Dosen Pembimibing :
Minarti, M.Kep, Sp.Kom
NIP. 19670730 199303 2 004
Disusun Oleh :
Agnes Richa Fransischa
NIM. P27820319005
Tingkat 3 Reguler A
Mengetahui
I. DEFINISI
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi
batas normal. Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan
denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan
peningkatan volume aliran darah darah (Hani, 2010)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung atau
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan pembuluh darah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memberikan batasan tekanan darah normal
adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 dinyatakan sebagai
hipertensi. Setiap usia dan jenis kelamin memilki batasan masing – masing :
a. Pada pria usia < 45 tahun, dinyatakan menderita hipertensi bila tekanan darah
waktu berbaring > 130/90 mmHg.
b. Pada pria usia > 45 tahun, dinyatakan hipertensi bila tekan darahnya > 145/90
mmHg
c. Pada wanita tekanan darah > 160/90 mmHg, dinyatakan hipertensi
(Sumber : Dewi dan Familia, 2010 : 18
Hipertensi darurat (emergency hypertension) merupakan kenaikan tekanan
darah mendadak (sistolik ≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg) dengan
kerusakan organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus
diturunkan segera, dalam hitungan menit sampai jam. Tekanan darah yang sangat
tinggi dan terdapat kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus diturunkan dengan
segera (dalam menit atau jam) agar dapat membatasi kerusakan yang terjadi.
Tingginya tekanan darah untuk dapat dikategorikan sebagai hipertensi darurat tidaklah
mutlak, namun kebanyakan referensi di Indonesia memakan patokan >220/140.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hipertensi
emergency adalah suatu keadaan dimana tekanan darah mengalami peningkatan
tekanan darah yang berat (>180/120 mmHg) disertai dengan bukti kerusakan baru atau
perburukam kerusakan organ seperti jantung, paru, otak.
180/120 mmHg disertai salah satu ancaman gangguan fungsi organ, seperti otak,
jantung, paru, dan eklamsia atau lebih rendah dari 180/120mmHg, tetapi dengan
salah satu gejala gangguan organ atas yang sudah nyata timbul.
b. Hipertensi urgensi : tekanan darah sangat tinggi (> 180/120mmHg) tetapi belum
ada gejala seperti diatas. TD tidak harus diturunkan dalam hitungan menit, tetapi
(hipertensi essensial). Hal ini ditandai dengan peningkatan kerja jantung akibat
darah utama ginjal, dan penyakit sistemik lainnya (Dewi dan Familia, 2010 :
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam
keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut
menjadi “Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi
krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa
penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden
krisis hipertensi menjadi kurang dari 1 %.
IV. ETIOLOGI
Hipertensi emergensi merupakan spektrum klinis dari hipertensi dimana terjadi
kondisi peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol yang berakibat pada
kerusakan organ target yang progresif. Berbagai sistem organ yang menjadi organ
target pada hipertensi emergensi ini adalah sistem saraf yang dapat mengakibatkan
hipertensi ensefalopati, infark serebral, perdarahan subarakhnoid, perdarahan
intrakranial; sistem kardiovaskular yang dapat mengakibatkan infark miokard,
disfungsi ventrikel kiri akut, edema paru akut, diseksi aorta; dan sistem organ lainnya
seperti gagal ginjal akut, retinopati, eklamsia, dan anemia hemolitik mikroangiopatik.
V. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang
terganggu, diantaranya nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung dan diseksi
aorta; mata kabur dan edema papilla mata; sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan
lateralisasi pada gangguan otak; gagal ginjal akut pada gangguan ginjal; di samping
sakit kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikan tekanan darah umumnya.
Tabel 2. Gambaran Klinik Hipertensi Darurat
Tekanan Funduskopi Status Jantung Ginjal Gastrointestinal
darah neurologi
> Perdarahan, Sakit Denyut jelas, Uremia, Mual, muntah
220/140 eksudat, kepala, membesar, proteinuria
mmHg edema kacau, dekompensasi
papilla gangguan , oliguria
kesadaran,
kejang.
VI. PATOFISIOLOGI
Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun
sekunder, dapat dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan tekanan
diastolik meningkat cepat sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam. Hal
ini dapat menyebabkan nekrosis arterial yang lama dan tersebar luas, serta hiperplasi
intima arterial interlobuler nefron-nefron. Perubahan patologis jelas terjadi terutama
pada retina, otak dan ginjal. Pada retina akan timbul perubahan eksudat, perdarahan
dan udem papil. Gejala retinopati dapat mendahului penemuan klinis kelainan ginjal
dan merupakan gejala paling terpercaya dari hipertensi maligna.
Otak mempunyai suatu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan ataupun
penurunan tekanan darah. Batas perubahan pada orang normal adalah sekitar 60-160
mmHg. Apabila tekanan darah melampaui tonus pembuluh darah sehingga tidak
mampu lagi menahan kenaikan tekanan darah maka akan terjadi udem otak. Tekanan
diastolik yang sangat tinggi memungkinkan pecahnya pembuluh darah otak yang dapat
mengakibatkan kerusakan otak yang irreversible.
Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan
menyebabkan kenaikan after load, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan pada
hipertensi kronis hal ini akan terjadi lebih lambat karena ada mekanisme adaptasi.
Penderita feokromositoma dengan krisis hipertensi akan terjadi pengeluaran
norefinefrin yang menetap atau berkala.
VII. PATHWAY
Gangguan
Rasa
Nyaman
VIII. PENATALAKSANAAN
Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja
cepat, mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah
dengan cara yang dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang tidak
tergantung kepada sikap tubuh dan efek samping minimal.
Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak terburu-
buru. Penurunan tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan iskemik pada
otak dan ginjal. Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu 1 menit sampai 2
jam dan diturunkan lagi ke 160/100 dalam 2 sampai 6 jam. Medikasi yang diberikan
sebaiknya per parenteral (Infus drip, BUKAN INJEKSI). Obat yang cukup sering
digunakan adalah Nitroprusid IV dengan dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada,
pengobatan oral dapat diberikan sambil merujuk penderita ke Rumah Sakit.
Pengobatan oral yang dapat diberikan meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-
25 mg, Clonidin 75-100 ug, Propanolol 10-40 mg. Penderita harus dirawat inap.
Tabel 4: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi 3,5
Hipertensi Mendesak
Parameter Hipertensi Darurat
Biasa Mendesak
Tekanan > 180/110 > 180/110 > 220/140
darah
(mmHg)
Gejala Sakit kepala, Sakit kepala hebat, Sesak napas, nyeri
kecemasan; sering sesak napas dada, nokturia,
kali tanpa gejala dysarthria, kelemahan,
kesadaran menurun
Pemeriksaan Tidak ada Kerusakan organ Ensefalopati, edema
kerusakan organ target; muncul klinis paru, insufisiensi
target, tidak ada penyakit ginjal, iskemia jantung
penyakit kardiovaskuler, stabil
kardiovaskular
Terapi Awasi 1-3 jam; Awasi 3-6 jam; obat Pasang jalur IV,
memulai/teruskan oral berjangka kerja periksa laboratorium
obat oral, naikkan pendek standar, terapi obat IV
dosis
Adapun obat hipertensi oral yang dapat dipakai untuk hipertensi mendesak
(urgency) dapat dilihat pada tabel 5.
emergensi dengan penyakit payah jantung, maka memerlukan pemilihan obat yang
tepat sehingga tidak memperparah keadaannya. Pemilihan obat untuk hipertensi dengan
Tabel 7: Obat yang dipilih untuk Hipertensi darurat dengan komplikasi 2,5
Komplikasi Obat Pilihan Target Tekanan Darah
Diseksi aorta Nitroprusside + esmolol SBP 110-120 sesegera
mungkin
AMI, iskemia Nitrogliserin, Sekunder untuk bantuan
nitroprusside, iskemia
nicardipine
Edema paru Nitroprusside, 10% -15% dalam 1-2 jam
nitrogliserin, labetalol
Gangguan Ginjal Fenoldopam, 20% -25% dalam 2-3 jam
nitroprusside, labetalol
Kelebihan Phentolamine, labetalol 10% -15% dalam 1-2 jam
katekolamin
Hipertensi Nitroprusside 20% -25% dalam 2-3 jam
ensefalopati
Subarachnoid Nitroprusside, 20% -25% dalam 2-3 jam
Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis hipertensi
tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau urgensi. Jika hipertensi
emergensi dan disertai dengan kerusakan organ sasaran maka penderita dirawat diruangan
intensive care unit, ( ICU ) dan diberi salah satu dari obat anti hipertensi intravena ( IV ).
b. Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila dengan dosis
tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2 – 5 menit, duration of
action 3 – 5 menit. Dosis : 5 – 100 ug / menit, secara infus i. V. Efek samping : sakit
c. Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan secara i. V bolus.
sampai TD yang diinginkan. Efek samping : hipotensi dan shock, mual, muntah,
d. Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri. Onset of action : oral 0,5 – 1 jam,
40 mg i.m Pemberiannya bersama dengan alpha agonist central ataupun Beta Blocker
simpatis dan parasimpatis. Dosis : 1 – 4 mg / menit secara infus i.v. Onset of action :
secara i.v. bolus setiap 10 menit ; 2 mg / menit secara infus i.v. Onset of action 5 – 10
bradikardi, dll. Juga tersedia dalam bentuk oral dengan onset of action 2 jam, duration
of action 10 jam dan efek samping hipotensi, respons unpredictable dan komplikasi
i. Methyldopa : termasuk golongan alpha agonist sentral dan menekan sistem syaraf
simpatis. Dosis : 250 – 500 mg secara infus i.v / 6 jam. Onset of action : 30 – 60
menit, duration of action kira-kira 12 jam. Efek samping : Coombs test ( + ) demam,
gangguan gastrointestino, with drawal sindrome dll. Karena onset of actionnya bisa
takterduga dan kasiatnya tidak konsisten, obat ini kurang disukai untuk terapi awal.
j. Clonidine : termasuk golongan alpha agonist sentral. Dosis : 0,15 mg i.v pelan-pelan
dalam 10 cc dekstrose 5% atau i.m.150 ug dalam 100 cc dekstrose dengan titrasi dosis.
Onset of action 5 –10 menit dan mencapai maksimal setelah 1 jam atau beberapa jam.
Efek samping : rasa ngantuk, sedasi, hoyong, mulut kering, rasa sakit pada parotis.
X. KOMPLIKASI
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, gagal
jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal.. Hipertensi yang tidak
diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan
hidup sebesar 10-20 tahun.
Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol
dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang sering
terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal.
Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin terjadi
akibat hipertensi. Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai
mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan
sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada
hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan
yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian.
Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak
sementara (Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai
komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna.
Risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanya tingginya
tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target serta faktor
risiko lain seperti merokok, dislipidemia dan diabetes melitus. (Tekanan darah sistolik
melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih dari 50 tahun, merupakan faktor resiko
kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari tekanan darah 115/75 mmHg,
kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler sebanyak dua
kali (Anggraini, Waren, et. al, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Padila. (2017). Laporan Pendahuluan Hipertensi Emergency. Di akses pada tanggal
25 Oktober 2021 di https://id.scribd.com/document/340474717/Laporan-
Pendahuluan-Hipertensi-Emergency
Muhammad, Andi. (2017). Pathway HT Emergency. Di akses pada tanggal 25 Oktober
2021 di https://id.scribd.com/document/358168589/Pathway-HT-Emergency-docx
ASUHAN KEPERAWATAN
I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien 2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. S Nama : Ny. I
Umur : 73 tahun Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pekerjaan : Penjahit
Pekerjaan :- Alamat : Kapas
Krampung Gg. Buntu 1H
Gol. Darah :- Hubungan dengan Klien : Anak
klien
Alamat : Kapas Krampung Gg. Buntu 1H
V. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
- Jalan napas : (+) paten (-) tidak paten
- Obstruksi : (-) lidah (-) cairan (-) benda asing
2. Breathing
- Gerakan dada : (+) simetris (-) asimetris
- Irama napas : (+) normal (-) cepat (-) dangkal
- Pola napas : (+) teratur (-) tidak teratur
- Retraksi otot dada: (-) ada (+) tidak ada
- Sesak napas : (-) ada (+) tidak ada
- RR : 20 x/menit
3. Circulation
- Nadi : (+) kuat (-) lemah (-) reguler (-) ireguler (+) teraba
(-) tidak teraba
- Warna kulit : (+) normal (-) pucat (-) ikterik (-) sianosis
- Perdarahan : (-) ya : (-) terkontrol (-) tidak terkontrol
(+) tidak
- CRT : (+) < 2 detik (-) > 2 detik
- Akral : (+) hangat (-) dingin (-) lembab
4. Disability
- Respon : (+) alert (-) verbal (-) pain (-) unrespon
- Kesadaran : (+) compos mentis (-) apatis (-) delirium (-) somnolen
(-) stupor (-) coma
- GCS :E=4V=5M=6
- Reflek cahaya : (+) ada (-) tidak ada
- Pupil : (+) isokor (-) unisokor
5. Exposure
- Deformitas : (-) ya (+) tidak
- Contusion : (-) ya (+) tidak
- Abrasi : (-) ya (+) tidak
- Laserasi : (-) ya (+) tidak
- Edema : (-) ya (+) tidak
1. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit (hipertensi) d.d pasien mengeluh pusing,
sulit tidur, dan tekanan darah diatas normal (D.0074)
2. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan d.d mengeluh sulit tidur (D.0055)
1. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit (hipertensi) d.d pasien mengeluh pusing,
sulit tidur, dan tekanan darah diatas normal (D.0074)
2. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan d.d mengeluh sulit tidur (D.0055)
TT
N
DX KEP TUJUAN RENCANA RASIONAL NAMA
O
JELAS
1 Gangguan Setelah Teknik Relaksasi 1. Untuk Agnes
rasa dilakukan (I.09326) mengetahui Richa F
nyaman b.d tindakan Observasi keefektifan teknik
gejala keperawatan 1. Identifikasi teknik relaksasi
penyakit selama 2 x relaksasi yang sebelumnya
(hipertensi) 24 jam pernah efektif 2. Untuk
d.d pasien diharapkan digunakan mengetahui
mengeluh status 2. Periksa ketegangan tingkat kesediaan
pusing, sulit kenyamanan otot, frekuensi dan kemapuan
tidur, dan meningkat nadi, tekanan pasien
tekanan dengan darah, dan suhu 3. Untuk
darah diatas kriteria sebelum dan mengetahui
normal hasil : sesudah latihan perubahan tanda-
1.keluhan Terapeutik tanda vital pasien
(D.0074) tidak nyaman 3. Berikan informasi 4. Untuk
menurun (5) tertulis tentang mengetahui
2. keluhan persiapan dan respon pasien
sulit tidur prosedur teknik 5. Untuk
menurun (5) relaksasi mempermudah
Edukasi pasien untuk
(L.08064) 4. Jelaskan tujuan, memahami
manfaat, batasan, mengenai
dan jenis relaksasi tindakan yang
yang tersedia akan diajarkan
5. Jelaskan secara 6. Untuk
rinci intervensi menambah
yang dipilih pengetahuan
6. Anjurkan pasien
mengambil posisi 7. Untuk
nyaman memperjelas
7. Anjurkan rileks tindakan
dan merasakan 8. Untuk
sensasi rileks kenyamanan
8. Anjurkan sering pasien
mengulangi atau 9. Untuk
melatih teknik memberikan
yang dipilih kenyamanan
9. Demonstrasikan 10. Untuk melatih
dan latih teknik kemampuan
relaksasi pasien
11. Untuk melihat
apakah pasien
sudah mampu
melakukan
tidakan yang
diajarkan.
2 Gangguan Setelah Dukungan Tidur 1. Untuk Agnes
pola tidur dilakukan (I.05174) mengetahui Richa F
b.d tindakan Observasi faktor yang
hambatan keperawatan 1. Identifikasi faktor menghambat
lingkungan selama 2 x 24 penggangu tidur tidur
d.d jam 2. Identifikasi 2. Untuk
mengeluh diharapkan makanan dan mengetahui
sulit tidur pola tidur minuman yang makanan/minu
membaik mengganggu tidur man yang
(D.0055) dengan 3. Modifikasi menghambat
kriteria hasil : lingkungan tidur
1. Keluhan 4. Tetapkan jadwal 3. Untuk
sulit rutin memberikan
tidur 5. Lakukan prosedur kenyamanan
menuru untuk 4. Agar dapat
n (1) meningkatkan tidur dengan
kenyamanan teratur
(L.05045) 6. Jelaskan 5. Untuk
pentingnya tidur meningkatkan
selama sakit kenyamanan
7. Anjurkan menepati 6. Untuk
kebiasaan waktu menambah
tidur pengetahuan
8. Anjurkan 7. Agar tidur
menghindari lenih teratur
makanan/minuman 8. Agar tidak
yang mengganggu mengalami
tidur. kesulitan tidur
(PERENCANAAN)
HARI CATATAN
N DX TT NAMA
/TANGGAL/ PERKEMBANGAN
O KEPERAWATAN JELAS
JAM (SOAP/SOAPIER)
1 Rabu, 27 Gangguan rasa S: Agnes Richa
Oktober 2021 nyaman b.d gejala - Paien mengatakan Fransischa
penyakit (hipertensi) keluhan pusing sudah
d.d mengeluh pusing tidak ada
dan sulit tidur O:
- TD : 130/ 90 mmHg
(D.0074) A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
O:
(D.0055)
- Pasien tidur sesuai
jadwal
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan