Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN

SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH ATMA HUSADA MAHAKAM


SAMARINDA

Maya Darliana ˡ, Siti Kholifah ²

ˡ Mahasiswa Program Pendidikan S1 Ilmu Keperawatan, ITKES Wiyata Husada Samarinda


Email : mayazagi@gmail.com

² Dosen Program Pendidikan S1 Ilmu Keperawatan, ITKES Wiyata Husada Samarinda

Abstrak

Latar belakang Pasien skizofrenia merupakan pasien yang melakukan pengobatan secara rutin
dan jangka waktu yang panjang, Apabila pasien skizofrenia minum obat tidak teratur atau tidak
patuh dapat menyebabkan kekambuhan. Untuk menanggulangi perlu adanya peningkatan
kepercayaan diri pasien untuk mendeteksi tanda dan gejala kekambuhan pasien skizofrenia.
Tujuan Mengidentifikasi hubungan self efficacy dengan kepatuhan minum obat pasien
skizofrenia di RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda. Metode Penelitian menggunakan
deskriftif analitik dengan desain cross sectional. Tehnik sampling consecutive sampling dengan
sampel 125 responden. Menggunakan instrumen GSE dan MMAS-8. Analisis statistik dengan uji
pearson Chi-square. Hasil Self efficacy tinggi sebanyak 46.4%, Sedangkan self efficacy yang
rendah sebanyak 53,6%. Tingkat kepatuhan minum obat tinggi sebanyak 43.2%, Kepatuhan
minum obat sedang sebanyak 27.2%,. Sedangkan kepatuhan minum obat rendah sebanyak 29.6%.
hasil uji pearson Chi square menunjukkan bahwa nilai (Sig) adalah p-value 0.127 > α (0.05).
Kesimpulan Ho diterima dan Ha ditolak, tidak ada hubungan antara self efficacy dengan
kepatuhan minum obat pasien skizofrenia di RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda.

Kata Kunci : Self Efficacy, Kepatuhan Minum Obat, Skizofrenia

Abstract
Background: Schizophrenic patients take medication regularly and for an extended period.
Overcoming this, increasing the patient's confidence in detecting signs and symptoms of relapse in
schizophrenic patients is necessary. Purpose: This study aimed to identify the relationship between
self-efficacy and adherence to medication for schizophrenia patients at Atma Husada Psychiatric
Hospital Mahakam Samarinda. Method:This study used descriptive analytics with a cross-
sectional design. Sampling technique consecutive sampling with a sample of 125
respondents.Using the GSE and MMAS-8 instruments. Statistical analysis with Pearson Chi-
square test. Results:High self-efficacy was 46.4%,while low self-efficacy was 53.6%.The level of
adherence to medication was high at 43.2%,and adherence to medication was moderate at 27.2%.
Meanwhile, medication adherence was low at 29.6%.Pearson Chi-square test results indicated that
the value (Sig) was p-value 0.127>α (0.05). Conclusion:Ho is accepted, and Ha is rejected,this
indicates no relationship between self-efficacy and adherence to medication for schizophrenia
patients at Atma Husada Hospital Mahakam Samarinda.

Keywords:Self Efficacy,Compliance with Medication,Schizophrenia

'Student of Nursing Study Program of Institute of Health Technology and Science Wiyata Husada Samarinda
Lecturer of Nursing Study Program of Institute of Health Technology and Science Wiyata Husada Samarinda
pasien skizofrenia terhadap regimen
PENDAHULUAN terapeutik pengobatan menjadi
Orang Dengan Gangguan masalah global di seluruh dunia.
Jiwa (ODGJ) merupakan salah satu Menurut Rikesdas tahun 2018 relaps
pasien yang melakukan pengobatan akibat ketidakpatuhan minum obat
secara rutin. Skizofrenia salah satu yakni sebesar 36,1% karena merasa
diagnosa dari penyakit gangguan sudah sehat . Supaya masalah
mental ini memerlukan pengobatan ketidakpatuhan ini teratasi maka
yang cukup lama agar bisa sembuh perawat harus memahami faktor-
dan dengan minum obat secara faktor yang menyebabkan
teratur. Jika pasien tidak minum obat ketidakpatuhan.
secara teratur, peluang gejala Adapun penyebab
kekambuhan akan semakin besar. ketidakpatuhan pasien terhadap
Data dari World Health terapi obat adalah sifat penyakit yang
Organization (WHO) menunjukkan kronis sehingga pasien merasa bosan
bahwa Skizofrenia merupakan minum obat karena pengobatannya
penyakit mental berat yang berjangka panjang untuk penderita
mempengaruhi lebih dari 21 juta skizofrenia tahap awal minimal 1
orang di dunia (WHO,2016). tahun, berkurangnya gejala, tidak
Skizofrenia merupakan gangguan pasti tentang tujuan terapi, harga
psikiatrik kronik yang obat mahal tidak mengerti tentang
mempengaruhi bagaimana seseorang instruksi penggunaan obat, dosis
berpikir, merasa dan berperilaku. yang tidak akurat dalam
Prevalensi masalah kesehatan jiwa mengkonsumsi obat, efek samping
saat ini cukup tinggi, 25% dari yang tidak menyenangkan dan
penduduk dunia pernah menderita kurangnya dukungan keluarga
masalah kesehatan jiwa, 1% (Husar, 1995). Keluarga merupakan
diantaranya adalah gangguan jiwa orang terdekat dari pasien maka dari
berat, (WHO,2016). Sedangkan pada itu keluarga mempunyai peranan
tahun 2017 berdasarkan Survei penting dalam memberi pengawasan
Global Health Data Exchange kepada penderita gangguan jiwa
menunjukkan ada 27,3 juta orang guna meningkatkan kepatuhan dalam
Indonesia mengalami masalah mengkonsumsi obat agar mencegah
kejiwaan. Hal ini berarti, satu dari kekambuhan. Pernyataan di atas di
sepuluh orang di negara ini dukung oleh Raharjo (2014) dalam
mengidap gangguan kesehatan jiwa. penelitiannya yaitu hubungan
Indonesia jadi negara dengan jumlah kepatuhan minum obat dengan
pengidap gangguan jiwa tertinggi di kekambuhan pada pasien halusinasi
Asia Tenggara. (GHDx,2019). yang merupakan salah satu ciri dari
Penanganan skizofrenia pasien skizofrenia menyebutkan
membutuhkan waktu yang lama dan bahwa kepatuhan minum obat adalah
kepatuhan dalam meminum obat. salah satu penyebab kekambuhan
Kepatuhan hal yang sangat penting pada pasien gangguan jiwa.
dalam perilaku hidup sehat. (Raharjo,2014)
Kepatuhan minum obat merupakan Faktor yang mempengaruhi perilaku
kegiatan meminum obat-obatan yang pasien dalam minum obat adalah
diresepkan dokter pada waktu dan faktor presdiposing meliputi
dosis yang tepat. Pengobatan hanya pengetahuan, kepercayaan,
akan efektif apabila pasien mematuhi keyakinan, nilai – nilai sikap : faktor
aturan dalam penggunaan obat. enabling meliputi ketersediaan sarana
(Dhewi et al,2012). Ketidakpatuhan atau fasilitas Kesehatan: dan faktor
reinforcing yaitu dukungan keluarga bosan minum obat, merasa sudah
dan sikap petugas kesehatan. sembuh dan tidak percaya diri
Kepatuhan minum obat dapat terjadi untuk mengambil obat sendiri.
jika penderita memiliki keyakinan Dan 3 pasien lainnya datang
untuk sembuh. Keyakinan ini kembali karena merupakan pasien
dinamakan self efficacy (Dhewi et inventaris dan pasien dinas sosial.
al,2012). Self efficacy dalam Dari kondisi
istilah umum disebut juga dengan ketidakpatuhan klien untuk kontrol
keyakinan diri seseorang pengambilan obat dan minum obat
mengenai kemampuan dirinya ini menyebabkan terjadinya
dalam menjalankan tugas tertentu kekambuhan pada pasien. Untuk
dan kemampuan untuk menanggulangi hal tersebut
mempersuasi keadaan atau merasa peneliti memberikan solusi perlu
percaya diri dengan perilaku sehat adanya peningkatan kepercayaan
yang dilakukan. Teori perubahan diri pasien untuk mendeteksi
perilaku kesehatan yang tanda dan gejala kekambuhan
dikembangkan meletakkan adanya pasien skizofrenia.
keyakinan diri individu terhadap
METODE PENELITIAN
tindakan medis atau kesehatan
yang telah didapatkan. Penelitian ini merupakan
merupakan hal yang berguna jenis penelitian kuantitatif yang
bertujuan untuk melakukan analisis
dalam memproteksi kesehatan dan
sebab akibat dengan menggunakan
merupakan hal yang penting rancangan deskriptif analitik dengan
sebagai kontrol dari faktor-faktor pendekatan cross sectional
perilaku sehat ( Notoatmodjo, 2017). Variabel
(Putu&Rastiti,2019). Self efficacy dalam penelitian ini menggunakan
juga merupakan kunci penting variabel independen atau variabel
dimana individu yakin terhadap bebas adalah self efficacy. Dan
kemampuannya dalam melakukan Variabel dependen atau variabel
suatu perilaku untuk memperoleh terikat adalah kepatuhan minum onat.
hasil yang diinginkan. Memiliki Populasi dalam penelitian ini yaitu
self efficacy yang tinggi seluruh perawat pada instalasi bedah
sentral menggunakan total sampling
cenderung memiliki keyakinan
sebanyak 125 responden. Penelitian
dan kemampuan untuk ini dilakukan di ruang Poli RSJD
memperoleh suatu tujuan Atma Husada Mahakam Samarinda
(Pardede, Ariyo & Purba,2020). pada bulan Mei - Juni 2022. Alat
Berdasarkan studi yang digunakan kuesioner untuk self
pendahuluan yang telah dilakukan efficacy menggunakan Kuesioner
di Instalasi Gawat Darurat RSJD maslach Generally Self Efficacy
(GSE). Kuesioner untuk kepatuhan
Atma Husada Mahakam pada 10
minum obat menggunakan MMAS-8
pasien dengan Skizofrenia ( pada (Morisky Medication Adherence
tanggal 1 sampai dengan 3 Scale - 8 ). Teknik analisa data uji
Desember 2021). Dari 10 pasien chi square.
ulangan yang berkunjung di IGD
tersebut didapat 7 pasien
mengatakan putus obat
dikarenakan pasien mengatakan
HASIL PENELITIAN sebanyak 60 orang dengan
persentase (47%). Karakteristik
Tabel 4.1 Distribusi karakteristik status perkawinan terbanyak yaitu
responden berdasarkan umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, status
janda/duda sebanyak 57 orang
perkawinan, dan riwayat rawat inap dengan persentase (46%) dan paling
sedikit adalah kawin sebanyak 17
Frek
Variabel Karakteristik uensi % orang dengan persentase (13%). Dan
Umur Remaja Akhir 17-25 20 16
berdasarkan riwayat rawat inap
Dewasa Awal 26-35 37 30
responden didapat hasil terbanyak
adalah pasien pernah dirawat di
Dewasa Akhir 36-45 46 37
RSJD Atma Husada Mahakam
Lansia Awal 46-55 12 10
Samarinda sebanyak 82 orang
Lansia Akhir 56-65 8 6
dengan persentase (65%) sedangkan
Manula >65 2 1
yang tidak pernah dirawat sebanyak
Total 125 100
Jenis
43 orang dengan persentase (35%).
Kelamin Laki-laki 75 60
Perempuan 50 40 1. ANALISA UNIVARIAT
Total 125 100
Pendidik Tabel 4.2 Distribusi responden
an SD 25 19
berdasarkan self efficacy RSJD AHM
SMP 31 25 Samarinda
SMA 64 51 Self Efficacy Frekuensi Persentase
Perguruan Tinggi 5 5
(%)
Tinggi 58 46.4
Total 125 100
Rendah 67 53.6
Pekerjaa
n PNS 10 9 Total 125 100,0
Swasta/Wiraswasta 55 44
Tidak Kerja 60 47
Berdasarkan tabel 4.2 dapat
Total 125 100
Status dilihat bahwa self efficacy pasien
Perkawin skizofrenia di RSJD Atma Husada
an Kawin 17 13
Mahakam yang tinggi adalah 58 orang
Tidak Kawin 51 41
dengan persentase (46.4%) sedangkan
Janda/Duda 57 46 self efficacy yang rendah sebanyak 67
Total 125 100 orang dengan persentase (53.6%). Self
Riwayat
Rawat efficacy rendah banyak dimiliki oleh
Inap Pernah 82 65 responden karena memiliki kontrol yang
Tidak Pernah 43 35 lebih kecil dan sering mendapatkan
Total 125 100 stigma negatif dari lingkungan
sekitarnya.
Berdasarkan Tabel 4.1
menunjukkan berdasarkan umur yang
Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan
terbanyak yaitu dewasa akhir dengan kepatuhan minum obat di RSJD AHM
rentang umur 36-45 tahun sebanyak 46 Samarinda
orang dengan persentase (37%), Kepatuhan Frekuensi Persentase
berdasarkan jenis kelamin yang terbesar Minum Obat (%)
yaitu jenis kelamin laki-laki sebanyak 75 Tinggi 54 43.2
Sedang 34 27.2
orang dengan persentase (60%). Rendah 37 29.6
Karakteristik pendidikan terbanyak yaitu Total 125 100,0
SMA sebanyak 64 orang dengan Berdasarkan tabel 4.3 dapat
persentase (51%). Karakteristik dilihat bahwa kepatuhan minum
pekerjaan terbanyak yaitu tidak bekerja
obat pasien skizofrenia di RSJD dengan kepatuhan minum obat pasien
Atma Husada Mahakam yang skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
tinggi adalah 54 orang dengan Daerah Atma Husada Mahakam
persentase (43.2%). Hal ini Samarinda.
disebabkan kunjungan pasien di
PEMBAHASAN
poli RSJD Atma Husada
Mahakam Samarinda sebagian 1. Self Efficacy
besar berasal dari Samarinda yang
memiliki akses terdekat untuk Mengidentifikasi Self efficacy
berobat atau kontrol kembali di pasien skizofrenia sedikit berbeda
RSJD Atma Husada Mahakam dengan pasien yang lainnya,
Samarinda. dikarenakan skizofrenia adalah
penyakit kronis dan seringkali
2. ANALISA BIVARIAT kambuh sehingga diperlukan terapi
jangka panjang. Self efficacy
Tabel 4.4 Analisis Bivariat Self Efficacy dengan
Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Skizofrenia di
mempengaruhi seberapa jauh usaha
RSJD AHM Samarinda yang akan di tempuh dan seberapa
Kepatuhan Minum Obat kuat individu dapat bertahan dalam
Tinggi Sedang Rendah Total P menghadapi suatu masalah. Self
value efficacy juga akan menentukan
Self
Effi
Ting
gi 28 18 12 58 apakah perubahan perilaku
cacy kesehatan akan dimulai, berapa
48.3 31.0 20.7 100 banyak usaha yang akan
% % % % dikeluarkan, dan berapa lama akan
Rend
ah 26 16 25 67 dipertahankan dalam menghadapi
rintangan serta kegagalan
38.8 23.9 37.3% 100 0.127
(Schwarzer, 1997).
% % % Hasil penelitian tabel 4.2
Total
54 34 37 125
menunjukkan distribusi responden
menurut kategori self efficacy
43.2 27.2 29.6% 100 memperlihatkan sebanyak 58
% % % responden (46.4%) memiliki self
efficacy tinggi dalam pengobatan
Berdasarkan tabel 4.4 analisa rutin responden. Sedangkan
hubungan diketahui bahwa responden sebanyak 67 responden (53.6%)
dengan self efficacy tinggi masih memiliki memiliki self efficacy yang rendah.
kepatuhan minum obat rendah, sedangkan Dengan demikian dapat
responden dengan self efficacy rendah dikemukakan bahwa self efficacy
memiliki kepatuhan minum obat tinggi. sangat penting dalam pengobatan
Dari hasil analisa hubungan guna mencegah terjadinya
antara self efficacy dengan kepatuhan kekambuhan. Sesuai konsep Wynn
minum obat dengan menggunakan uji Nyunt, et a (2010) Self efficacy
statistik chi-square didapatkan hasil
merupakan kepercayaan diri tentang
tidak terdapat hubungan antara self
efficacy dengan kepatuhan minum obat, kemampuannya untuk menata dan
maknanya adalah bahwa self efficacy melakukan program pengobatan dan
yang baik belum tentu kepatuhan perawatan untuk melakukan
minum obat baik dengan p-value 0.127 program pengobatan dan perawatan
> 0.05. Hal ini dapat diartikan bahwa untuk memperoleh target yang
Ho diterima dan Ha ditolak yaitu tidak diharapkan.
ada hubungan antara self efficacy
Hal ini sependapat dengan Jiwa Daerah Atma Husada
penelitian Pardede,Ariyo & Purba Mahakam Samarinda.
(2020), dalam jurnal “Self Efficacy Dari hasil penelitian di
dan Peran Keluarga Berhubungan temukan ada terdapat self efficacy
dengan Frekuensi Kekambuhan yang tinggi berjumlah 58 orang
Pasien Skizofrenia”. Hasil analisis dengan persentase (46.4%), self
yang didapat bahwa didapatkan efficacy rendah berjumlah 67 orang
bahwa self efficacy keluarga dengan persentase (53.6%) dan pada
mayoritas rendah karena kepatuhan minum obat yang tinggi
pemahaman dan kemampuan berjumlah 54 orang (43.2%),
keluarga dalam merawat pasien kepatuhan sedang berjumlah 34
skizofrenia belum begitu baik. orang dengan persentase (27.2%),
2. Kepatuhan Minum Obat dan kepatuhan rendah berjumlah 37
Mengidentifikasi kepatuhan orang dengan persentase (29.6%).
minum obat pasien skizofrenia dapat Hal ini dapat diketahui bahwa
dilihat dari hasil penelitian tabel 4.3 walaupun sebagian output
menunjukkan distribusi responden responden dengan self efficacy
kategori tingkat kepatuhan minum tinggi, namun kepatuhan berobatnya
obat pasien skizofrenia masih ada yang rendah. Sedangkan
memperlihatkan sebanyak 54 responden yang memiliki self
responden (43.2%) memiliki efficacy rendah dapat memiliki
kepatuhan tinggi. Sebanyak 34 kepatuhan minum obat yang tinggi.
responden (27.2%) memiliki Dari data umum responden, hal ini
kepatuhan sedang. Sedangkan disebabkan karena sebagian
sebanyak 37 responden (29.6%) responden merasa minum obat
memiliki kepatuhan rendah. Istilah setiap hari adalah hal yang
ketaatan (compliance atau membosankan dan responden
adherence) dideskripsikan dengan merasa sudah lebih baik. Selain itu
sejauh mana pasien sesuai dengan juga disebabkan kurangnya
ketentuan yang diberikan oleh dukungan dari keluarga untuk
profesional kesehatan (Arifin & mengingatkan dalam minum obat
Ropyanto,2016). secara rutin serta kurangnya
3. Hubungan Self Efficacy dengan psikoedukasi mengenai self efficacy.
Kepatuhan Minum Obat Pasien Penelitian Eticha, Teklu, Ali,
Skizofrenia Solomon, & Alemayehu (2015)
Hasil analisa penelitian menemukan bahwa ketidakpatuhan
tentang hubungan antara self sangat dipengaruhi oleh
efficacy dengan kepatuhan minum pengetahuan pasien, sikap terhadap
obat pasien skizofrenia di Rumah penyakit yang diderita dan obat -
Sakit Jiwa Daerah Atma Husada obatan yang dikonsumsi. Beberapa
Mahakam Samarinda dapat dilihat responden juga menyatakan bahwa
dari Tabel 4.7 hasil uji Chi square meminum obat adalah suatu
menunjukkan bahwa nilai Signifikan keharusan karena apabila tidak
(Sig) dari uji Chi square adalah p- meminum obat secara teratur dapat
value 0.127 > α (0.05). Hal ini dapat menyebabkan kekambuhan. Akan
diartikan bahwa Ho diterima dan Ha tetapi, beberapa menyatakan bahwa
ditolak yang berarti bahwa tidak ada meminum obat setiap hari
hubungan antara self efficacy menyebabkan kebosanan, dan
dengan kepatuhan minum obat kadang responden mengalami
pasien skizofrenia di Rumah Sakit kesulitan dalam meminum obat
dikarenakan lupa atau kehabisan diartikan bahwa Ho diterima dan
obat. Dari hasil analisis peneliti Ha ditolak yang berarti bahwa
menunjukkan responden sudah tidak ada hubungan antara self
mengikuti tindakan pengobatan efficacy dengan kepatuhan minum
yang direkomendasikan oleh ahli obat pasien skizofrenia di Rumah
kesehatan berupa menggunakan obat Sakit Jiwa Daerah Atma Husada
secara teratur. Mahakam Samarinda.
Penelitian ini diperkuat oleh
hasil riset yang dilakukan Ariesti, Saran
Pradikatama (2018) “Hubungan Self 1.Bagi Rumah Sakit Jiwa Daerah
Efficacy Dengan Tingkat Kepatuhan Atma Husada Mahakam
Pengobatan Hipertensi di Puskesmas Samarinda
Bareng Kota Malang”. Penelitian ini Kepatuhan minum obat pasien
menunjukkan tidak terdapatnya dapat mengurangi tingkat
hubungan antara self efficacy kekambuhan walaupun keyakinan
dengan kepatuhan pengobatan diri pasien tidak mempengaruhi.
hipertensi lansia di Puskesmas Akan tetapi, dengan adanya
Bareng Kota Malang. pendidikan kesehatan ataupun
penyuluhan kesehatan mengenai
Kesimpulan self efficacy serta kepatuhan
Berdasarkan hasil penelitian yang minum obat kepada penderita
dilakukan, maka dapat ditarik skizofrenia dapat memberikan
kesimpulan sebagai berikut : efek yang baik untuk peningkatan
1. Self efficacy memperlihatkan keyakinan diri pasien dalam
sebanyak 58 responden (46.4%) menjalani pengobatannya.
memiliki self efficacy tinggi dalam 2.Bagi responden
pengobatan rutin responden. Diharapkan responden bisa lebih
Sedangkan sebanyak 67 meningkatkan kesiapan dan self
responden (53.6%) memiliki self efficacy dirinya dengan cara
efficacy yang rendah. meningkatkan aspek positif
2. Tingkat kepatuhan minum obat responden agar dapat mengontrol
pasien skizofrenia hal-hal yang terjadi seperti
memperlihatkan sebanyak 54 terjadinya kekambuhan.
responden (43.2%) memiliki 3.Bagi peneliti selanjutnya
kepatuhan tinggi. Sebanyak 34 Peneliti selanjutnya agar mengkaji
responden (27.2%) memiliki lebih dalam tentang hubungan self
kepatuhan sedang. Sedangkan efficacy dengan kepatuhan minum
sebanyak 37 responden (29.6%) obat pasien skizofrenia.
memiliki kepatuhan rendah. Diharapkan juga dapat dilakukan
3. Hasil analisa penelitian tentang dengan metode penelitian
hubungan antara self efficacy kualitatif.
dengan kepatuhan minum obat
pasien skizofrenia di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Atma Husada
Mahakam Samarinda dapat dilihat
dari Tabel 4.7 hasil uji pearson
Chi square menunjukkan bahwa
nilai Signifikan (Sig) dari uji
pearson Chi square adalah p-
value 0.127. Hal ini dapat Daftar Pustaka
Ikawati, Z. (2011). Farmakoterapi
Amelia, D.R., & Anwar, Z,. (2013). Penyakit Sistem Saraf Pusat, Bursa
Relaps pada Pasien Skizofrenia, Jurnal Ilmu. Yogyakarta.
Ilmiah Psikologi Terapan, 7(1):105-112.
Irwan, M., Ked,S.,
American Psychiatric Association, Fajriansyah.,Ked,S.,Sinuhadji,B,Ked,S.,
(1998). Diagnostic and statistic manual Indrayana, M.T.,Ked,S. (2008)
of mental disorders: DSM-IV: includes Penatalaksanaan Skizofrenia. FK UNRI
ICD-9- CM codes effective 1. 11.
Oct.96,4.ed,7.print.ed.Washington (DC).
Isaac, Ann. (2005). Keperawatan
Aristi Born, Ralf Schwarzer & Mathias Kesehatan Jiwa & Psikiatri (3th ed),
Jerusalem (1995). Indonesian Jakarta:EGC
Adaptation of The General Self-Efficacy
Scale. Keltner, N & Steele, D. (2015).
Psychiatric Nursing, 7th ed., Elsevier
Ariesti, E (2018). Peer Review, Mosby,P.p 126-127
Hubungan Self Efficacy Dengan Tingkat
Kepatuhan Pengobatan Hipertensi di Manao, B.M,.& Pardede,J.A. (2019).
Puskesmas Bareng Kota Malang. Correlation of Family Burden of The
Prevention of Recurrence of
Bandura,A(2010). Self Efficacy. Schizophrenia Patients, Mental Health,
Diakses dari 4(I), 31-42.
(http://www.des.emory.edu/mfb/BanEnc
y.html.)`) Naafi, M, dkk (2016). Kepatuhan
Minum Obat Pasien Rawat Jalan
Brunner & Suddarth (2002). Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof
Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Dr Soerojo. Magelang.
Jakarta.
Nursalam, (2008), Pedoman Skripsi,
Copel, L.C. (2007). Kesehatan Jiwa dan Tesis dan Istrumen Penelitian
Psikiatri: Pedoman Klinis Perawat, Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika.
EGC, Jakarta.
Pasaribu. J, Hasibuan. R (2019).
Dahlan S.M., (2017). Statistik Untuk Kepatuhan Minum Obat Mempengaruhi
Kedokteran dan Kesehatan Seri 1 Edisi Relaps Pasien Skizofrenia. Jakarta.
6, Jakarta.
Prasetya, H. Sakinah, S. Isnainy
DiPiro J.T, Wells B.G, Schwinghammer U.C.A.S (2020). Hubungan Efikasi Diri
T.L and DiPiro C.V. (2015) dengan Ketaatan Minum Obat Anti
Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit, Tuberkuosis (OAT) pada Penderita TB
McGraw-Hill Education Companies. Paru. Bandar Lampung.
Inggris.
Pardede, J.A. (2014). Pengaruh
Erianti, S. Armiyanti, Arzit. (2019). Acceptance And Commitment Therapy
Hubungan Self Efficacy Dengan dengan Pendidikan Kesehatan
Kepatuhan Minum Obat Pasien TB Kepatuhan Minum Obat Terhadap
Paru. Pekanbaru. Gejala, Kemampuan Berkomitmen Pada
Pengobatan Dan Kepatuhan Pasien
Skizofrenia.
Rahmawati, L, I. (2019). Hubungan WHO, (2016) . Media Centre :
Kepatuhan Minum Obat dengan Tingkat Schizoprenia
Kekambuhan pada Pasien Halusinasi di
wilayah Kerja Puskesmas Geger
Kabupaten Madiun.

RSJD Atma Husada Mahakam


Samarinda (2022). Data Pasien
Skizofrenia di RSJD Atma Husada
Mahakam Samarinda.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas),


(2018). Badan Peneitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian
RI tahun 2018, Diakses 01 Desember
2021, dari
http://www.depkes.go.id/resources/dow
nload/general/Hasil%20Riskesdas
%2018.pdf

Scholz U, et al., (2002). Is General Self


Efficacy a Universal Construct?
Psychometric findings from 25
Countries. European Journa of
Psychological Measurement, 66(6),
1047-1063

Sugiyono, (2017). Metode Penelitian


Kuantitatif, Bandung.

Sulampoko ,P. (2021). Evaluasi


Pengobatan Pada Pasien Skizofrenia
Rawat Inap di Rumah Sakit Jiwa
Grhasia Yogyakarta.

Sulung, N., Foresa, N., (2018)


Efektivitas intervensi psikoedukasi
terhadap kepatuhan berobat pasien
skizofrenia.

Sustrani, L., Alam S., Hadibroto, I.,


(2006) Skizofrenia, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta

Sutejo. (2017). Keperawatan Jiwa.


Jogyakarta: Pustaka Baru Press

Vallianatou, K.,(2016) Antipsychotics


Medicine (Baltimore) 44, 782-752

Anda mungkin juga menyukai