Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. D.P. DENGAN GANGGUAN HIPERTENSI


DI RUANG WIJAYA KUSUMA
RS WIRASAKTI KUPANG

OLEH KELOMPOK 2 :

NI PUTU INTAN SUSENI


MIRNA ROSVITA ELFETO
NOVITA SARI DO’O
NOVIANTI NESIMNASI
MARIA BHOKI
MINARTHA LAULEI
PRIMA TAIMENAS

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS CITRA BANGSA KUPANG
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan
sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg. Populasi
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan
diastolik ≥ 90 mmHg (Aspiani, 2016 : 211).
Adanya hipertensi pasti dapat mempengaruhi kontraktilitas, afterload, preload
atau fungsi relaksasi pada jantung. Berdasarkan data longitudinal yang didapatkan dari
Framingham Heart Study gagal jantung dengan hipertensi menunjukkan tahap pertama
terjadinya disfungsi sistolik atau diastolik dari ventrikel kiri yang sangat berhubungan
dengan meningkatnya insiden gagal jantung. (Tambuwun, Panda, & Rampengan, 2016)
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), prevalensi tekanan darah tinggi
tahun 2016 pada orang dewasa berusia 30 tahun keatas sekitar 22%. Penyakit ini juga
menyebabkan 40% kematian akibat penyakit jantung dan 51% kematian akibat stroke.
Selain secara global, hipertensi juga menjadi salah satu penyakit tidak menular yang
paling banyak di derita masyarakat Indonesia (57,6%),(dalam Jumriani et all, 2019).
Secara nasional hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa prevalensi penduduk
dengan tekanan darah tinggi sebesar 34,11%. Prevalensi tekanan darah tinggi pada
perempuan (36,85%) lebih tinggi dibanding dengan laki-laki (31,34%). Prevalensi di
perkotaan sedikit lebih tinggi (34,43%) dibandingkan dengan perdesaan (33,72%).
Prevalensi semakin meningkat seiring dengan pertambahan umur (Kemenkes RI, 2019).
Berdasarkan data kejadian HIPERTENSI pada Rumah Wirasakti Kota Kupang terutama
di ruangan Wijaya Kusuma terdapat jumlah pasien hipertensi pada bulan November
2021-Desember 2021 yaitu sebanyak 32 pasien dengan diagnosis hipertensi.
Pola hidup yang tidak sehat pada penderita hipertensi pada pasien dengan
hipertensi perencanaan dan tindakan asuhan keperawatan yang dapat di lakukan
diantaranya yaitu memantau tanda-tanda vital pasien, pembatasan aktivitas tubuh,
istirahat cukup, dan pola hidup yang sehat seperti diet rendah garam, gula dan lemak, dan
berhenti mengkonsumsi rokok, alkohol serta mengurangi stress (Aspiani, 2016). Peran
Perawat sebagai (educator) atau pendidik, peran ini meningkatkan kesehatan melalui

2
pemberian pengetahuan terkait dengan keperawatan dan tindakan medis, serta dapat
menurunkan risiko kematian, penyakit kardiovaskular dan stroke (Gobel et al, 2016)
Berdasarkan uraian fenomena diatas, membuat penulis tertarik untuk mengangkat
judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertensi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana Teori Asuhan Keperawatan Tentang Penyakit Hipertensi ?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Tentang Penyakit Hipertensi ?

1.3 TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Teori Asuhan Keperawatan Tentang Penyakit Hipertensi
2. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Tentang Penyakit Hipertensi

1.4 MANFAAT
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia keperawatan khususnya pada
keperawatan bedah sebagai informasi dan panduan referensi keperawatan.
2. Manfaat Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan informasi terkhususnya keperawatan
medikal bedah mengenai asuhan kelperawatan pada pasien hipertensi

3
BAB II
TEORI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan
sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg. Populasi
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan
diastolik ≥ 90 mmHg (Aspiani, 2016 : 211).
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan supplay oksigen dan nutrisi yang dibawah oleh
darah terlambat samapai kejaringan tubuh yang membutuhkannya. Hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan darah peristen dimana tekanan sistoliknya diatas 90
mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg dan pada populasi manula tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Tambuwun, Panda, & Rampengan,
2016)
Adanya hipertensi pasti dapat mempengaruhi kontraktilitas, afterload, preload
atau fungsi relaksasi pada jantung. Berdasarkan data longitudinal yang didapatkan dari
Framingham Heart Study gagal jantung dengan hipertensi menunjukkan tahap pertama
terjadinya disfungsi sistolik atau diastolik dari ventrikel kiri yang sangat berhubungan
dengan meningkatnya insiden gagal jantung. (Tambuwun, Panda, & Rampengan, 2016)

2. Klasifikasi

Kategori tekanan darah menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2016) ,


(Depkes,2016)

Kategori Sistolik Diastolic


Normal 120-129 80-89
Normal tinggi 130-139 89
Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99
Hipertensi tingkat 2 ≥160 ≥ 100
Hipertensi tingkat 3 >180 >110

4
Klasifikasi Sistolik Diastolik
Normal 120 80
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89
Tahap 1 140-159 90-99
Tahap 2 ≥ 160 ≥ 100
Tahap 3 ≥ 180 <90 ≥ 100

3. Etiologi
Dilihat dari penyebabnya hipertensi bisa dibagi menjadi 3,epereti (Nixson, 2018) :
1) Hipertensi primer : hipertensi primer atau biasa dikenal sebagai hipertensi idiopatik
yang artinya nampak atau bisa diketahui apa itu penyebabnya. Adapun faktor – faktor
yang mempengaruhi hipertensi primer / idiopatik ini, seperti :
a) Keturunan
b) Lingkungan
c) Hiperaktifitas saraf simpatis system rennin
d) Angiotensin; adanya peningkatan na + ca intraseluler
e) Merokok
f) Kelebihan Berat Badan
g) Minuman yang mengandung alkohol.
2) Hipertensi sekunder : hipertensi sekunder ialah hipertensi yang tidak nampak atau
diketahui penyebabnya, tanpa ada pemeriksaan sebelumnya. Adapun faktor penyebab
hipertensi sekunder, seperti :
a) Penggunaan esterogen
b) Penyakit ginjal c) Sindrom chusing
d) Hipertensi dalam kehamilan
3) Hipertensi yang terjadi pada orang lanjut usia, disebabkan oleh beberapa faktor
seperti :
a) Elastisitas dinding aorta menurun

5
b) Kutub jantung menebal dan menjadi kaku
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap setahun setelah berusia
20 tahun, yang dapat menyebabkan menurunnya kontraksi serta volumenya.
d) Hilangnya elastisitas pembuluh darah, hal ini dapat terjadi dikarenakan kurangnya
keefektifan pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e) Meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut (Nixson, 2018) :
1) Terdapat adanya peningkatan volume yang terjadi pada intravaskuler
2) Penimbunan jaringan yang diakibatkan oleh tekanan arteri dan juga vena yang dapat
meningkat dikarenakan terjadinya curah jantung
3) Pembengkakan pulmonal bisa mengakibatkan adanya peningkatan pada tekanan vena
pulmonalis yang dapat menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru menuju
alveoli, ditandai dengan batuk serta nafas pendek.
4) Pembengkakan pada perifer serta penambahan berat badan yang diakibatkan karena
adanya peningkatan tekanan vena sistemik.
5) Pusing, kekacauan mental (kebingungan), cepat letih, intoleransi jantung terhadap
latihan serta suhu panas, ekstremitas menjadi dingin, dan oliguria akibat aliran darah
dari jantung sampai ke jaringan dan organ menjadi rendah.
6) Sekresi aldosteron, retensi natrium dan cairan, serta peningkatan volume intravaskuler
akibat tekanan ginjal yang menurun (pelepasan renin ginjal)

5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi serta relaksasi pembuluh darah terdapat
pada pusat vasomotor pada medula di otak. Dari vasomotor itu dimulai jaras saraf
simpatis yang terus berlanjut ke bawah korda spinalis lalu keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpatis di thorak serta abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
diharapkan pada bentuk stimulus yang terus bergerak kebawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Di titik ini, neuron preganglion melepaskan asetikolin yang
dapat merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah. Dilepaskannya

6
norepineprin akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriktor. Seseorang dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin.
Disaat yang bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenalpun terangsang mengakibatkan adanya
penambahan aktifitas vasokontriksi. Medula adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang bisa memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal dapat menyebabkan pelepasan
renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I kemudian diubah menjadi
angiotensin II yang menyebabkan adanya suatu vasokonstriktor yang kuat. Hal ini
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini juga nmenyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal yang mengakibatkan volume intravaskuler.
Semua faktor itu cenderung bisa menyebabkan hipertensi. Pada lansia, perubahan
struktur dan fungsi di sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi. Perubahan tersebut seperti aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat serta penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang
dapat menurunkan kemampuan distensi daya regang pembulu darah. Hal tersebut
menyebabkan aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) sehinnga bisa terjadi
penurunan curah jantung dan peningkatan tekaman perifer (Nixson, 2018)
Adapula kesimpulan menurut Kowalak (2017) tekanan darah arteri yang
meningkat ialah suatu produk hasil dari tahanan perifer serta curah jantung.
Meningkatnya jumlah volume jantung itu dikarenakan oleh adanya keadaan yang dapat
menyebabkan frekuensi jantung, volume sekuncup ataupun keduanya meningkat.
Tahanan perifer bisa juga meningkat dikarenakan adanya beberapa faktor yang bisa
meningkatkan kekentalan darah atau menurunkan ukuran lumen pembuluh darah,
khususnya terhadap perubahan arteriol.

7
PATHWAY HIPERTENSI
Penyebab :
Usia, jenis kelamin, merokok, stres, kurang olahraga, faktor genetik, alkohol, kosentrasi garam, obesitas

HIPERTENSI

Kerusakan vaskuler pembuluh darah Perubahan situasi

Perubahan struktur Informasi yang minim

Penyumbata pembuluh darah Dx : Defisiensi pengetahuan

Vasokontruksi

Gangguan sirkulasi
Ginjal Kerja jantung meningkat
Retensi pembuluh darah ke otak
Vasokuntruksi pembuluh darah Curah Jantung Dx : Peningkatan curah
Peningkatan tekanan intrakranial jantung
Blood flodarah menurun Kompensasi menurun
Nyeri Kepala
Respon RAA Sikulasi O2 menurun
Dx : Nyeri Akut
Merangsang Aldosteron Sel-sel kelaparan

Retensi Na Kompensasi oleh paru

Edema Peningkatan pola nafas

Dx : Kelebihan Volume Dx : Pola Nafas Tidak Efektif


Cairan
8
6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Aspiani (2016 : 217-218) pemeriksaan penunjang pada klien hipertensi antara
lain :
a. Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2) Kreatinin serum dan BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat pada hipertensi
karena parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut
3) Darah perifer lengkap
4) Kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa)
b. EKG
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miokard
3) Peninggian gelombang P
4) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung
2) Pembendungan, lebarnya paru
3) Hipertrofi parenkim ginjal
4) Hipertrofi vascular ginjal

7. Penatalaksanaan
Menurut Irwan (2016), tujuan pengobatan hipertensi adalah mengendalikan tekanan
darah untukmencegah terjadinya komplikasi, adapun penatalaksanaannya sebagai
berikut :
A. Non Medikamentosa Pengendalian faktor risiko. Promosi kesehatan dalam
rangka pengendalian faktor risiko, yaitu :
1) Turunkan berat badan pada obesitas
2) Pembatasan konsumsi garam dapur (kecuali mendapat HCT).
3) Hentikan konsumsi alcohol
4) Hentikan merokok dan olahraga teratur
5) Pola makan yang sehat

9
6) Istirahat cukup dan hindari stress
7) Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah) diet hipertensi.
Penderita atau mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi diharapkan
lebihhati-hati terhadap makanan yangdapatmemicu timbulnya hipertensi,
antara lain :
1) Semua makanan termasuk buah dan sayur yang diolah dengan
menggunakan garam dapur/soda, biskuit, daging asap, ham, bacon,
dendeng, abon, ikan asin, telur pindang, sawi asin, asinan, acar, dan
lainnya.
2) Otak, ginjal, lidah, keju, margarin, mentega biasa, dan lainnya
3) Bumbu-bumbu; garam dapur, baking powder, soda kue, vetsin, kecap,
terasi, magi, tomatkecap, petis, taoco, dan lain-lain.
B. Medikamentosa meliputi :
Hipertensi ringan sampai sedang, dicoba dulu diatasi dengan pengobatan non
medikamentosa selama 2-4 minggu. Medikamentosa hipertensi stage1 mulai
salah satu obat berikut :
1) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hari dosis tunggal pagi hari
2) Propanolol 2 x 20-40 mg sehari
3) Methyldopa
4) MgSO4
5) Kaptopril 2-3 x 12,5 mg sehari
6) Nifedipin long acting(short actingtidak dianjurkan) 1 x 20-60 mg
7) Tensigard 3 x 1 tablet
8) Amlodipine 1 x 5-10 mg
9) Diltiazem (3 x 30-60 mg sehari) kerja panjang 90 mg sehari.
Sebaiknya dosis dimulai dengan yang terendah, dengan evaluasi berkala
dinaikkan sampai tercapai respons yang diinginkan. Lebih tua usia penderita,
penggunaan obat harus lebih hati-hati. Hipertensi sedang sampai berat dapat
diobati dengan kombinasi HCT + propanolol, atau HCT + kaptopril, bila obat
tunggal tidak efektif. Pada hipertensi berat yang tidak sembuh dengan
kombinasi di atas, ditambahkan metildopa 2 x 125-250 mg. Penderita

10
hipertensi dengan asma bronchial jangan beri beta blocker. Bila ada penyulit/
hipertensi emergensi segera rujuk ke rumah sakit.

8. Komplikasi
Komplikasi hipertensi berdasarkan target organ, antara lain sebagai berikut (Irwan,
2016):
a. Serebrovaskuler: stroke, transient ischemic attacks, demensia vaskuler,
ensefalopati
b. Mata: retinopati hipertensif
c. Kardiovaskuler: penyakit jantung hipertensif, disfungsi atau hipertrofi ventrikel
kiri, penyakit jantung koroner, disfungsi baik sistolik maupun diastolik dan
berakhir pada gagal jantung (heart failure)
d. Ginjal: nefropati hipertensif, albuminuria, penyakit ginjal kronis.e.Arteri
perifer: klaudikasio intermiten.

11
BAB II

LAPORAN KASUS

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas : Nama, umur, JK, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, status
perkawinan, alamat, penaggang biaya.
b. Keluhan utama : Sakit kepala (rasa berat ditengkuk), palpitasi, mual, muntah,
ansietas, keringat berlebih, tremor otot, epistaksis, pandangan kabur atau ganda,
tinnitus (telinga berdenging), serta kesulitan tidur.
c. RPS : Sakit kepala (rasa berat ditengkuk), palpitasi, mual, muntah, ansietas,
keringat berlebih, tremor otot, epistaksis, pandangan kabur atau ganda, tinnitus (telinga
berdenging), serta kesulitan tidur.
d. RPD : Apakah klien diet tinggi garam atau lemak, obesitas, perokok/ alkoholis,
menpunyai riwayat penyakit ginjal, kelainan hormonal, dan mengkonsumsi kontrasepsi
hormonal.
e. RPK : Apakah dalam keluarga ada yang menderita hipertensi.
f. Pemeriksaan fisik
1) B1 :Napas panjang, dispnea, tacipnea
2) B2 : Kenaikan tekanan darah, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis,
akral dingin.
3) B3 : Gelisah, sakit kepala, pusing, gangguan penglihatan, penglihatan kabur
4) B4 : Distensi vesika urinaria, penurunan produksi urine
5) B5 : bising usus menurun, distensi abdomen
6) B6 : gangguan koordinasi/ carah berjalan, kelemahan, penurunan kekuatan.
g. Pola ADL
1) Nutrisi: diet tinggi garam, tinggi lemak rendah serat, minuman beralkohol, perokok.
2) Aktivitas: kurang aktivitas atau olaraga dapat mempengaruhi tekanan darah, orang
yang jarang gerak sering memiliki tekanan darah tinggi.
3) Hygine: pada penderita hipertensi dalam pemenuhan kebutuhan hygine tidak
terdapat gangguan.

12
4) Eliminasi: gangguan ginjal saat ini atau lalu seperti infeksi atau obstruksi atau
riwayat penuakit ginjal masa lalu.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (mis, Hipertensi, inflamasi,
iskemia, neoplasma), agen cedera kimiawi (mis, terbakar, bahan kimia iritan), agen
pencedera fisik (mis, abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur
operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung, perubahan
frekuensi jantung, perubahan kontraktilitas, perubahan preload, perubahan afterload
3. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan prosedur pembedahan mayor,
trauma/perdarahan, luka bakar, aferesis, asites, obstruksi intestinal, peradangan
pankreas, penyakit gimnjal dam kelenjar, disfungsi intestinal.
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernafasan, hambatan
upaya nafas (mis, nyeri saat bernafas, kelemahan otot pernafasan), deformitas dinding
dada, deformitas dinding dada, gangguan neuromuscular, gangguan neurologis (mis,
elektroensefalogram (EEG), positif, cedera kepala, gangguan kejang, imaturitas
neurologis, penurunan energi, obesitas, posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru,
sindrom hipoventilitas, kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5, keatas),
cedera pada medula spinalis. Efek agen farmakologi, kecemasan.
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan Keteratasan kognitif, gangguan fungsi
kognitif, kekeliruan mengikuti anjuran, kurang terpapar informasi, kurang minat dalam
belajar, kurang mampu mengingat, ketidaktahuan menemukan sumber informasi.

13
3. ANALISA KEPERAWATAN
No DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF ETIOLOGI MASALAH

1 Mengeluh nyeri, tekanan darah meningkat, pola nafas Tampak meringis, bersikap protektif (mis, waspada, posisi agen cedera fisiologis (mis, Hipertensi, inflamasi, Nyeri Akut
berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit iskemia, neoplasma), agen cedera kimiawi (mis,
terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, tidur, tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu terbakar, bahan kimia iritan), agen pencedera fisik
diaphoresis makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, (mis, abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berfokus pada diri sendiri, diaforesis berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan)

2 1. Perubahan irama jantung 14. Perubahan irama jantung perubahan irama jantung, perubahan frekuensi jantung, Penurunan
- Palpitasi - Bradikardia, takikardi perubahan kontraktilitas, perubahan preload, perubahan curah jantung
2. Perubahan preload - Gambaran EKG aritmia atau gangguan afterload
- lelah konduksi
3. Perubahan afterload 15. Perubahan preload
- dispnea - Edema
4. Perubahan kontraktilitas - Distensi vena jugularis
- PND - Central enous pressure (CVP)
- Ortopnea meningkat/menurun
- batuk - Hepatomegaly
5. Perilaku/emosional - Murmur jantung
- Cemas - BB bertambah
- Gelisah - PAWP menurun
6. Perubahan irama jantung 16. Perubahan afterload
- Bradikardia, takikardi - Tekanan darah meningkat/menurun
- Gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi - Nadi perifer teraba lemah
7. Perubahan preload - Capillary refill time >3 detik
- Edema - Oliguria
- Distensi vena jugularis - Warna kulit pucat dan sianosis

14
- Central enous pressure (CVP) meningkat/menurun - PVR
- Hepatomegaly - SVR menurun/meningkat
- Murmur jantung 17. Perubahan kontraktilitas
- BB bertambah - Terdengar suara jantung S3 dan S4
- PAWP menurun - EF menurun
8. Perubahan afterload - CI menurun
- Tekanan darah meningkat/menurun - Left ventricular stroke work index menurun
- Nadi perifer teraba lemah - SVI menurun
- Capillary refill time >3 detik 18. Perilaku/emosional
- Oliguria
- Warna kulit pucat dan sianosis
- PVR
- SVR menurun/meningkat
9. Perubahan kontraktilitas
- Terdengar suara jantung S3 dan S4
- EF menurun
- CI menurun
- Left ventricular stroke work index menurun
- SVI menurun
- Perilaku/emosional
10. Perubahan irama jantung
- Bradikardia, takikardi
- Gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi
11. Perubahan preload
- Edema
- Distensi vena jugularis
- Central enous pressure (CVP) meningkat/menurun
- Hepatomegaly
- Murmur jantung
- BB bertambah

15
- PAWP menurun
12. Perubahan afterload
- Tekanan darah meningkat/menurun
- Nadi perifer teraba lemah
- Capillary refill time >3 detik
- Oliguria
- Warna kulit pucat dan sianosis
- PVR
- SVR menurun/meningkat
13. Perubahan kontraktilitas
- Terdengar suara jantung S3 dan S4
- EF menurun
- CI menurun
- Left ventricular stroke work index menurun
- SVI menurun
- Perilaku/emosional
3 Prosedur pembedahan mayor, penyakit ginjal dan Prosedur pembedahan mayor, penyakit ginjal dan kelenjar, prosedur pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka Resiko
kelenjar, perdarahan , luka bakar perdarahan , luka bakar bakar, aferesis, asites, obstruksi intestinal, peradangan ketidakseimba
pankreas, penyakit gimnjal dam kelenjar, disfungsi ngan cairan
intestinal
4 - Dispnea - Penggunaan otot bantu pernafasan depresi pusat pernafasan, hambatan upaya nafas (mis, Pola nafas
- Ortopnea - Fase ekspirasi memanjang nyeri saat bernafas, kelemahan otot pernafasan), tidak efektif
- Pola nafas abnormal (mis, takipnea, deformitas dinding dada, deformitas dinding dada,
bradypnea, hiperventilasi, kussmaul, Cheyne- gangguan neuromuscular, gangguan neurologis (mis,
strokes elektroensefalogram (EEG), positif, cedera kepala,
- Pernafasan pursed lip gangguan kejang, imaturitas neurologis, penurunan
- Pernafasan cuping hidung energi, obesitas, posisi tubuh yang menghambat
- Diameter thoraks anterior posterior ekspansi paru, sindrom hipoventilitas, kerusakan
meningkat inervasi diafragma (kerusakan saraf C5, keatas), cedera
- Ventilasi semenit menurun pada medula spinalis. Efek agen farmakologi,

16
- Tekanan ekspirasi menurun kecemasan.
- Kapasitas vital menurun
- Tekanan ekspirasi menurun
- Tekanan inspirasi menurun
- Ekskursi dada berubah
5 - Menanyakan masalah yang dihadapi - Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjurran Keteratasan kognitif, gangguan fungsi kognitif, Defisiensi
- Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap kekeliruan mengikuti anjuran, kurang terpapar Pengetahuan
masalah informasi, kurang minat dalam belajar, kurang mampu
- Menjalani pemeriksaan yang tidak tpat mengingat, ketidaktahuan menemukan sumber
- Menunjukkan perilaku berlebih (mis, apatis, informasi.
bermusuhan, agitaso. histeria

17
4. PERENCANAAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI/RENCANA TINDAKAN NAMA &
& DATA PENDUKUNG GOAL OBJECTIVE KRITERIA HASIL/EVALUASI TANDA
TANGAN
1 Nyeri akut berhubungan dengan Setelah Setelah dilakukan Setelah dilakukan tindakan LABEL SIKI 1 : Manajemen nyeri :
Agen pencedera fisiologis (mis, dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam,
inflamasi, iskemia, neoplasma, tindakan keperawatan pasien dapat menunjukkan : - identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
hipertensi) ditandai dengan keperawatan diharapkan agen frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Mengeluh nyeri, Tampak diharapkan cendera fisiologis LABEL SLKI 1 : - identifikasi skala nyeri
meringis, bersikap protektif (mis, respon nyeri (mis, Hipertensi) Tingkat nyeri : - berikan teknik non farmakologis untuk
waspada, posisi menghindari pasien teratasi - Keluhan nyeri (4-5) mengurangi rasa nyeri (mis, TENS,
nyeri), gelisah, frekuensi nadi berkurang - Meringis (4-5) hypnosis, akupresur, terapi music,
meningkat, sulit tidur, tekanan - Kesulitan tidur biofeedback, gterapi pijat, aromaterapi,
darah meningkat, pola nafas (4-5) teknik imajinasi terbimbing, kompres
berubah, nafsu makan berubah, Ket : hangat dingin, terapi bermain)
proses berpikir terganggu, menarik (1) Meningkat - fasilitasi istirahat dan tidur
diri, berfokus pada diri sendiri, (2) Cukup meningkat
diaphoresis (3) Sedang LABEL SIKI 2 : Pemberian analgesic :
(4) Cukup menurun
(5) menurun - identifikasi riwayat alergi obat
- Tekanan darah (4-5) - jelaskan efek terapi dan efek samping obat
- Nafsu makan (4-5) - Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
- Pola tidur (4-5) analgesic, jika perlu
Ket :
(1) Memburuk LABEL SIKI 3 : Teknik relaksasi :
(2) Cukup memburuk
(3) Sedang - Ciptakan lingkungan yang tenang dan
(4) Cukup membaik tanpa gangguan dengan pencahayaan dan
(5) Membaik suhu ruang nyaman, jika memungkinkan

18
- Monitor respon terhadap teknik relaksasi
LABEL SLKI 2 : kontrol nyeri : - Gunakan pakaian longgar
- Melaporkan nyeri terkontrol (4-5) - Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis
- Kemampuan menggunakan teknik relaksasi yang tersedia (mis, music,
non-farmakologis (4-5) meditasi, nafas dalam, relaksasi otot
Ket : progresif)
(1) Menurun - Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
(2) Cukup menurun relaksasi
(3) Sedang
(4) Cukup meningkat
(5) Meningkat
- Penggunaan analgesic (4-5)
Ket :
(1) Meningkat
(2) Cukup meningkat
(3) Sedang
(4) Cukup menurun
(5) Menurun
LABEL SLKI 3 : status
kenyamanan :
- Perawatan sesuai kebuutuhan (4-
5)
- Rileks (4-5)
Ket :
(1) Menurun
(2) Cukup menurun
(3) Sedang
(4) Cukup meningkat
(5) Meningkat

19
5. Implementasi
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana
tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat.
6. Evaluasi
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah
teratasi, tidak teratasi atau teratasi sebagian dengan mengacu pada kriteria evaluasi.

20
Daftar Pustaka

Tambuwun, C. F. D., Panda, A. L,. & Rampengan, S. H. (2016). Gambaran pasien gagal jantung
dengan penyakit hipertensi yang menjalani rawat inap di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado periode September – November 2016. Jurnal e-Clinic (eCl), 4(2).
Nixson, 2018. (2018). Keperawatan Medikal Bedah Konsep, MIND MAPPING DAN NANDA
NIC NOC , Jilid 2 , ISBN : 978-602-202-250-3 CV. Trans Info Media. Jakarta : TIM
Kowalak, 2017. (2017). Buku Ajar Patofisiologi, Hal. 179-183. ISBN : 978-979- 044-012-8,
Jakarta : EGC
Aspiani, Reny Yuli. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular
Aplikasi NIC & NOC. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Irwan. (2016). Epidemielogi Penyakit Tidak Menular. Yogyakarta: Deepublish
Jumriani Ansar1, Indra Dwinata1, A. . (2019). Determinan Kejadian Hipertensi Pada Pengunjung
Posbindu Di Wilayah Kerja Puskesmas Ballaparang Kota Makassar. Nasional Ilmu
Kesehatan, 1, 28–35.
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile 2018].
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profilkesehatan-indonesia/Data-
dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia2018.pdf
Gobel, M. G. S., Mulyadi, N., & Malara, R. (2016). Hubungan Peran Parawat Sebagai Care
Giver Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Instalasi Gawat Darurat Di Rsu. Gmibm
Monompia Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow. Jurnal Keperawatan, 4(2)
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1.
Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1.
Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1.
Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia

21

Anda mungkin juga menyukai