Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA TUMOR MEATUS

AKUSTIKUS EKSTERNUS SINISTRA DI RUANG LONTARA 3 ATAS DEPAN


RSUP DR WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

DISUSUN OLEH :
MUH AYYUB IRSYADULLAH N
NIM :17046

CI LAHAN CI INSTITUSI

________________ _______________

YAYASAN PENDIDIKAN MAKASSAR (YAPMA)


AKADEMI KEPERAWATAN MAKASSAR
MAKASSAR
2019
KONSEP DASAR MEDIS

1. PENGERTIAN TUMOR MAE


Tumor meatus akustikus eksternus (MAE) adalah tumor yang terdapat di
saluran telinga luar. Tumor ganas pada saluran telinga luar (MAE) lebih jarang
terjadi. Hanya 1 pasien di antara 10.000 pasien yang dating berobat dengan keluhan
telinga, yang terbukti menderita tumor pada saluran telinga luar. Tumor pada saluran
telinga luar, baik ganas atau jinak, umumnya mirip satu sama lain. Meskipun relatif
jarang, insiden kanker telinga sering terjadi pada individu yang berusia lebih dari 60
tahun, namun dapat juga terjadi pada setiap kelompok usia. Hal ini lebih sering terjadi
pada pria dibandingkan dengan wanita.

2. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari kanker telinga belum diketahui secara jelas .Namun
Keganasan pada daun telinga dan liang telinga terjadi diduga karena faktor
anatominya yang berada di permukaan tubuh dan radiasi ultraviolet.
Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa keganasan yang paling sering
ditemukan adalah karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa. Kedua keganasan
ini sering dihubungkan dengan radiasi ultraviolet (walaupun tidak selalu faktor radiasi
ultraviolet yang menjadi faktor utama pencetus keganasan). Karsinoma sel basal dan
karsinoma sel skuamosa bisa tumbuh dalam liang telinga atau menyebar dari aurikula
ke dalam liang telinga. Karsinoma daun telinga sering timbul pada decade 6 atau ke 7
dan 80% terjadi pada laki-laki. Hal ini dihubungkan dengan udara terbuka dalam
waktu yang lama, ekstrim kronis, atau radiasi teliga sebelumnya. Didapatkan 75%
dari karsinoma liang telinga dan telinga tengah berhubungan dengan otore kronis.
Studi lain menjelaskan bahwa prevalensi peselancar , terutama mereka
yang berselancar di perairan dingin meningkatkan resiko untuk terjadinya exostoses/
tumor jinak saluran telinga luar. Merokok dan minum alkohol adalah faktor etiologi
yang sering ditemukaan pada tomor ganas THT-KL. Perokok berat beresiko 5 sampai
25 kali lebih tinggi mengalami tumor ganas dibandigkan bukan perokok. Efek lagsung
dari nikotin dan hidrokarbon polisiklik aromatic dipertimbangkan bersifat
karsinogenik. Merokok dan minum alcohol juga menyebabkan mutasi dari gen
suspensor tumor p53. Human papilloma Virus (HPV) dan Epstein barr virus (EBV)
adalah virus yang erat hubugannya dengan kejadian tumr ganas THT-KL, EBV HPV
berkaitan dengan karinoa sel squmosa kepala,leher dan telinga. Dari penelitian yang
pernah dilakukan, keganasan di bidang telinga hidung dan tenggorok ini sangat erat
hubungannya dengan penderita sosioekonomi yang rendah, malnutrisi, penderita-
penderita perokok berat dan peminum alkohol.

3. ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA

Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi/mengenal suara


& juga banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Telinga terdiri
dari tiga bagian: telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.

3.1 Telinga Luar


Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Daun telinga
memiliki beberapa bagian, antara lain: concha, helix, antihelix, lobulus, trogus dan
antitragus. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada
sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari
tulang. Panjangnya kira-kira 2 ½- 3 cm.
Meatus auditus eksternus merupakan saluran yang agak gepeng
dari permukaan sampai ke dalam tulang temporalis. Batas dalamnya adalah
membrane timpani. Suatu epitel berlapis skuamosa yang berlanjut dari kulit,
melapisi saluran ini. Terdapat folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar
seruminosa (sejenis modifikasi kelenjar keringat) di dalam submukosa. Kelenjar
seruminosa adalah kelenjar tubular bergelung yang menghasilkan serumen-atau
“lilin” telinga campuran lemak dan lilin yang semisolid dan berwarna kecoklatan.
Rambut dan serumen memiliki fungsi protektif.
Membran timpani telinga adalah membran semitransparan yang tipis, oval,
berdiameter ± 1cm dan terletak di bagian paling dalam dari telinga luar. Membran
timpani dilapisi oleh kulit tipis pada bagian luar dan membran mukosa pada
bagian dalam.
Gendang telinga atau membran timpani adalah perbatasan dengan telinga
tengah, yang berbentuk kerucut dan dilapisi kulit pada permukaan eksternal dan
membrane mukosa pada permukaan internal.

3.2 Telinga Tengah


Telinga tengah berbentuk kubus dengan:
a. Batas luar : membran timpani
b. Batas depan : tuba eustachius
c. Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
d. Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
e. Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)
f. Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis
horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar
(round window) dan promontorium.
Telinga tengah terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus
tulang temporal, Telinga tengah terdiri dari, tuba eustachius yang
menghubungkan telinga tengah dengan faring yang berfungsi untuk
menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membrane timpani.
Tulang pendengaran atau Ossikula auditiva yang terdiri dari (martil atau malleus,
landasan atau incus, dan sanggurdi atau stapes).
Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan disampaikan ke
tulang pendengaran. Masing-masing tulang pendengaran akan menyampaikan
getaran ke tulang berikutnya. Tulang sanggurdi yang merupakan tulang terkecil di
tubuh meneruskan getaran ke koklea atau rumah siput.
3.3 Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari labirin ossea (labirin tulang), sebuah rangkaian
rongga pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe
& labirin membranasea, yang terletak lebih dalam dan memiliki cairan endolimfe.
a. Munculnya ulkus tumor
b. Pembengkakan atau benjolan di leher
c. Nyeri telinga (Otalgia)
d. Gangguan pendengaran
e. Otore dari telinga sering bercampur darah
f. Tinitus
Membedakan tumor-tumor ini harus dengan pemeriksaan mikroskopik
karena setiap tumor hampir tanpa gejala kecuali bila tumor menutupi seluruh liang
telinga dan menyebabkan gangguan pendengaran konduktif. Rasa nyeri
merupakan tanda keganasan dan perlu dicurigai bila terjadi nyeri pada tumor
dalam liang telinga.
Setiap massa yang tumbuh dalam liang telinga luar, bila menetap harus
diangkat untuk pemeriksaan. Lesi yang diduga sebagai polip, granuloma, atau
bentuk jinak yang lain, ternyata kadang-kadang dapat terbukti ganas biasanya
berupa karsinoma sel skuamosa. Karena penyakit ini sering sekali ditandai oleh
sekret menahun dari telinga. Maka pasien seperti itu harus dicurigai terutama bila
dengan pengobatan adekuat tidak terjadi perbaikan.
Karsinoma liang telinga atau telinga tengah lebih sukar didiagnosis pada
keadaan dini. Biasanya berhubungan dengan infeksi kronis. Tumor ini
mempunyai permukaan yang kasar dan berwarna merah sehingga sering diduga
granuloma atau polip. Oleh karena itu setiap kasus infeksi telinga yang tdak
mudah sembuh, harus dicurigai. Bila didapatkan permukaan kulit yang tidak rata,
granuloma atau polip harus dilakukan biopsi. Rasa nyeri dan perdarahan adalah
dua gejala yang paling sering pada keganasan liang telinga atau telinga tengah.
Karena infeksi kronis biasanya tidak menimbulkan gejala seperti ini, maka kedua
gejala tersebut dapat merupakan tanda suatu keganasan. Bila penyakit ini
berlanjut, sering dapat mengenai saraf fasial yang menimbulkan paralisis.
Selanjutnya penyebaran mungkin ke kelenjar getah bening atau ke dasar
tengkorak, dengan melibatkan saraf kranial bagian bawah.
4. PATHWAY

SINAR MATAHARI BAHAN KARSINOVA GENETIK


DAN DAN
KDNQEOUDHUQ9FKQ
IRITASI RADANG
ENFLQEDANR RADII TERJADI KELAINAN GENETIK
KRONIK

PERUBAHAN STRUKTURAL SEL

TERJADI MASSA TUMOR

JINAK (BENIGNA) GANAS (MALIGNA)

TUMBUH DENGAN BERMETASTATIS PADA


BATAS TEGAS JARINGAN

TUMBUH DAN MERUSAK


MENUTUP JALAN
FUNGSUORGAN
ALIRAN DARAH

DAPAT MENYEBAR
TERJADI
KETEMPAT LAIN
PENDARAHAN

MENURUNYA OPERASI (PEMBEDAHAN)


FUNGSI
PENDEGARAN
5. PENTIMPANGAN KDM

Sinar matahari dan radiasi Bahan karsinoma genetik

Iritasi radang kronis Terjadi kelalaian genetik

Untabilitas inheren pada genom

Perubahan struktural sel

Terjadi massa tumor

Jinak (benigna) Ganas (maligna)

Tumbuh dengan batas tegas Bermetastasis pada jaringan

Menutup jalan aliran darah Tumbuh dan merusak fungsi organ

Terjadi perdarahan
Dapat menyebar ketempat lain

Menurunnya fungsi pendengaran MK : Nyeri Operasi (pembedahan)

MK : Gangguan persepsi sensori MK : Resiko infeksi


KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata : nama, umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Keluhan utama : yang dimana dirasakan saat masuk rs
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat keluarga : adakah yang pernah mengalami penyakit yang sama atau tidak
6. Riwayat psikososial
a. Interpersonal
b. Intrapersonal
7. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
b. Pola nutrisi dan metabolisme
c. Pola istirahat dan tidur
d. Pola persepsi dan konsep diri
e. Pola sensorik
8. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum : keadaan umum, tanda-tanda vital, ksedaran
b. Pemeriksaan fisik data focus telinga
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan terjadinya pendarahan
2. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan menurunya fungsi pendegaran
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pasca operasi (pembedahan)
C. Intervensi keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan terjadinya pendarahan
Tujuan : nyeri pasien berkurang
Intetvensi :
1. Identifikasi lokasi, karasteristik, durasi, frekueunsi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identikasi skala nyeri
3. Identikasi keyakinan dan pengetahuan tentang nyeri
4. Monitor efek samping pengunaan analgetik
5. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
6. Fasilitasi istirahat dan tidurpertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
7. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
8. Jelskan strategi meredakan nyeri
9. Kalaborasi pemberian analgetik jika perlu
2. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan menurunya fungsi pendegaran
Tujuan : Gangguan persepsi pendengaran pasien membaik
Intervensi :
1. Kaji fungsi pendengaran pasien
2. Jaga kerbersihan telinga
3. Monitor respon pendengaran pasien
4. Monitor tanda dan gejala penurunan pendengaran
5. Monitor fungsi pendengaran pasien
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pasca operasi (pembedahan)
Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi
Intervensi :
1. Monitor tanda nda gejala infeksi loka dan sistemik
2. Batasi jumlah pengunjung
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasein dan lingkungan
pasien
4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien yang beresiko tinggi
5. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
6. Ajarkan tehnik cuci tangan dengan benar
7. Kalaborasi pemberian imunisasi jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/189565542/tumor-MAE
Choi J, Kim SH, Koh YW, Choi EC, Lee CG, Keum KC. (2017). Tumor Stage-Related Role of
Radiotherapy in Patients with an External Auditory Canal and Middle Ear Carcinoma.
Cancer Res Treat, 49(1):178-184. doi: 10.4143/crt.2016.165. Epub 2016 Jul 4.

Miyazaki M, Aoki M, Okado Y, Koga K, Hamasaki M, Kiyomi F, Sakata T, Nakagawa T,


Nabeshima K. (2019). Poorly Differentiated Clusters Predict a Poor Prognosis for External
Auditory Canal Carcinoma. Head and Neck Pathology. doi: 10.1007/s12105-018-0939-x.

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indicator Diagnostic,
edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indoneisa: Definisi dan Indicator Diagnostic,
edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai