05). The conclusion obtained from
the use of antipsychotics in schizophrenic patients has not been rational because of the evaluation of accuracy that is
not in accordance with the literature. Based on the results of the analysis using the Chi-square test, there is no
significant relationship between rationality and length of stay for schizophrenia patients.

Keywords : Evaluation, Antipsychotics, Schizophrenia, Rationality

journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 1
ISSN : 2598-2095 Vol. 5 No. 1 (September, 2021)

PENDAHULUAN
ekstrapiramidal berupa distonia akut, ataksia, tardif
Skizofrenia adalah gangguan mental serius yang diskinesia dan gejala parkinsonisme (Lally &
bermanifestasi sebagai sekumpulan gejala, termasuk MacCabe, 2015).
gangguan proses berpikir, gangguan afektif, gangguan Menurut WHO pengobatan dikatakan rasional
persepsi, dan gangguan perilaku. Perilaku ini dapat apabila pasien menerima obat yang sesuai, untuk
menyebabkan kecacatan dan ketergantungan. Hampir periode waktu yang tepat dan dengan harga yang
semua penderita skizofrenia tidak dapat sembuh terendah (Kemenkes RI, 2011). Pengobatan yang tidak
dengan sendirinya (Setiadi, 2014). Skizofrenia terkait rasional seperti tidak tepat indikasi, tidak tepat obat,
dengan stress, gangguan neurobiologis yang ditandai tidak tepat dosis dan tidak tepat pasien sering kali
dengan gangguan pikiran. Terdapat 6 macam tipe dijumpai dalam praktek sehari-hari, baik di pusat
skizofrenia yaitu skizofrenia paranoid, skizofrenia kesehatan primer (puskesmas), rumah sakit, maupun
hebefrenik, skizofrenia katatonik, skizofrenia tak praktek swasta. Selain itu kurangnya pemahaman
terinci, skizofrenia residual, dan skizofrenia simpleks dalam pemilihan obat yang tepat dapat menimbulkan
(PDSKJI, 2012). Berdasarkan data World Health kegagalan terapi serta menimbulkan reaksi obat yang
Organization (WHO) tahun 2013 disebutkan bahwa tidak diinginkan (Wibowo & Gofir, 2001).
skizofrenia merupakan penyakit gangguan jiwa yang Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan
menyerang hampir 24 juta masyarakat diseluruh dunia, penelitian tentang evaluasi pengobatan antipsikotik
lebih dari 50% penderita skizofrenia tidak mendapat pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah
pelayanan yang tepatdan 90% penderita skizofrenia Sambang Lihum. Peneitian dilakukan di RSJD
yang tidak terawat berada di negara berkembang Sambang Lihum karena merupakan Rumah Sakit Jiwa
(Rahaya & Cahaya, 2016). Prevalensi skizofrenia di yang menjadi rujukan pasien dengan gangguan jiwa
Indonesia pada tahun 2013 adalah 1,7 per 1000 dan sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian
penduduk dan diperkirakan sekitar 1 juta penduduk mengenai evaluasi pengobatan antipsikotik pada pasien
Indonesia mengalami skizofrenia dan di Kalimantan skizofrenia ditinjau dari aspek tepat obat, tepat dosis,
Selatan adalah 1,4 per seribu penduduk (Kemenkes RI, dan tepat frekuensi serta mengetahui hubungannya
2013). Berdasarkan data studi pendahuluan penyakit terhadap lama rawat inap pasien.
skizofrenia termasuk 10 besar penyakit kejiwaan yang
paling banyak ditangani di rumah sakit jiwa Sambang
METODE PENELITIAN
Lihum.
Penanganan skizofrenia salah satunya dengan Penelitian ini bersifat observasional dengan
menggunakan pengobatan antipsikotik. Obat menggunakan rancangan analisis cross-sectional.
antipsikotik merupakan terapi utama yang efektif Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif, yaitu
mengobati skizofrenia. Antipsikotik dibedakan mengumpulkan dokumen terdahulu berupa
menjadi dua generasi, yaitu generasi pertama (tipikal) penulusuran rekam medik pasien Skizofrenia di Rumah
dan generasi kedua (atipikal). Banyaknya antipsikotik Sakit Jiwa Daerah Sambang Lihum Kalimantan
yang tersedia ternyata memberikan masalah tersendiri Selatan. Populasi yang digunakan pada penelitian ini
dalam praktik terutama karena menyangkut bagaimana adalah seluruh pasien Skizofrenia yang dirawat dan
memilih dan menggunakan obat secara nyata. Pada mempunyai Rekam Medik di Rumah Sakit Jiwa
banyak terapi yang diberikan pada penderita Daerah Sambang Lihum Kalimantan Selatan pada
skizofrenia masih banyak pasien yang menggunakan bulan Oktober, November dan Desember di tahun 2020
obat generasi pertama, meskipun efek samping yang sebanyak 121 pasien. Pengambilan sampel pada
disebabkan oleh obat antipsikotik generasi pertama penelitian menggunakan metode purposive sampling
lebih besar dibandingkan dengan obat antipsikotik karena data yang diambil dari setiap pasien adalah
generasi kedua. Obat antipsikotik generasi kedua yang memenuhi kriteria inklusi. Data yang diperoleh
(atipikal) memiliki risiko lebih kecil dalam penyebab kemudian dianalisis dengan uji univariat, yang
efek samping gejala menggambarkan karakteristik pasien, dan uji Chi-
Square untuk menganalisis hubungan rasionalitas
pengobatan antipsikotik terhadap lama rawat inap

journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 2
ISSN : 2598-2095 Vol. 5 No. 1 (September, 2021)

pasien, menggunakan metode Continuity masa dewasa awal faktor lingkungan yang dapat
Correction dengan aplikasi SPSS 26. mempengaruhi perkembangan emosi (Sadock &
Sadock, 2010).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Pasien Berdasarkan Pekerjaan
Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Pengelompokkan pasien berdasarkan pekerjaan
Kelamin dikategorikan menjadi 7 kelompok yaitu wiraswasta,
PNS, swasta, buruh, petani, nelayan serta tidak bekerja.
Tabel 1. Distribusi jenis kelamin pasien skizofrenia
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Tabel 3. Distribusi pekerjaan pasien skizofrenia
Laki-laki 97 pasien 80,2% Pekerjaan Jumlah Persentase
Perempuan 24 pasien 19,8% Tidak bekerja 95 pasien 78,5%
Total 121 pasien 100% Wiraswasta 3 pasien 2,5%
Source: Data sekunder yang diolah tahun (2020) PNS 1 pasien 0,8%
Swasta 9 pasien 7,4%
Tabel 1. Menunjukkan distribusi pasien berdasarkan Buruh 5 pasien 4,1%
jenis kelamin dimana pasien dengan jenis kelamin laki-
Petani 7 pasien 5,8%
laki (80,2%) lebih banyak dibandingkan perempuan
Nelayan 1 pasien 0,8%
(19,8%) dari 121 pasien skizofrenia. Skizofrenia
Total 121 pasien 100%
biasanya ditemukan pada laki-laki, karena laki-laki
Source: Data sekunder yang diolah tahun (2020)
biasanya sangat agresif sehingga sulit untuk diobati
di rumah sendiri, sedangkan keagresifan perempuan
Tabel 3. Menunjukkan distribusi pekerjaan pasien
pada penderita skizofrenia masih bisa dirawat oleh yang paling banyak adalah tidak bekerja yaitu
anggota keluarganya di rumah. Hal ini juga sesuai sebanyak 95 pasien (78,5%), mungkin hal ini
dengan literatur, yaitu laki-laki lebih cenderung disebabkan kurangnya motivasi diri karena gejala
menderita skizofrenia daripada perempuan, dan negatif yang mendasari, deskriminasi terhadap orang-
mengalami pubertas lebih awal daripada perempuan, orang dengan gangguan mental mencegah mereka
karena kematangan fungsi otak mempengaruhi untuk bersosialisasi dalam masyarakat, karena sering
kerentanan mental seseorang (Sadock & Sadock, diejek, isolasi social dan ekonomi. Akibatnya, factor
2010). ini membatasi hak opini dan hak untuk bekerja
Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia (Saperstein et al., 2011).
Pengelompokkan pasien berdasarkan usia
Karakteristik Pasien Berdasarkan Tipe
dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu 18 – 25 Skizofrenia
tahun, 26 – 35 tahun, 36 – 45 tahun.
Tabel 4. Distribusi diagnosa pasien skizofrenia
Tabel 2. Distribusi usia pasien skizofrenia Tipe Skizofrenia Jumlah Persentase
Umur Jumlah Persentase
Paranoid 50 pasien 41,3%
18 – 25 26 pasien 21,5%
Hebefrenik 6 pasien 5,0%
26 – 35 47 pasien 38,8%
Katatonik 2 pasien 1,7%
36 – 45 48 pasien 39,7%
Tak terinci 60 pasien 49,6%
Total 121 pasien 100%
Simpleks 3 pasien 2,5%
Source: Data sekunder yang diolah tahun (2020)
Total 121 pasien 100%
Source: Data sekunder yang diolah tahun (2020)
Tabel 2. Menunjukkan bahwa pasien skizofrenia
yang paling banyak terjadi pada usia 36
Tabel 4. Menunjukkan jenis-jenis skizofrenia yang
– 45 tahun yaitu sebanyak 48 pasien (39,7%),
terbanyak yaitu skizofrenia tak terinci dengan 60
selanjutnya terjadi pada usia 26 – 35 tahun yaitu
pasien (49,6%), selanjutnya yang kedua adalah
sebanyak 47 pasien (38,8%) dan yang paling sedikit
skizofrenia paranoid dengan 50 pasien (41,3%), urutan
terjadi pada usia 18 – 25 tahun yaitu sebanyak 26
ketiga terdapat skizofrenia hebefrenik sebanyak 6
pasien (21,5%). Mayoritas penderita pria dan wanita
pasien (5,0%), kemudian diikuti dengan jenis
berusia antara 36-45 tahun, hal ini dipengaruhi oleh
skizofrenia yang lain yaitu skizofrenia simpleks
faktor biologis pasien sedangkan pada usia 26-35 juga
dengan 3 pasien (2,5%) dan skizofrenia katatonik
banyak dikarenakan pada
dengan 2 pasien (1,7%).

journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 3
ISSN : 2598-2095 Vol. 5 No. 1 (September, 2021)

Berdasarkan data yang diperoleh, skizofrenia tak Olanzapin 4 1,8%


terinci merupakan jenis skizofrenia tersering di RSJD Risperidon 28 12,8%
Sambang Lihum. Skizofrenia tak terinci merupakan Klorpromazin 5 2,3%
salah satu jenis skizofrenia dimana gejala-gejala yang
Klozapin 75 34,4%
muncul dari jenis ini sulit untuk diklasifikasikan (Arif,
Trifluoperazin 29 13,3%
2006). Gejala yang terjadi pada penderita skizofrenia
Haloperidol 61 28,0%
jenis ini sangat bervariasi, tergantung pada latar
belakang yang sesuai dari masalah penderita yang Iodomer 4 1,8%
memicu gejala tersebut. Jenis skizofrenia ini mungkin Haldol decanoat 3 1,4%
yang paling banyak di RSJD Sambang Lihum, karena Quetiapin 5 2,3%
antara umur 25-44 tahun atau bisa dikatakan pada Aripiprazole 2 0,9%
kelompok umur produktif akan menghadapi banyak Fluphenazin 1 0,5%
jenis masalah dari umum sampai individu, masalah Sulpiride 1 0,5%
tersebut lebih rumit, seperti masalah di tempat kerja, Total 218 obat 100%
hubungan interpersonal, masalah lingkungan, pasangan Source: Data sekunder yang diolah tahun (2020)
hidup dan keluarga (Jarut et al., 2013).
Karakteristik Pasien Berdasarkan Lama Rawat Antipsikotik yang digunakan di RSJD Sambang
Inap Lihum jumlahnya terbatas, sehingga tidak semua jenis
Lamanya rawat inap untuk penderita skizofrenia antipsikotik yang digunakan. Dari penelitian yang
adalah waktu antara masuk dan pulang. dilakukan dapat diketahui bahwa terapi yang
digunakan oleh penderita skizofrenia adalah terapi
Tabel 5. Distribusi lama rawat inap pasien skizofrenia tunggal dan kombinasi. Data diambil dari rekam medis
Lama Rawat Inap Jumlah Persentase RSJD Sambang Lihum. Obat antipsikotik yang paling
<21 82 pasien 67,8% banyak digunakan adalah klozapin.
>21 39 pasien 32,2% Kombinasi antipsikotik yang paling umum
Total 121 pasien 100% digunakan di RSJD Sambang Lihum adalah kombinasi
Source: Data sekunder yang diolah tahun (2020)
Clozapine - Haloperidol. Secara keseluruhan data
antipsikotik yang digunakan oleh pasien skizofrenia
Tabel 5. Menunjukkan distribusi lama rawat inap RSJD Sambang Lihum terdapat
pasien di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum 12 jenis antipsikotik yaitu olanzapin, risperidon,
Kalimantan Selatan, pasien dengan lama rawat inap klorpromazin, klozapin, trifluoperazin, haloperidol,
kurang dari 21 hari yaitu sebanyak 82 pasien (67,8%) iodomer, haldol decanoat, quetiapin, aripiprazole,
dan lebih dari 21 hari sebanyak 39 pasien (32,2%). fluphenazin, dan sulpiride.
Hasilnya menunjukkan bahwa pasien dengan rawat Clozapine adalah obat antipsikotik yang dapat
inap <21 hari adalah yang paling dominan hal ini mengobati sindrom positif, negatif dan kognitif tanpa
dikarenakan jika pasien memenuhi kriteria pasien menyebabkan gejala ekstrapiramidal. Ini adalah pilihan
pulang selama berobat, yaitu tenang, kooperatif, pertama untuk mengobati pasien dengan depresi berat
mandiri, pengobatan teratur dan pola makan teratur dan pikiran untuk bunuh diri (Fatemi & Folsom, 2009).
maka diperbolehkan rawat jalan. Sebagian besar kombinasi diperoleh dari kombinasi
clozapine- haloperidol, yang merupakan salah satu
Karakteristik Pasien Berdasarkan Obat kombinasi antipsikotik atipikal. Clozapine telah
Antipsikotik terbukti memiliki kemanjuran yang sangat baik dalam
Obat Antipsikotik adalah obat utama yang mengurangi perilaku bunuh diri dan pengobatan yang
diberikan pada penderita skizofrenia. Antipsikotik efektif untuk gejala positif dan negatif pasien
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu antipsikotik skizofrenia refrakter (Bruno et al., 2015).
tipikal dan atipikal. Obat antipsikotik tipikal memiliki
berbagai jenis sampel obat, yang memudahkan dokter Tabel 7. Distribusi golongan obat pasien skizofrenia
dalam meresepkan obat berdasarkan diagnosis pasien. Golongan Obat Jumlah Persentase
Tipikal 18 pasien 14,9%
Tabel 6 Distribusi obat antipsikotik pasien skizofrenia
Atipikal 32 pasien 26,4%
Nama Obat Jumlah Persentase
Tipikal atipikal 71 pasien 58,7%
Total 121 pasien 100%
Source: Data sekunder yang diolah tahun (2020)

journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 4
ISSN : 2598-2095 Vol. 5 No. 1 (September, 2021)

Tabel 7. Menunjukkan golongan obat yang paling Hasil Jumlah Persentase


banyak digunakan pada pasien skizofrenia adalah Tepat obat 117 pasien 96,7%
kombinasi antara antipsikotik atipikal dan tipikal Tidak tepat obat 4 pasien 3,3%
sebanyak 71 pasien (58,7%). Penggunaan terbanyak
Total 121 pasien 100%
kedua adalah antipsikotik golongan atipikal dengan 32
Source: Data sekunder yang diolah tahun (2020)
pasien (26,4%) dan yang terakhir merupakan
penggunaan yang paling sedikit yaitu golongan tipikal
Tabel 9. Menunjukkan ketepatan pemilihan obat
sebanyak 18 pasien (14,9%). Kombinasi obat
pada pasien skizofrenia yang tepat obat sebanyak 117
antipsikotik golongan tipikal dan atipikal merupakan
pasien (96,7%) dan yang tidak tepat obat sebanyak 4
kombinasi yang paling banyak digunakan di RSJD
pasien (3,3%) dari 121 pasien. Pasien dianggap tidak
Sambang Lihum. Tujuan penggunaan kombinasi ini
tepat obat karena pasien memiliki gejala untuk bunuh
adalah untuk mengobati atau mengurangi gejala positif
diri tetapi tidak diberikan clozapine. Clozapine adalah
dan negatif yang ada pada pasien, karena obat dari
obat antipsikotik yang dapat mengobati sindrom
golongan tipikal biasanya hanya merespons gejala
positif, negatif dan kognitif tanpa menyebabkan gejala
positif, oleh karena itu dikombinasikan dengan obat
ekstrapiramidal. Ini adalah pilihan pertama untuk
atipikal. Antipsikotik atipikal dapat secara efektif
mengobati pasien dengan depresi berat dan pikiran
memblokir serotonin dan mengobati gejala positif dan
untuk bunuh diri (Fatemi & Folsom, 2009). Meskipun
negatif (Tjay & Rahardja, 2007).
begitu pemberian risperidone juga dapat mengatasi
Karakteristik Pasien Berdasarkan Keadaan resiko bunuh diri pada pasien skizofrenia karena
Pulang risperidone merupakan obat antipsikotik golongan
Keadaan pulang pasien skizofrenia meliputi atipikal yang dapat melawan gejala negatif seperti
keterangan pasien pada saat dinyatakan pulang. bunuh diri secara efektif dengan mekanisme kerja
risperidone sebagai antagonis kuat baik terhadap
Tabel 8. Distribusi keadaan pulang pasien skizofrenia serotonin (terutama 5-HT2) dan reseptor D2,
Keadaan Pulang Jumlah Persentase aktivitasnya melawan gejala negatif dikaitkan dengan
Membaik 121 pasien 100% aktivitasnya terhadap 5HT2 yang juga tinggi (Amir et
Tidak membaik 0 pasien 0% al., 2013). Hal ini dibuktikan dengan keadaan pasien
Total 121 pasien 100% yang dapat membaik dan diizinkan untuk pulang.
Source: Data sekunder yang diolah tahun (2020)
2. Tepat Dosis
Tabel 8. Menunjukkan bahwa meskipun Tepat dosis adalah kesesuaian dosis terapi yang
pengobatan rawat jalan masih diperlukan, namun dibutuhkan penderita skizofrenia untuk diberikan di
kondisi semua pasien yang pulang ke rumah membaik. Rumah Sakit Jiwa Daerah Sambang Lihum.
Ini karena jika Anda menghentikan pengobatan secara
tiba-tiba, gejala skizofrenia akan kambuh. Pengobatan Tabel 10 Distribusi tepat dosis pada pasien skizofrenia
Hasil Jumlah Persentase
skizofrenia juga membutuhkan waktu yang lama,
sehingga pengobatan rawat jalan dapat membantu Tepat dosis 118 pasien 97,5%
mengurangi pelayanan medis rumah sakit. Rehabilitasi Tidak tepat dosis 3 pasien 2,5%
dapat dilakukan di rumah dengan bantuan anggota Total 121 pasien 100%
keluarga, dan kesehatan pasien dapat dikontrol secara Source: Data sekunder yang diolah tahun (2020)
teratur.
Tabel 10. Menunjukkan distribusi tepat dosis obat
Evaluasi Penggunaan Obat Antipsikotik
antipsikotik untuk pasien skizofrenia, dari hasil
1. Tepat Obat
penelitian didapatkan tepat dosis sebanyak
Tepat obat merupakan pilihan obat yang tentunya
118 pasien (97,5%) dan yang tidak tepat dosis
memiliki efek terapeutik yang mempertimbangkan
sebanyak 3 pasien (2,5%) dari 121 pasien berdasarkan
keefektifan, keamanan, kecocokan obat dengan pasien,
Texas Medication Algorithm Project Procedural
dan ada dalam daftar pengobatan yang dianjurkan
Manual dan Konsensus Penatalaksanaan Gangguan
untuk membandingkan dalam evaluasi ketepatan
Skizofrenia. Menurut Maharani (2004), bagi penderita
antipsikotik pada pasien skizofrenia.
skizofrenia, sebaiknya obat antipsikotik yang diminum
Tabel 9. Distribusi tepat obat pada pasien skizofrenia
dari dosis rendah terlebih dahulu, kemudian dosis

journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 5
ISSN : 2598-2095 Vol. 5 No. 1 (September, 2021)

ditingkatkan secara perlahan, atau dosis tinggi dapat Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji Chi-
segera diberikan sesuai dengan kondisi pasien dan square dengan metode Continuity correction untuk
kemungkinan efek sampingnya. Hasil penelitian mengetahui hubungan rasionalitas pengobatan
menunjukkan bahwa 3 pasien kurang dosis. Dikatakan antipsikotik terhadap lama rawat inap pasien. Uji Chi-
bahwa dosis 2 pasien kurang tepat karena dosis square memakai tabel 2x2 dengan kategori
clozapine tidak mencukupi yaitu 12,5 mg / hari, yang rasionalitas meliputi rasional dan tidak rasional
kisaran dosisnya adalah 25- 50 mg / hari dan kisaran sedangkan kategori lama rawat inap meliputi cepat dan
dosis target adalah 100- 800 mg / hari. Akan tetapi, lama.
jika clozapine yang diberikan adalah dosis awal maka
pemberian clozapine menjadi tepat karena untuk dosis Tabel 12. Distribusi data rasionalitas pada pasien
awal clozapine adalah 12,5 mg 1-2 kali sehari (DIH, skizofrenia
2009). Pasien yang lain dikatakan kurang dosis karena Rasionalitas Jumlah Persentase
dosis yang diberikan hanya 100 mg / hari sedangkan Rasional 73 pasien 60,3%
dosis terapinya 300-600 mg / hari. Jika dosisnya Tidak rasional 48 pasien 39,7%
kurang dari dosis terapeutik, tidak mungkin Total 121 pasien 100%
mendapatkan efek yang diinginkan. Dalam pengobatan Source: Data sekunder yang diolah tahun (2020)
skizofrenia, jika efek yang diinginkan tidak tercapai,
gejala tidak dapat ditekan, sehingga pengobatan Tabel 12. Menunjukkan distribusi pengobatan yang
menjadi sia-sia karena maksud dan tujuan pengobatan rasional sebanyak 72 pasien (59,5%) dan yang tidak
tidak dapat tercapai (Maharani, 2004). rasional sebanyak 49 pasien (40,5%). Penggolongan
dinilai bedasarkan kategori tepat obat, tepat dosis dan
3. Tepat Frekuensi tepat frekuensi dikatakan rasional jika ketiga kategori
Frekuensi berkaitan dengan kadar obat dalam darah dinyatakan tepat apabila terdapat salah satu kategori
yang dapat memberikan efek terapeutik. yang dinyatakan tidak tepat maka pengobatan
dikatakan tidak rasional.
Tabel 11. Distribusi tepat frekuensi pada pasien skizofrenia
Hasil Jumlah Persentase
Tabel 13. Analisis bivariat dengan uji Chi-Square
Tepat frekuensi 74 pasien 61,2% Lama Rawat Inap OR
Total
Tidak tepat frekuensi 47 pasien 38,8% Rasionalita Cepat Lama (95
P
Total 121 pasien 100% s %
n % n % n %
Source: Data sekunder yang diolah tahun (2020) CI)
5 71, 2 28, 10
Tabel 11. Menunjukkan distribusi ketepatan Rasional
2 2 1 8
73
0
frekuensi penggunaan antipsikotik untuk pasien 1,4
Tidak 3 61, 1 32, 10 0,42
skizofrenia dari hasil penelitian didapatkan 74 pasien 48 0,6-
Rasional 0 5 8 2 0 0
yang tepat (61,2%) dan yang tidak tepat frekuensi 3,2
8 67, 3 32, 12 10
sebanyak 47 pasien (38,8%) dari 121 pasien. Frekuensi Jumlah
pemberian obat dengan fungsi organ normal dapat 2 8 9 2 1 0

ditentukan dengan melihat waktu paruh (t1 / 2) obat. Source: Data sekunder yang diolah tahun (2020)
Waktu paruh (t1 / 2) klorpromazin adalah 16-37 jam.
Dosis awal klorpromazin adalah 30-75 mg 3 kali Tabel 13. Menunjukkan hasil uji Chi-square dari
sehari, tetapi dosis pemeliharaannya 100 mg per hari. data yang didapatkan hubungan kerasionalan dengan
Waktu paruh (t1 / 2) clozapine adalah 12 jam (antara lama rawat inap pasien diperoleh nilai signifikansi
10- 16 jam). Oleh karena itu, mengonsumsi clozapine sebesar 0,420 berdasarkan literatur menyatakan jika
dua kali sehari sudah cukup untuk mempertahankan nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka hipotesis ditolak
tingkat obat dalam plasma. Risperidone memiliki yang artinya bahwa tidak ada hubungan yang
waktu paruh 24 jam sehingga dapat diberikan satu kali signifikan antara kerasionalan dengan lama rawat inap
sehari (Amir et al., 2013). pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Sambang Lihum Kalimantan Selatan. Hal ini mungkin
Hubungan Rasionalitas Dengan Lama Rawat disebabkan pengobatan yang rasional tidak termasuk
Inap dalam faktor yang memiliki hubungan dengan lama
perawatan pasien skizofrenia karena menurut
penelitian yang dilakukan oleh Hermiati &

journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 6
ISSN : 2598-2095 Vol. 5 No. 1 (September, 2021)

Harahap, (2018) faktor yang termasuk yaitu genetik, Amir, N., Kusumawardhani, A., Husain, A.,
psikososial, dukungan keluarga dan kepatuhan minum Adikusumo, A., & Damping, C. (2013). Buku
obat mempunyai hubungan yang signifikan terhadap Ajar Psikiatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran
kejadian skizofrenia. Walaupun tidak ada hubungan Universitas Indonesia.
pemilihan ketepatan obat, dosis, dan frekuensi tetap
menjadi penting menyesuaikan kondisi pasien dan Arif, I. (2006). Skizofrenia : Memahami Dinamika
mengikuti tata laksana skizofrenia yang baik dengan Keluarga Pasien. Bandung: Refika aditama.
pemantauan respons klinis dan efek samping serta
pemantauan kesehatan fisik pasien (Ih et al., 2016). Bruno, V., Valiente-Gómez, A., & Alcoverro, O.
Nilai odds ratio yang diperoleh adalah 1,4 artinya, (2015). Clozapine and Fever: A Case of
pasien yang mendapatkan obat antipsikotik yang tidak Continued Therapy with Clozapine. Clinical
rasional memiliki resiko waktu perawatan 1,4x lebih Neuropharmacology, 38(4), 151–153.
lama dari pada pasien yang mendapatkan pengobatan
antipsikotik yang rasional atau dengan kata lain pada DIH. (2009). Drug Information Handbook, 17th
penelitian ini, pasien yang mendapatkan pengobatan Edition. In American Pharmacists
yang rasional memiliki waktu rawat inap yang lebih Association.
cepat dibandingkan pasien yang mendapatkan
pengobatan yang tidak rasional. Fatemi, S. H., & Folsom, T. D. (2009). The
neurodevelopmental hypothesis of Schizophrenia,
revisited. Schizophrenia Bulletin, 35(3),
KESIMPULAN
528–548.
Berdasarkan hasil penelitian, 121 sampel pasien https://doi.org/10.1093/schbul/sbn187
skizofrenia di ruang rawat inap RS Jiwa Sambang
Lihum memenuhi kriteria inklusi, dan kesimpulannya Ih, H., Putri, R. A., & Untari, E. K. (2016). Perbedaan
adalah sesuai Texas Medication Algorithm Project Jenis Terapi Antipsikotik Terhadap Lama Rawat
Procedural Manual dan Konsensus Penatalaksanaan Inap Pasien Skizofrenia Fase Akut Di RSJD
Gangguan Skizofrenia. Pengobatan antipsikotik di Sungai Bangkong Pontianak. Jurnal Farmasi
Rumah Sakit Jiwa Daerah Sambang Lihum Kalimantan Klinik Indonesia, 5(2), 115–122.
Selatan pada pasien skizofrenia diperoleh evaluasi
https://doi.org/10.15416/ijcp.2016.5.2.115
dengan hasil tepat obat sebanyak 117 pasien (96,7%),
tepat dosis 118 pasien (97,5%), dan tepat
Jarut, M. J., Fatimawali, & Wiyono, W. I. (2013).
frekuensi 74 pasien (61,2%). Hubungan rasionalitas
Tinjauan Penggunaan Antipsikotik Pada Pasien
yang dianalisis menggunakan uji Chi- Square
Skizofrenia di Rumah Sakit Prof. Dr.
didapatkan hasil nilai signifikansi 0,420 (>0,05)
V. L. Ratumbuysang Manado Periode Januari
artinya, tidak ada hubungan yang signifikan antara
2013-Maret 2013. Pharmacon Jurnal Ilmiah
rasionalitas pengobatan terhadap lama rawat inap
Farmasi-UNSRAT, 2(3), 54–57.
pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Sambang Lihum. Kemenkes RI. (2011). Modul Penggunaan Obat
Rasional. Jakarta: Kurikulum Pelatihan
Penggunaan Obat Rasional (POR).
PENGHARGAAN
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar
Terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang (RISKESDAS). Jakarta: Badan Penelitian
telah membantu terlaksananya penelitian ini. Pengembangan Kesehatan.
Terimakasih kami sampaikan seluruh pihak https://doi.org/10.1517/13543784.7.5.803
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin dan pihak
Rumah Sakit Jiwa Daerah Sambang Lihum yang telah Lally, J., & MacCabe, J. H. (2015). Antipsychotic
mengizinkan dilakukannya penelitian ini. Medication In Schizophrenia: A Review. British
Medical Bulletin, 114(1), 169–179.
DAFTAR PUSTAKA https://doi.org/10.1093/bmb/ldv017

Maharani, F. R. . (2004). Kajian Penggunaan Obat


Antipsikosis pada Pasien Skizofrenia di Unit
Rawat Inap Rumah Sakit Grhasia Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta Periode

journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 7
ISSN : 2598-2095 Vol. 5 No. 1 (September, 2021)

Januari-Desember 2003. Yogyakarta: Fakultas Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.


Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Saperstein, A. ., Fiszdon, J. ., & Bell, M. . (2011).
Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Intrinsic motivation as a predictor of work
Indonesia. (2012). Pedoman Nasional outcome after vocational rehabilitation in
Pelayanan Kedokteran (PNPK) schizophrenia. J Nerv Ment, 199(2), 672.
Jiwa/Psikiatri. Jakarta: PP PDSKJI.
Setiadi, G. (2014). Pemulihan Gangguan Jiwa:
Rahaya, A., & Cahaya, N. (2016). Studi Retrospektif Pedoman Bagi Penderita, Keluarga dan
Penggunaan Trihexyfenidil Pada Pasien Relawan Jiwa. Purworejo, Jawa Tengah: Pusat
Skizofrenia Rawat Inap Yang Mendapat Terapi Pemulihan dan Pelatihan Gangguan Jiwa.
Antipskotik Di Rumah Sakit Jiwa Sambang
Lihum. Galenika Journal of Pharmacy,2(2), Tjay, T. H., & Rahardja, K. (2007). Obat - Obat
124–131. Penting (6th ed.). Jakarta: Elex Media
https://doi.org/10.22487/j24428744.2016.v2.i Komputindo.
2.5986
Wibowo, S., & Gofir, A. (2001). Farmakoterapi
Sadock, B. J., & Sadock, V. A. (2010). KAPLAN & Dalam Neurologi. Jakarta: Salemba Medika.
SADOCK Buku Ajar Psikiatri Klinis (2nd ed.).

journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 8

Anda mungkin juga menyukai