Anda di halaman 1dari 15

BAB I

TEORI

1.1 Pengertian Hipertermia

1. DEFINISI

Ketidakseimbangan suhu tubuh merupakan kegagalan mempertahankan suhu

tubuh dalam parameter normal yang dapat mengganggu kesehatan (NANDA, 2015).

Ketidakseimbangan suhu tubuh dibagi menjadi dua yaitu Hipertermia dan

Hipotermia.Hipertermia adalah suhu inti tubuh di atas kisaran normal diurnal karena

kegagalan regulasi (NANDA, 2015).

Hipertermi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami atau berisiko

untuk mengalami kenaikan suhu tubuh secara terusmenerus lebih tinggi dari 37oC

(peroral) atau 38.80C (perrektal) karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor

eksternal.Sedangkan Hipotermia adalah suhu inti tubuh di bawah kisaran normal diurnal

karena kegagalan termoregulasi (NANDA, 2015).

Terdapat juga ketidakfektifan termolegulasi yaitu fluktuasi suhu di antara

hipotermia dan hipertermia.Hipertermia adalah suhu inti tubuh di atas kisaran normal

diurnal karena kegagalan regulasi (NANDA, 2015).Hipertermi dapat disebabkan karena

berbagai hal seperti karena inflamasi, suatu penyakit, Trauma, Dehidrasi dan lain

sebagianya. Pada hipertemi masalah yang muncul adalah ketidakseimbangan suhu tubuh,

yaitu tubuh melebihi dari rentang normal > 37,5oC.


2. ETIOLOGI

Hipertermi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat bahan toksik yang

mempengaruhi pusat pengaturan suhu.Zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan

terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam yang disebut pirogen. Zat

pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan zat lain. Terutama toksin

polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksi/ pirogen yang dihasilkan dari degenerasi

jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit (Hidayat & Uliyah,

2016). Faktor penyebabnya :

1. Dehidrasi Penyakit atau trauma

2. Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat

3. Pakaian yang tidak layak

4. Kecepatan metabolisme meningkat.

5. Pengobatan/ anesthesiaTerpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang)

6. Aktivitas yang berlebihan (Hidayat, 2012)

3. KLASIFIKASI

Hipertermia dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas

a. Hipertemia Maligna Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan

anesthesia. Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi gen yang diturunkan

secara autosomal dominan. Pada episode akut terjadi peningkatan kalsium

intraselular dalam otot rangka sehingga terjadi kekakuan otot dan


hipertermia.Pusat pengatur suhu di hipotalamus normal sehingga pemberian

antipiretik tidak bemanfaat.

b. Exercise-Induced hyperthermia (EIH)

Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang melakukan aktivitas

fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas. Pencegahan dilakukan dengan

pembatasan lama latihan fisik terutama bila dilakukan pada suhu 300C atau lebih

dengan kelembaban lebih dari 90%, pemberian minuman lebih sering (150 ml air

dingin tiap 30 menit), dan pemakaian pakaian yang berwarna terang, satu lapis, dan

berbahan menyerap keringat.

c. Endocrine Hyperthermia (EH) Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan

hipertermia lebih jarang dijumpai pada anak dibandingkan dengan pada dewasa.

Kelainan endokrin yang sering dihubungkan dengan hipertermia antara lain

hipertiroidisme, diabetes mellitus, phaeochromocytoma, insufisiensi adrenal dan

Ethiocolanolone suatu steroid yang diketahui sering berhubungan dengan demam

(merangsang pembentukan pirogen leukosit)

2. Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas

a. Hipertermia neonatal Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan

ketiga kehidupan bisa disebabkan oleh:

1) Dehidrasi Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan

atau paparan oleh suhu kamar yang tinggi.Hipertermia jenis ini merupakan

penyebab kenaikan suhu ketiga setelah infeksi dan trauma lahir.Sebaiknya

dibedakan antara kenaikan suhu karena hipertermia dengan infeksi. Pada

demam karena infeksi biasanya didapatkan tanda lain dari infeksi seperti
leukositosis/leucopenia, CRP yang tinggi, tidak berespon baik dengan

pemberian cairan, dan riwayat persalinan prematur/resiko infeksi.

2) Overheating Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi

terpapar sinar matahari langsung dalam waktu yang lama.

3) Trauma Lahir Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul pada

24%dari bayi yang lahir dengan trauma. Suhu akan menurun pada1-3 hari

tapi bisa juga menetap dan menimbulkan komplikasi berupa kejang.

Tatalaksana dasar hipertermia pada neonatus termasuk menurunkan suhu bayi

secara cepat dengan melepas semua baju bayi dan memindahkan bayi ke

tempat dengan suhu ruangan. Jika suhu tubuh bayi lebih dari 390C dilakukan

tepid sponged 350C sampai dengan suhu tubuh mencapai 370C.

4) Heart stroke Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40.50C atau sedikit

lebih rendah, kulit teraba kering dan panas, kelainan susunan saraf pusat,

takikardia, aritmia, kadang terjadi perdarahan miokard, dan pada saluran

cerna terjadi mual, muntah, dan kram. Komplikasi yang bisa terjadi antara

lain DIC, lisis eritrosit, trombositopenia, hiperkalemia, gagal ginjal, dan

perubahan gambaran EKG. Anak dengan serangan heat stroke harus

mendapatkan perawatan intensif di ICU, suhu tubuh segera diturunkan

(melepas baju dan sponging dengan air es sampai dengan suhu tubuh 38,50C

kemudian anak segera dipindahkan ke atas tempat tidur lalu dibungkus

dengan selimut), membuka akses sirkulasi, dan memperbaiki gangguan

metabolic yang ada.


5) Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE) Gambaran klinis mirip

dengan heat stroke tetapi tidak ada riwayat penyelimutan berlebihan,

kekurangan cairan, dan suhu udara luar yang tinggi. HSE diduga

berhubungan dengan cacat genetic dalam produksi atau pelepasan serum

inhibitor alpha-1-trypsin. Kejadian HSE pada anak adalah antara umur 17 hari

sampai dengan 15 tahun (sebagian besar usia< 1 tahun dengan median usia 5

bulan).

6) Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) Definisi SIDS adalah kematian bayi

(usia 1-12 bulan) yang mendadak, tidak diduga, dan tidak dapat dijelaskan.

Kejadian yang mendahului sering berupa infeksi saluran nafas akut dengan

febris ringan yang tidak fatal.Hipertermia diduga kuat berhubungan dengan

SIDS.

4. MANIFESTASI KLINIK

1. Apnea

Apnea atau henti napas merupakan suatu kondisi berhentinya proses pernafasan

dalam waktu singkat (beberapa detik hingga satu atau dua menit) tetapi dapat juga

terjadi dalam jangka panjang.

2. Gelisah

3. Hipotensi

Hipotensi adalah keadaan ketika tekanan darah di dalam arteri lebih rendah

dibandingkan normal dan biasa disebut dengan tekanan darah rendah.

4. Kulit kemerahan
5. Kulit terasa hangat

6. Postur Abnormal

7. Takikardia.

Takikardia adalah kondisi di mana detak jantung seseorang di atas normal dalam

kondisi beristirahat.Detak jantung orang dewasa sehat adalah 60 sampai 100 kali

per menit saat istirahat.

8. Takipnea

Takipnea (tachypnea) adalah pernapasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya

didefinisikan lebih dari 60 hembusan per menit.

9. Vasodilatasi

5. PATOFISIOLOGI

Hipertermi disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur yang terdapat pada makanan

dan minuman masuk kedalam tubuh melalui mulut, lesi/luka pada tubuh dan berinteraksi

dengan pertahanan tubuh sehingga terjadi proses infeksi, tubuh akan melepaskan pirogen

(zat pengatur panas) selanjutnya pirogen mengantar pesan melalui reseptor untuk disamp

aikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan diran

gsang pelepasan asam arakodinat yang akan mengalami peningkatan prostaglandin sehin

gga menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh da

rah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat yang menyebabkan demam/febris. Me

tabolisme basal akan meningkat dan menyebabkan suhu tubuh meningkat dan terjadilah h

ipertermi. Suhu tubuh yang meningkat bisa membuat anak menjadi rewel, menangis, dan

gelisah yang menyebabkan ansietas dan bisa menyebabkan anoreksia intake makan berku
rang dan terjdi resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Metabolis

me yang meningkat bisa menyebabkan oksigen ke otak menurun mengakibatkan anak kej

ang demam sehingga bisa terjadinya resiko injuri. Metabolisme meningkat dapat menyeb

abkan evaporasi meningkat maka terjadilah pengeluaran keringat melalui kulit menyebab

kan intake yang kurang dan menimbulkan masalah kekurangan volume cairan.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan darah lengkap : mengindetifikasi kemungkinan terjadinya resikoinfeksi.

2. Pemeriksaan urine

3. Uji widal : suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk pasien thypoid.

Suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody . Aglutinin yang spesifik terhadap

salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang

yang pernah divaksinasi . Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya

aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid .

4. Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl5)

5. Uji tourniquet

7. KOMPLIKASI

1. Stupor Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon

terhadap nyeri

2. Letargi Letargi adalah suatu keadaan di mana terjadi penurunan kesadaran dan

pemusatan perhatian serta kesiagaan.Kondisi ini juga seringkali dipakai untuk


menggambarkan saat seseorang tertidur lelap, dapat dibangunkan sebentar namun

kesadaran yang ada tidak penuh, dan berakhir dengan tertidur kembali.

3. Kejang Kejang adalah kondisi di mana otot-otot tubuh berkontraksi secara tidak

terkendali.Seluruh gerakan kita dikendalikan oleh otak yang mengirim sinyal-sinyal

listrik melalui saraf ke otot. Jika sinyal dari otak mengalami gangguan atau terjadi

keabnormalan, otot-otot tubuh akan berkontraksi dan bergerak tanpa terkendali.

4. Koma Koma adalah situasi darurat medis ketika seseorang mengalami keadaan tidak

sadar dalam jangka waktu tertentu.Ketidaksadaran ini disebabkan oleh menurunnya

aktivitas di dalam otak yang dipicu oleh beberapa kondisi seperti cedera otak parah,

keracunan alkohol, atau infeksi otak (Isnayani, 2013).

8. PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan Medis Berikan Obat penurun panas seperti Paracetamol

(Siswantara, 2013).

2. Penatalaksanaan keperawatan yang diberikan yaitu

a. Observasi keadaan umum pasien Rasional : mengetahui perkembangan keadaan

umum dari pasien

b. Observasi tanda-tanda vital pasien Rasional : mengetahui perubahan tanda-tanda

vital dari pasien

c. Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis Rasional : membantu

mempermudah penguapan panas

d. Anjurkan pasien banyak minum Rasional : mencegah terjadinya dehidrasi

sewaktu panas
e. Anjurkan pasien banyak istirahat Rasional : meminimalisir produksi panas yang

diproduksi oleh tubuh. Beri kompres hangat di beberapa bagian tubuh, seperti

ketiak, lipatan paha, leher bagian belakang Rasional :mempercepat dalam

penurunan produksi panas

1.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dalam proses keperawatan secara

keseluruhan. Pada tahap ini semua data/informasi tentang klien yang dibutuhkan,

dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan.

1. Biodata

Terdiri dari Nama, Tempat tanggal lahir, Umur, Jenis kelamin, Tanggal Mrs, Tanggal

dikaji, No. Cm, No. Reg., penanggung jawab.

2. Riwayat Kesehatan

(a) Riwayat kesehatan sekarang Alasan masuk rumah sakit/keluhan utama yang

dirasakan, riwayat keluhan utama, keluhan lain yang menyertai, diagnosa medik.

(b) Riwayat kesehatan masa lalu Prosedur operasi dan perawatan rumah sakit

sebelumnya, kebiasaan.

(c) Riwayat kesehatan keluarga: mengidentifikasi berbagai penyakit turunan

3. Riwayat Tumbuh Kembang

(a) Cross motor (motorik kasar)


b) Fire Motor (motorik halus)

(c) Languange (bahasa)

(d) komunikasi

4. Imunisasi BCG, Polio 1,2,3,4 , DPT1,2,3, Campak , Hepatitis

5. Pola kegiatan sehari-hari Apakah terjadi perubahan pola kegiatan sehari-hari yakni :

pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat dan tidur, personal hygiene, aktivitas dan

olah raga.

6. Aspek sosial Hubungan dengan keluarga, hubungan dengan perawat, keadaan

ekonomi keluarga.

7. Pemerikasan fisik

a) Keadaan umum : nampak sakit berat, sedang atau ringan.

b) Kepala : bentuk, nyeri, pusing

c) Tanda-tanda vital : tekanan darah, suhu badan, nadi dan pernafasan

d) Sistem Penginderaan: Telinga Fungsi pendengaran simetris kiri dan kanan, nyeri,

peradangan.

e) Mata: Konjungtiva, pupil, lapang pandang, hematom, adanya nyeri

f) Hidung: Fungsi penciuman, simetris kiri dan kanan, keadaan septum, nyeri,

peradangan.

g) Lidah: Fungsi pengecapan, kebersihan.


h) Kulit: Respon terhadap panas dan dingin, nyeri dan sentuhan, turgor, kelembaban,

warna, suhu.

i) Sistem Pernafasan: Apakah ada pernafasan cuping hidung, frekuensi pernafasan,

bunyi nafas, nyeri dada, dispnoe, takipneu, cyanosis, adanya ronchi danwheezing.

j) Sistem Kardiovaskuler: Apakah ada hipertensi, hipotensi, tekanan darah, frekuensi

nadi, riwayat penyakit jantung, tekanan vena jugularis.

k) Sistem Pencernaan: Adanya massa, peristaltik usus baik atau tidak, mual, muntah,

nafsu makan, gangguan fungsi pengecapan, perut kembung.

l) Sistem Neurologi: Kesadaran, nyeri kepala, fungsi sensorik dan motorik,

kesemutan, pusing, koordinasi gerakan

m) Sistem Muskuloskeletal: Kekuatan otot, gangguan pergerakan ekstremitas,

adanya spasme otot, nyeri, tonus otot normal atau tidak.

n) Sistem Perkemihan: Apakah ada nyeri, warna urine, bau, anuria, tidak ada bising

usus, inkontinensia urine, frekuensi BAK.

o) Sistem Integumen Turgor kulit, perubahan warna pada daerah sekitar luka operasi,

suhu pada area luka operasi, keadaan kulit.

p) Sistem Endokrin Apakah ada riwayat penyakit DM.

2. Diagnosa (SDKI)

Hipertermia b.d Proses Penyakit ( SDKI: D.0130)


3. Intervensi (SIKI)

Diagnosa Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)

Hipertermia b.d Proses Penyakit Goal: Klien akan mengalami penurunan SIKI: I.15506 Manajemen Hipertermia

(SDKI: D.0130) yang ditandai suhu tubuh (suhu tubuh dalam rentang 1. Identifikasi penyebab hipertermia

dengan suhu tubuh diatas normal, normal) selama dalam perawatan. (dehidrasi, terpapar lingkungn pnas)

kulit merah, kulit terasa hangat. Objektif:Klien akan terbebas dari proses 2. Monitor suhu tubuh

penyakit selama dalam perawatan. 3. Monitor komplikasi akibat hipertermia

Outcomes: Setelah dilakukan perawatan 4. Longgarkan atau lepaskan pakaian

pasien akan menunjukan: 5. Basahi dan kipasi permukaan tubuh

(SLKI,Kode: L.14134Termoregulasi) 6. Berikan cairan oral

1. Menggigil 4 (cukup menurun) 7. Kolaborasi pemberian cairan dan

2. Kulit merah 4 (cukup menurun) elektrolit intravena jika perlu

3. Suhu tubuh 4 (cukup membaik) SIKI: I.14578 Regulasi Temperatur

4. Suhu kulit 4 (cukup membaik) 1. Monitor suhu tubuh anak selama 2 jam

2. Monitor tekanan darah, nadi dan

pernapasan

3. Monitor warna dan suhu kulit

4. Monitor dan catat dan dan gejala

hipotermia atau hipotermia

5. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi

yang adekuat

SIKI: Edukasi Pengukuran suhu tubuh

1. Mengajarkan cara pengukuran suhu

tubuh

2. Jelaskan prosedur pengukuran suhu

tubuh

3. Anjurkan terus memegang bahu dan


menahan dada saat pengukuran axilla

4. Ajarkan cara membaca hasil

thermometer raksa atau elektonik

SIKI: I.12457 Edukasi Termoregulasi

1. Ajarkan kompres hangat jika demam

2. Ajarkan penggunaan pakaian yng dapat

menyerap keringat

3. Ajarkan menciptakan lingkungan yang

nyaman

4. Ajarkan perbanyak minum

5. Ajarkan penggunaan pakaian yang

longgar

SIKI: I.02062 Pemberian obat

1. Identifikasi kemungkinan alergi,

interaksi dan kontraindikasi obat

2. Verifikasi order obat sesuai indikasi

3. Periksa tanggal kadaluarsa obat

4. Monitor efek terapeutik obat

5. Monitor efek samping, interaksi obat

6. Lakukan prinsip enam benar (pasien,

obat, dosis, rute, waktu, dokumentasi)

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan

keperawatan kedalam bentuk tindakan keperawatan guna membantu pasien dalam mencapai

tujuab yang telah di tetapkan. Perawat malaksanakan atau mendelegasikan tindakan

keperawatan untuk intervensi yang di susun dalam tahap perencanaan dan kemudian
mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respon pasien

terhadap tinfakan tersebut (Kozier 2010)

5. EVALUASI

Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan, dalam konteks ini

aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah ketika pasien dan professional

kesehatan menentukan kemajuan-kemajuan pasien menuju pencapaian tujuan/hasil dan

keefektifan rencana asuhan keperawatan (Kozier 2010)


DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.A., 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2014.

Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika. 2016.

Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 2. Jakarta: Salemba Mecika.

Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson2013. Nursing Out Comes (NOC), United States

Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press

Nanda International (2015). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2015- 2017.

Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai