Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME KEPERAWATAN PADA Ny.

M
DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI EMERGENCY DI
INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH
WONOSARI GUNUNG KIDUL

Preseptor : Dedy Dwi Suryaputra, S.Kep., Ns

Disusun Oleh:

Nama : Cerel Fransisco

NIM : 242.11.543

Kelompok : IVB

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

2022
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA

GLOBAL YOGYAKARTA PROGRAM STUDI PROFESI

NERS ANGKATAN XXVII

LEMBAR PENGESAHAN

Telah Disahkan “Laporan Pendahuluan Dan Resume Keperawatan Pada Ny.M Dengan
Diagnosa Medis Hipertensi Emergency di Instalasi Gawat Darurat RS PKU
Muhammadiyah Wonosari Gunung Kidul” Guna Memenuhi Tugas Stase Keperawatan
Gawat Darurat STIKES Surya Global Yogyakarta Tahun 2022.

Yogyakarta, Agustus 2022

Mahasiswa

Cerel Fransisco

24.21.1543

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Suib, S.Kep., Ns., M.Kep) (Dedy Dwi Suryaputra, S.Kep., Ns)


LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI EMERGENCY

1. Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas
normal. Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut jantung,
peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan peningkatan volume aliran darah
darah (Hani, 2010)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung atau pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan pembuluh darah. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah
sama atau diatas 160/95 dinyatakan sebagai hipertensi. Setiap usia dan jenis kelamin memilki
batasan masing – masing :
a. Pada pria usia < 45 tahun, dinyatakan menderita hipertensi bila tekanan darah waktu
berbaring > 130/90 mmHg.
b. Pada pria usia > 45 tahun, dinyatakan hipertensi bila tekan darahnya > 145/90 mmHg.
c. Pada wanita tekanan darah > 160/90 mmHg, dinyatakan hipertensi.
(Dewi dan Familia, 2010 : 18).
Hipertensi darurat (emergency hypertension) : kenaikan tekanan darah mendadak
(sistolik ≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg) dengan kerusakan organ target yang
bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera, dalam hitungan menit
sampai jam. Tekanan darah yang sangat tinggi dan terdapat kerusakan organ, sehingga tekanan
darah harus diturunkan dengan segera (dalam menit atau jam) agar dapat membatasi kerusakan
yang terjadi. Tingginya tekanan darah untuk dapat dikategorikan sebagai hipertensi darurat
tidaklah mutlak, namun kebanyakan referensi di Indonesia memakan patokan >220/140.

2. Jenis Hipertensi
Dikenal juga keadaan yang disebut krisis hipertensi. Keadaan ini terbagi 2 jenis :
a) Hipertensi emergensi, merupakan hipertensi gawat darurat, takanan darah melebihi 180/120
mmHg disertai salah satu ancaman gangguan fungsi organ, seperti otak, jantung, paru, dan
eklamsia atau lebih rendah dari 180/120mmHg, tetapi dengan salah satu gejala gangguan organ
atas yang sudah nyata timbul.

b) Hipertensi urgensi : tekanan darah sangat tinggi (> 180/120mmHg) tetapi belum ada gejala
seperti diatas. TD tidak harus diturunkan dalam hitungan menit, tetapi dalam hitungan jam
bahkan hitungan hari dengan obat oral.

Sementara itu, hipertensi dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan penyebabnya :


1. Hipertensi Primer
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (hipertensi essensial). Hal ini ditandai dengan
peningkatan kerja jantung akibat penyempitan pembuluh darah tepi. Sebagian besar (90 – 95%)
penderita termasuk hipertensi primer. Hipertensi primer juga didapat terjadi karena adanya
faktor keturunan, usia dan jenis kelamin.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi yang disebabkan oleh penyakit sistemik lainnya, misalnya seperti kelainan hormon,
penyempitan pembuluh darah utama ginjal, dan penyakit sistemik lainnya (Dewi dan Familia,
2010 : 22). Sekitar 5 – 10% penderita hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit ginjal dan
sekitar 1 – 2% disebabkan oleh kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu misalnya pil
KB (Elsanti, 2009 : 114 ).

3. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1
140-159 mmHg 90-99 mmHg
(Hipertensi ringan)
Stadium 2
160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Hipertensi sedang)
Stadium 3
180-209 mmHg 110-119 mmHg
(Hipertensi berat)
Stadium 4
210 mmHg atau lebih 120 Hg atau lebih
(Hipertensi maligna)

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam keadaan
gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut menjadi “Krisis
Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi krisis hipertensi jarang
ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa penyebab sebelumnya.
Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi kurang dari
1 %.

4. Etiologi
Hipertensi emergensi merupakan spektrum klinis dari hipertensi dimana terjadi kondisi
peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol yang berakibat pada kerusakan organ target
yang progresif. Berbagai sistem organ yang menjadi organ target pada hipertensi emergensi ini
adalah sistem saraf yang dapat mengakibatkan hipertensi ensefalopati, infark serebral,
perdarahan subarakhnoid, perdarahan intrakranial; sistem kardiovaskular yang dapat
mengakibatkan infark miokard, disfungsi ventrikel kiri akut, edema paru akut, diseksi aorta;
dan sistem organ lainnya seperti gagal ginjal akut, retinopati, eklamsia, dan anemia hemolitik
mikroangiopatik.
Faktor Resiko Krisis Hipertensi
1. Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak teratur minum obat.
2. Kehamilan
3. Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.
4. Pengguna NAPZA
5. Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi. (luka bakar, trauma kepala, penyakit vaskular/
kolagen)
5. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang terganggu,
diantaranya nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung dan diseksi aorta; mata kabur
dan edema papilla mata; sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan lateralisasi pada gangguan
otak; gagal ginjal akut pada gangguan ginjal; di samping sakit kepala dan nyeri tengkuk pada
kenaikan tekanan darah umumnya.
Gambaran Klinik Hipertensi Darurat
Tekanan Funduskopi Status neurologi Jantung Ginjal Gastrointestinal
darah
> 220/140 Perdarahan, Sakit kepala, Denyut jelas, Uremia, Mual, muntah
mmHg eksudat, kacau, gangguan membesar, proteinuria
edema papilla
kesadaran, dekompensasi,
kejang. oliguria

Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hanya dari
tingkatan TD aktual, tapi juga dari tingginya TD sebelumnya, cepatnya kenaikan TD, bangsa,
seks dan usia penderita. Penderita hipertensi kronis dapat mentolelir kenaikan TD yang lebih
tinggi dibanding dengan normotensi, sebagai contoh : pada penderita hipertensi kronis, jarang
terjadi hipertensi ensefalopati, gangguan ginjal dan kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai
bila TD Diastolik > 140 mmHg. Sebaliknya pada penderita normotensi ataupun pada penderita
hipertensi baru dengan penghentian obat yang tiba-tiba, dapat timbul hipertensi ensefalopati
demikian juga pada eklampsi, hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD 160/110
mmHg.

6. Patofisiologi
Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun sekunder, dapat
dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan tekanan diastolik meningkat cepat
sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam. Hal ini dapat menyebabkan nekrosis
arterial yang lama dan tersebar luas, serta hiperplasi intima arterial interlobuler nefron-nefron.
Perubahan patologis jelas terjadi terutama pada retina, otak dan ginjal. Pada retina akan timbul
perubahan eksudat, perdarahan dan udem papil. Gejala retinopati dapat mendahului penemuan
klinis kelainan ginjal dan merupakan gejala paling terpercaya dari hipertensi maligna.
Otak mempunyai suatu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan ataupun penurunan
tekanan darah. Batas perubahan pada orang normal adalah sekitar 60-160 mmHg. Apabila
tekanan darah melampaui tonus pembuluh darah sehingga tidak mampu lagi menahan kenaikan
tekanan darah maka akan terjadi udem otak. Tekanan diastolik yang sangat tinggi
memungkinkan pecahnya pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan kerusakan otak
yang irreversible.
Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan menyebabkan
kenaikan after load, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan pada hipertensi kronis hal ini
akan terjadi lebih lambat karena ada mekanisme adaptasi. Penderita feokromositoma dengan
krisis hipertensi akan terjadi pengeluaran norefinefrin yang menetap atau berkala.
Skema Patofisiologi Hipertensi Emergensi
Aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami perubahan bila
Mean Arterial Pressure (MAP) 120 mmHg – 160 mmHg, sedangkan pada penderita hipertensi
baru dengan MAP diantara 60 – 120 mmHg. Pada keadaan hiper kapnia, autoregulasi menjadi
lebih sempit dengan batas tertinggi 125 mmHg, sehingga perubahan yang sedikit saja dari TD
menyebabkan asidosis otak akan mempercepat timbulnya oedema otak. Meningkatnya tekanan
darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
a. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi sehingga mengalirkan lebih
banyak cairan pada setiap detiknya.
b. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu
darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada
biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut,
dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara
yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika
arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf
atau hormon di dalam darah.
c. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat,
sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung
berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi maka
tekanan darah akan menurun.
7. Penatalaksanaan Hipertensi emergency
Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan tekanan darah
secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis penderita. Pengobatan
biasanya diberikan secara parenteral dan memerlukan pemantauan yang ketat terhadap
penurunan tekanan darah untuk menghindari keadaan yang merugikan atau munculnya
masalah baru.
Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja cepat,
mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah dengan cara yang
dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang tidak tergantung kepada sikap tubuh
dan efek samping minimal.
Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak terburu-buru.
Penurunan tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan iskemik pada otak dan ginjal.
Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu 1 menit sampai 2 jam dan diturunkan lagi ke
160/100 dalam 2 sampai 6 jam. Medikasi yang diberikan sebaiknya per parenteral (Infus drip,
BUKAN INJEKSI). Obat yang cukup sering digunakan adalah Nitroprusid IV dengan dosis
0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada, pengobatan oral dapat diberikan sambil merujuk penderita ke
Rumah Sakit. Pengobatan oral yang dapat diberikan meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil
12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug, Propanolol 10-40 mg. Penderita harus dirawat inap.
Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi
Parameter Hipertensi Mendesak Hipertensi Darurat

Biasa Mendesak
Tekanan > 180/110 > 180/110 > 220/140
darah
(mmHg)
Gejala Sakit kepala, Sakit kepala hebat, Sesak napas, nyeri dada,
kecemasan; sesak napas nokturia, dysarthria,
sering kali tanpa kelemahan, kesadaran
gejala menurun
Pemeriksaan Tidak ada Kerusakan organ Ensefalopati, edema paru,
kerusakan organ target; muncul klinis insufisiensi ginjal, iskemia
target, tidak ada penyakit jantung
penyakit kardiovaskuler, stabil
kardiovaskular
Terapi Awasi 1-3 jam; Awasi 3-6 jam; obat Pasang jalur IV, periksa
memulai/teruskan oral berjangka kerja laboratorium standar, terapi
obat oral, pendek obat IV
naikkan dosis
Rencana Periksa ulang Periksa ulang dalam Rawat ruangan/ICU
dalam 3 hari 24 jam

Adapun obat hipertensi oral yang dapat dipakai untuk hipertensi mendesak (urgency)
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Obat hipertensi oral
Obat Dosis Efek / Lama Kerja Perhatian khusus
Captopril 12,5 - 25 mg PO; 15-30 min/6-8 jam Hipotensi, gagal ginjal,
ulangi per 30 min ; ; SL 10-20 stenosis arteri renalis
SL, 25 mg min/2-6 jam
Clonidine PO 75 - 150 ug, 30-60 min/8-16 jam Hipotensi, mengantuk,
ulangi per jam mulut kering
Propanolol 10 - 40 mg PO; 15-30 min/3-6 jam Bronkokonstriksi, blok
ulangi setiap 30 jantung, hipotensi ortostatik
min
Nifedipine 5 - 10 mg PO; 5 -15 min/4-6 jam Takikardi, hipotensi,
ulangi setiap 15 gangguan koroner
menit
SL, Sublingual. PO, Peroral
Sedangkan untuk hipertensi darurat (emergency) lebih dianjurkan untuk pemakaian
parenteral, daftar obat hipertensi parenteral yang dapat dipakai dapat dilihat pada berikut.
Obat hipertensi parenteral
Obat Dosis Efek / Lama Perhatian khusus
Kerja
Sodium 0,25-10 mg / kg / langsung/2-3 Mual, muntah, penggunaan jangka
nitroprusside menit sebagai menit setelah panjang dapat menyebabkan
infus IV infus keracunan tiosianat,
methemoglobinemia, asidosis,
keracunan sianida.
Selang infus lapis perak
Nitrogliserin 500-100 mg 2-5 min /5-10 Sakit kepala, takikardia, muntah, ,
sebagai infus IV min methemoglobinemia; membutuhkan
sistem pengiriman khusus karena obat
mengikat pipa PVC
Nicardipine 5-15 mg / jam 1-5 min/15-30 Takikardi, mual, muntah, sakit kepala,
sebagai infus IV min peningkatan tekanan intrakranial;
hipotensi
Klonidin 150 ug, 6 amp per 30-60 min/ 24 Ensepalopati dengan gangguan
250 cc Glukosa jam koroner
5% mikrodrip
5-15 ug/kg/menit 1-5 min/ 15- Takikardi, mual, muntah, sakit kepala,
Diltiazem sebagi infus IV 30 min peningkatan tekanan intrakranial;
hipotensi

Pada hipertensi darurat (emergency) dengan komplikasi seperti hipertensi emergensi


dengan penyakit payah jantung, maka memerlukan pemilihan obat yang tepat sehingga tidak
memperparah keadaannya. Pemilihan obat untuk hipertensi dengan komplikasi dapat dilihat
pada tabel berikut.
Obat yang dipilih untuk Hipertensi darurat dengan komplikasi
Komplikasi Obat Pilihan Target Tekanan Darah
Diseksi aorta Nitroprusside + esmolol SBP 110-120 sesegera
mungkin
AMI, iskemia Nitrogliserin, nitroprusside, Sekunder untuk bantuan
nicardipine iskemia
Edema paru Nitroprusside, nitrogliserin, 10% -15% dalam 1-2 jam
labetalol
Gangguan Ginjal Fenoldopam, nitroprusside, 20% -25% dalam 2-3 jam
labetalol
Kelebihan katekolamin Phentolamine, labetalol 10% -15% dalam 1-2 jam
Hipertensi ensefalopati Nitroprusside 20% -25% dalam 2-3 jam
Subarachnoid Nitroprusside, nimodipine, 20% -25% dalam 2-3 jam
hemorrhage nicardipine
Stroke Iskemik Nicardipine 0% -20% dalam 6-12 jam
Pemakaian obat-obat untuk krisis hipertensi
Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis hipertensi
tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau urgensi. Jika hipertensi
emergensi dan disertai dengan kerusakan organ sasaran maka penderita dirawat diruangan
intensive care unit, (ICU) dan diberi salah satu dari obat anti hipertensi intravena (IV).
1. Sodium Nitroprusside : merupakan vasodelator direkuat baik arterial maupun venous.
Secara i. V mempunyai onsep of action yang cepat yaitu : 1 – 2 dosis 1 – 6 ug / kg /
menit. Efek samping : mual, muntah, keringat, foto sensitif, hipotensi.
2. Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila dengan dosis
tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2 – 5 menit, duration of action
3 – 5 menit. Dosis : 5 – 100 ug / menit, secara infus i. V. Efek samping : sakit kepala,
mual, muntah, hipotensi.
3. Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan secara i. V bolus.
Onset of action 1 – 2 menit, efek puncak pada 3 – 5 menit, duration of action 4 – 12
jam. Dosis permulaan : 50 mg bolus, dapat diulang dengan 25 – 75 mg setiap 5 menit
sampai TD yang diinginkan. Efek samping : hipotensi dan shock, mual, muntah,
distensi abdomen, hiperuricemia, aritmia, dll.
4. Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri. Onset of action : oral 0,5 – 1 jam, i.v
: 10 – 20 menit duration of action : 6 – 12 jam. Dosis : 10 – 20 mg i.v bolus : 10 – 40
mg i.m Pemberiannya bersama dengan alpha agonist central ataupun Beta Blocker
untuk mengurangi refleks takhikardi dan diuretik untuk mengurangi volume
intravaskular. Efeksamping : refleks takhikardi, meningkatkan stroke volume dan
cardiac out put, eksaserbasi angina, MCI akut dll.
5. Enalapriat : merupakan vasodelator golongan ACE inhibitor. Onsep on action 15 – 60
menit. Dosis 0,625 – 1,25 mg tiap 6 jam i.v.
6. Phentolamine (regitine) : termasuk golongan alpha andrenergic blockers. Terutama
untuk mengatasi kelainan akibat kelebihan ketekholamin. Dosis 5 – 20 mg secar i.v
bolus atau i.m. Onset of action 11 – 2 menit, duration of action 3 – 10 menit.
7. Trimethaphan camsylate : termasuk ganglion blocking agent dan menginhibisi sistem
simpatis dan parasimpatis. Dosis : 1 – 4 mg / menit secara infus i.v. Onset of action :
1 – 5 menit. Duration of action : 10 menit. Efek samping : opstipasi, ileus, retensia
urine, respiratori arrest, glaukoma, hipotensi, mulut kering.
8. Labetalol : termasuk golongan beta dan alpha blocking agent. Dosis : 20 – 80 mg secara
i.v. bolus setiap 10 menit ; 2 mg / menit secara infus i.v. Onset of action 5 – 10
menit Efek samping : hipotensi orthostatik, somnolen, hoyong, sakit kepala,
bradikardi, dll. Juga tersedia dalam bentuk oral dengan onset of action 2 jam, duration
of action 10 jam dan efek samping hipotensi, respons unpredictable dan komplikasi
lebih sering dijumpai.
9. Methyldopa : termasuk golongan alpha agonist sentral dan menekan sistem syaraf
simpatis. Dosis : 250 – 500 mg secara infus i.v / 6 jam. Onset of action : 30 – 60 menit,
duration of action kira-kira 12 jam. Efek samping : Coombs test (+) demam, gangguan
gastrointestino, with drawal sindrome dll. Karena onset of actionnya bisa takterduga
dan kasiatnya tidak konsisten, obat ini kurang disukai untuk terapi awal.
10. Clonidine : termasuk golongan alpha agonist sentral. Dosis : 0,15 mg i.v pelan-pelan
dalam 10 cc dekstrose 5% atau i.m.150 ug dalam 100 cc dekstrose dengan titrasi
dosis. Onset of action 5 –10 menit dan mencapai maksimal setelah 1 jam atau beberapa
jam. Efek samping : rasa ngantuk, sedasi, hoyong, mulut kering, rasa sakit pada parotis.
Bila dihentikan secara tiba-tiba dapat menimbulkan sindroma putus obat.

8. Pemeriksaan penunjang
a) Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
b) Pemeriksaan retina
c) Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ ginjal dan jantung
d) EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e) Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
f) Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi
ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
g) Foto dada dan CT scan

9. Komplikasi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, gagal
jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan darah yang tinggi
umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi yang tidak diobati
akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar
10-20 tahun.
Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol dan
telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang sering terjadi
adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal.
Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin terjadi
akibat hipertensi. Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata,
ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai
dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi
berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang
disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain
yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient
Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama
dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna. Risiko penyakit kardiovaskuler pada
pasien hipertensi ditentukan tidak hanya tingginya tekanan darah tetapi juga telah atau belum
adanya kerusakan organ target serta faktor risiko lain seperti merokok, dislipidemia dan
diabetes melitus. (Tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih dari
50 tahun, merupakan faktor resiko kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari tekanan
darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko penyakit
kardiovaskuler sebanyak dua kali (Anggraini, Waren, et. al, 2009).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATANPENGKAJIAN
Krisis Hipertensi (KH) biasanya secara klinis mudah dilihat tanda dan gejalanya.
Tanda dan Gejala
Tanda umum adalah:
1. Sakit kepala hebat
2. nyeri dada
3. pingsan
4. tachikardia > 100/menit
5. tachipnoe > 20/menit
6. Muka pucat
Tanda Ancaman Kehidupan
Gejala KH:
1. Sakit Kepala Hebat
2. nyeri dada
3. peningkatan tekanan vena
4. shock / Pingsan
Pengkajian
Pengkajian dengan pendekatan ABCD.
Airway
a. yakinkan kepatenan jalan napas
b. berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
c. jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa segera
mungkin ke ICU
Breathing
a. kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk mempertahankan
saturasi >92%.
b. Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.
c. Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan bag-valve-mask
ventilation
d. Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2
e. Kaji jumlah pernapasan / Auskultasi pernapasan
f. Lakukan pemeriksan system pernapasan
g. Dengarkan adanya bunyi krakles / Mengi yang mengindikasikan kongesti paru
Circulation
a. Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop
b. Kaji peningkatan JVP
c. Monitoring tekanan darah
d. Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan:
1. Sinus tachikardi
2. Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3
3. right bundle branch block (RBBB)
4. right axis deviation (RAD)
e. Lakukan IV akses dekstrose 5%
f. Pasang Kateter
g. Lakukan pemeriksaan darah lengkap
h. Jika ada kemungkina KP berikan Nifedipin Sublingual
i. Jika pasien mengalami Syok berikan secara bolus Diazoksid,Nitroprusid

Disability
a. kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
b. penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi ekstrim dan
membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan perawatan di ICU.

Exposure
a. selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan KP
b. jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
lainnya.
c. Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda gagal jantung kronik

a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
1. Kelemahan
2. Letih
3. Napas pendek
4. Gaya hidup monoton
Tanda :
1. Frekuensi jantung meningkat
2. Perubahan irama jantung
3. Takipnea

b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup, penyakit
serebrovaskuler
Tanda :
1. Kenaikan TD
2. Nadi : denyutan jelas
3. Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
4. Bunyi jantung : murmur
5. Distensi vena jugularis
6. Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontriksi perifer), pengisian kapiler mungkin lambat

c. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress
multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan).
Tanda :
1. Letupan suasana hati
2. Gelisah
3. Penyempitan kontinue perhatian
4. Tangisan yang meledak
5. otot muka tegang (khususnya sekitar mata)
6. Peningkatan pola bicara

d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal)
e. Makanan / Cairan.
Gejala :
1. Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol.
2. Mual
3. Muntah
4. Riwayat penggunaan diuretic
Tanda :
1. BB normal atau obesitas
2. Edema
3. Kongesti vena
4. Peningkatan JVP
5. Glikosuria

f. Neurosensori
Gejala :
1. Keluhan pusing / pening, sakit kepala
2. Episode kebas
4. Kelemahan pada satu sisi tubuh
5. Gangguan penglihatan (penglihatan kabur, diplopia)
6. Episode epistaksis
Tanda :
1. Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan )
2. Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
3. Perubahan retinal optic

g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
1. nyeri hilang timbul pada tungkai
2. sakit kepala oksipital berat
3. nyeri abdomen
h. Pernapasan
Gejala :
1. Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
2. Takipnea
3. Ortopnea
4. Dispnea nocturnal proksimal
5. Batuk dengan atau tanpa sputum
6. Riwayat merokok
Tanda :
1. Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
2. Bunyi napas tambahan (krekles, mengi)
3. Sianosis

i. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode parestesia unilateral transien

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi,
iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
· Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
· Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
· Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
Intervensi :
a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
e. Catat edema umum
f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah pengunjung.
g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi
h. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
i. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala
tempat tidur.
j. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
k. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
l. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
m. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
n. Diuretik Tiazid misalnya klorotiazid (Diuril), hidroklorotiazid (esidrix, hidrodiuril),
bendroflumentiazid (Naturetin)
o. Diuretic Loop misalnya Furosemid (Lasix), asam etakrinic (Edecrin), Bumetanic (Burmex)
p. Diuretik hemat kalium misalya spironolakton (aldactone), triamterene (Dyrenium),
amilioride (midamor)
q. Inhibitor simpatis misalnya propanolol (inderal), metoprolol (lopressor), Atenolol
(tenormin), nadolol (Corgard), metildopa (aldomet), reserpine (Serpasil), klonidin (catapres)
r. Vasodilator misalnya minoksidil (loniten), hidralasin (apresolin), bloker saluran kalsium
(nivedipin, verapamil)
s. Anti adrenergik misalnya minipres, tetazosin (hytrin)
t. Bloker nuron adrenergik misalnya guanadrel (hyloree), quanetidin (Ismelin), reserpin
(Serpasil)
u. Inhibitor adrenergik yang bekerja secara sentral misalnya klonidin (catapres), guanabenz
(wytension), metildopa (aldomet)
v. Vasodilator kerja langsung misalnya hidralazin (apresolin), minoksidil, loniten
w. Vasodilator oral yang bekerja secara langsung misalnya diazoksid (hyperstat), nitroprusid
(nipride, nitropess)
x. Bloker ganglion misalnya guanetidin (ismelin), trimetapan (arfonad), ACE inhibitor
(captopril, captoten)

2. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral


Tujuan : Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
· Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala
· Pasien tampak nyaman
· TTV dalam batas normal
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
b. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
c. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
d. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
e. Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti kompres dingin
pada dahi, pijat punggung dan leher, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi
dan distraksi
f. Hilangkan / minimalkan vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya
mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk
g. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgesik, antiansietas (lorazepam, ativan,
diazepam, valium)

3. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan adanya
tahanan pembuluh darah
Tujuan : Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam.
Kriteria hasil :
· Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD
dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai
laboratorium dalam batas normal.
· Haluaran urin 30 ml/ menit
· Tanda-tanda vital stabil
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring
b. Tinggikan kepala tempat tidur
c. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan
arteri jika tersedia
d. Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan
e. Amati adanya hipotensi mendadak
f. Ukur masukan dan pengeluaran
g. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai program
h. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program
4. Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output
Tujuan : Tidak terjadi intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2
x 24 jam
Kriteria hasil :
· Meningkatkan energi untuk melakukan aktifitas sehari – hari
· Menunjukkan penurunan gejala – gejala intoleransi aktifitas
Intervensi :
a. Berikan dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan
bantuan sesuai kebutuhan
b. Instruksikan pasien tentang penghematan energy
c. Kaji respon pasien terhadap aktifitas
d. Monitor adanya diaforesis, pusing
e. Observasi TTV tiap 4 jam
f. Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu istirahat yang
tidak terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau sore

5. Gangguan pola tidur berhubungan adanya nyeri kepala


Tujuan : Tidak terjadi gangguan pola tidur setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2
x 24 jam
Kriteria hasil :
· Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat 6 – 8 jam per hari
· Tampak dapat istirahat dengan cukup
· TTV dalam batas normal
Intervensi :
a. Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman
b. Beri kesempatan klien untuk istirahat / tidur
c. Evaluasi tingkat stress
d. Monitor keluhan nyeri kepala
e. Lengkapi jadwal tidur secara teratur
f. Berikan makanan kecil sore hari dan / susu hangat
g. Lakukan masase punggung
h. Putarkan musik yang lembut
i. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Identitas Klien

Nama : Ny. M Alamat : Tambakrejo, Wonosari


Usia : 68 tahun Tanggal Masuk : 12 Juli 2022
Jenis Kelamin : Laki-laki No. RM : 0320xx
Agama : Islam Daignosa Medis : Hipertensi Emergency
Keluhan Utama: Pasien mengatakan pusing seperti berputar-putar, lemas
P : Nyeri sakit kepala
Q : Seperti berputar-putar
R : Pada kepala
S:3
T : Nyeri hilang timbul
Pengkajian Primer
Air Way Tidak ada sumbatan jalan napas

Breathing Tidak terdapat otot bantu napas, bunyi napas vesikuler, SPO2 97%, RR: 22x/menit

Circulation CRT< 3 detik, akral teraba hangat


Disability Eye: 3, Verbal: 4, Motorik: 6, GCS: 13 Tingkat kesadaran Composmentis
Keadaan umum baik

Eksposure Tidak ada luka memar atau pajanan

TTV TD: 225/124 mmHg N: 99x/mnt S: 36,5˚C R: 22x/mnt Nyeri: Skala 4

Pengkajian Sekunder
Allergies Pasien mengatakan tidak memiliki alergi obat maupun makanan

Medications Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengonsumsi obat hipertensi

Past Illness Pasien mengalami sering merasakan pusing tetapi tidak di obati

Last Meal Pasien mengatakan terakhir makan terakhir makan nasi, lauk dan sayur

Event Pasien mengatakan dari kemarin sering merasakan pusing di kepala dan tengkuk bagian belakang,
pasien mengatakan tidak memeriksanya karena pasien mengira hanya karena kecapekan bekerja di
kebun, dan pasien lebih memilih istirahat. Kemudia anak pasien mengantar pasien periksa ke IGD
Rumah sakit
Pengkajian Head To Toe
Kepala Inspeksi : bentuk kepala simetris, tidak ada luka/lesi, wajah kanan dan kiri simetris, pasien terlihat
gelisah menahan sakit kepala, rambut berwarna putih dan bersih, mata kanan dan kiri simetris,
konjungtiva tidak anemis, telinga kanan dan kiri simetris, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran, hidung tidak terdapat lesi, tidak ada sumbatan, tidak terdapat pembesaran polip. Mulut
bersih, bibir kering tidak terdapat stomatitis. Gigi bersih,agak berwarna kekuningan, gigi sudah
mulai berkurang. Lidah berwarna merah muda, tidak terdapat stomatitis, tenggorokan tidak terdapat
nyeri menelan
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, dan tidak terdapat benjolan
Leher Inspeksi : bentuk simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak terdapat luka, lesi,
maupun jejas. Tidak terdapat gangguan menelan
Palpasi : tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan

Thorak Inspeksi : bentuk dada simetris, terdapat otot bantu napas, tidak terdapat luka/lesi, serta tidak
terdapat massa
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, ictus cordis tidak teraba
Perkusi : terdapat suara sonor pada paru, dan pekak pada jantung
Auskultasi : Suara napas vesikuler, terdapat bunyi jantung S1 dan S2 reguler
Abdomen Inspeksi : bentuk simetris, tidak terdapat luka/lesi
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada region epigastrium
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus 15x/mnt
Genitalia Pasien berjenis kelamin perempuan

Ekstremitas Atas:
Pasien mampu mengangkat tangan kanan dan kiri melakukan fleksi dan ekstensi dan tidak ada nyeri
mampu menahan gravitasi
Bawah :
Pasien mampu mengangkat kaki kanan dan kiri melakukan fleksi dan ekstensi dan mampu menahan
gravitasi
5 5
5 5

Pemeriksaan Penunjang & Terapi Medis

Tanggal Jenis Hassil Nilai Normal Interpretasi Hassil


Pemeriksaan Pemeriksaan
12 Juli 2022 Darah Rutin
Hemoglobin (Hb) 11,6 P=12-16 gr% L= 13-18 Rendah
gr%
Leukosit (AL) 9,3 3,2-10,0x 10³/mm Normal
Eritrosit (AE) 4,7 L= 4,4-5.6 x 106/mm Normal
P= 3,8-5,0 x 106/mm
Trombosit (AT) 177 170-380 x 10³/mm Normal
Hematocrit 39 P = 35-45 % L= 40-50 % Normal
MCV 82 80-100 fL Normal
MCH 24 28-34 pg/sel Rendah
MCHC 30 32-36 g/dl Normal
DIFF Normal
N. Segmen 73 36-73% Normal
Limfosit 15 15-45% Normal
Monosit 10 1-11% Normal
Kimia klinik
Albumin 3,5 3,5-5,0 mg/dl Normal
Cretinin 1,24 0,6-1,3 mg/dl Normal
GDS 132 70-140 mg/dl Normal
Ureum 22 17-43 mg/dl Normal

Pemeriksaan Rontgen
Hasil :
Pulmo normal
Cardiomegali
Aortosklerosis

Pemeriksaan EKG
Hasil :
Atrial Bradicardia

Terapi Medis
Nama Obat Dosis Cara Frekuensi Indikasi Waktu Dan
Pemeberian Tanggal
Terakhir
Captopril 25 mg Oral 1 kali Hipertensi 12 Juli 2022
Isosorbide dinitrate 5mg Sublingual 1 kali Melebarkan 12 Juli 2022
pembuluh darah
Infus asering 500cc Intra vena 1 kali Rehidrasi cairan 12 Juli 2022
Ketorolac 30mg Intra vena 1 kali Analgesic 12 Juli 2022
ANALISA DATA

Symptom Etiologi Problem


DS: Agen pencedera fisiologis Nyeri akut
Pasien mengatakan pusing (SDKI D.08066)
seperti berputar-putar, lemas
P : Nyeri sakit kepala
Q : Seperti berputar-putar
R : Pada kepala
S:3
T : Nyeri hilang timbul
DO:
Pasien tampak lemas
DS: Afterload Resiko penurunan curah
jantung
- Pasien mengatakan sering
(SDKI D.0011)
merasa pusing dan sakit
kepala
DO:
- TD: 225/124 mmHg

DIAGNOSA KEPERAWATAN

No. Tanggal Diagnosa Keperawatan Prioritas


1 12 Juli 2022 Resiko penurunan curah jantung berhubungan 1
09.30 dengan afterload ditandai dengan TD: 224/124,
Pasien mengatakan sering merasa pusing dan sakit
kepala

2 12 Juli 2022 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera 2


09.35 fisiologis ditandai dengan pasien mengatakan pusing
seperti berputar-putar, lemas, Nyeri sakit kepala,
Seperti berputar-putar, Pada kepala, skala nyeri 3,
Nyeri hilang timbul

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Tanggal Diagnosa SLKI SIKI Paraf


1 12 Juli 2022 Resiko penurunan Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung (I.02075)
09.30 curah jantung keperawatan 1x8jam Observasi:
berhubungan dengan diharapkan curah jantung - Monitor tekanan darah
meningkat
afterload ditandai Terapeutik:
dengan TD: 224/124, Kriteria Hasil: - Posisikan pasien semi-
Pasien mengatakan Curah jantung (L.02008) fowler atau fowler dengan
sering merasa pusing - Tekanan darah membaik kaki ke bawah atau posisi
dan sakit kepala (<145/90mmHg) nyaman
- Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stress
- Berikan dukungan
emosional dan spiritual
- Berikan oksigen untuk
mempertahankan oksigen
>94%
Edukasi:
- Anjurkan beraktifitas fisik
secara bertahap

Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian obat

2 12 Juli 2022 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri


09.35 berhubungan dengan keperawatan 1x8jam (I.08238)
agen pencedera diharapkan tingkat nyeri Observasi
menurun - Identifikasi skalanyeri
fisiologis ditandai
- Monitor efek samping
dengan pasien Kriteria Hasil: pemberian analgetik
mengatakan pusing Tingkat Nyeri (L.08066)
Terapeutik
seperti berputar-putar,
- Berikan relaksasi nafas
lemas, Nyeri sakit - Keluhan nyeri menurun
(skala < 3) dalam
kepala, Seperti Edukasi
berputar-putar, Pada - Ajarkan teknik non
kepala, skala nyeri 3, farmakologis untuk
Nyeri hilang timbul mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tgl/Jam Implementasi Evaluasi


1 Resiko penurunan curah 12 Juli 2022 - Mengecek tekanan darah S:
jantung berhubungan 09.35 - Memberikan oksigen untuk mempertahankan - Pasien mengatakan masih lemas
dengan afterload saturasi oksigen - Pasien tampak lebih tenang
ditandai dengan TD: O:
- Memberikan pasien obat captropil 25 mg
175/105, pasien - TD: 170/80
mengatakan sering melalui oral
- Memberikan pasien obat Isosorbide dinitrate 5 - SPO2: 97%
merasa pusing dan sakit
kepala mg melalui sub lingual A: Masalah belum teratasi
P:
- Memberikan pasien cairan infus asering
- Lanjutkan intervensi
500cc
- Monitor tekanan darah
- Mengecek tekanan darah pasien
09.40 - Kolaborasi pemberian obat captropil
- Memposisikan pasien semi-fowler
25 mg
- Memberikan terapi relaksasi latihan
pernafasan untuk mengurangi stress
- Memberikan dukungan spiritual kepada
pasien berupa do’a kesembuhan
- Melakukan swab antigen
- Mengantar pasien ke ruang rontgent
2 Nyeri akut berhubungan 12 Juli 2022 S:
- Mengidentifikasi skala nyeri
dengan agen pencedera 09.30
- Memberikan ketorolac 30mg melalui intra - Pasien mengatakan nyeri kepala sudah
fisiologis ditandai berkurang
vena
dengan pasien P: nyeri sakit kepala
- Memonitor efek samping pemberian
mengatakan pusing seperti Q: seperti berputar- putar
analgetik R: pada bagian kepala
berputar-putar, lemas,
09.40 - Memberikan terapi relaksasi nafas dalam
Nyeri sakit kepala, S: 2
- Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam T: hilang timbul
Seperti berputar-putar,
- Mengevaluasi skala nyeri O:
Pada kepala, skala nyeri
3, Nyeri hilang timbul - Pasien masih tampak lemas
TD :170/100mmHg
N : 89x/menit RR : 20x/menit SpO2 :
98%
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
- Monitor skala nyeri
ANALISA SINTESA TNDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa Medis:
Hipertensi emergency
Diagnosa Keperawatan:
Penurunan curah jantung b.d perubahan afterload
Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
Tindakan keperawatan:
- Berkolaborasi pemberian anti hipertensi
- Berkolaborasi pemberian analgetik
- Ajarkan relaksasi nafas dalam
Dasar Tindakan Keperawatan:

Hipertensi

Otak Pembuluh darah

Resistensi pembuluh darah


otak meningkat Afterload meningkat

Penurunan curah
Nyeri akut jantung

Berkolaborasi pemberian
Berkolaborasi pemberian antihipertensi
analgetik
Ajarkan relaksasi nafas dalam

Resiko/Efek Yang Mungkin Timbul Dari Tindakan Keperawatan:


- Pemberian antihipertensi seperti captopril dapat menyebabkan batuk non produktif,
dyspnea, mulut kering, sakit kepala, pusing, gangguan tidur, nyeri abdomen, kembung,
mual, muntah, gatal, ruam kulit, hipotensi, takikardia, nyeri dada, palpitasi, alopesia,
ginekomastia, hypokalemia, hypernatremia.
- Pemberian analgesik seperti diphenhydramine dapat menyebabkan mulut, hidung
tenggorokan terasa kering. Kantuk, pusing, mual, muntah, sembelit, sakit kepala, gelisah
atau gugup, dada terasa sesak, hilang nafsu makan.
- Relaksasi nafas dalam akan efektif apabila pasien dalam keadaan tidak sesak nafas atau
pada saat sudah memakai oksigen agar pasien lebih nyaman dan tenang setelah
melakukan relaksasi nafas dalam.
DAFTAR PUSTAKA

Hani, Sharon EF, Colgan R (2010). Hypertensive Urgencies and Emergencies. Prim Care Clin
Office Pract
Vaidya CK, Ouellette CK (2009). Hypertensive Urgency and Emergency. Hospital Physician
Depkes RI (2011). Epidemologi Penyakit Hipertensi.
Dewi, Sofia dan Digi Familia (2010). Hidup Bahagia dengan Hipertensi. A+Plus Books,
Yogyakarta
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2010). The 4th Scientific Meeting on Hypertension.
Elsanti, Salma (2009). Panduan Hidup Sehat : Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi, &
Serangan Jantung. Araska, Yogyakarta
Ganong, William F (2009). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai