Di Susun Oleh :
Kelompok 3
Muhammad Al-Hanip, S.kep 11194691910043
Muhammad Reza, S.kep 11194691910048
Paujiah Permata Sari, S.kep 11194691910050
Reny Ayu Nisa, S.kep 11194691910052
Siti Sahliana, S.kep 11194691910053
Di Susun Oleh :
Kelompok III
Menyetujui,
Menyetujui,
.................................... ....................................
A. Latar Belakang Masalah
Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua
merupakan hidup manusia yang terakhir. Penuaan adalah suatu proses
akumulasi dari kerusakan sel somatik yang diawali oleh adanya disfungsi sel
hingga terjadi disfungsi organ dan pada akhirnya akan meningkatkan risiko
kematian bagi seseorang. Apabila dilihat dari sudut pandang yang lebih luas,
proses penuaan merupakan suatu perubahan progresif pada organisme
yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta
menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu (Arita, 2011).
Indonesia diprediksi pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) nya akan
meningkat cepat di masa akan datang.Berdasarkan hasil penelitian
Kementrian Kesehatan RI Indonesia akan mengalami ledakan jumlah
penduduk lansia, sedangkan kelompok umur 0-14 tahun dan 15-49 tahun
berdasarkan proyeksi 2010-2035 akan menurun. Sedangkan kelompok umur
lansia (50-64 tahun dan 65 ke atas) berdasarkan proyeksi 2010-2035 terus
meningkat. Hal ini disebabkan adanya peningkatan harapan hidup yang
awalnya 59,5 pada tahun 1990 menjadi 71,7 pada tahun 2020 ( lembaga
Usaha Harapan Hidup (UHH) Indonesia) (Sakariah et al, 2018).
Pada hakikatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu : masa kanak-kanak,
masa remaja, dan masa tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis
maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran baik
fisik maupun psikis (Arita,2011).
Pada dasarnya pelayanan sosial lanjut usia (Lansia), selalu mengacu
kepada terpenuhinya kebutuhan lanjut usia (Lansia) yang meliputi kebutuhan
biologis, psikologis, sosial, intelektual dan spiritual serta kegiatan pengisian
waktu luang. Selain itu, dapat bermanfaat untuk memperpanjang usia
harapan hidup dan produktivitas lanjut usia serta terwujudnya kesejahteraan
sosial lanjut usia yang diliputi rasa tenang, tenteram, bahagia, dan
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa (Azizah,2011).
Sampai saat ini, pelayanan sistem Panti atau institusi masih menjadi
salah satu alternatif pelayanan lanjut usia, khususnya bagi lanjut usia yang
kurang mampu secara sosial ekonomi. Pelayanan sistem institusi dalam
banyak hal menjadi model pelayanan yang dapat diadopsi oleh keluarga dan
masyarakat dalam menyelenggarakan pelayanan sosial lanjut usia. Disadari,
bahwa kehidupan dalam institusi terkadang monoton dan rutinitas sehingga
membuat para lanjut usia merasa jenuh atau bosan tinggal dan hidup
selamanya di dalam Panti atau institusi (Azizah,2011).
Kondisi tersebut sangat berpengaruh pada upaya pengembangan
bakat, minat dan potensi lanjut usia, maka oleh sebab itu perlu diadakan
berbagai kegiatan positif untuk mengisi waktu-waktu luang, dan perlu
dirancang berbagai kegiatan atau aktivitas yang sesuai dengan minat, bakat
dan kemampuan lanjut usia (Maryam, 2010). Oleh karena itu diperlukannya
pelaksanaan program terapi yang dapat membangkitkan semangat dan
kreasi lanjut usia dalam memecahkan masalah dan mengurangi rasa putus
asa (Azizah, 2011).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti terapi aktivitas diharapkan lansia dapat
meningkatkan fungsi kognitif dan kreatifitasnya.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan terapi aktivitas kelompok, diharapkan lansia dapat:
a. Meningkatkan kesehatan lansia
b. Meningkatkan produktifitas lansia
c. Mengisi waktu luang lansia
d. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia
Keterangan
: Dakon
: Co Terapis
: Fasilitator
: Observer
: Lansia
: Pembimbing Klinik
: Pembimbing Akademik
G. Struktur Pelaksana
Terapis : Paujiah Permata Sari., S.Kep
Co Terapis : Siti Sahliana., S.Kep
Fasilitator : Muhammad Reza Apriandi., S,Kep
Reny Ayu Nisa., S.Kep
Observer : Muhammad Al-Hanip., S.Kep
H. Alat
1. Dakon 4 buah
2. Tikar
I. Metode
1. Dinamika Kelompok
2. Diskusi cara bermain dakon
3. Apabila ada lansia yang tidak paham cara bermain dakon maka Co
Terapis akan menjelaskan cara bermain dakon.
J. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Fase Persiapan
a. Membuat kontrak dengan klien tentang TAK
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien.
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan masalah yang dirasakan.
3) Menanyakan penerapan TAK yang lalu
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu sebagai bentuk terapi juga
mampu memberikan penguatan pada otak, fungsi kognitif dan
motorik
2) Menjelaskan aturan main berikut:
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Fase Kerja
a. Pilih area bermain dipermukaan datar
b. Pastikan area mampu menampung 4 buah dakon
c. Siapkan dakon dan letakkan di tikar yang disediakan
d. Menjelaskan tujuan dari permainan
e. Mepersilahkan para lansia untuk melakukan permainan dan dibantu
oleh fasilitator
4. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
3) Kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK, kemampuan yang
diharapkan adalah klien dapat bermain dakon dengan benar,
memberi tanggapan terhadap pendapat klien lain dan mengikuti
kegiatan sampai selesai
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien untuk sering malakukan permainan dakon
yang mengasah otak dan bisa digunakan seterusnya
2) Menentukan jadwal untuk melaksanakan permainan
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang.
2) Menyepakati waktu dan tempat.
Lampiran 1
MATERI
A. Pengertian
Terapi aktivitas kelompok lansia adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengisi waktu luang, meningkatkan kreatifitas serta fungsi kognitif bagi
lansia (Maryam, 2010).
B. Tujuan
Tujuan terapi aktivitas kelompok lansia menurut Maryam (2010) sebagai
berikut:
1. Mengisi waktu luang bagi lansia
2. Meningkatkan kesehatan lansia
3. Meningkatkan produktifitas dan kognitif lansia
4. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia
C. Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan terapi aktivitas kelompok lansia menurut Mubarak (2009)
sebagai berikut:
1. Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih
sesuai dengan masalah lansia.
2. Terapi aktivitas kelompok ( TAK )
Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan,
bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk
terlaksananya terapi ini dibutuhkan Leader, Co-Leader, dan fasilitator.
Misalnya : cerdas cermat, tebak gambar, dan lain-lain.
3. Terapi Musik
Bertujuan untuk mengibur para lansia seningga meningkatkan gairah
hidup dan dapat mengenang masa lalu. Misalnya : lagu-lagu kroncong,
musik dengan gamelan.
4. Terapi Berkebun
Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan
waktu luang. Misalnya : penanaman kangkung, bayam, lombok, dan
lain-lain.
5. Terapi dengan binatang
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari
sepinya dengan bermain bersama binatang. Misalnya : mempunyai
peliharaan kucing, ayam, dan lain-lain.
6. Terapi okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan
produktivitas dengan membuat atau menghasilkan karya dari bahan
yang telah disediakan. Misalnya : membuat kipas, membuat keset,
membuat sulak dari tali rafia, membuat bunga dari bahan yang mudah
di dapat (pelepah pisang, sedotan, botol bekas, biji-bijian, dll), menjahit
dari kain, merajut dari benang, kerja bakti (merapikan kamar, lemari,
membersihkan lingkungan sekitar, menjemur kasur, dan lain-lain).
7. Terapi kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti menggadakan
cerdas cermat, mengisi TTS, tebak-tebakan, puzzle, dan lain-lain.
8. Life review terapi
Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan
menceritakan pengalaman hidupnya. Misalnya : bercerita di masa
mudanya.
9. Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan
rasa bosan, dan melihat pemngan. Misalnya : mengikuti senam lansia,
posyandu lansia, bersepeda, rekreasi ke kebun raya bersama
keluarga, mengunjungi saudara, dan lain-lain.
10. Terapi keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan
meningkatkan rasa nyaman. Seperti menggadakan pengajian,
kebaktian, sholat berjama’ah, dan lain-lain.
11. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota
keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi
keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya.
Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang
mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang
dituntut oleh anggotanya.
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan
diidentifikasi dan kontribusi dari masing-masing anggota keluarga
terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan demikian terlebih
dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri; apa masalah
yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap
timbulnya masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk
mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau
mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian),
fase 2 (kerja), dan fase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan
klien mengembangkan hubungan saling percaya, isu-isu keluarga
diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase
kedua atau fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat
sebagai terapis berusaha mengubah pola interaksi di antara anggota
keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual anggota
keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-
peraturan yang selama ini ada. Terapi keluarga diakhiri difase
terminasi di mana keluarga akan melihat lagi proses yang selama ini
dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-cara mengatasi isu
yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat mempertahankan
perawatan yang berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA
Arita dan Wiwin .2011. Gerontik Konsep Dasr dan Asuhan Keperawatan
Homecare dan Komunitas. Yogyakarta: Fitramaya
Maryam, Siti dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Lansia. Jakarta : Trans Info
Medika
Mubarak, Wahit Iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas, Konsep Dan Aplikasi.
Jakarta: EGC
Yuliyanti Tutik, 2018, Permainan Dakon Sebagai Terapi Pikun (Demensia) Pada
Lanjut Usia Dakon Game For Therapy Dementia In Eldery, Poltekes
Bhakti Mulia, Volume 5 No 2, Indonesian Journal On Medical Science.
Lampiran 3
No Prosedur Gambar
9 Pemenang ditentukan
dengan yang
mendapatkan biji
terbanyak.
Lampiran 4
DAFTAR HADIR PANITIA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
DI WISMA MELATI PANTI TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA
TAHUN 2019
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
19
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.