Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEGAWATDARURATAN SEHARI-HARI PADA NY.S DENGAN


DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI EMERGENCY DI POLI UMUM
PUSKESMAS TAMBAK REJO SURABAYA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Keperawatan Gawat Darurat


Dan Manjemen Bencana

Dosen Pembimibing :
Minarti, M.Kep, Sp.Kom
NIP. 19670730 199303 2 004

Disusun Oleh :
Agnes Richa Fransischa
NIM. P27820319005

Tingkat 3 Reguler A

POLTEKKES KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SUTOPO SURABAYA
TAHUN AJARAN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Sehari-hari Pada Pasien
NY.S Dengan Diagnosa Medis Hipertensi Emergency di Ruang Poli Umum Puskesmas
Tambakrejo Surabaya. Lembar pengesahan ini dibuat sebagai bukti Praktik Klinik
Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana Di Puskesmas Tambakrejo Surabaya
pada tanggal 25 - 30 Oktober 2021.
Disahkan pada :
Hari/tanggal :
Ruangan : Poli Umum Puskesmas Tambakrejo

Surabaya, Oktober 2021

Agnes Richa Fransischa


NIM. P27820319005

Mengetahui

Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing


Prodi DIII Keperawatan Sutopo Puskesmas Tambakrejo
Surabaya Surabaya

Minarti, M.Kep, Sp.Kom Wiwik Handayani, S.Kep.Ns


NIP. 19670730 199303 2 004 NIP. 19790815 200701 2 010
Ketua Program Studi
DIII Keperawatan Sutopo Surabaya

Dr. Siti Nur Kholifah, M.Kep, Sp.Kom


NIP. 19730310 199703 2 002

LAPORAN PENDAHULUAN HIPETENSI EMERGENY

I. DEFINISI
Hipertensi  adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi
batas normal. Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan
denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan
peningkatan volume aliran darah darah (Hani, 2010)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung atau
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan pembuluh darah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memberikan batasan tekanan darah normal
adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 dinyatakan sebagai
hipertensi. Setiap usia dan jenis kelamin memilki batasan masing – masing :
a. Pada pria usia < 45 tahun, dinyatakan menderita hipertensi bila tekanan darah
waktu berbaring > 130/90 mmHg.
b. Pada pria usia > 45 tahun, dinyatakan hipertensi bila tekan darahnya > 145/90
mmHg
c. Pada wanita tekanan darah > 160/90 mmHg, dinyatakan hipertensi
(Sumber : Dewi dan Familia, 2010 : 18
Hipertensi darurat (emergency hypertension) merupakan kenaikan tekanan
darah mendadak (sistolik  ≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg) dengan
kerusakan organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus
diturunkan segera, dalam hitungan menit sampai jam. Tekanan darah yang sangat
tinggi dan terdapat kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus diturunkan dengan
segera (dalam menit atau jam) agar dapat membatasi kerusakan yang terjadi.
Tingginya tekanan darah untuk dapat dikategorikan sebagai hipertensi darurat tidaklah
mutlak, namun kebanyakan referensi di Indonesia memakan patokan >220/140.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hipertensi
emergency adalah suatu keadaan dimana tekanan darah mengalami peningkatan
tekanan darah yang berat (>180/120 mmHg) disertai dengan bukti kerusakan baru atau
perburukam kerusakan organ seperti jantung, paru, otak.

II. JENIS HIPERTENSI


Dikenal juga keadaan yang disebut krisis hipertensi. Keadaan ini terbagi 2 jenis :
a. Hipertensi emergensi, merupakan hipertensi gawat darurat, takanan darah melebihi

180/120 mmHg disertai salah satu ancaman gangguan fungsi organ, seperti otak,

jantung, paru, dan eklamsia atau lebih rendah dari 180/120mmHg, tetapi dengan

salah satu gejala gangguan organ atas yang sudah nyata timbul.

b. Hipertensi urgensi : tekanan darah sangat tinggi (> 180/120mmHg) tetapi belum

ada gejala seperti diatas. TD tidak harus diturunkan dalam hitungan menit, tetapi

dalam hitungan jam bahkan hitungan hari dengan obat oral.

Sementara itu, hipertensi dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan penyebabnya :

1. Hipertensi Primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya

(hipertensi essensial). Hal ini ditandai dengan peningkatan kerja jantung akibat

penyempitan pembuluh darah tepi. Sebagian besar (90 – 95%) penderita

termasuk hipertensi primer. Hipertensi primer juga didapat terjadi karena

adanya faktor keturunan, usia dan jenis kelamin.

2. Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit

sistemik lainnya, misalnya seperti kelainan hormon, penyempitan pembuluh

darah utama ginjal, dan penyakit sistemik lainnya (Dewi dan Familia, 2010 :

22). Sekitar 5 – 10% penderita hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit

ginjal dan sekitar 1 – 2% disebabkan oleh kelainan hormonal atau pemakaian

obat tertentu misalnya pil KB (Elsanti, 2009 : 114 ).


III. KLASIFIKASI

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik


Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1
140-159 mmHg 90-99 mmHg
(Hipertensi ringan)
Stadium 2
160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Hipertensi sedang)
Stadium 3
180-209 mmHg 110-119 mmHg
(Hipertensi berat)
Stadium 4
210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
(Hipertensi maligna)

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam
keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut
menjadi “Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi
krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa
penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden
krisis hipertensi menjadi kurang dari 1 %.

IV. ETIOLOGI
Hipertensi emergensi merupakan spektrum klinis dari hipertensi dimana terjadi
kondisi peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol yang berakibat pada
kerusakan organ target yang progresif. Berbagai sistem organ yang menjadi organ
target pada hipertensi emergensi ini adalah sistem saraf yang dapat mengakibatkan
hipertensi ensefalopati, infark serebral, perdarahan subarakhnoid, perdarahan
intrakranial; sistem kardiovaskular yang dapat mengakibatkan infark miokard,
disfungsi ventrikel kiri akut, edema paru akut, diseksi aorta; dan sistem organ lainnya
seperti gagal ginjal akut, retinopati, eklamsia, dan anemia hemolitik mikroangiopatik.
V. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang
terganggu, diantaranya nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung dan diseksi
aorta; mata kabur dan edema papilla mata; sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan
lateralisasi pada gangguan otak; gagal ginjal akut pada gangguan ginjal; di samping
sakit kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikan tekanan darah umumnya.
Tabel 2. Gambaran Klinik Hipertensi Darurat
Tekanan Funduskopi Status Jantung Ginjal Gastrointestinal
darah neurologi
> Perdarahan, Sakit Denyut jelas, Uremia, Mual, muntah
220/140 eksudat, kepala, membesar, proteinuria
mmHg edema kacau, dekompensasi
papilla gangguan , oliguria
kesadaran,
kejang.

Hipertensi Emergensi (darurat)


Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hanya
dari tingkatan TD aktual, tapi juga dari tingginya TD sebelumnya, cepatnya kenaikan
TD, bangsa, seks dan usia penderita. Penderita hipertensi kronis dapat mentolelir
kenaikan TD yang lebih tinggi dibanding dengan normotensi, sebagai contoh : pada
penderita hipertensi kronis, jarang terjadi hipertensi ensefalopati, gangguan ginjal dan
kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik > 140 mmHg. Sebaliknya
pada penderita normotensi ataupun pada penderita hipertensi baru dengan penghentian
obat yang tiba-tiba, dapat timbul hipertensi ensefalopati demikian juga pada eklampsi,
hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD 160/110 mmHg.

VI. PATOFISIOLOGI
Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun
sekunder, dapat dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan tekanan
diastolik meningkat cepat sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam. Hal
ini dapat menyebabkan nekrosis arterial yang lama dan tersebar luas, serta hiperplasi
intima arterial interlobuler nefron-nefron. Perubahan patologis jelas terjadi terutama
pada retina, otak dan ginjal. Pada retina akan timbul perubahan eksudat, perdarahan
dan udem papil. Gejala retinopati dapat mendahului penemuan klinis kelainan ginjal
dan merupakan gejala paling terpercaya dari hipertensi maligna.
Otak mempunyai suatu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan ataupun
penurunan tekanan darah. Batas perubahan pada orang normal adalah sekitar 60-160
mmHg. Apabila tekanan darah melampaui tonus pembuluh darah sehingga tidak
mampu lagi menahan kenaikan tekanan darah maka akan terjadi udem otak. Tekanan
diastolik yang sangat tinggi memungkinkan pecahnya pembuluh darah otak yang dapat
mengakibatkan kerusakan otak yang irreversible.
Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan
menyebabkan kenaikan after load, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan pada
hipertensi kronis hal ini akan terjadi lebih lambat karena ada mekanisme adaptasi.
Penderita feokromositoma dengan krisis hipertensi akan terjadi pengeluaran
norefinefrin yang menetap atau berkala.

VII. PATHWAY
Gangguan
Rasa
Nyaman

VIII. PENATALAKSANAAN
Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja
cepat, mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah
dengan cara yang dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang tidak
tergantung kepada sikap tubuh dan efek samping minimal.
Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak terburu-
buru. Penurunan  tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan iskemik pada
otak dan ginjal. Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu 1 menit sampai 2
jam dan diturunkan lagi ke 160/100 dalam 2 sampai 6 jam. Medikasi yang diberikan
sebaiknya per parenteral (Infus drip, BUKAN INJEKSI). Obat yang cukup sering
digunakan adalah Nitroprusid IV dengan dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada,
pengobatan oral dapat diberikan sambil merujuk penderita ke Rumah Sakit.
Pengobatan oral yang dapat diberikan meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-
25 mg, Clonidin 75-100 ug, Propanolol 10-40 mg. Penderita harus dirawat inap.
Tabel 4: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi 3,5

Hipertensi Mendesak
Parameter Hipertensi Darurat
Biasa Mendesak
Tekanan > 180/110 > 180/110 > 220/140
darah
(mmHg)
Gejala Sakit kepala, Sakit kepala hebat, Sesak napas, nyeri
kecemasan; sering  sesak napas dada, nokturia,
kali tanpa gejala dysarthria, kelemahan,
kesadaran menurun
Pemeriksaan Tidak ada Kerusakan organ Ensefalopati, edema
kerusakan organ target; muncul klinis paru, insufisiensi
target, tidak ada penyakit ginjal, iskemia jantung
penyakit kardiovaskuler, stabil
kardiovaskular
Terapi Awasi 1-3 jam; Awasi 3-6 jam; obat Pasang jalur IV,
memulai/teruskan oral berjangka kerja periksa laboratorium
obat oral, naikkan  pendek standar, terapi obat IV
dosis

Rencana Periksa ulang Periksa ulang dalam Rawat ruangan/ICU


dalam 3 hari 24 jam

Adapun obat hipertensi oral yang dapat dipakai untuk hipertensi mendesak
(urgency) dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5: Obat hipertensi oral 3,5

Obat Dosis Efek / Lama Kerja Perhatian khusus


Captopril 12,5 - 25 mg PO; 15-30 min/6-8 Hipotensi, gagal
ulangi per 30 min jam ;              SL 10- ginjal, stenosis arteri
; SL, 25 mg 20 min/2-6 jam renalis
Clonidine PO 75 - 150 ug, 30-60 min/8-16 jam Hipotensi,
ulangi per jam mengantuk, mulut
kering
Propanolo 10 - 40 mg PO; 15-30 min/3-6 jam Bronkokonstriksi,
l ulangi setiap 30 blok jantung,
min hipotensi ortostatik
Nifedipine 5 - 10  mg PO; 5 -15 min/4-6 jam Takikardi, hipotensi,
ulangi setiap 15 gangguan koroner
menit

SL, Sublingual. PO, Peroral


Sedangkan untuk hipertensi darurat (emergency) lebih dianjurkan untuk
pemakaian parenteral, daftar obat hipertensi parenteral yang dapat dipakai dapat dilihat
pada tabel 6.
Tabel 6: Obat hipertensi parenteral 3,5
Efek / Lama
Obat Dosis Perhatian khusus
Kerja
Sodium 0,25-10 mg langsung/2-3 Mual, muntah, penggunaan
nitroprusside / kg / menit menit setelah jangka panjang dapat
sebagai infus menyebabkan keracunan
infus IV tiosianat, methemoglobinemia,
asidosis, keracunan sianida.
Selang infus lapis perak
Nitrogliserin 500-100 2-5 min /5-10 Sakit kepala, takikardia, muntah,
mg sebagai min , methemoglobinemia;
infus IV membutuhkan sistem
pengiriman khusus karena obat
mengikat pipa PVC
Nicardipine 5-15 mg / 1-5 min/15- Takikardi, mual, muntah, sakit
jam sebagai 30 min kepala, peningkatan tekanan
infus IV intrakranial; hipotensi
Klonidin 150 ug, 6 30-60 min/ Ensepalopati dengan gangguan
amp per 24 jam koroner
250 cc
Glukosa
5%
mikrodrip
5-15 1-5 min/ 15- Takikardi, mual, muntah, sakit
Diltiazem ug/kg/menit 30 min kepala, peningkatan tekanan
sebagi infus intrakranial; hipotensi
IV

Pada hipertensi darurat (emergency) dengan komplikasi seperti hipertensi

emergensi dengan penyakit payah jantung, maka memerlukan pemilihan obat yang

tepat sehingga tidak memperparah keadaannya. Pemilihan obat untuk hipertensi dengan

komplikasi dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7: Obat yang dipilih untuk Hipertensi darurat dengan komplikasi 2,5
Komplikasi Obat Pilihan Target Tekanan Darah
Diseksi aorta Nitroprusside + esmolol SBP 110-120 sesegera

mungkin
AMI, iskemia Nitrogliserin, Sekunder untuk bantuan

nitroprusside, iskemia

nicardipine
Edema paru Nitroprusside, 10% -15% dalam 1-2 jam

nitrogliserin, labetalol
Gangguan Ginjal Fenoldopam, 20% -25% dalam 2-3 jam

nitroprusside, labetalol
Kelebihan Phentolamine, labetalol 10% -15% dalam 1-2 jam

katekolamin
Hipertensi Nitroprusside 20% -25% dalam 2-3 jam

ensefalopati
Subarachnoid Nitroprusside, 20% -25% dalam 2-3 jam

hemorrhage nimodipine, nicardipine


Stroke Iskemik Nicardipine 0% -20% dalam 6-12 jam
AMI, infark miokard akut; SBP, tekanan sistolik bood.

Pemakaian obat-obat untuk krisis hipertensi

Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis hipertensi

tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau urgensi. Jika hipertensi
emergensi dan disertai dengan kerusakan organ sasaran maka penderita dirawat diruangan

intensive care unit, ( ICU ) dan diberi salah satu dari obat anti hipertensi intravena ( IV ).

a. Sodium Nitroprusside : merupakan vasodelator direkuat baik arterial maupun venous.

Secara i. V mempunyai onsep of action yang cepat yaitu : 1 – 2 dosis 1 – 6 ug / kg /

menit. Efek samping : mual, muntah, keringat, foto sensitif, hipotensi.

b. Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila dengan dosis

tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2 – 5 menit, duration of

action 3 – 5 menit.  Dosis : 5 – 100 ug / menit, secara infus i. V.  Efek samping : sakit

kepala, mual, muntah, hipotensi.

c. Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan secara i. V bolus.

Onset of action 1 – 2 menit, efek puncak pada 3 – 5 menit, duration of action 4 – 12

jam.  Dosis permulaan : 50 mg bolus, dapat diulang dengan 25 – 75 mg setiap 5 menit

sampai TD yang diinginkan.  Efek samping : hipotensi dan shock, mual, muntah,

distensi abdomen, hiperuricemia, aritmia, dll.

d. Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri.  Onset of action : oral 0,5 – 1 jam,

i.v : 10 – 20 menit duration of action : 6 – 12 jam.  Dosis : 10 – 20 mg i.v bolus : 10 –

40 mg i.m  Pemberiannya bersama dengan alpha agonist central ataupun Beta Blocker

untuk mengurangi refleks takhikardi dan diuretik untuk mengurangi volume

intravaskular.  Efeksamping : refleks takhikardi, meningkatkan stroke volume dan

cardiac out put, eksaserbasi angina, MCI akut dll.

e. Enalapriat : merupakan vasodelator golongan ACE inhibitor. Onsep on action 15 – 60

menit. Dosis 0,625 – 1,25 mg tiap 6 jam i.v.

f. Phentolamine ( regitine ) : termasuk golongan alpha andrenergic blockers. Terutama

untuk mengatasi kelainan akibat kelebihan ketekholamin.  Dosis 5 – 20 mg secar i.v

bolus atau i.m.  Onset of action 11 – 2 menit, duration of action 3 – 10 menit.


g. Trimethaphan camsylate : termasuk ganglion blocking agent dan menginhibisi sistem

simpatis dan parasimpatis.  Dosis : 1 – 4 mg / menit secara infus i.v.  Onset of action :

1 – 5 menit.  Duration of action : 10 menit.  Efek samping : opstipasi, ileus, retensia

urine, respiratori arrest, glaukoma, hipotensi, mulut kering.

h. Labetalol : termasuk golongan beta dan alpha blocking agent.  Dosis : 20 – 80 mg

secara i.v. bolus setiap 10 menit ; 2 mg / menit secara infus i.v.  Onset of action 5 – 10

menit  Efek samping : hipotensi orthostatik, somnolen, hoyong, sakit kepala,

bradikardi, dll.  Juga tersedia dalam bentuk oral dengan onset of action 2 jam, duration

of action 10 jam dan efek samping hipotensi, respons unpredictable dan komplikasi

lebih sering dijumpai.

i. Methyldopa : termasuk golongan alpha agonist sentral dan menekan sistem syaraf

simpatis. Dosis : 250 – 500 mg secara infus i.v / 6 jam.  Onset of action : 30 – 60

menit, duration of action kira-kira 12 jam.  Efek samping : Coombs test ( + ) demam,

gangguan gastrointestino, with drawal sindrome dll. Karena onset of actionnya bisa

takterduga dan kasiatnya tidak konsisten, obat ini kurang disukai untuk terapi awal.

j. Clonidine : termasuk golongan alpha agonist sentral.  Dosis : 0,15 mg i.v pelan-pelan

dalam 10 cc dekstrose 5% atau i.m.150 ug dalam 100 cc dekstrose dengan titrasi dosis.

Onset of action 5 –10 menit dan mencapai maksimal setelah 1 jam atau beberapa jam.

Efek samping : rasa ngantuk, sedasi, hoyong, mulut kering, rasa sakit pada parotis.

Bila dihentikan secara tiba-tiba dapat menimbulkan sindroma putus obat.

IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
b. Pemeriksaan retina
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
f. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi
ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
g. Foto dada dan CT scan

X. KOMPLIKASI
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, gagal
jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal.. Hipertensi yang tidak
diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan
hidup sebesar 10-20 tahun.
Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol
dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang sering
terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal.
Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin terjadi
akibat hipertensi. Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai
mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan
sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada
hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan
yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian.
Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak
sementara (Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai
komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna.
Risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanya tingginya
tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target serta faktor
risiko lain seperti merokok, dislipidemia dan diabetes melitus. (Tekanan darah sistolik
melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih dari 50 tahun, merupakan faktor resiko
kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari tekanan darah 115/75 mmHg,
kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler sebanyak dua
kali (Anggraini, Waren, et. al, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Padila. (2017). Laporan Pendahuluan Hipertensi Emergency. Di akses pada tanggal
25 Oktober 2021 di https://id.scribd.com/document/340474717/Laporan-
Pendahuluan-Hipertensi-Emergency
Muhammad, Andi. (2017). Pathway HT Emergency. Di akses pada tanggal 25 Oktober
2021 di https://id.scribd.com/document/358168589/Pathway-HT-Emergency-docx

ASUHAN KEPERAWATAN

Tgl. Pengkajian : 25 Oktober 2021 No. Register : 015433


Jam Pengkajian : 14.00 WIB Tgl. MRS :
Ruang/Kelas :

I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien 2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. S Nama : Ny. I
Umur : 73 tahun Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pekerjaan : Penjahit
Pekerjaan :- Alamat : Kapas
Krampung Gg. Buntu 1H
Gol. Darah :- Hubungan dengan Klien : Anak
klien
Alamat : Kapas Krampung Gg. Buntu 1H

II. KELUHAN UTAMA


1. Keluhan Utama Saat MRS
Pasien mengatakan kepalanya pusing seperti berputar-putar, dan mengeluh sulit tidur

2. Keluhan Utama Saat Pengkajian


Pasien mengatakan kepalanya pusing seperti berputar-putar, dan mengeluh sulit tidur

III. DIAGNOSA MEDIS


Hipertensi Emergency

IV. RIWAYAT KESEHATAN


1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Tambakrejo untuk berobat dan mempunyai riwayat
hipertensi. Setelah dilakukan pengukuran tekanan darah didapatkan hasil yang tinggi
yaitu 190/130 mmHg. Pasien diberikan obat oleh dokter seperti yang selama ini
dikonsumsi yaitu amlodipin besilate 5 mg (3 x 1)

2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu


Pasien mengatakan sudah lama menderita penyakit hipertensi, dan mengatakan tidak
menderita penyakit yang lainnya.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit hipertensi.

V. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
- Jalan napas : (+) paten (-) tidak paten
- Obstruksi : (-) lidah (-) cairan (-) benda asing
2. Breathing
- Gerakan dada : (+) simetris (-) asimetris
- Irama napas : (+) normal (-) cepat (-) dangkal
- Pola napas : (+) teratur (-) tidak teratur
- Retraksi otot dada: (-) ada (+) tidak ada
- Sesak napas : (-) ada (+) tidak ada
- RR : 20 x/menit
3. Circulation
- Nadi : (+) kuat (-) lemah (-) reguler (-) ireguler (+) teraba
(-) tidak teraba
- Warna kulit : (+) normal (-) pucat (-) ikterik (-) sianosis
- Perdarahan : (-) ya : (-) terkontrol (-) tidak terkontrol
(+) tidak
- CRT : (+) < 2 detik (-) > 2 detik
- Akral : (+) hangat (-) dingin (-) lembab
4. Disability
- Respon : (+) alert (-) verbal (-) pain (-) unrespon
- Kesadaran : (+) compos mentis (-) apatis (-) delirium (-) somnolen
(-) stupor (-) coma
- GCS :E=4V=5M=6
- Reflek cahaya : (+) ada (-) tidak ada
- Pupil : (+) isokor (-) unisokor
5. Exposure
- Deformitas : (-) ya (+) tidak
- Contusion : (-) ya (+) tidak
- Abrasi : (-) ya (+) tidak
- Laserasi : (-) ya (+) tidak
- Edema : (-) ya (+) tidak

VI. PENGKAJIAN SEKUNDER


1. Keadaan Umum
- Kesadaran : Compos Mentis
- GCS :456
- TB : 160 cm
- BB : 40 kg
2. Tanda-tanda vital
- TD : 190/130 mmHg
- N : 84 x/menit
- RR : 20 x/menit
- S : 36,7 C
3. B1 (Breathing)
- Inspeksi
 Bentuk dada : normal
 Pola napas : 20 x/menit
 Batuk : tidak ada
 Sesak : tidak ada
 Sputum : tidak ada
 Pernapasan cuping hidung : tidak ada
 Penggunaan alat bantu napas : tidak ada
- Palpasi
 Vocal premitus : normal
 Nyeri tekan : tidak ada
- Perkusi dada
 Sonor
- Auskultasi
 Suara napas : vesikuler
4. B2 (Blood)
- Inspeksi
 CRT : < 2 detik
 Sianosis : tidak ada
 Konjungtiva : (-) anemis
 Sesak : tidak ada
- Palpasi
 Akral : hangat
 Frekuensi nadi : 84 x/menit
 Tekanan darah : 190/130 mmHg
 Nyeri dada : tidak ada
 Edema : tidak ada
- Perkusi
5. B3 (Brain)
- Tingkat kesadaran
 Kesadaran : compos mentis
 GCS :456
- Pemeriksaan fungsi serebral
 Ekspresi status mental
a) Penampilan : baik
b) Tingkah laku : baik
c) Gaya bicara : normal
d) Ekspresi wajah : lesu
 Fungsi intelektual
a) Memori : penurunan memori jangka pendek
b) Kemampuan berhitung : baik
 Kemampuan bahasa : pasien mampu memahami bahasa lisan dengan
baik, (-) kesulitan bicara
- Pemeriksaan reflek
a) Reflek bisep : fleksi pada lengan siku
b) Reflek patella : ekstensi tungkai bawah
- Pemeriksaan nervus
 Nervus 1 (olfaktorius) : pasien mampu mencium bebauan di
kedua lubang hidung
 Nervus 2 (Optikus) : pasien tidak mampu membaca
 Nervus 3, Nervus 4, Nervus 6 (Okulomotorius, Trokhlearis, Abdusen): Pasien
mampu melihat ke segala arah (Normal)
 Nervus 5 (Trigeminus) :
a) Sensorik : pasien mampu merasakan rangsangan di dahi, pipi dan dagu
b) Motorik : pasien mampu mengunyah (menggeretakan gigi)
 Nervus 7 (Facialis) :
a) Sensorik : pasien mampu merasakan rasa makanan
b) Motorik : pasien mampu tersenyum simetris dan mengerutkan dahi
(normal)
 Nervus 8 (Akustikus) : pasien mampu mendengarkan dengan
Baik
 Nervus 9 (Glososfaringeus) dan N10 (Vagus) : pasien mampu menelan
 Nervus 11 (Aksesorius) : pasien mampu mengangkat bahu
 Nervus 12 (Hipoglosus) : pasien mampu menggerakan lidah ke
segala arah
6. B4 (Bladder)
- Urine
 Frekuensi : 4-8 x sehari
 Warna : kuning
 Kesulitan BAK : tidak ada
 Nyeri : tidak ada
 Penggunaan kateter : tidak ada
7. B5 (Bowel)
- Inspeksi
 Bentuk abdomen : simetris
 Distensi abdomen : tidak ada
 Accites : tidak ada
 Muntah : tidak ada
- Auskultasi
 Peristaltik usus : 10 x/menit
8. B6 (Bone)
- Inspeksi
 Warna kulit : sawo matang
 Pergerakan sendi : bebas
 Kekuatan otot : 4 (kekuatan otot lemah, tetapi anggota tubuh
dapat melawan gravitasi dengan tahanan
minimal)
 Fraktur : tidak ada
 Lesi : tidak ada
- Palpasi
 Turgor kulit : elastis
 Nyeri tulang : tidak ada

VII. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI (ADL)


ADL DI RUMAH DI PUSKESMAS
Pola persepsi – Pasien mengatakan sudah Pasien mengatakan sudah
manajemen kesehatan mengetahui mengenai mengetahui mengenai
penyakitnya penyakitnya

Pola nutrisi - metabolik Makan Makan


- Frekuensi : 3 x sehari - Frekuensi : 3 x sehari
- Jenis : nasi, sayur, lauk - Jenis : nasi, sayur, lauk
Minuman
Minuman
- Frekuensi : 5-6 gelas
- Frekuensi : 5-6 gelas
- Jenis : air putih, kopi
- Jenis : air putih, kopi
(kadang-kadang)
(kadang-kadang)
- Minum obat : teratur
- Minum obat : teratur

Pola eliminasi BAK : BAK :


- Frekuensi : 3-4 x sehari - Frekuensi : 3-4 x sehari
- Warna : kuning jernih - Warna : kuning jernih
- Konsistensi : cair - Konsistensi : cair
BAB
BAB
- Frekuensi : 1-2 x sehari
- Frekuensi : 1-2 x sehari
- Warna : kuning
- Warna : kuning
- Konsistensi : lembek
- Konsistensi : lembek
Pola latihan - aktivitas Pasien mengatakan Pasien mengatakan
melakukan aktivitas melakukan aktivitas
sehari-hari seperti sehari-hari seperti
memasak, menyapu memasak, menyapu

Pola kognitif perseptual Pasien mengatakam Pasien mengatakam


melakukan perawatan melakukan perawatan
mengenai penyakitnya mengenai penyakitnya
seperti minum obat tertaur, seperti minum obat tertaur,
mengurangi makanan yang mengurangi makanan yang
mengandung garam mengandung garam
Pola istirahat tidur Siang Siang
- Pasien mengatakan - Pasien mengatakan
jarang tidur siang, jarang tidur siang,
hanya istirahat sebentar hanya istirahat sebentar
sambil menonton tv. sambil menonton tv.
Malam
Malam
- Frekuensi : 20.30 –
- Frekuensi : 20.30 –
05.00
05.00
- Gangguan tidur : sering
- Gangguan tidur : sering
terbangun dimalam
terbangun dimalam
hari, bahkan sulit untuk
hari, bahkan sulit untuk
tidur
tidur
Pola konsep diri – persepsi - Gambaran diri : pasien - Gambaran diri : pasien
diri kurang semangat dalam kurang semangat dalam
menjalani aktivitasnya menjalani aktivitasnya
ketika sakit ketika sakit
- Identitas diri : pasien - Identitas diri : pasien
mempunyai 9 anak dan mempunyai 9 anak dan
sudah tidak bekerja sudah tidak bekerja
- Harga diri : pasien - Harga diri : pasien
menyadari atas menyadari atas
kekurangan yang kekurangan yang
dimilikinya dimilikinya
- Ideal diri : pasien ingin - Ideal diri : pasien ingin
sembuh dari sembuh dari
penyakitnya penyakitnya
- Peran : pasien - Peran : pasien
merupakan seorang ibu merupakan seorang ibu
dari 9 anak dari 9 anak
Pola peran dan hubungan Pasien mengatakan bahwa Pasien mengatakan bahwa
hubungannya dengan hubungannya dengan
keluarga dan tentangganya keluarga dan tentangganya
baik baik
Pola reproduksi/seksual - Status : cerai mati - Status : cerai mati
- Jumlah anak : 9 - Jumlah anak : 9
- Ikut KB/Tidak : tidak - Ikut KB/Tidak : tidak
Pola pertahanan diri Pasien mengatakan sering Pasien mengatakan sering
(koping toleransi stress) dinasehati anak-anaknya dinasehati anak-anaknya
untuk tidak memikirkan untuk tidak memikirkan
masalah-masalah yang masalah-masalah yang
terjadi dikeluarganya dan terjadi dikeluarganya dan
pasien menuruti kemauan pasien menuruti kemauan
anaknya, apabila anaknya, apabila
mempunyai masalah mempunyai masalah
pasien sering berceita pasien sering berceita
kepada anak-anaknya kepada anak-anaknya
Pola keyakinan dan nilai - Agama : islam - Agama : islam
- Ibadah : pasien - Ibadah : pasien
mengatakan mengatakan
mengerjakan sholat mengerjakan sholat
tetapi sering lupa tetapi sering lupa
(contohnya, saya tadi (contohnya, saya tadi
sudah sholat apa sudah sholat apa
belum) belum)

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK MEDIK


Pasien mangatakan tidak memiliki hasil pemeriksaan penunjang/pemeriksaan lab
IX. TINDAKAN DAN TERAPI
- Amlodipin besilate 5 mg 3x1

Perawat yang mengkaji


ttd

(Agnes Richa Fransischa)


ANALISIS DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Gejala penyakit Gangguan rasa nyaman
(hipertensi) (D.0074)
- Pasien mengeluh kepalanya
pusing seperti berputar-putar
dan mengeluh sulit tidur
DO :
- TD : 190/130 mmHg

2 DS : Hambatan lingkungan Gangguan pola tidur


- Pasien mengeluh mengeluh
(D.0058)
sulit tidur
DO : -
RUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit (hipertensi) d.d pasien mengeluh pusing,
sulit tidur, dan tekanan darah diatas normal (D.0074)
2. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan d.d mengeluh sulit tidur (D.0055)

PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit (hipertensi) d.d pasien mengeluh pusing,
sulit tidur, dan tekanan darah diatas normal (D.0074)
2. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan d.d mengeluh sulit tidur (D.0055)
TT
N
DX KEP TUJUAN RENCANA RASIONAL NAMA
O
JELAS
1 Gangguan Setelah Teknik Relaksasi 1. Untuk Agnes
rasa dilakukan (I.09326) mengetahui Richa F
nyaman b.d tindakan Observasi keefektifan teknik
gejala keperawatan 1. Identifikasi teknik relaksasi
penyakit selama 2 x relaksasi yang sebelumnya
(hipertensi) 24 jam pernah efektif 2. Untuk
d.d pasien diharapkan digunakan mengetahui
mengeluh status 2. Periksa ketegangan tingkat kesediaan
pusing, sulit kenyamanan otot, frekuensi dan kemapuan
tidur, dan meningkat nadi, tekanan pasien
tekanan dengan darah, dan suhu 3. Untuk
darah diatas kriteria sebelum dan mengetahui
normal hasil : sesudah latihan perubahan tanda-
1.keluhan Terapeutik tanda vital pasien
(D.0074) tidak nyaman 3. Berikan informasi 4. Untuk
menurun (5) tertulis tentang mengetahui
2. keluhan persiapan dan respon pasien
sulit tidur prosedur teknik 5. Untuk
menurun (5) relaksasi mempermudah
Edukasi pasien untuk
(L.08064) 4. Jelaskan tujuan, memahami
manfaat, batasan, mengenai
dan jenis relaksasi tindakan yang
yang tersedia akan diajarkan
5. Jelaskan secara 6. Untuk
rinci intervensi menambah
yang dipilih pengetahuan
6. Anjurkan pasien
mengambil posisi 7. Untuk
nyaman memperjelas
7. Anjurkan rileks tindakan
dan merasakan 8. Untuk
sensasi rileks kenyamanan
8. Anjurkan sering pasien
mengulangi atau 9. Untuk
melatih teknik memberikan
yang dipilih kenyamanan
9. Demonstrasikan 10. Untuk melatih
dan latih teknik kemampuan
relaksasi pasien
11. Untuk melihat
apakah pasien
sudah mampu
melakukan
tidakan yang
diajarkan.
2 Gangguan Setelah Dukungan Tidur 1. Untuk Agnes
pola tidur dilakukan (I.05174) mengetahui Richa F
b.d tindakan Observasi faktor yang
hambatan keperawatan 1. Identifikasi faktor menghambat
lingkungan selama 2 x 24 penggangu tidur tidur
d.d jam 2. Identifikasi 2. Untuk
mengeluh diharapkan makanan dan mengetahui
sulit tidur pola tidur minuman yang makanan/minu
membaik mengganggu tidur man yang
(D.0055) dengan 3. Modifikasi menghambat
kriteria hasil : lingkungan tidur
1. Keluhan 4. Tetapkan jadwal 3. Untuk
sulit rutin memberikan
tidur 5. Lakukan prosedur kenyamanan
menuru untuk 4. Agar dapat
n (1) meningkatkan tidur dengan
kenyamanan teratur
(L.05045) 6. Jelaskan 5. Untuk
pentingnya tidur meningkatkan
selama sakit kenyamanan
7. Anjurkan menepati 6. Untuk
kebiasaan waktu menambah
tidur pengetahuan
8. Anjurkan 7. Agar tidur
menghindari lenih teratur
makanan/minuman 8. Agar tidak
yang mengganggu mengalami
tidur. kesulitan tidur
(PERENCANAAN)

CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN (IMPLEMENTASI)

NO HARI / DX TINDAKAN KEPERAWATAN TT


TANGGAL/ NAMA
KEPERAWATAN
JAM JELAS
1 Selasa, 26 Gangguan rasa 1. Mengidentifikasi teknik Agnes
Oktober 2021 nyaman b.d gejala relaksasi yang pernah efektif Richa F
penyakit digunakan
(hipertensi) d.d Hasil : pasien mengatakan
mngeluh pusing belum pernah melakukan teknik
dan sulit tidur relaksasi sebelumnya
2. Memeriksa ketegangan otot,
(D.0074) frekuensi nadi, tekanan darah,
dan suhu sebelum dan sesudah
latihan
Hasil : dilakukan pengukuran
TD, RR, N sebelum dah
sesudah tindakan
3. Memberikan informasi tertulis
tentang persiapan dan prosedur
teknik relaksasi
Hasil : diberikan SOP
4. Menjelaskan tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia
Hasil : pasien mendengarkan
dengan baik
5. Menjelaskan secara rinci
intervensi yang dipilih
Hasil : pasien memperhatikan
6. Menganjurkan mengambil
posisi nyaman
Hasil : pasien kooperatif
7. Menganjurkan rileks dan
merasakan sensasi rileks
Hasil : pasien kooperatif
8. Menganjurkan sering
mengulangi atau melatih teknik
yang dipilih
Hasil : pasien kooperatif
9. Mendemonstrasikan dan latih
teknik relaksasi
Hasil : pasien dapat melakukan
tindakan sesuai yang diajarkan
2 Selasa, 26 Gangguan pola 1. Mengidentifikasi faktor
Oktober 2021 tidur b.d hambatan penggangu tidur
lingkungan d.d Hasil : pasien mengetakan cuaca
mengeluh sulit yang panas membuat sulit tidur
tidur 2. Mengidentifikasi makanan dan
minuman yang mengganggu
(D.0055) tidur
Hasil : pasien minum kopi
3. Memodifikasi lingkungan
Hasil : pasien menyukai tidur di
depan tv yang dekat dengan
kipas angin
4. Menetapkan jadwal rutin
Hasil : diberikan jadwal untuk
tidur
5. Melakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
Hasil : pengaturan posisi tidur
6. Menjelaskan pentingnya tidur
selama sakit
Hasil : pasien memperhatikan
dengan baik
7. Menganjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
Hasil : pasien kooperatif
8. Menganjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur.
Hasil : pasirn diberitahu untuk
tidak mengkonsumsi kopi
sebelum tidur.
3 Rabu, 27 Gangguan rasa 2. Memeriksa ketegangan otot, Agnes
Oktober 2021 nyaman b.d gejala frekuensi nadi, tekanan darah, Richa F
penyakit dan suhu sebelum dan sesudah
(hipertensi) d.d latihan
mngeluh pusing Hasil : dilakukan pengukuran
dan sulit tidur TD, RR, N sebelum dah sesudah
tindakan
(D.0074) 9. Mendemonstrasikan dan latih
teknik relaksasi
Hasil : pasien dapat melakukan
tindakan sesuai yang diajarkan
3 Rabu, 27 Gangguan pola 1. Memodifikasi lingkungan
Oktober 2021 tidur b.d hambatan Hasil : pasien menyukai tidur di
lingkungan d.d depan tv yang dekat dengan
mengeluh sulit kipas angin
tidur 2. Menetapkan jadwal rutin
Hasil : diberikan jadwal untuk
(D.0055) tidur
3. Melakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
Hasil : pengaturan posisi tidur
4. Menjelaskan pentingnya tidur
selama sakit
Hasil : pasien memperhatikan
dengan baik
5. Menganjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
Hasil : pasien kooperatif
6. Menganjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur.
Hasil : pasirn diberitahu untuk
tidak mengkonsumsi kopi
sebelum tidur.
EVALUASI

HARI CATATAN
N DX TT NAMA
/TANGGAL/ PERKEMBANGAN
O KEPERAWATAN JELAS
JAM (SOAP/SOAPIER)
1 Rabu, 27 Gangguan rasa S: Agnes Richa
Oktober 2021 nyaman b.d gejala - Paien mengatakan Fransischa
penyakit (hipertensi) keluhan pusing sudah
d.d mengeluh pusing tidak ada
dan sulit tidur O:
- TD : 130/ 90 mmHg
(D.0074) A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

2 Rabu, 27 Gangguan pola tidur S: Agnes Richa


Oktober 2021 b.d hambatan - Paien mengatakan Fransischa
lingkungan d.d sudah tidak kesulitan
mengeluh sulit tidur tidur

O:
(D.0055)
- Pasien tidur sesuai
jadwal

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai