Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

PEMANFAATAN PERMAINAN DAKON


DI WISMA MELATI PSTW BUDI SEJAHTERA

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Gerontik


Program Profesi Ners

Di Susun Oleh :

Kelompok 3
Muhammad Al-Hanip, S.kep 11194691910043
Muhammad Reza, S.kep 11194691910048
Paujiah Permata Sari, S.kep 11194691910050
Reny Ayu Nisa, S.kep 11194691910052
Siti Sahliana, S.kep 11194691910053

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


TERAPI PERMAINAN DAKON
DIPSTW BUDI SEJAHTERA

Di Susun Oleh :

Kelompok III

Muhammad Al-Hanip, S.kep 11194691910043


Muhammad Reza, S.kep 11194691910048
Paujiah Permata Sari, S.kep 11194691910050
Reny Ayu Nisa, S.kep 11194691910052
Siti Sahliana, S.kep 11194691910053

Banjarmasin, Oktober 2019

Menyetujui,

PSTW Budi Sejahtera Program Studi Profesi Ners


Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : SAP TERAPI PERMAINAN DAKON


RUANG : WISMA MELATI
NAMA KELOMPOK : Muhammad Al-Hanip, S.kep 11194691910043
Muhammad Reza, S.kep 11194691910048
Paujiah Permata Sari, S.kep 11194691910050
Reny Ayu Nisa, S.kep 11194691910052
Siti Sahliana, S.kep 11194691910053

Banjarmasin, Oktober 2019

Menyetujui,

PSTW Budi Sejahtera Program Studi Profesi Ners


Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia

Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

.................................... ....................................
A. Latar Belakang Masalah
Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua
merupakan hidup manusia yang terakhir. Penuaan adalah suatu proses
akumulasi dari kerusakan sel somatik yang diawali oleh adanya disfungsi sel
hingga terjadi disfungsi organ dan pada akhirnya akan meningkatkan risiko
kematian bagi seseorang. Apabila dilihat dari sudut pandang yang lebih luas,
proses penuaan merupakan suatu perubahan progresif pada organisme
yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta
menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu (Arita, 2011).
Indonesia diprediksi pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) nya akan
meningkat cepat di masa akan datang.Berdasarkan hasil penelitian
Kementrian Kesehatan RI Indonesia akan mengalami ledakan jumlah
penduduk lansia, sedangkan kelompok umur 0-14 tahun dan 15-49 tahun
berdasarkan proyeksi 2010-2035 akan menurun. Sedangkan kelompok umur
lansia (50-64 tahun dan 65 ke atas) berdasarkan proyeksi 2010-2035 terus
meningkat. Hal ini disebabkan adanya peningkatan harapan hidup yang
awalnya 59,5 pada tahun 1990 menjadi 71,7 pada tahun 2020 ( lembaga
Usaha Harapan Hidup (UHH) Indonesia) (Sakariah et al, 2018).
Pada hakikatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu : masa kanak-kanak,
masa remaja, dan masa tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis
maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran baik
fisik maupun psikis (Arita,2011).
Pada dasarnya pelayanan sosial lanjut usia (Lansia), selalu mengacu
kepada terpenuhinya kebutuhan lanjut usia (Lansia) yang meliputi kebutuhan
biologis, psikologis, sosial, intelektual dan spiritual serta kegiatan pengisian
waktu luang. Selain itu, dapat bermanfaat untuk memperpanjang usia
harapan hidup dan produktivitas lanjut usia serta terwujudnya kesejahteraan
sosial lanjut usia yang diliputi rasa tenang, tenteram, bahagia, dan
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa (Azizah,2011).
Sampai saat ini, pelayanan sistem Panti atau institusi masih menjadi
salah satu alternatif pelayanan lanjut usia, khususnya bagi lanjut usia yang
kurang mampu secara sosial ekonomi. Pelayanan sistem institusi dalam
banyak hal menjadi model pelayanan yang dapat diadopsi oleh keluarga dan
masyarakat dalam menyelenggarakan pelayanan sosial lanjut usia. Disadari,
bahwa kehidupan dalam institusi terkadang monoton dan rutinitas sehingga
membuat para lanjut usia merasa jenuh atau bosan tinggal dan hidup
selamanya di dalam Panti atau institusi (Azizah,2011).
Kondisi tersebut sangat berpengaruh pada upaya pengembangan
bakat, minat dan potensi lanjut usia, maka oleh sebab itu perlu diadakan
berbagai kegiatan positif untuk mengisi waktu-waktu luang, dan perlu
dirancang berbagai kegiatan atau aktivitas yang sesuai dengan minat, bakat
dan kemampuan lanjut usia (Maryam, 2010). Oleh karena itu diperlukannya
pelaksanaan program terapi yang dapat membangkitkan semangat dan
kreasi lanjut usia dalam memecahkan masalah dan mengurangi rasa putus
asa (Azizah, 2011).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti terapi aktivitas diharapkan lansia dapat
meningkatkan fungsi kognitif dan kreatifitasnya.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan terapi aktivitas kelompok, diharapkan lansia dapat:
a. Meningkatkan kesehatan lansia
b. Meningkatkan produktifitas lansia
c. Mengisi waktu luang lansia
d. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia

C. Kriteria Klien Dalam Terapi


1. Lansia yang tinggal di wisma Melati PSTW Budi Sejahtera
2. Lansia yang masih kooperatif

D. Daftar Peserta Terapi


Lansia yang tinggal di wisma Melati PSTW Budi Sejahtera Banjarmasin
E. Waktu dan Tempat Kegiatan
1. Hari : Jum’at
2. Tanggal : 18 Oktober 2019
3. Jam : 09.00 s/d 10.00 WITA
4. Tempat : Wisma Melati PSTW Budi Sejahtera
F. Setting Tempat
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam satu lingkaran
2. Ruangan yang nyaman dan tenang

Keterangan
: Dakon
: Co Terapis
: Fasilitator
: Observer
: Lansia
: Pembimbing Klinik
: Pembimbing Akademik

G. Struktur Pelaksana
Terapis : Paujiah Permata Sari., S.Kep
Co Terapis : Siti Sahliana., S.Kep
Fasilitator : Muhammad Reza Apriandi., S,Kep
Reny Ayu Nisa., S.Kep
Observer : Muhammad Al-Hanip., S.Kep
H. Alat
1. Dakon 4 buah
2. Tikar

I. Metode
1. Dinamika Kelompok
2. Diskusi cara bermain dakon
3. Apabila ada lansia yang tidak paham cara bermain dakon maka Co
Terapis akan menjelaskan cara bermain dakon.

J. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Fase Persiapan
a. Membuat kontrak dengan klien tentang TAK
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien.
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan masalah yang dirasakan.
3) Menanyakan penerapan TAK yang lalu
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu sebagai bentuk terapi juga
mampu memberikan penguatan pada otak, fungsi kognitif dan
motorik
2) Menjelaskan aturan main berikut:
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Fase Kerja
a. Pilih area bermain dipermukaan datar
b. Pastikan area mampu menampung 4 buah dakon
c. Siapkan dakon dan letakkan di tikar yang disediakan
d. Menjelaskan tujuan dari permainan
e. Mepersilahkan para lansia untuk melakukan permainan dan dibantu
oleh fasilitator

4. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
3) Kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK, kemampuan yang
diharapkan adalah klien dapat bermain dakon dengan benar,
memberi tanggapan terhadap pendapat klien lain dan mengikuti
kegiatan sampai selesai
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien untuk sering malakukan permainan dakon
yang mengasah otak dan bisa digunakan seterusnya
2) Menentukan jadwal untuk melaksanakan permainan
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang.
2) Menyepakati waktu dan tempat.
Lampiran 1
MATERI

A. Pengertian
Terapi aktivitas kelompok lansia adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengisi waktu luang, meningkatkan kreatifitas serta fungsi kognitif bagi
lansia (Maryam, 2010).

B. Tujuan
Tujuan terapi aktivitas kelompok lansia menurut Maryam (2010) sebagai
berikut:
1. Mengisi waktu luang bagi lansia
2. Meningkatkan kesehatan lansia
3. Meningkatkan produktifitas dan kognitif lansia
4. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia

C. Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan terapi aktivitas kelompok lansia menurut Mubarak (2009)
sebagai berikut:
1. Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih
sesuai dengan masalah lansia.
2. Terapi aktivitas kelompok ( TAK )
Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan,
bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk
terlaksananya terapi ini dibutuhkan Leader, Co-Leader, dan fasilitator.
Misalnya : cerdas cermat, tebak gambar, dan lain-lain.
3. Terapi Musik
Bertujuan untuk mengibur para lansia seningga meningkatkan gairah
hidup dan dapat mengenang masa lalu. Misalnya : lagu-lagu kroncong,
musik dengan gamelan.
4. Terapi Berkebun
Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan
waktu luang. Misalnya : penanaman kangkung, bayam, lombok, dan
lain-lain.
5. Terapi dengan binatang
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari
sepinya dengan bermain bersama binatang. Misalnya : mempunyai
peliharaan kucing, ayam, dan lain-lain.
6. Terapi okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan
produktivitas dengan membuat atau menghasilkan karya dari bahan
yang telah disediakan. Misalnya : membuat kipas, membuat keset,
membuat sulak dari tali rafia, membuat bunga dari bahan yang mudah
di dapat (pelepah pisang, sedotan, botol bekas, biji-bijian, dll), menjahit
dari kain, merajut dari benang, kerja bakti (merapikan kamar, lemari,
membersihkan lingkungan sekitar, menjemur kasur, dan lain-lain).
7. Terapi kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti menggadakan
cerdas cermat, mengisi TTS, tebak-tebakan, puzzle, dan lain-lain.
8. Life review terapi
Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan
menceritakan pengalaman hidupnya. Misalnya : bercerita di masa
mudanya.
9. Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan
rasa bosan, dan melihat pemngan. Misalnya : mengikuti senam lansia,
posyandu lansia, bersepeda, rekreasi ke kebun raya bersama
keluarga, mengunjungi saudara, dan lain-lain.
10. Terapi keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan
meningkatkan rasa nyaman. Seperti menggadakan pengajian,
kebaktian, sholat berjama’ah, dan lain-lain.
11. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota
keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi
keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya.
Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang
mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang
dituntut oleh anggotanya.
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan
diidentifikasi dan kontribusi dari masing-masing anggota keluarga
terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan demikian terlebih
dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri; apa masalah
yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap
timbulnya masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk
mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau
mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian),
fase 2 (kerja), dan fase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan
klien mengembangkan hubungan saling percaya, isu-isu keluarga
diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase
kedua atau fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat
sebagai terapis berusaha mengubah pola interaksi di antara anggota
keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual anggota
keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-
peraturan yang selama ini ada. Terapi keluarga diakhiri difase
terminasi di mana keluarga akan melihat lagi proses yang selama ini
dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-cara mengatasi isu
yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat mempertahankan
perawatan yang berkesinambungan.

D. Pemanfaatan Permainan Dakon (Terapi Kognitif )


Permainan dakon atau congklak berasal dari pedesaan, namun
sekarang sampai di perkotaan. Permainan ini dilakukan dengan
berpasangan, membutuhkan kesabaran, ketelitian dan ketelatenan.
Permainan ini dapat dilakukan di dalam rumah maupun di luar rumah, pada
waktu pagi, siang atau sore hari. Apabila tidak dilakukan permainan maka
kemampuan kognitif pasien demensia akan semakin menurun. Jika
kemampuan kognitif lansia tidak sering diasah maka demensia pasien akan
semakin parah. Sehingga perlu dilakukan permainan yang dapat mengasah
kemampuan kognitif lansia dan demensia tidak semakin parah atau
bertambah berat (Sujarno, 2013).
Oleh karena itu untuk pencegahan dan terapi pada lansia dan lansia
dengan demensia senilis perlu dilakukan peningkatan aktivitas kognitif
dengan stimulasi kognitif, orientasi realitas, gunakan isyarat dengan
mengingatkan kejadian masa lalu. Aktivitas kognitif yaitu melakukan kegiatan
yang zaman dahulu pernah dilakukan pada saat kanak-kanak (permainan
tradisional) yang bertujuan agar para lansia dapat dapat berusaha
mengingat memori jangka panjang maupun memori jangka pendek.
Permainan tradisional tersebut dengan dakon/congklak.
Lampiran 2

DAFTAR PUSTAKA

Arita dan Wiwin .2011. Gerontik Konsep Dasr dan Asuhan Keperawatan
Homecare dan Komunitas. Yogyakarta: Fitramaya

Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta :


DIVA Press.

Azizah. 2011. Keperawatan Lanjut Usia.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Maryam, Siti dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Lansia. Jakarta : Trans Info
Medika

Mubarak, Wahit Iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas, Konsep Dan Aplikasi.
Jakarta: EGC

Yuliyanti Tutik, 2018, Permainan Dakon Sebagai Terapi Pikun (Demensia) Pada
Lanjut Usia Dakon Game For Therapy Dementia In Eldery, Poltekes
Bhakti Mulia, Volume 5 No 2, Indonesian Journal On Medical Science.
Lampiran 3

PROSEDUR PERMAINAN DAKON

Mata Kuliah : Stase Gerontik


Kompetensi : Permainan Dakon
Pengertian : Dakon adalah salah satu jenis permainan yang dapat dimainkan
oleh anak laki-laki maupun perempuan. Bahkan, dakon bisa juga
dimainkan oleh orang dewasa maupun lansia sebagai serana
rekreasi.
Tujuan : Sebagai bentuk terapi juga mampu memberikan penguatan
pada otak, fungsi kognitif dan motoric.

Persiapan Alat: 1. Dakon 4 buah


2. Tikar

No Prosedur Gambar

1 Pilih area kerja Anda.


Coba pilih permukaan
datar dan keras misalnya
meja atau alas yang
bertikar. Pastikan area
cukup besar untuk
menampung 4 buah
dakon.

2 Letakan dakon ke area


kerja Anda.

Letakan semua dakon


sesuai dengan skema
permainan. Permainan
dakon ini menggunakan
papan permainan yang
memiliki 14 lubang dan 2
lubang besar yang berada
di ujung kiri dan kanan.

3 Setiap 7 lobang kecil di


sisi permain dan lobang
besar di sisi kanannya
dianggap sebagai milik
sang pemain.

Permainan ini hanya bisa


dimainkan oleh 2 orang.
4 Cara bermain dakon
awalnya setiap lubang
kecil diisi dengan tujuh
buah biji. Salah seorang
yang memulai melakukan
suite untuk menentukan
siapa yang lebih dulu
dapat memilih lobang
yang akan diambil dan
meletakkan satu ke tiap-
tiap lubang di sebelah
kanannya dan
seterusnya.

5 Bila biji habis dilubang


kecil yang berisi biji
lainnya, ia dapat
mengambil biji-biji
tersebut dan melanjutkan
mengisi, bila habis di
lubang besar miliknya
maka ia mendapatkan
kesempatan khusus
dengan memilih lobang
kecil di sisinya.

6 Bila ternyata habis di


lubang kecil di sisinya
maka ia berhenti dan
mengambil seluruh biji di
sisi yang berhadapan.

7 Tetapi bila berhenti di


lubang kosong di sisi
lawan maka ia berhenti
dan tidak mendapatkan
apa-apa.
8
Permainan dianggap
selesai apabila salah satu
pemain sudah tidak ada
biji lagi yang dapat
diambil (seluruh biji ada di
lobang besar disisi kanan
dan kiri permain).

9 Pemenang ditentukan
dengan yang
mendapatkan biji
terbanyak.
Lampiran 4
DAFTAR HADIR PANITIA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
DI WISMA MELATI PANTI TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA
TAHUN 2019

No. Nama TTD

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

19

Banjarmasin, Oktober 2019


DAFTAR HADIR PESERTA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
DI WISMA MELATI PANTI TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA

No. Nama TTD

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Banjarmasin, Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai