Oleh :
RATIH PURWANTI
F.14.108
Kepada
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
KENDARI
2017
ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN PSIKOTROPIK PASIEN
GANGGUAN JIWA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SULAWESI
TENGGARA
Abstrak
Depresi adalah salah satu gangguan kesehatan mental yang terjadi sedikitnya selama dua
minggu atau lebih yang mempengaruhi pola pikir, perasaan,dan suasana hati (mood). Di Indonesia
gambaran besarnya masalah kesehatan jiwa masih menjadi persoalan serius dan biaya pelayanan
kesehatan semakin meningkat, sehingga diperlukan efisiensi penggunaan dana lebih rasional.
Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran efektivas biaya obat psikotropik pada pasien depresi
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara.
Jenis penelitian adalah deskriptif. Rancangan Cross Sectional. Pengambilan data secara
retrospektif berdasarkan data rekam medis. Sampel penelitian yaitu pasien rawat jalan. Metode
waktu Januari 2016-Januari 2017 yang diperoleh dari rekam medik. Analisis data menggunakan
ACER adalah perbandingan sumber daya yang digunakan untuk setiap unit clinical benefit. Biaya
menggambarkan jumlah seluruh biaya yang diukur dalam penelitian untuk alternatif terapi, dan efek
yaitu outcome unit natural.
Hasil penelitian menunjukkan, penggunaan obat psikotropik pada pasien depresi menunjukan
nilai ACER yaitu amitriphilin sebesar 18,425.87, diazepam 5 mg sebesar 26,529.44, diazepam 2 mg
sebesar 23,003.14, alprazolam 1 mg sebesar 6,334.10 dan alprazolam 0,5 mg sebesar 37,601.26.
Nilai yang cost-effective yaitu alprazolam 0,5 mg sebesar 6,3 34.10.
Abstract
Depression is one of the mental health disorders that occurs for at least two weeks or more that affect
the mindset, feelings, and mood. In Indonesia, the big picture of mental health problem is still a
serious problem and the cost of health services is increasing, so the efficiency of rational use of funds
is needed. This study aimed to find out the effectiveness of psychotropic drug cost in depressed
patient of Mental Hospital of Southeast Sulawesi Province.
The type of research is descriptive. Cross Sectional Design. Retrospective data retrieval based
on medical record data. The research sample is outpatient. Methods of time January 2016-January
2017 obtained from medical record. Data analysis using ACER is a comparison of resources used for
each clinical benefit unit. Costs describe the sum of all costs measured in the study for alternative
therapies, and the effect of a natural unit outcome.
The results showed that the use of psychotropic drugs in patients with depression showed an
ACER value of amitriphilin of 18.425.87, diazepam 5 mg of 26,529.44, diazepam 2 mg of 23.003.14,
alprazolam 1 mg of 6,334.10 and alprazolam 0.5 mg 37,601.26. The cost-effective value of
alprazolam 0.5 mg is 6.3 34.10.
Keywords: Depression, outpatient, cost effectiveness analysis
PENDAHULUAN ditinggalkan masyarakat saat ini (Baskoro
selama dua minggu atau lebih yang masalah kesehatan jiwa masih menjadi
mempengaruhi pola pikir, perasaan, suasana persoalan serius. Data Riset Kesehatan Dasar
hati (mood). Hal ini sangat penting karena 2013 mencatat Prevalensi gangguan jiwa berat
orang dengan depresi menyebabkan di Indonesia mencapai 1,7 per mil. Artinya, 1-
produktifitasnya menurun, dan ini sangat 2 orang dari 1.000 penduduk di Indonesia
buruk akibatnya bagi dirinya sendiri, bagi mengalami gangguan jiwa berat. Hal ini
masyarakat. Orang yang mengalami depresi diperburuk dengan minimnya pelayanan dan
dapat dikatakan orang yang sangat menderita fasilitas kesehatan jiwa di berbagai daerah
sumber daya yang digunakan (input) dengan kurang dari 10 persen penderita gangguan jiwa
konsekuensi dari pelayanan (output) antara yang mendapatkan layanan terapi oleh petugas
populasi masyarakat dunia adalah 3%. peningkatan efisiensi atau penggunaan dana
Sementara itu 100 juta penduduk di dunia secara lebih rasional. Farmakoekonomi dalam
mengalami depresi. Angka ini semakin kaitan ini memiliki peranan penting sebagai
bertambah untuk masa mendatang yang deskripsi dan analisis biaya terapi dalam suatu
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: usia sistem pelayanan kesehatan, lebih spesifik lagi
harapan hidup semakin bertambah, stresor adalah sebuah penelitian tentang proses
penyakit kronik, bertambahnya pemakaian biaya, resiko dan keuntungan dari suatu
obat-obat yang memacu terjadinya depresi, program pelayanan dan terapi serta
dan kehidupan beragama yang semakin determinasi suatu alternatif terbaik (Wijayanti
dkk, 2014).
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai
Tenggara merupakan Rumah Sakit Khusus berikut:
pasien Jiwa Tipe B, wilayah jangkauan a. Kriteria inklusi
pelayanan Rumah Sakit meliputi 17 1) Pasien Rumah Sakit Jiwa yang berobat
kabupaten/kota se Provinsi Sulawesi pada priode Januari 2016 – Januari
Tenggara. 2017.
METODE PENELITIAN 2) Pasien yang berumur > 15 tahun
Jenis penelitian adalah deskriptif. 3) Pasien rawat jalan
Rancangan penelitian menggunakan Cross 4) Pasien yang memiliki data lengkap
Sectional adalah suatu penelitian untuk berupa rekam medik.
mempelajari dinamika kolerasi antara faktor- b. Kriteria eksklusi
faktor risiko dengan efek, dengan cara 1) Pasien yang tidak mengalami komplikasi
pendekatan, observasi atau pengumpulan data atau gangguan kejiwaan lainnya.
sekaligus pada suatu saat (point time
approach) (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini HASIL DAN PEMBAHASAN
berupa penelitian survei dengan metode Demografi Pasien Depresi
retrospektif adalah penelitian yang berusaha Berdasarkan data yang diperoleh, pasien
melihat ke belakang (backward looking), dikelompokkan berdasarkan usia, jenis
artinya pengumpulan data dimulai dari efek kelamin, penyakit penyerta. Distribusi pasien
atau akibat yang terjadi. depresi yang dirawat jalan di Rumah Sakit
Waktu dan tempat penelitian Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara periode
Penelitian ini akan dilakukan Rumah Januari 2016 - Januari 2017 terdapat pada
Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara tabel 1.
periode Januari 2016-Januari 2017.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua pasien rawat jalan yang datang berobat
di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi
Tenggara periode Januari 2016 - Januari 2017.
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien
depresi rawat jalan yang berobat di Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara
periode Januari 2016 - Januari 2017. Sampel
penelitian bagian dari populasi yang
Tabel 1. Distribusi pasien depresi berdasarkan usia, Pasien Dengan Penyakit Penyerta
jenis kelamin, dan penyakit penyerta pada
Tabel 3. Jumlah pasien rawat jalan yang
pasien depresi rawat jalan di Rumah Sakit
mendapatkan pengobatan di Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara periode Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara periode
Januari 2016 - Januari 2017. Januari 2016 - Januari 2017.
Pasien depresi
Karakteristik N Persentase (%)
Pengobatan N % Tanpa Dengan
Laki – laki 14 40,0 depresi penyakit penyakit
penyerta penyerta
15 – 49 tahun 10 71,4
Alprazolam 14 40,0 14 0
≥ 50 tahun 4 28,5 Diazepam 21 60,0 20 1
Perempuan 21 60,0
15 – 49 tahun 15 71,4
Pada tabel 3. menunjukan pasien
≥ 50 tahun 6 28,5 depresi yang menggunakan diazepam hanya 1
Penyakit penyerta orang yang menderita penyakit penyerta yaitu
Tidak ada 34 97,1 TB (tuberkulosis). Tuberkulosis merupakan
Ada 0 0
salah satu penyakit yang lama dikenal dan sam
- TB 1 2,9
pai saat ini masih menjadi penyebab utama
kematian di dunia (Leli, 2012). Tuberkulosis
Berdasarkan tabel 1. pasien depresi
merupakan penyakit menular langsung
banyak terjadi pada pasien perempuan, dengan
disebabkan oleh kuman mycobacterium
kelompok usia yang paling banyak menderita
Tuberculosis (TBC), sebagian besar kuman
depresi adalah (15-49 tahun) (71,4%)
TBC menyerang paru, tetapi dapat juga
dibandingkan dengan kelompok usia 50 tahun
mengenai organ tubuh lainnya. Penularan
(28,5%). Hal ini dapat dikarenakan angka
terjadi ketika pasien TB batuk atau bersin,
kejadian depresi meningkat pada kelompok
kuman tersebar ke udara dalam bentuk
umur 15 tahun. Banyak pasien wanita rentan
percikan dahak. Infeksi terjadi apabila orang
mengalami depresi dari pada pria diakibatkan
lain menghirup udara yang mengandung
oleh beberapa faktor seperti gangguan panik,
percikan dahak infeksius tersebut.
fobia, insomnia, gangguan stres pasca trauma,
Pasien dengan TB mengalami depresi
gangguan pola makan, periode pra-menstruasi,
sebagai respon alamiah. Depresi dalam hal ini
perubahan hormon pada saat hamil
bukan merepakan suatu tanda adanya
(Lukluiyyanti, 2010).
gangguan mental, namun merupakan suatu
respon kehilangan yang amat sangat sehingga
menarik diri dari kehidupan, menyendiri,
sangat bersedih, dan tidak peduli dengan
lingkungan sekitar. Menurut Brankel (2015),
faktor-faktor berpengaruh terhadap timbulnya Analisis Efektivitas Biaya
gangguan depresi pada penderita TB Tabel 5. Rekapitulasi biaya medik langsung selama
perawatan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
diantaranya yaitu persepsi pasien terhadap
Sulawesi Tenggara periode Januari 2016 -
penyakitnya, lama menderita TB serta biaya
Januari 2017
pengobatan. Gangguan depresi pada penderita
Harga
TB dapat timbul akibat berbagai faktor baik Biaya Harga Total
obat
Gol obat Jenis obat administra Obat biaya
internal maupun eksternal, seperti dukungan Lain
si (Rp) (Rp) (Rp)
(Rp)
keluarga yang kurang atau adanya halangan 1.013.423
Amitriphilin 783.000 147.000 83.247
untuk berinteraksi dengan masyarakat. Hal ini Antidepresan
trisiklik/polisiklik
juga bisa disebabkan oleh faktor-faktor lain
Diazepam 5 957.000 19.511 465.079 1.432.590
seperti adanaya perasaan menolak kenyataan Golongan
mg
benzodiazepin
mengenai penyakit TB dan akibatnya dari
Diazepam 2 696.000 612.000 416.372 1.725.236
stigma masyarakat yang negatif mengenai TB. mg
Alprazolam 1 348.000 6.512 63.539 418.051
Golongan
mg
benzodiazepin
Penggunaan Obat Berdasarkan Golongan
Alprazolam 1.044.000 22 .385 362.463 1.428.848
Gambaran pengobatan yang dijalani di 0,5 mg
Jumlah Persentase
biaya administrasi menunjukan harga tertinggi
Golongan obat Jenis obat
pasien (%)
Antidepresan
karena jumlah pasien yang paling banyak
Amitriphilin 9 25,7%
trisiklik/polisiklik
Golongan Diazepam 5
menggunakan obat alprazolam.
11 31,4%
benzodiazepin mg
Besaran biaya medis langsung terkecil
Diazepam 2
8 22,8%
mg adalah golongan obat benzodiazepin obat
Golongan Alprazolam
3 11,4%
benzodiazepin 1 mg alprazolam 1 mg Rp. 418.051 dan biaya obat
Alprazolam
13 37,1%
0,5 mg terbesar yaitu diazepam 2 mg yaitu sebesar
Rp. 1.725.236. Harga obat golongan
antidepresan trisiklik/polisiklik untuk mencapai target terapi ketika pasien tidak lagi
amitriphilin 121,1/tablet dan obat golongan datang pada bulan Januari.
benzodiazepin untuk diazepam 5 mg Golongan obat benzodiazepin banyak
109/tablet, diazepam 2 mg 3648/tablet, digunakan dalam praktek klinik karena
alprazolam 1 mg 111/tablet, dan alprazolam rendahnya tingkat tolerasi obat, potensi
0,5 mg 148/tablet. penyalahgunaan yang rendah dan tidak
Efektifitas Terapi menginduksi enzim mikrosoom di hati (Syarif,
Efektivitas terapi antidepresi yang 2012).
digunakan oleh pasien depresi rawat jalan Perhitungan Efektifitas Biaya Berdasarkan
dilihat dari jumlah pasien yang telah sembuh ACER
pada bulan Januari 2017. Penilaian analisis efektifitas biaya
Tabel 6. Efektivitas terapi pasien depresi rawat menggunakan metode ACER bertujuan untuk
jalan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
membandingkan total biaya suatu program
Sulawesi Tenggara periode Januari 2016 -
atau alternalif pengobatan dibagi dengan
Januari 2017.
pengeluaran klinis untuk menghasilkan
Jumlah
pasien
perbandingan yang mewakili biaya tiap hasil
Jumlah Efektifitas
Golongan obat Jenis obat yang
pasien (%) klinis yang spesifik dan independen dari
mencapai
target pembanding. Berikut ini adalah perhitungan
Antidepresan Amitriphilin
trisiklik/polisiklik
9 5 55 % ACER pada beberapa pengolongan obat
Golongan Diazepam 5
11 6 54 % depresi yang digunakan pada Rumah Sakit
benzodiazepin mg
Diazepam 2
8 6 75 %
Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara periode
mg
Golongan Alprazolam Januari 2016 - Januari 2017.
3 2 66 %
benzodiazepin 1 mg
Alprazolam
13 5 38%
0,5 mg