Patofisiologi Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping
itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap
berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin
(glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis
osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
(polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-
asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan
terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu
akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang
merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual,
muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan
perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan
elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan
mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar
gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting..
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin,
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan
sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan
jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun
demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya
yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun
dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun)
dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya
dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan,
iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau
pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial, dan
lingkungan.
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang pasien yang dilakukan secara
sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan
kesehatan pasien. Sumber data diperoleh dari pasien, keluarga, catatan medik, dan perawat.
Adapun cara pengumpulan data yang digunakan adalah melalui wawancara, observasi dan
pemeriksaan fisik.
Pengumpulan data pada klien dengan gangguan sistem endokrin akibat Diabetes Mellitus
meliputi:
1) Data Biografi
a) Identitas Klien
Meliputi nama, umur biasanya penderita Diabetes Mellitus Tipe II berusia diatas 40 tahun,
jenis kelamin, agama, pendidikan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien
yang akan berpengaruh terhadap tingkat pemahaman klien akan suatu informasi, pekerjaan
perlu dikaji untuk mengetahui apakah pekerjaannya merupakan faktor predisposisi atau
bahkan faktor presipitasi terjadinya penyakit DM, suku/bangsa, status marital, tanggal masuk
RS, tanggal pengkajian, diagnosa medis dan alamat.
b) Identitas Penanggung jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan
dengan klien.
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Keluhan Utama Masuk Rumah Sakit
Pada umumnya klien dengan Diabetes Mellitus akan mengeluh adanya gejala-gejala
spesifik seperti poliuria, polidipsi dan poliphagia, mengeluh kelemahan dan penurunan berat
badan.
Pada klien DM tipe II biasanya juga mengeluh pruritus vulvular, kelelahan, gangguan
penglihatan, peka rangsang, dan kram otot yang menunjukkan gangguan elektrolit dan
terjadinya komplikasi aterosklerosis. Dapat juga adanya keluhan luka yang tidak sembuh-
sembuh atau bahkan membusuk menjadi latar belakang penderita datang ke rumah sakit.
Keluhan utama dikembangkan dengan metode PQRST dari mulai keluhan dirasakan
sampai klien datang ke rumah sakit.
(2) Keluhan Utama Saat Pengkajian
Berisi tentang keluhan klien pada saat dilakukan pengkajian yang dikembangkan dengan
metode PQRST.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu dikaji apakah klien memiliki riwayat obesitas, hipertensi, riwayat penyakit
pankreatitis kronis, dan riwayat glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma,
infeksi, penyakit), atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiazid, kontrasepsi oral).
Perlu juga dikaji apakah klien pernah dirawat di rumah sakit karena keluhan yang sama.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
(1) Riwayat Penyakit Menular
Pada umumnya penderita DM mudah terkena penyakit peradangan atau infeksi seperti
TBC Paru, sehingga perlu dikaji apakah pada keluarga ada yang mempunyai penyakit
menular seperti TBC Paru, Hepatitis, dll.
Tujuan:
Intake nutrisi adekuat
Kriteria evaluasi:
- Kadar glukosa darah dalam tingkat yang optimal.
- Berat badan ideal dapat dicapai dan dipertahankan.
- Klien dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan.
- Klien dapat memilih makanan berdasarkan pada panduan penurunan kalori
Rencana:
Intervensi Rasional
Diskusikan dengan pasien Pengertian dapat memotivasi untuk
dan keluarga tentang faktor menghindari faktor penyebab.
penyebab.
Kaji psikososial pasien Psikologis dapat mempengaruhi perilaku
yang berhubungan dengan makan yang berlebih.
makan berlebih
Jelaskan hubungan Obesitas dapat menyebabkan DM tipe II
obesitas dengan diabetes.
Konsultasikan dengan Untuk menetapkan dan menghitung diet
ahli gizi untuk program diet. sesuai dengan kebutuhan klien.
Motivasi klien untuk Dapat membantu dalam penurunan berat
mengkonsumsi cukup makanan badan.
yang mengandung kompleks
karbohidrat yang tinggi.
Bantu memilih menu
harian berdasarkan rencana Menghindari kebosanan akan menu pada
rendah kalori dan rendah diet yang telah ditentukan.
lemak.
Timbang berat badan Menunjukkan intake nutrisi yang
setiap hari. adekuat.
Diskusikan kebutuhan
diet dan tingkatkan latihan Latihan memudahkan ambilan glukosa
sesuai program diet. sehingga menurunkan kadar gula darah,
memudahkan penurunan berat badan, dan
Libatkan keluarga dalam menurunkan resiko aterosklerosis.
perencanaan makan sesuai Memberikan rasa keterlibatan,
program diet dan indikasi. memberikan informasi kepada keluarga
Kolaborasi pemeriksaan tentang kebutuhan nutrisi klien.
gula darah, pH, HCO3 Gula darah akan menurun secara
perlahan-lahan pada insulin yang terkontrol.
Pemberian insulin dosis optimal menyebabkan
glukosa masuk kedalam sel yang digunakan
untuk energi.
Rencana:
Intervensi Rasional
Pantau tanda-tanda vital dan Sebagai dasar untuk membandingkan temua
status mental. abnormal.
Minimalkan faktor lingkungan Mencegah kecelakaan akibat lingkungan yang
yang berbahaya. berbahaya.
Libatkan keluarga dalam Membantu mengurangi resiko injuri pada
mencegah terjadinya injuri pada klien.
klien.
Pelihara aktivitas rutin klien Membantu memelihara klien tetap
sekonsisten mungkin dan motivasi berhubungan dengan realitas dan mempertahankan
klien untuk melakukan kegiatan orientasi pada lingkungannya.
sehari-hari sesuai dengan
kemampuannya. Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa
Kaji adanya keluhan parastesia, tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi
nyeri atau kehilangan sensori pada sentuhan mempunyai resiko tinggi terhadap
paha/kaki, adanya ulkus, daerah kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.
kemerahan, tempat-tempat tertekan
dan denyut nadi perifer. Penjelasan dapat memotivasi klien untuk
Jelaskan hal-hal yang dapat menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan
menyebabkan cedera pada klien cedera.
seperti penggunaan alat-
alat/melakukan aktivitas yang salah
Bantu klien dalam ambulasi Meningkatkan keamanan klien terutama rasa
atau perubahan posisi serta dalam keseimbangan.
melakukan aktivitas.
Rencana:
Intervensi Rasional
Ajarkan klien tentang diabetes Lebih banyak pengetahuan klien tentang
mellitus, pengobatan, dan perawatan keadaannya, semakin mungkin mereka mematuhi
sesuai dengan panduan penyuluhan pengobatan dan perawatannya.
klien.
Rujuk klien pada perawatan Karena diabetes mellitus adalah gangguan
diri diabetes bila diberikan fasilitas, kronis sepanjang hidup, dukungan kontinyu penting
agensi, organisasi komunitas. dalam membantu seseorang untuk beradaptasi pada
perubahan gaya hidup yang disebabkan oleh rencana
Rujuk klien pada ahli diet terapeutik untuk pemeliharaan diri.
untuk instruksi pada perencanaan
makan terutama diet yang Ahli diet khusus adalah spesialisasi nutrisi
dianjurkan. yang dapat membantu klien dalam merencanakan
makan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai
Ajarkan klien cara perawatan program.
kaki yang tepat. Untuk mempertahankan integritas kulit
4. Pelaksananaan keperawatan
Pelaksanaan dari 3 diagnosa keperawatan antara lain adalah Defisit perawatan diri
berhubungan dengan kelemahan fisik, Risiko ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah
dengan factor risiko ketidakpatuhandalam pengobatan, Risiko infeksi dengan factor risiko
procedure invasive dapat dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun dengan adanya
kerjasama yang baik dengan pasien, keluarga pasien, perawat ruangan dan tim kesehatan
lainnya.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi dari hasil asuhan keperawatan yang dilaksankan selam 3 x 24 jam, dari ke 3
diagnosa keperawatan, meliputi Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik,
Risiko ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah dengan factor risiko ketidakpatuhandalam
pengobatan, Risiko infeksi dengan factor risiko procedure invasive, ketiga diagnosa tersebut
dapat teratasi.