Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Tanda Bahaya Pada Ibu Hamil


Judul : Hyperemesis Gravidarum
Sasaran : Ibu Hamil TM I
Tempat :
Hari/Tanggal :
Waktu : 45 Menit

A. LATAR BELAKANG
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan
sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi
dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala – gejala ini kurang lebih terjadi 6
minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10
minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60 – 80% primi gravida dan 40 – 60% multi
gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala – gejala ini menjadi lebih berat
Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen
dan HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh Fisiologik kenaikan
hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung
lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan
ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4
bulan. Pekerjaan sehari – hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk.
Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan
fisiologis menentukan berat ringannya penyakit. (Prawirohardjo, 2002)
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada
kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50 – 70% wanita hamil dalam 16 minggu
pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual- mual dan
44% mengalami muntah – muntah. Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan
dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis
berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum dan
memerlukan perawatan di rumah sakit. Perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum
4 : 1000 kehamilan. (Sastrawinata, 2004)

Diduga 50% sampai 80% ibu hamil mengalami mual dan muntah dan kira – kira
5% dari ibu hamil membutuhkan penanganan untuk penggantian cairan dan koreksi
1
ketidakseimbangan elektrolit. Mual dan muntah khas kehamilan terjadi selama trimester
pertama dan paling mudah disebabkan oleh peningkatan jumlah HCG. Mual juga
dihubungkan dengan perubahan dalam indra penciuman dan perasaan pada awal
kehamilan. (Walsh, 2007)
Hiperemesis gravidarum didefinisikan sebagai vomitus yang berlebihan atau tidak
terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan
elektrolit, atu defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan. Insiden kondisi ini sekitar
3,5 per 1000 kelahiran. Walaupun kebanyakan kasus hilang dan hilang seiring perjalanan
waktu, satu dari setiap 1000 wanita hamil akanmenjalani rawat inap. Hiperemesis
gravidarum umumnya hilang dengan sendirinya (self-limiting), tetapi penyembuhan
berjalan lambat dan relaps sering umum terjadi. Kondisi sering terjadi diantara wanita
primigravida dan cenderung terjadi lagi pada kehamilan berikutnya. (Lowdermilk, 2004).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, terjadi peningkatkan pengetahuan dan pemahaman
ibu hamil TM I tentang Hyperemesis Gravidarum.

2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, pasien, keluarga, dan masyarakat dapat :
a. Menjelaskan pengertian Hyperemesis Gravidarum.
b. Menjelaskan penyebab Hyperemesis Gravidarum.
c. Menyebutkan tanda dan gejala adanya Hyperemesis Gravidarum.
d. Menjelaskan komplikasi Hyperemesis Gravidarum.
e. Menjelaskan penatalaksanaan Hyperemesis Gravidarum.

C. SASARAN
Ibu Hamil TM I
D. METODE
Ceramah dan Tanya jawab
E. MEDIA
 Lembar balik
 Leaflet
F. KEGIATAN PENYULUHAN
NO TAHAP WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA

2
1 Pembukaan 5 menit Pembukaan:
 Memperkenalkan diri  Menyambut sa
 Menjelaskan tujuan dari lam dan men dengarkan
penyuluhan.  Mendengarkan
 Melakukan kontrak  Mendengarkan
waktu.
 Menyebutkan materi  Mendengarkan
penyuluhan yang akan
diberikan
2 Pelaksanaan 20 Menit Menjelaskan materi tentang:  Mendengarkan
a. Pengertian Hyperemesis dan memperhatikan
Gravidarum.
b. Penyebab Hyperemesis
Gravidarum.
c. Tanda dan gejala adanya
Hyperemesis Gravidarum.
d. Komplikasi
Hyperemesis Gravidarum.
e. Penatalaksanaan
Hyperemesis Gravidarum.
3 Evaluasi 15 menit  Memberikan kesempatan  Bertanya
Ibu untuk bertanya.
 Menanyakan pada ibu
tentang materi yang
 Menjawab &
diberikan
menjelaskan
 Memberikan reinforcement
pertanyaan
kepada ibu bila dapat
menjawab & menjelaskan
kembali pertanyaan/materi
4 Penutup 5 menit  Menyimpulkan materi Mendengarkan dan
 Mengucapkan terima- membalas salam
kasih kepada ibu
 Mengucapkan salam

MATERI PENYULUHAN
HYPEREMESIS GRAVIDARUM

3
A. PENGERTIAN
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk
karena terjadi dehidrasi (Mochtar, 1998).
Hiperemesis Gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan
muntah/tumpah yang berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat,
sehingga mengganggu kesehatan dan pekerjaan sehari-hari (Arief.B, 2009).

B. PENYEBAB
Penyebab Hiperemesis Gravidarum belum diketahui secara pasti. Beberapa
faktor yang telah ditemukan yaitu :
1. Faktor presdisposisi yang sering dikemukakan adalah primi gravida, mola
hidatidosa dan kehamilan ganda, kelainan faktor endokrin juga memberikan
pengaruh seperti diabetes melitus dan hipertiroid.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolic
akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan,
ini merupakan faktor organik.
3. Alergi sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.
4. Faktor psikologi memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah tangga
retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan. Takut
terhadap tanggug jawab sebagai ibu.

C. TANDA DAN GEJALA


Hiperemesis Gravidarum, menurut berat ringannya dapat dibagi kedalam 3 (tiga)
tingkatan, yaitu :
1. TingkatnImmmmmmmsefsdvgdhtfsdfgsdertmmmsdfvsfgdefgfgdfg
Mual terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu
merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri
pda epigastrium, nadi meningkat sekitar 100/menit, tekanan darah sistolik
menurun, turgor kulit mengurang, lidang mengering dan mata cekung.

2. TingkatnII
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lemah
mengurang, lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu

4
kadang-kadang naik dan mata sedikit ikteris, berat badan turun dan mata
menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton
tercium dalam hawa pernafasan karena mempunyai aroma yang khas dan dapat
pula ditemukan dalam kencing.
3. TingkatnIII
Keadaan umum lebih parah, muntah keadaan umum lebih parah,
muntah henti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan
cepat, suhu meningkat tensi menurun, komplikasi fatal terjadi pada susunan
syaraf yang dikenal sebagai ensefalopati werniele, dengan gejala : nistagmus,
dipolpia dan perubahan mental, keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan
zat makanan, termasuk vitamin B kompleks, timbulnya ikterus menunjukkan
adanya payah hati.

D. KOMPLIKASI
Dehidrasi berat, ikterik, takikardia, suhu meningkat, alkalosis, kelaparan
gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan dan hubungan
keluarga, menarik diri dan depresi.

E. PENATALAKSANAAN
1. Obat-obatanKJSHDGCVJKHYJSHDGJHSGJDHJHJSDHJHD
Sedativa yang siring diberikan adalah phenobarbital, vitamin yang dianjurkan
adalah vitamin B1 dan B6. Anti histamika juga dianjurkan seperti dramamin,
ovamin pada keadaan lebih kuat diberikan antimetik seperti disiklomin
hidrokhloride atau khlorpromasin.
2. IsolasiJSKDJKJSHKJGKJHGJGJHGJHGJGHGJHGJGJHGGG
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara
baik. Cacat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh
masuk ke dalam kamar penderita. Sampai muntah berhenti dan penderita mau
makan, tidak diberikan makan/minum selama 24 jam. Kadang-kadang dengan
isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

3. TerapinPsikologikJKSDKJUSKDHGKJSGDKGKSGDKGKSDJ

5
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan
rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah
dan konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
4. CairannParenteralSDKJKSJDBGKJGSKGKGKGKJGKGKJGS
Berikan cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukose 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu
dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin
C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara
intravena.
5. PenghentiannkehamilanSJHDJHGJSDVJHUGIKJUGSKLDJUJJ
Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan medik dan psikiatrik, manifestasi
komplikasi organis adalah delirium, kebutuhan, takikardi, ikterus, anuria dan
perdarahan dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan keadaan yang memerlukan pertimbangan gugur kandung diantaranya
a. Gangguan kejiwaan : Delirium, apatis,nsomnolennsampainkoma, terjadi
gangguan jiwa ensepalopati wernicle
b. Gangguannpenglihatan: Pendarahanbretina, kemunduran penglihatan
c. Gangguan faal : Hatibdalambbentukbikterus, ginjalbdalambbentukbanuria,
jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat, tekanan darah menurun
6. Diet Hiperemesis Gravidarum
Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti persediaan glikogen
tubuh dan mengontrol asidosis secara berangsur memberikan makanan berenergi
dan zat gizi yang cukup.
Syaratnya antara lain :
a. Karbohidrat tinggi, lemak rendah, dan protein sedang
b. Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan
dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari
c. Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan diberikan
sering dalam porsi kecil
d. Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan
malam dan selingan malam
e. Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien
Macam-macambDiet

6
a. Diet Hiperemesis I
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum
berat. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi
bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan
tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di
dalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.
b. DietbHiperemesisbII
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan
secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang
bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan.
Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi
kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
c. Diet Hiperemesis III
Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan.
Diet diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan
bersama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan
semua zat gizi.
Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah : Roti panggang,
biskuit, crackers, buah segar dan sari buah, minuman botol ringan, sirop, kaldu tak
berlemak, teh dan kopi encer. Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis
I, II, III adalah makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan
berbumbu tajam. Bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang
mengadung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan penyedap) juga
tidakbdianjurkan.

DAFTAR PUSTAKA

7
Anonymous.2010.HyperemesisGravidarum.http://id.wikipedia.org/wiki/Mioma_Uteri.
Diakses tanggal 4 Mei 2018 pukul 15.00 WIB

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD. 1993. Ginekologi. Bandung : Elstar

Bobak, dkk. 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Galle, dkk. 2000. Rencanaa Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC

Panca,Widianto.2010.HyperemesisGravidarum.
http://widiantopanca.blogdetik.com/obgin/mioma-uteri/. Diakses tanggal 4 Nopember 2010
pukul 15.00 WIB

Sarwono. Prawirohardjo. 2009. Ilmu Kandungan edisi 7. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Prawirohardjo

Speroff, Leon. 2005. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility seventh edition.
Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins

GAMBAR-GAMBAR MENGENAI HYPEREMESIS GRAVIDARUM :

8
9
10
Peran Bidan Dalam Promosi Kesehatan

Peran bidan mengacu pada keputusan Menkes RI no. 900/Menkes/SK/VII/2002


tentang registrasi dan praktik bidan. Peranan bidan yang tampak nyata adalah sebagai role
model masyarakat, sebagai anggota masyarakat, advocatoar motivator, educator dan
motivator, tentunya kompetensi seperti ini yang akan dikembangkan lebih lanjut melalui
pendidikan dan pelatihan bagi para bidan. Peranan yang harus di lihat sebagai “main idea”
untuk membentuk sebuah peradaban dan tatanan seebuah pelayanan kesehatan.Tuntutan
professional diseimbangkan dengan kesejahteraan bidan daerah terpencil.Pemerintah telah
mencanangkan mengangkat bidan sebagai PNS.Suatu langkah aktif dalam rangka
menyongsong peningkatan pelayanan di daerah terpencil.
Bidan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya ibu hamil,
melahirkan dan senantiasa berupaya mempersiapkan ibu hamil sejak kontak pertama saat
pemeriksaan kehamilan memberikan penyuluhan tentang manfaat pemberian ASI secara
berkesinambungan sehingga ibu hamil memahami dan siap menyusui anaknya.

PERAN DAN FUNGSI BIDAN DALAM PROMOSI KESEHATAN


A. Peran Bidan Sebagai Advocator
Advokasi adalah suatu pendekatan kepada seseorang atau bidan/organisasi yang di duga
mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program/pelaksanaan suatu kegiatan.
a. Peran bidan sebagai advocator antara lain :
1. Melakukan kegiatan advokasi kepada para pengambil keputusan berbagai program dan
sector yang terkait dengan kesehatan
2. Melakukan upaya agar para pengambil keputusan tersebut meyakini atau mempercayai
bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu di dukung melalui kebijakan atau
keputusan politik
3. Kebijakan itu dalam bentuk peraturan, Undang-Undang, instruksi yang menguntungkan
kesehatan public
4. Sasarannya yaitu pejabat legislatif dan eksekutif. Para pemimpin pengusaha, organisasi
politik dan organisasi masyarakat baik tingkat pusat, propinsi, kabupaten, keccamatan
desa kelurahan.
b. Bentuk Kegiatan
1. Lobi politik :berbincang kepada para pejabat untuk menginformasikan dan membahas
masalah dan program kesehatan yang akan dilaksanakan, meyampaikan masalah
kesehatan yang dihadapi di wilayah kerjanya dan dampaknya terhadap kehidupan
masyarakat, memberikan alternatife untuk menanggulangi masalah di dukung dengan
data yang akurat.

11
2. Seminar atau Presentasi
Seminar atau presentasi yang di hadiri oleh para pejabat lintas program dan lintas
sektoral. Petugas kesehatan menyajikan masalah kesehatan di wilayahnya, lengkap
dengan data dan iliutrasi yang menarik, serta rencana program pemecahannya.
diharapkan akan diperoleh komitmen dan dukungan terhadap program yamg akan
dilaksanakan.
3. Media
Menyampaikan masalah kesehatan menggunakan media dalam bentuk lisan, artikel,
berita, diskusi, penyampaian pendapat untuk membentuk opini public.

B. Peran Bidan Sebagai Edukator


1. Memberikan pendidikan kesehatan dan konseling dalam asuhan dan pelayanan kebidanan di
setiap tatanan pelayanan kesehatan di institusi dan komunitas, menthorship dan preceptorship
terhadap calon tenaga kesehatan bidan baru.
2. Memberi kemampuan dan memberikan kemungkinan kepada masyarakat agar mereka mampu
memelihara dan meningkatkan masyarakat mereka.
Fungsi bidan sebagai educator :
Sasaran : masyarakat pada umumnya di sesuaikan dengan permasalahan kesehatan
Contoh :Dalam menjalankan tugasnya sebagai educator, bidan terlebih dahulu
memperlihatkan karakteristik masyarakat yang menjadi sasaran
Masyarakat yang peduli kesehatan misalnya LSM kesehatan, organisasi profesi yang bergerak
di bidang kesehatan
Masyarakat yang karena kondisinya kurang memadai sehingga tidak dapat memelihara.

C. Peran Bidan Sebagai Pendamping


Pendampingan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dan dapat bermakna pembinaan,
pengajaran, pengarahan. Peran pendamping hanya sebatas pada memberikan alternative,
saran, dan bantuan dari konsultatif dan tidak pada pengambilan keputusan.Dalam upaya
pemecahan masalah.
Dalam rangka pendampingan ini, hubungan yang di bangun oleh pendamping adalah
hubungan konsultatif dan partisipatif. Dengan adanya hubungan itu, maka peran yang di dapat
dimainkan oleh pendamping dalam melaksanakan fungsi pendampingan adalah :
1. Peran motivator. Upaya yang dilakukan pendamping adalah menyadarkan dan mendorong
kelompok untuk mengenali potensi dan masalah, dan dapat mengembangkan potensinya
untuk memecahkan permasalahan itu.
2. Peran fasilitator. Pendamping mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan,
menkondisikan iklim kelompok yang harmonis, serta memfasilitasi terjadinya proses
saling belajar dalam kelompok.
12
3. Peran katalisator. Pendamping dalam hal ini dapat melakukan aktivitas sebagai
penghubung antar kelompok pendampingan dengan lembaga di luar kelompok maupun
kelompok lainnya.
Peran-peran pendamping tersebut hanya akan dapat dilaksanakan secara maksimal jika
pendamping memahami kelompok yang didampinginya, oleh karena itu pendamping di
upayakan dapat hadir di tengah mereka, hidup bers ama mereka, belajar dari apa yang
mereka miliki, mengajar dari apa yang mereka ketahui, dan bekerja sambil belajar.

Pendampingan Desa Siaga


Upaya pemberdayaan masyarakat atau penggerakan peran aktif masyarakat melalui proses
pembelajaran yang terorganisasi dengan baik melalui proses fasilitasi dan pendampingan.
Kegiatan pendampingan dan fasilitasi diarahkan pada :
a. Pengidentifikasian masalah dan sumber daya
b. Diagnosis dan perumusan pemecahan masalah
c. Penetapan dan pelaksanaan pemecahan
d. Pemantauan dan evaluasi kelestarian
Keberhasilan pelaku pemberdayaan dalam memfasilitasi proses pemberdayaan juga dapat
diwujudkan melalui peningkatan partisipasi aktif masyarakat. Fasilitator harus terampil
mengintegritaskan tiga hal penting yakni optimalisasi fasilitasi, waktu yang disediakan, dan
optimalisasi partisipasi masyarakat.Masyarakat pada saat menjelang batas waktu harus diberi
kesempatan agar siap melanjutkan program pembangunan secara mandiri.Sebaliknya,
fasilitator harus mulai mengurangi campur tangan secara perlahan. Tanamkan kepercayaan
pada masyarakat yang selanjutnya akan mengelola program.
Berkaitan dengan jangka waktu keterlibatan fasilitator (pelaku pemberdayaan ) dalam
mengawali proses pemberdayaan terhadap warga masyarakat, Sumodiningrat (2000)
menjelaskan bahwa, pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan sampai target
masyarakat mampu mandiri, dan kemudian dilepas untuk mandiri, meskipun dari jauh tetap
dipantau agar tidak jatuh lagi. Meskipun demikian dalam rangka menjaga kemandirian
tersebut tetap dilakukan pemeliharaan semangat, kondisi, dan kemampuan secara terus
menerus supaya tidak mengalami kemunduran.

Sebagai tenaga ahli,fasilitator sudah pasti dituntut untuk selalu terampil melakukan:
Persoalan yang diungkapkan masyarakat saat problem solving tidak secara otomatis harus
dijawab oleh fasilitator tetapi bagaiman fasilitator mendistribusikan dan mengembalikan
persoaln dan pertanyaan tersebut kepada semua pihak (peserta atau masyarakat ). Upayakan
bahwa pendapat masyarakatlah yang mengambil alih keputusan.Hal yang penting juga untuk
diperhatikan pelaku pemberdayaan sebagai fasilitator harus dapat mengenali tugasnya secara
baik.

13
Peran Pendamping Desa Siaga
Peran pendamping desa siaga terdiri dari fasilitator, konsultan, mediator, advokat dan problem
solver. Kelima peran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Fasilitas juga diartikan sebagai proses sadar, sepenuh hati dan sekuat tenaga membantu
kelompok sukses meraih tujuan terbaiknya dengan taat pada nilai-nilai dasar partisipasi
(PNPM Mandiri,2008).
2. Konsultasi menurut Carson dan Gebber (2001) adalah sebuah pertemuan atau konferensi
untuk saling bertukar informasi dan saran. Konsultasi bertujuan untuk memberikan
pemahaman yang lebih mendalam tentang sebuah tema, sehingga membantu pihak yang
berkonsultasi dalam hal-hal berikut merencanakan kegiatanya, menentukan prioritas,
memperbaiki penggunaan sumberdaya yang terbatas, memahami masalah yang
dihadapinya serta mengatasinya.
3. Mediasi. Sengketa dalam masyarakat desa sering kali ditemui dalam pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat. Untuk itu diperlukan proses mediasi. Proses mediasi menurut
Lewis dan Singer (2005) adalah sebuah proses penyelesaian sengketa yang melibatkan
pihak ketiga yang independen yaitu, mediator yang membantu para pihak yang sedang
bersengketa untuk mencapai suatu penyelesaian dalam bentuk suatu kesepakatan secara
sukarela terhadap sebagian ataupun seluruh permasalahan yang dipersengketakan.
4. Advokasi dan komunikasi yang efektif dapat berhasil bila dapat mempengaruhi
pembuatan kebijakan dan implementasinya terhadap para stakeholder ( stakeholder
primer, mitra (sekunder), kunci ataupun lawan). Dengan demikian indentifikasi analisis
kepentingan stakeholders merupakan awal dalam pelaksanaan advokasi dan komunikasi.
Hasil dari analisis stakeholder ini dapat memberikan asupan untuk teknik yang akan
dipilih dalam memberikan advokasi dan komunikasi. Disamping itu pemilihan bahan
yang digunakan dalam melakukan advokasi dan komunikasi juga merupakan hal yang
menentukan keberhasilan pelaksanaan advokasi dan komunikasi.
5. Problem solving adalah sebuah proses mencari jalan keluar dari suatu permasalahan
berdasarkan petunjuk dari seseorang problem solver. Problem solver adalah orang yang
dipercaya untuk menyelesaikan permasalahan pemberdayaan dalam hal ini adalah
permasalahan yang ditemui dalam pelaksanaan desa siaga.

14

Anda mungkin juga menyukai