Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN ANALISA TINDAKAN

MANAGEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI


DI RUMAH SAKIT SMC SAMARINDA
Disusun Untuk Memenuhi Penugasan Stase Keperawatan Dasar Profesi
Perseptor klinik :
Perseptor akademik :

Disusun oleh
Nama : Maya Darliana, S.Kep
NIM : P2205102

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


INSTITUT TEGNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA
HUSADA SAMARINDA
2021/2022
PENGESAHAN
LAPORAN ANALISA TINDAKAN
MANAGEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
DI RUMAH SAKIT SMC SAMARINDA
Disusun Untuk Memenuhi Penugasan Stase Keperawatan Dasar Profesi

Samarinda, 12 Desember 2022


Mahasiswa

(Maya Darlaiana, S.Kep)

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(………………………………..) (………………………..………)
NIP. NIK.
LAPORAN PENDAHULUAN
MANAGEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
DI RUMAH SAKIT SMC SAMARINDA
2022-2023

A. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg
(Kodim Nasrin,2003).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan


sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik
90 mmHg. (Smeltzer, 2001).

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik

>90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi.

Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JIVC)


sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai
derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi
sampai hipertensi maligna. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi
dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi
sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila
tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan
tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik.

B. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO

1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg
dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg
dan diastolik 91-94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan
160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and Treatment
of Hipertension

1. Diastolik
a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal
b. 85 – 99 : Tekanan darah normal tinggi
c. 90 -104 : Hipertensi ringan
d. 105 – 114 : Hipertensi sedang
e. >115 : Hipertensi berat
2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal
b. 140 – 159 : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c. > 160 : Hipertensi sistolik teriisolasi

Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak
(sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita hipertensi, yg
membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat
tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak,
mata (retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah).

Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan
darah.

Dibagi menjadi dua:

1. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat
antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau
progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan
organ target yang progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD yg segera
dalam kurun waktu menit/jam.

2. Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya
gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa adanya
gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu
diturunkan dalam beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun
waktu 24-48 jam (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat
(dalam hitungan jam sampai hari).

C. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik).
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan
tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi:

a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport
Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

a. Hipertensi Esensial (Primer)


Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin
angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.

b. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler
renal.

Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan
– perubahan pada :

a. Elastisitas dinding aorta menurun


b. Katub jantung menebal dan menjadi kakuKemampuan jantung memompa darah
menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
c. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi

d. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,


data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi.

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:


1) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
2) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
3) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
4) Kebiasaan hidup
5) Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
6) Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
7) Kegemukan atau makan berlebihan
8) Stress
9) Merokok
10) Minum alcohol
11) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
b. Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
1) Ginjal
2) Glomerulonefritis
3) Pielonefritis
4) Nekrosis tubular akut
5) Tumor
6) Vascular
7) Aterosklerosis
8) Hiperplasia
9) Trombosis
10) Aneurisma
11) Emboli kolestrol
12) Vaskulitis
13) Kelainan endokrin
14) DM
15) Hipertiroidisme
16) Hipotiroidisme
17) Saraf
18) Stroke
19) Ensepalitis
20) SGB
21) Obat – obatan
22) Kontrasepsi oral
23) Kortikosteroid
D. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak


dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh


darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan


fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya
regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).

Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel


jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila
diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan
dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II
berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi
kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang
menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan
darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada
organ-organ seperti jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).
E. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

a. Tidak ada gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.

b. Gejala yang lazim


Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang


menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan,
Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :

a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg .


b. Sakit kepala
c. Pusing / migraine
d. Rasa berat ditengkuk
e. Penyempitan pembuluh darah
f. Sukar tidur
g. Lemah dan lelah
h. Nokturia
i. Azotemia
j. Sulit bernafas saat beraktivitas
F. What of Caution (WOC)
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :

1) Pemeriksaan yang segera seperti :


 Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-
sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor
resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
 Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi /
fungsi ginjal.
 Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan
hipertensi).
 Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
 Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
 Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa (
efek kardiovaskuler)
 Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi
dan hipertensi
 Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme
primer (penyebab)
 Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
 Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
 Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
 EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola
regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi.
 Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area
katup, pembesaran jantung.
2) Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan
yang pertama) :
 IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
 CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
 IUP: mengidentifikasikasi penyebab hipertensi seperti batu
ginjal, perbaikan ginjal.
 Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab,
CAT scan.
 (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis
pasien
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
 KelemahanLetih
 Napas pendek
 Gaya hidup monoton
Tanda :
 Frekuensi jantung meningkat
 Perubahan irama jantung
 Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /
katup,penyakit serebrovaskuler

Tanda :

 Kenaikan TD
 Nadi : denyutan jelas
 Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
 Bunyi jantung : murmur
 Distensi vena jugularis
 Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontriksi perifer ), pengisian
kapiler mungkin lambat

c. Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah,
faktor stress multiple ( hubungan, keuangan, pekerjaan )

Tanda :

 Letupan suasana hati


 Gelisah
 Penyempitan kontinue perhatian
 Tangisan yang meledak
 otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
 Peningkatan pola bicara

d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat
penyakit ginjal )

e. Makanan / Cairan
Gejala :
 Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak
dan kolesterol
 Mual
 Muntah
 Riwayat penggunaan diuretik
Tanda :
 BB normal atau obesitas
 Edema
 Kongesti vena
 Peningkatan JVP
 glikosuria
f. Neurosensori
Gejala :
 Keluhan pusing / pening, sakit kepala
 Episode kebas
 Kelemahan pada satu sisi tubuh
 Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
 Episode epistaksis
Tanda :
 Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau
memori (ingatan)
 Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
 Perubahan retinal optik
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
 nyeri hilang timbul pada tungkai
 sakit kepala oksipital berat
 nyeri abdomen
h. Perasaan
Tanda :
 Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
 Takipnea
 Ortopnea
 Dispnea nocturnal proksimal
 Batuk dengan atau tanpa sputum
i. Riwayat merokok
Tanda :
 Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
 Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
 Sianosis
j. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan Tanda: Episode parestesia unilateral
transien

k. Pembelajaran / Penyuluhan Gejala :


 Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM
,penyakit serebrovaskuler, ginjal
 Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
 Penggunaan obat / alkohol
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload,
perubahan frekuensi atau irama jantung, perubahan kontraktilitas, perubahan
preload ditandai dengan gagal jantung kongestif, sindrom koroner akut, gangguan
katup jantung, atrial/ventricular septal defect, aritmia
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplaidan
kebutuhan oksigen,tirah baring, kelemahan, immobilitas, gaya hidup monoton
ditandai dengan kelelahan, dispnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas
c. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia ditandai dengan mengeluh nyeri, tekanan
darah meningkat
d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasiditandai
dengan menanyakan masalah yang dihadapi, menjalani pemeriksaan tidak tepat
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Penurunan Curah Curah Jantung Perawatan Jantung
Jantung Observasi:
D.0008 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam  Identifikasi tanda/gejala primer pe
diharapkan Ketidakadekuatan jantung memompa darah jantung
meningkat  Identifikasi tanda/gejala sekunder
Pengertian : Kriteria Hasil: curah jantung
Ketidakadekuatan Memburuk Cukup Sedang Cukup Menurun  Monitor tekanan darah
jantung memompa Memburu Menurun  Monitor intake dan output cairan
darah untuk k  Monitor saturasi oksigen
memenuhi kebutuhan 1 Tekanan Darah  Monitor keluhan nyeri dada
metabolisme tubuh   1 2 3 4 5  Monitor EKG 12 Sandapan
2 CRT Terapeutik:
  1 2 3 4 5  Posisikan pasien semi fowler at
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun dengan kaki ke bawah atau posisi nyam
Meningkat Menurun  Berikan diet jantung yang sesu
3 Palpitasi  Fasilitasi pasien dan keluarga u
  1 2 3 4 5 memotivasi gaya hidup sehat
4 Distensi Vena Jugularis  Berikan terapi relaksasi untuk m
  1 2 3 4 5 stres, jika perlu
5 Gambaran EKG Aritmia  Berian dukungan emosional da
 Berikan oksigen untuk memper
1 2 3 4 5
saturasi oksigen >94%
6 Lelah
Edukasi
1 2 3 4 5  Anjurkan beraktivitas fisik sesu
 Anjurkan beraktivitas fisik seca
 Anjurkan berhenti merokok
 Anjurkan pasien dan keluarga m
badan
 Anjurkan pasien dan keluarga m
intake dan output cairan harian
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiaritm
 Rujuk ke program rehabilitasi j
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Intoleransi Toleransi Aktivitas Manajemen Energi
aktivitas Observasi:
D.0056 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam  Identifikasi gangguan fungsi tubuh y
diharapkan toleransi aktivitas meningkat. mengakibatkan kelelahan
Pengertian : Kriteria Hasil:  Monitor pola dan jam tidur
Ketidakcukupan Menurun Cukup Sedang Cukup Meningka  Monitor kelelahan fisik dan emosiona
energi untuk Menurun Meningka t Edukasi
melakukan aktivitas t  Anjurkan tirah baring
sehari-hari 1 Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari  Anjurkan melakukan aktivitas secara
  1 2 3 4 5 Terapeutik:
2 Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah  Sediakan lingkungan nyaman dan
  1 2 3 4 5 stimulus
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun  Lakukan latihan rentang gerak pas
Meningkat Menurun aktif
3 Keluhan lelah  Berikan aktivitas distraksi yang me
 Fasilitasi duduk di sisi tempat tidu
  1 2 3 4 5
dapat berpindah atau berjalan
4 Dispnea saat aktivitas
Kolaborasi
  1 2 3 4 5
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentan
meningkatkan asupan makanan

Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan


Tujuan & Kriteria Hasil
Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
D.0077 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi:
diharapkan tingkat nyeri menurun  Identifikasi lok
Pengertian : Kriteria Hasil: frekuensi, kua
Pengalaman sensorik Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik  Identifikasi sk
atau emosional yang Memburu Membaik  Identifikasi res
berkaitan dengan k  Identifikasi fak
kerusakan jaringan 1 Frekuensi nadi memperingan
aktual atau fungsional,   1 2 3 4 5  Identifikasi pe
dengan onset 2 Pola nafas nyeri
mendadak atau lambat   1 2 3 4 5  Identifikasi pe
dan berintensitas Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun  Monitor efek s
ringan hingga berat Meningka Menurun Terapeutik:
yang berlangsung t  Berikan tek
kurang dari 3 bulan. 3 Keluhan nyeri mengurangi rasa ny
 Kontrol ling
  1 2 3 4 5
nyeri
4 Meringis  Fasilitasi ist
  1 2 3 4 5
5 Gelisah  Pertimbang
1 2 3 4 5 pemilihan strategi m
6 Kesulitan tidur Edukasi
1 2 3 4 5  Jelaskan pe
 Jelaskan str
 Ajarkan tek
mengurangi rasa ny
Kolaborasi
 Kolaborasi pe

Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan


Tujuan & Kriteria Hasil
Defisit Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan
D.0111 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi:
diharapkan tingkat pengetahuan membaik  Identifikasi kesi
Pengertian : Kriteria Hasil: informasi
Ketiadaan atau Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat  Identifikasi fakt
kurangnya informasi Menurun Meningkat dan menurunkan
kognitif yang berkaitan 1 Perilaku sesuai anjuran bersih dan sehat
dengan topik tertentu   1 2 3 4 5 Terapeutik:
2 Kemampuan menjelaskan pengetahuan suatu topik  Sediaakan m
 Jadwalkan pe
  1 2 3 4 5
kesepakatan
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun  Berikan kese
Meningkat Menurun Edukasi
3 Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi  Jelaskan fakt
  1 2 3 4 5 kesehatan
4 Persepsi yang keliru terhadap masalah  Ajarkan peri
  1 2 3 4 5  Ajarkan strat
5 Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat meningkatkan perilak
1 2 3 4 5
6 Perilaku
1 2 3 4 5
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA,
Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford:
Oxford University Press
Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta

Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta Smeljer,s.c Bare,
B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah, Imam, S Dkk.2005. Asuhan
Keperawatan Keluarga.Buntara Media:Malang
Tim Pokja SDKI, SIKI, SLKI, 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1,
Jakarta:DPP PPNI
Tim Pokja SDKI, SIKI, SLKI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1,
Jakarta:DPP PPNI
Tim Pokja SDKI, SIKI, SLKI, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1,
Jakarta:DPP PPNI

s
DAFTAR LAMPIRAN

L-1 Resume
L-2 Ujian Analisa Tindakan
L-3 Lembar penilaian LP + Responsi (1x)
L-4 Bed Side Teaching
L-5 Analisa keterampilan (1x)
L-6 Resume (1x)
L-7 Ujian DOPS
L-8 SOCA analisis keterampilan
L-9 Target kompetensi
L-10Activity daily living
L-11 Softskill + Attitude
L-12 Absen

Anda mungkin juga menyukai