Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH TENTANG KESELAMATAN PASIEN DALAM

MANAJEMEN KEPERAWATAN

Dosen pembimbing :
Ariani Sulistyorini, S.Kep.Ns.,M.Kep

Disusun oleh :
1. Deaz Lutfi A.E (201903009)
2. Hatta Kusumawati (201903023)
3. Nabela Tasya A. (201903038)
4. Sania Lupita Sari (201903053)
5. Vinda Wulan Dari (201903067)

PROGAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
Jl. Soekarno Hatta No. 07, Bendo, Pare, Darungan, Kec. Pare, Kediri, Jawa Timur 64225
Tahun Ajaran 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul MAKALAH TENTANG KESELAMATAN
PASIEN DALAM MANAJEMEN KESEHATAN dengan tepat waktu. Dan makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Ariani Sulistyorini,
S.Kep.Ns.,M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Keperawatan. Tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni penulis. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pare, 27 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 4
2.1 Definisi Keselamatan Pasien ...................................................................... 4
2.2 Standar Keselamatan Pasien ....................................................................... 4
2.3 Sasaran Keselamatan Pasien ....................................................................... 5
2.4 Decubitus .................................................................................................... 6
2.5 Kesalahan Pemberian Obat ......................................................................... 7
2.6 Pasien Jatuh ................................................................................................. 9
2.7 Infeksi Nosokomial .................................................................................... 12
2.8 Flebilitis ..................................................................................................... 15
BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 18
3.2 Saran .......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 20

iii
BAB I

PENDAHULIAN

1.1 Latar Belakang


Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis
pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staff rumah sakit yang cukup besar,
merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut
institute of medicin (1999). Kesalahan yang sering terjadi dalam proses asuhan
keperawatan ini akan mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau
Adverse Event (kejadian tidak diharapkan).
Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadan akibat melaksanakan
suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cidera serius tidak terjadi, karena
keberuntungan (misalnya, pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul
reaksi obat). Pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan), dan
peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui scara dini lalu
diberikan antidotenya).
Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian
yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dan
bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien. Kesalahan tersebut bisa terjadi
dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau keterlambatan diagnose, tidak menerapkan
pemeriksaan yang sesuai, menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau
tidak bertindak atas hasil pemeriksaan atau observasi tahap pengobatan seperti kesalahan
pada prosedure pengobatan, pelaksanaan terapi, metode penggunaan obat, dan
keterlambatan merespon hasil pemeriksaan asuhan yang tidak layak : tahap preventive
seperti tidak memberikan terapi provilaktik serta monitor dan follow u yang tidak adekuat
atau pada hal teknis yang lain seperti kegagalan berkomunikasi, kegagalan alat atau
sistem yang lain.

1
Menurut PMK 1691/2011, keselamatan pasien adalah suatu sistem di rumah sakit
yang menjadikan pelayanan kepada pasien menjadi lebih aman, oleh karena
dilaksanakannya : asesmen resiko, identifikasi dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindaklanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
tindakan medis atau tidak dilakukan tindakan medis yang seharusnya diambil. Sistem
tersebut merupakan sistem yang seharusnya dilaksanakan secara normatif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari keselamatan pasien ?
2. Apa saja standar keselamatan pasien ?
3. Apa saja sasaran keselamatan pasien ?
4. Jelaskan mengenai pasien decubitus !
5. Jelaskan mengenai kesalahan pemberian obat !
6. Jelaskan mengenai pasien jatuh !
7. Jelaskan mengenai infeksi nosokomial !
8. Jelaskan mengenai flebitis !
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa itu keselamatan pasien
2. Untuk mengetahui standar keselamatan pasien
3. Untuk mengetahui sasaran keselamatan pasien
4. Untuk mengetahui apa saja kegagalan dalam tindakan perawatan
1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini dalah :
1. Bagi mahasiswa dapat menghindari kesalahan dalam melakukan tindakan
keperawatan
2. Bagi mahasiswa dan dosen dapat meningkatkan pengetahuan mengenai keselamatan
pasien
3. Bagi Institusi Sebagai referensi tambahan mengenai keselamatan pasien

2
4. Bagi masyarakat atau pembaca dapat menambah wawasan mengenai keselamatan
pasien

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Keselamatan Pasien

Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman,
meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan sesuatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.

2.2 Standar Keselamatan Pasien

Standar keselamatan pasien wajib diterapkan fasilitas pelayanan kesehatan seperti


rumah sakit dan penilaiannya dilakukan dengan menggunakan instrumen akreditasi
(akreditasi rumah sakit).

Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :

1. Hak pasien
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untu mendapatkan informasi tentang rencana
dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
2. Mendidik pasien dan keluarga
Fasilitas pelayanan kesehatan harus mendidik pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan
Fasilitas pelayanan kesehatan menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan
pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
Fasilitas pelayanan kesehatan harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses
yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,

4
menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan
kinerja serta keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Pimpinan rumah sakit harus berperan terhadap keselamatan pasien di rumah sakit,
antara lain pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan
pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “tujuh langkah menuju
keselamatan pasien”.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Setiap fasilitas pelayanan kesehatan terutama rumah sakit harus memiliki program
pendidikan, pelatih dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan
pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing. Fasilitas pelayanan kesehatan
terutama rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan
untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisipliner dalam pelayanan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
Fasilitas pelayanan kesehatan merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

2.3 Sasaran Keselamatan Pasien

Di indonesia secara nasional untuk seluruh fasilitas pelayanan kesehatan,


diberlakukan Sasaran Keselamatan Pasien Nasional yang terdiri dari :

1. SKP.1 : Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar


2. SKP.2 : Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif
3. SKP.3 : Meningkatkan Keamanan Obat-obatan Yang Harus Diwaspadai
4. SKP.4 : Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur Yang Benar,
Pembedahan Pada Pasien Yang Benar
5. SKP.5 : Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan
6. SKP.6 : Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh

5
2.4 Decubitus

Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan
eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh dengan urutan dan
waktu biasa. Selanjutnya, gangguan ini terjadi pada individu yang berada di atas kursi atau di
atas tempat tidur , sering kali pada inkontinensia dan malnutrisi ataupun individu yang
mengalami kesulitan makan sendiri, serta mengalami gangguan tingkat kesadaraN (Margolis
1995)

Ulkus dekubitus merupakan nekrosis jaringan local yang cenderung terjadi ketika
jaringan lunak tertekan di antara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka
waktu lama (National Pressure Ulcer Advisory Panel [NPUAP], 1989a, 1989b).

Etiologi

a. Gangguan input sensorik


Perubahan persepsi sensorik terhadap nyeri dan tekanan beresiko tinggi
mengalami gangguan integritas kulit,karena klien tidak atau kurang
berorientasi untuk mengubah posisi.
b. Gangguan fungsi motoric
Gangguan fungsi motoric menyebabkan tidak dapat mengubah posisi secara
mandiri.
c. Perubahan tingkat kesadaran
Pada klien pada tingkat kesadaran mungkin dapat merasakan tekanan , tetapi
tidak mampu menghilangkan tekanan itu.
d.  Gips , traksi,alat ortotik dan peralatan lainnya.
Gips,traksi dan alat ortotik lainnya mengurangi mobilisasi klien.

Faktor Yang Mempengaruhi Decubitus

a. Tekanan
b. Gesekan dan pergeseran
c. Kelembapan dan kebersihan tempat tidur

6
Pencegahan

Pencegahan ulkus dekubitus adalah hal yang utama karena pengobatan ulkus
dekubitus membutuhkan waktu dan biaya yang besar. Tindakan pencegahan dapat
dibagi menjadi :
a. Umum :
a) Pendidikan kesehatan tentang ulkus dekubitus bagi staf medis, penderita
dan keluarganya.
b)  Pemeliharaan keadaan umum dan higiene penderita.
b. Khusus :
a) Mengurangi/menghindari tekanan luaryang berlebihan pada daerah tubuh
tertentu dengan cara : perubahan posisi tiap 2 jam di tempat tidur
sepanjang 24 jam. melakukan push up secara teratur pada waktu duduk di
kursi roda. pemakaian berbagai jenis tempat tidur, matras, bantal anti
dekubitus seperti circolectric bed, tilt bed, air-matras; gel flotation pads,
sheepskin dan lain-lain.
b) Pemeriksaan dan perawatan kulit dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore),
tetapi dapat lebih sering pada daerah yang potensial terjadi ulkus
dekubitus. Pemeriksaan kulit dapat dilakukan sendiri, dengan bantuan
penderita lain ataupun keluarganya. Perawatan kulit termasuk pembersihan
dengan sabun lunak dan menjaga kulit tetap bersih dari keringat, urin dan
feces. Bila perlu dapat diberikan bedak, losio yang mengandung alkohol
dan emolien.

2.5 Kesalahan Pemberian Obat

Obat adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi
(PerMenKes/Per/x/1993).

7
Kesalahan pemberian obat yaitu setiap kejadian yang dapat dihindari yang
menyebabkan atau berakibat pada pelayanan obat yang tidak tepat atau membahayakan
pasien sementara obat berada dalam pengawasan tenaga kesehatan atau pasien.

Tujuan pemberian obat adalah :

Agar pasien mendapatkan efek obat yang di inginkan dan bisa memberikan efek
penyembuhan terhadap suatu penyakit ataupun keluhan yang dirasakan oleh pasien.

Prinsip pemberian obat yaitu :

1. Benar pasien
Sebelum memberikan obat cek kembali identitas pasien dengan menanyakan nama
jelas dan alamat.
2. Benar obat
Sebelum memberikan obat kepada pasien, label pada botol atau kemasan harus di
periksa 3 kali.
3. Benar dosis
Sebelum memberikan obat perawat harus memeriksa dosis obat dengan hati-hati dan
teliti, jika ragu perawat harus berkonsultasi dengan dokter atau apoteker sebelum di
lanjutkan ke pasien.
4. Benar caranya
Ada banyak cara dalam pemberian obat, perawat harus teliti dan berhati-hati agar
tidak terjadi kesalahan pemberian obat.
5. Benar waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang dipogramkan, karena
berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.
6. Benar dokumentasiannya
Setelah obat itu diberikan, harus di dokumentasikan, dosis, rute, waktu, dan oleh siapa
obat itu di berikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat
di minum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
7. Waspadai efek samping

8
Faktor penyebab kesalahan pemberian obat :

1. Kurang menginterpretasikan dengan tepat resep obat yang dibutuhkan


2. Kurang tepat dalam menghitumg dosis obat yang akan diberikan
3. Kurang tepat memahami prinsip pemberian obat
4. Perawat tidak membaca dokumentasi akibat pergantian shif
5. Tidak di dokumentasikan saat pemberian obat
6. Ketidaksesuaian penulisan instruksi di catatan mdik dan resep
7. Tingginya beban kerja perawat
8. Kurang adanya komunikasi yang baik antara petugas kesehatan lainnya

Cara mencegah kesalahan dalam pemberian obat :

1. Baca resep terlebih dahulu


2. Baca label identitas pasien dan label obat saat pemberian
3. Waspadai obat-obat bernama sama
4. Cermati angka belakang koma
5. Ketika suatu obat baru atau obat yang tidak lazim di progamkan, konsultasikan
kepada sumbernya
6. Jangan berupaya menguraikan dan mengartikan tulisan yang tidak dapat dibaca
7. Cermati ekuivalen, saat tergesa-gesa salah baca ekuivalen mudah terjadi

Dampak dari kesalahan pemberian obat :

1. Pasien mengalami reaksi alergi


2. Pasien mengalami syok
3. Kondisi pasien semakin memburuk
4. Meninggal

2.6 Pasien Jatuh

Definisi

9
Jatuh adalah suatu peristiwa di mana seorang mengalami jatuh dengan atau tanpa
disaksikan oleh orang lain, tak disengaja / tak direncanakan, dengan arah jatuh ke lantai,
dengan atau tanpa mencederai dirinya. Penyebab jatuh dapat meliputi faktor fisiologis
(pingsan) atau lingkungan (lantai yang licin) (Yohanto, 2014).

Faktor Resiko Jatuh

1. Riwayat jatuh sebelumnya


2. Gangguan Kognitif
3. Gangguan keseimbangan, gaya berjalan, atau kekuatan
4. Gangguan mobilitas
5. Penyakit neurologi; seperti stroke dan Parkinson
6. Gangguan muskuloskeletal; seperti artritis, penggantian sendi, deformitas.
7. Penyakit kronis; seperti osteoporosis, penyakit kardiovaskular, penyakit paru dan
diabetes
8. Masalah nutrisi
9. Medikamantosa (terutama konsumsi > 4 jenis obat)

Etiologi Jatuh

1. Ketidaksengajaan : 31%
2. Gangguan gaya berjalan / keseimbangan : 17%
3. Vertigo : 13%
4. Serangan jatuh (drop attack): 10%
5. Gangguan kognitif : 4%
6. Hipotensi postural : 3%
7. Gangguan visus : 3 %
8. Tidak diketahui : 18%

Kunci Keberhasilan Program Pencegahan Cedera Akibat Resiko Jatuh

1. Prioritas utama adalah keselamatan pasien


2. Gunakan pendekatan yang sederhana dan terstandarisasi

10
3. Kata Kunci : Semua pasien beresiko jatuh, semua petugas berperan serta dalam
pencegahan kejadian jatuh.
4. Pelatihan dan edukasi staf
5. Perlengkapan dan sumberdaya yang mendukung dan adekut

Pencegahan dan Manajemen Jatuh

1. Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien


2. Sediakan pencahayaan yang adekuat
3. Alas kaki anti licin
4. Berikan instruksi kepada pasien untuk memanggil petugas jika ingin turun dari tempat
tidur
5. Beri penjelasan mengenai sistem pemanggilan perawat ke ruangan
6. Bel panggilan berada dalam jangkauan, gampang dilihat, serta pasien mengetahui
letak dan cara penggunaannya
7. Tali penarik lampu meja berada dalam jangkauan, terlihat, serta pasien mengetaui
letak dan cara penggunaannya
8. Pertimbangkan untuk menggunakan pengasuh pada pasien dengan gangguan kognitif
9. Sediakan lingkungan yang aman (rapi, tidak licin, kabel-kabel terikat dengan rapi,
jalur berjalan bersih dari benda-benda yang tidak perlu
10. Barang-barang pribadi berada dalam jangkauan
11. Posisikan tempat tidur serendah mungkin dengan roda terkunci
12. Mulai mobilisasi secepat dan sesering yang masih diperbolehkan untuk kondisi pasien
13. Edukasi pasien dan keluarga mengenai pencegahan jatuh
14. Tanda pengenal kepada pasien (gelang berwarna di pergelangan tangan, tulisan atau
tanda di depan kamar pasien)
15. Setiap 1-3 jam, tawarkan bantuan untuk ke kamar mandi dan perawatan
16. Perawatan termasuk mobilisasi pasien, menawarkan minum, dan memastikan pasien
hangat dan nyaman
17. Konsultasikan dengan tim dan farmasi (tinjau ulang medikasi)
18. Alarm tempat tidur

11
19. Alarm di kursi roda
20. Lokasi kamar tidur pasien berdekatan dengan pos perawat ( nurse station)
21. Karpet di samping tempat tidur
22. Tempat tidur rendah
23. Evaluasi oleh tim interdisiplin
24. Untuk pasien yang beresiko cedera kepala (misalnya pasien dalam terapi
antikoagulan, gangguan kejang berat, riwayat jatuh mengenai kepala), pertimbangkan
penggunaan pelindung kepala
25. Penggunaan dudukan toilet yang ditinggikan
26. Musik relaksasi
27. Program olahraga/ aktivitas
28. Transfer ke sisi yang lebih stabil
29. Secara aktif, libatkan pasien dan keluarga dalam program pencegahan jatuh
30. Berikan instruksi kepada pasien sebelum memulai aktivitas
31. Penggunaan alat bantu sesuai dengan kebutuhan pasien
32. Meminimalisir gangguan/distraksi
33. Periksa ujung anti-selip pada tongkat dan walker
34. Instruksikan pasien untuk menggunakan pegangan

2.7 Infeksi Nosokomial

Pengertian

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit atau dalam sistem
pelayanan kesehatan yang berasal di sumber pelayanan kesehatan, baik melalui pasien,
petugas kesehatan, pengunjung, maupun sumber lainnya.

Sumber Infeksi Nosokomial ada beberapa sumber penyebab terjadinya infeksi nosokomial
yaitu :

1. Pasien.

12
Pasien merupakan unsur pertama yang dapat menyebabkan infeksi kepada pasien
lainnya, petugas kesehatan, pengunjung, atau benda dan alat kesehatan lainnya.
2. Petugas Kesehatan.
Petugas kesehatan dapat menyebabkan infeksi melalui kontak langsung, yang dapat
menularkan berbagai kuman ke tempat lain.
3. Pengunjung.
Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar ke dalam lingkungan
rumah sakit, atau sebaliknya, yang didapat dari dalam rumah sakit ke luar rumah sakit.
4. Sumber Lain.
Sumber lain yang dimaksud disini adalah lingkungan rumah sakit yang meliputi
lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah sakit, atau alat yang ada di rumah
sakit yang dibawa oleh pengunjung atau petugas kesehatan kepada pasien, dan
sebaliknya.

Cara Penularan Infeksi Nosokomial:

1. Penularan secara kontak

Penularan ini dapat terjadi secara kontak langsung, kontak tidak langsung dan droplet.
Kontak langsung terjadi bila sumber infeksi berhubungan langsung dengan penjamu,
misalnya person to person pada penularan infeksi virus hepatitis A secara fecal oral. Kontak
tidak langsung terjadi apabila penularan membutuhkan objek perantara (biasanya benda
mati). Hal ini terjadi karena benda mati tersebut telah terkontaminasi oleh infeksi, misalnya
kontaminasi peralatan medis oleh mikroorganisme.

2. Penularan melalui Common Vehicle

Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan dapat
menyebabkan penyakit pada lebih dari satu penjamu. Adapun jenis-jenis common vehicle
adalah darah/produk darah, cairan intra vena, obat-obatan dan sebagainya.

3. Penularan melalui udara dan inhalasi

13
Penularan ini terjadi bila mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga
dapat mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh dan melalui saluran pernafasan.
Misalnya mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas (staphylococcus)
dan tuberculosis.

4. Penularan dengan perantara vektor

Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut penularan secara
eksternal bila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari mikroorganisme yang
menempel pada tubuh vektor, misalnya shigella dan salmonella oleh lalat.

Pencegahan

Terdapat beberapa prosedur dan tindakan pencegahan infeksi nosokomial. Tindakan ini
merupakan seperangkat tindakan yang didesain untuk membantu meminimalkan resiko
terpapar material infeksius seperti darah dan cairan tubuh lain dari pasien kepada tenaga
kesehatan atau sebaliknya. Menurut Zarkasih, pencegahan infeksi didasarkan pada asumsi
bahwa seluruh komponen darah dan cairan tubuh mempunyai potensi menimbulkan infeksi
baik dari pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya. Kunci pencegahan infeksi pada fasilitas
pelayanan kesehatan adalah mengikuti prinsip pemeliharaan hygene yang baik, kebersihan
dan kesterilan dengan lima standar penerapan yaitu:

1. Mencuci tangan untuk menghindari infeksi silang. Mencuci tangan merupakan metode
yang paling efektif untuk mencegah infeksi nosokomial, efektif mengurangi
perpindahan mikroorganisme karena bersentuhan.
2. Menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan darah atau cairan
tubuh lain. Alat pelindung diri meliputi; pakaian khusus (apron), masker, sarung
tangan, topi, pelindung mata dan hidung yang digunakan di rumah sakit dan bertujuan
untuk mencegah penularan berbagai jenis mikroorganisme dari pasien ke tenaga
kesehatan atau sebaliknya, misalnya melaui sel darah, cairan tubuh, terhirup, tertelan
dan lain-lain.
3. Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko penularan penyakit
melalui benda-benda tajam yang tercemar oleh produk darah pasien. Terakit dengan hal

14
ini, tempat sampah khusus untuk alat tajam harus disediakan agar tidak menimbulkan
injuri pada tenaga kesehatan maupun pasien.
4. Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan prinsip yang
benar. Tindakan ini merupakan tiga proses untuk mengurangi resiko tranmisi infeksi
dari instrumen dan alat lain pada klien dan tenaga kesehatan
5. Menjaga sanitasi lingkungan secara benar. Sebagaiman diketahui aktivitas pelayanan
kesehatan akan menghasilkan sampah rumah tangga, sampah medis dan sampah
berbahaya, yang memerlukan manajemen yang baik untuk menjaga keamanan tenaga
rumah sakit, pasien, pengunjung dan masyarakat.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Nosokomial.

Sejumlah faktor mempermudah kemungkinan terjadinya infeksi nosokomial pada


penderita yakni bila penderita masuk rumah sakit,maka ketahanan dapat menurun hal ini di
sebabkan system imun(ketahanan tubuh) penderita/pasien sangat mudah di masuki oleh
mikroorganisme penyebab infeksi ini.Dalam proses penyebaranya biasanya melalui alat-alat
kesehatan yang dipakai pada saat penanganan terhadap pasien seperti pembedahan, radiasi,
injeksi,dan cara penanganan atau pengobatan yang lain. Faktor lain yang memungkinkan
terjadinya infeksi nosokomial tergantung pada :

1. Karakteristik Mikroorganisme
2. Resistensi terhadap zat-zat antibiotika
3. Dan banyaknya infeksius

Semua mikroorganisme termasuk bakteri,virus,jamur dan parasit dapat menyebabkan


infeksi nosokomial.Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat dari
orang lain(cross infection)atau disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri
(endogenous infection).Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih di sebabkan
karena faktor external,yaitu penyakit yang penyebaranya melalui makanan,udara,benda atau
bahan yang tidak steril serta dari kebersihan lingkungan dan sanitasinya.

2.8 Flebitis

Pengertian
15
Phlebitis merupakan kondisi peradangan (inflamasi) yang terjadi pada pembuluh
darah vena. Inflamasi ini terjadi karena adanya gumpalan darah akibat pembekuan darah,
atau karena adanya kerusakan pada pembuluh vena. Kondisi tersebut memicu nyeri atau
bengkak

Phlebitis umumnya terjadi pada kaki bagian bawah, lengan, payudara, dan penis.
Terdapat dua jenis phlebitis, yaitu superficial phlebitis dan deep vein thrombophlebitis.
Superficial phlebitis (disebut juga superficial thrombophlebitis) merupakan phlebitis yang
terjadi pada vena dekat permukaan kulit. Umumnya kondisi ini bukan merupakan kondisi
berat, dan dapat kembali normal dengan penanganan yang tepat.

Pencegahan

Phlebitis tidak selalu dapat dicegah, tetapi beberapa hal dapat dilakukan untuk
meminimalisasikan risiko masalah ini terjadi, seperti:

1. Tetap bergerak aktif dan menghindari duduk dalam waktu yang lama, termasuk
saat dalam perjalanan, untuk menjaga aliran darah tetap lancar.
2. Berhenti merokok.
3. Perhatikan bekas injeksi infus dengan baik untuk menghindari adanya phlebitis.
Gunakan salep yang mencegah thrombosis jika diperlukan.
4. Dapat menggunakan compression stocking, terutama saat setelah operasi.

Gejala

Gejala superficial phlebitis antara lain:


1. Pada area terjadinya inflamasi, pasien akan merasakan perih, lebih panas, dan
sedikit lebih keras dibandingkan area di sekitarnya. Pasien juga merasakan gatal dan
bengkak pada area di sekitar lokasi inflamasi.
2. Munculnya kemerahan pada area inflamasi. Namun, umumnya gejala ini muncul
belakangan, seiring perkembangan inflamasi yang terjadi.
3. Demam yang tidak terlalu tinggi.
4. Jika phlebitis terjadi karena adanya pemakaian infus, mungkin dirasakan nyeri dan
perih pada area injeksi.
5. Jika terjadi infeksi, dapat muncul gejala kemerahan, demam, nyeri, dan bengkak.

Penyebab
Belum diketahui secara pasti penyebab utama terjadinya phlebitis. Namun, beberapa
faktor risiko di bawah ini meningkatkan terjadinya phlebitis:

16
1. Varises vena.
2. Merokok
3. Berat badan berlebih (obesitas).
4. Penggunaan obat-obatan, seperti kontrasepsi dan HRT (hormone replacement
therapy).
5. Kehamilan.
6. Injeksi maupun penggunaan injeksi intravena yang terlalu sering.
7. Aktivitas yang menyebabkan aliran darah menjadi kurang lancar, sehingga
meningkatkan risiko terjadinya penggumpalan darah, terutama pada area kaki.
8. Beberapa kondisi medis, seperti kanker, pascaoperasi pembedahan, atau penyakit
yang meningkatkan potensi penggumpalan darah.
9. Cedera pada lengan dan kaki.

Diagnosis
Penegakan diagnosis dimulai dengan mengamati gejala klinis yang muncul, seperti
kemerahan, bengkak, nyeri, serta panas pada area tangan dan kaki. Pada kondisi
superficial phlebitis, penegakan diagnosis umumnya dilakukan berdasarkan gejala klinis
yang muncul.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari makalah ini dapat ditarik kesimpulan :

Pengertian dari keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien
lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan sesuatu tindakan yang seharusnya
diambil.

Standar keselamatan pasien wajib diterapkan fasilitas pelayanan kesehatan seperti


rumah sakit dan penilaiannya dilakukan dengan menggunakan instrumen akreditasi
(akreditasi rumah sakit).

Di indonesia secara nasional untuk seluruh fasilitas pelayanan kesehatan,


diberlakukan Sasaran Keselamatan Pasien Nasional.

Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari
tekanan eksternal, gangguan ini terjadi pada individu yang berada di atas kursi atau di atas
tempat tidur.

Kesalahan pemberian obat yaitu setiap kejadian yang dapat dihindari yang
menyebabkan atau berakibat pada pelayanan obat yang tidak tepat atau membahayakan
pasien sementara obat berada dalam pengawasan tenaga kesehatan atau pasien.

Jatuh adalah suatu peristiwa di mana seorang mengalami jatuh dengan atau tanpa
disaksikan oleh orang lain, tak disengaja / tak direncanakan, dengan arah jatuh ke lantai,
dengan atau tanpa mencederai dirinya. Penyebab jatuh dapat meliputi faktor fisiologis atau
lingkungan

18
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit atau dalam sistem
pelayanan kesehatan yang berasal di sumber pelayanan kesehatan, baik melalui pasien,
petugas kesehatan, pengunjung, maupun sumber lainnya.

Phlebitis merupakan kondisi peradangan (inflamasi) yang terjadi pada pembuluh


darah vena.

3.2 Saran

Saran yang bisa penulis berikan :

Sebagai perawat kita wajib mengetahui apa itu keselamatan pasien, memahami
standar keselamatan pasien, serta mengetahui sasaran keselamatan pasien. Sehingga tidak
terjadinya kegagalan dalam melakukan tindakan keperawatan. Sehingga kita harus
memperhatikan misalnya pada saat pemberian obat harus memperhatikan prinsip pemberian
obat .

19
DAFTAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net/mobile/vickyvicky127/makalah-patient-safety

https://krakataumedika-com.cdn.ampproject.org/v/s/krakataumedika.com/info-
medika/artikel/keselamatan-pasien-di-rumah-sakit/amp?usqp=mq331AQQKAGYAYbW--
eu8PrwCrABIA%3D
%3D&amp_js_v=a6&amp_gsa=1#aoh=16037881640427&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F%2Fkrakataumedika.com%2Finfo-media
%2Fartikel%2Fkeselamatan-pasien-di-rumah-sakit

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/2343/05.4%20bab%204.pdf?
sequence=10&isAllowd=y

https://www.slideshare.net/mobile/RetnoWulan15/konsep-dasar-pemberian-obat-65724340

http://rohmatulaliya.blogspot.com/2014/07/makalah-decubitus.html

20

Anda mungkin juga menyukai