Anda di halaman 1dari 18

Patofisiologi

Patofisiologi Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping
itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap
berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin
(glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis
osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).

Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
(polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-
asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan
terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu
akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang
merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual,
muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan
perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan
elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan
mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar
gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting..

Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin,
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan
sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan
jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun
demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya
yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).

Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun
dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun)
dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya
dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan,
iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau
pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi).
1.   Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial, dan
lingkungan.
a.        Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang pasien yang dilakukan secara
sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan
kesehatan pasien. Sumber data diperoleh dari pasien, keluarga, catatan medik, dan perawat.
Adapun cara pengumpulan data yang digunakan adalah melalui wawancara, observasi dan
pemeriksaan fisik.
Pengumpulan data pada klien dengan gangguan sistem endokrin akibat Diabetes Mellitus
meliputi:
1)        Data Biografi
a)      Identitas Klien
Meliputi nama, umur biasanya penderita Diabetes Mellitus Tipe II berusia diatas 40 tahun,
jenis kelamin, agama, pendidikan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien
yang akan berpengaruh terhadap tingkat pemahaman klien akan suatu informasi, pekerjaan
perlu dikaji untuk mengetahui apakah pekerjaannya merupakan faktor predisposisi atau
bahkan faktor presipitasi terjadinya penyakit DM, suku/bangsa, status marital, tanggal masuk
RS, tanggal pengkajian, diagnosa medis dan alamat.
b)      Identitas Penanggung jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan
dengan klien.
2)        Riwayat Kesehatan
a)      Riwayat Kesehatan Sekarang
(1)   Keluhan Utama Masuk Rumah Sakit
Pada umumnya klien dengan Diabetes Mellitus akan mengeluh adanya gejala-gejala
spesifik seperti poliuria, polidipsi dan poliphagia, mengeluh kelemahan dan penurunan berat
badan.
Pada klien DM tipe II biasanya juga mengeluh pruritus vulvular, kelelahan, gangguan
penglihatan, peka rangsang, dan kram otot yang menunjukkan gangguan elektrolit dan
terjadinya komplikasi aterosklerosis. Dapat juga adanya keluhan luka yang tidak sembuh-
sembuh atau bahkan membusuk menjadi latar belakang penderita datang ke rumah sakit.
Keluhan utama dikembangkan dengan metode PQRST dari mulai keluhan dirasakan
sampai klien datang ke rumah sakit.
(2)   Keluhan Utama Saat Pengkajian
Berisi tentang keluhan klien pada saat dilakukan pengkajian yang dikembangkan dengan
metode PQRST.
b)      Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu dikaji apakah klien memiliki riwayat obesitas, hipertensi, riwayat penyakit
pankreatitis kronis, dan riwayat glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma,
infeksi, penyakit), atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiazid, kontrasepsi oral).
Perlu juga dikaji apakah klien pernah dirawat di rumah sakit karena keluhan yang sama.
c)      Riwayat Kesehatan Keluarga
(1)   Riwayat Penyakit Menular
Pada umumnya penderita DM mudah terkena penyakit peradangan atau infeksi seperti
TBC Paru, sehingga perlu dikaji apakah pada keluarga ada yang mempunyai penyakit
menular seperti TBC Paru, Hepatitis, dll.

(2)   Riwayat Penyakit Keturunan


Kaji apakah dalam keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan klien yaitu
DM karena DM merupakan salah satu penyakit yang diturunkan, juga perlu ditanyakan
apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit  keturunan seperti asma, hipertensi,
atau penyakit endokrin lainnya.
3)        Pola Aktivitas Sehari-hari
Perlu dikaji pola aktivitas klien selama di rumah, dan pola aktivitas klien kini di rumah
sakit, meliputi pola nutrisi (makan dan minum), eliminasi (BAB/BAK), istirahat tidur,
personal hygiene, dan aktivitas gerak. Dikaji kebiasaan/pola makan klien apakah teratur atau
tidak dan berapa banyak porsi sekali makan, apakah klien sering makan makanan
tambahan/cemilan terutama yang manis-manis, apakah ada keluhan selalu merasa lapar
walaupun sudah banyak makan atau ada keluhan penurunan/hilang nafsu makan karena
mual/muntah, apakah klien melanggar program diet yang telah ditetapkan dengan cara
memakan makanan yang dipantang, apakah ada penurunan berat badan dalam periode
beberapa hari/minggu, kaji apakah ada keluhan banyak minum dan selalu merasa haus. Perlu
juga dikaji apakah klien mengeluh sering BAK terutama malam hari, serta kaji pula
kebiasaan klien berolah raga atau beraktivitas sehari-hari.
4)        Pemeriksaan Fisik
a)      Sistem Pernafasan
Biasanya frekuensi nafas normal bila tidak terdapat komplikasi, akan sedikit meningkat
pada klien diabetes yang sudah lansia karena menurunnya otot-otot pernafasan sehingga
kemampuan pengembangan paru juga menurun.
Akan didapatkan pernafasan kussmaul jika penderita mengalami ketoasidosis dan didapat
pula nafas yang berbau aseton, dan bau halitosis atau bau manis. Bisa juga didapatkan
keluhan batuk dengan atau tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak),
dapat pula terjadi paraestesia atau paralysis pada otot-otot pernafasan (jika kadar Kalium
menurun cukup tajam).
b)      Sistem Kardiovaskuler
Kaji adanya hipotensi ortostatik, akral dingin, nadi perifer melemah terutama pada tibia
posterior, dan dorsalis pedis, terjadinya aterosklerosis yang dapat terbentuk baik pada
pembuluh darah besar (makrovaskuler) atau pembuluh darah kecil (mikrovaskuler). Kaji pula
adanya hipertensi, edema jaringan umum, disritmia jantung, nadi lemah halus, pucat, dan
takikardia serta palpitasi menunjukkan terjadinya hipoglikemik. Apabila telah terjadi
neuropati pada kelainan jantung maka akan diperoleh kelainan gambaran EKG lambat.
c)      Sistem Pencernaan
Kaji adanya polidipsi, poliphagi, mual, muntah, konstipasi, diare, perasaan penuh pada
perut, obesitas ataupun penurunan berat badan yang berlebihan pada periode beberapa
hari/minggu dan adanya distensi abdomen.
d)     Sistem Persarafan
Biasanya didapatkan data penurunan sensasi sensori, rasa pusing, sakit kepala, kesemutan,
kelemahan pada otot, bahkan sampai paraestesia, gangguan penglihatan, didapat juga
gangguan orientasi dengan data klien tampak mengantuk, gelisah, letargi, stupor, bahkan
sampai koma bila klien telah mengalami komplikasi ketoasidosis, hipoglikemia dan adanya
aktivitas kejang.
e)      Sistem Endokrin
Biasanya pada klien diabetes didapatkan gejala trias P yaitu Poliuria, Polidipsi dan
Poliphagia. Kondisi klien akan lebih berat jika penderita mempunyai penyakit penyerta lain
terutama gangguan pada hormon lain. Oleh karena itu perlu dikaji penyakit yang dapat
ditimbulkan oleh kerja hormon-hormon tersebut seperti adanya pembesaran kelenjar tiroid
paratiroid, moonface, adanya tremor, dll. Jika tidak ada gangguan pada hormon lain maka
pengkajian difokuskan pada hal-hal yang berhubungan dengan DM seperti trias P,
penggunaan insulin, dan faktor hipoglikemik.
f)       Sistem Genitourinaria
Biasanya terjadi perubahan pola dan frekuensi berkemih (poliuria) dan terkadang nokturia,
rasa nyeri dan terbakar saat BAK, kesulitan berkemih karena infeksi, bahkan bisa terjadi
infeksi saluran kemih. Urine akan tampak lebih encer, pucat, kuning, dan poliuria dapat
berkembang menjadi oliguria/anuria jika terjadi hipovolemia berat. Urine bisa tercium bau
busuk jika infeksi. Klien sering merasa haus sehingga intake cairan bertambah. Perlu dikaji
juga adanya masalah impotensi pada laki-laki dan masalah orgasme pada wanita serta infeksi
pada vagina.
g)      Sistem Muskuloskeletal
Biasanya didapatkan rasa lemah, letih, dan penurunan kekuatan otot, sehingga klien sulit
bergerak/berjalan (beraktivitas), juga adanya keluhan kram pada otot.
h)      Sistem Integumen
Biasanya ditemukan turgor kulit menurun, apabila terdapat luka klien sering mengeluh
luka sulit sembuh dan malah membusuk. Akral teraba dingin, dan integritas kulit menurun
(rusak). Kulit bisa kering, gatal, bahkan terjadi ulkus. Demam dan diaporesis dapat terjadi
jika klien mengalami infeksi.
5)        Data Psikologis
Meliputi konsep diri, status emosi, pola koping dan gaya komunikasi. Kemungkinan klien
menunjukkan kecemasan bahkan terdapat perasaan depresi terhadap penyakitnya. Hal ini
diakibatkan karena proses penyakit yang lama, kurangnya pengetahuan tentang prosedur
tindakan yang dilakukan. Perlu dikaji pandangan hidup klien terhadap segala tindakan
keperawatan yang dijalani. Kaji ungkapan klien tentang ketidakmampuan koping/penggunaan
koping yang maladaptif dalam menghadapi penyakitnya, perasaan negatif tentang tubuhnya,
klien merasa kehilangan fungsi tubuhnya, kehilangan kebebasan, dan kehilangan kesempatan
untuk menjalani kehidupannya.
6)        Data  Sosial
Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap dirinya sehubungan dengan kondisi sekitarnya,
hubungan klien dengan perawat, dokter, tim kesehatan lain serta klien lain dan bagaimana
penerimaan orang-orang sekitar klien terutama keluarga akan kondisinya saat ini serta
dukungan yang diberikan orang-orang terdekat klien baik dari segi moril ataupun materil.
Biasanya hubungan klien dengan lingkungan sosial tidak terganggu, klien tetap ikut serta
dalam aktifitas sosial atau menarik diri dari interaksi sosial terutama jika sudah terjadi
komplikasi fisik seperti ulkus, gangren, dan gangguan penglihatan.
7)        Data Spiritual
Perlu dikaji tentang keyakinan dan persepsi klien terhadap penyakit dan kesembuhannya
dihubungkan dengan agama yang klien anut. Bagaimana aktifitas spiritual klien selama klien
menjalani perawatan di rumah sakit dan siapa yang menjadi pendorong atau pemberi motivasi
untuk kesembuhannya.
8)        Data Penunjang
Dari pemeriksaan diagnostik ditemukan:
-          Tes Toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200 mg/dL).
-          Gula darah puasa normal (70-115 mg/dL) atau diatas normal (> 115 mg/dL)
-          Gula darah dua jam post prandial (PP) lebih dari 140 mg/dL.
-          Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal (normal: 5-6%)
-          Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton, berat jenis dan osmolalitas urin
mungkin meningkat.
-          Kolesterol dan trigliserida serum dapat meningkat.
-          Elektrolit: mungkin normal, meningkat atau bahkan menurun.
             Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun
             Kalium : mungkin normal atau terjadi peningkatan semu  akibat perpindahan
seluler, selanjutnya akan menurun
             Fosfor : lebih sering menurun
-          Insulin darah: mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau normal
sampai tinggi (pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/gangguan dalam
penggunaannya.
-          Hb Glikolisat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal, yang mencerminkan
kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir.
-          Trombosit darah/Ht : mungkin meningkat/dehidrasi atau normal, leukositosis
hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi
9)        Program dan Rencana Pengobatan
Pada umumnya ada lima hal yang utama dalam pengobatan DM antara lain:
a)      Menjaga penderita DM tetap sehat dengan menghilangkan gejala dan keluhan akibat
penyakit.
b)      Memberi kemampuan bagi penderita DM untuk menjalankan hidup senormal
mungkin.
c)      Mengusahakan dan memelihara kontrol metabolik sebaik mungkin dengan mematuhi
program diet, olah raga teratur, obat anti diabetik, pendidikan dan motivasi penderita DM.
d)     Melakukan upaya-upaya untuk menghindarkan diri dari komplikasi akut maupun
kronis.
e)      Menyadarkan penderita bahwa cara hidup penderita DM ditentukan oleh
penyakitnya.

b.        Analisa Data


Analisa data adalah kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data tersebut
dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan
masalah kesehatan dan keperawatan pasien.
Data yang ada kemudian dikumpulkan dan dikelompokkan sesuai masalahnya untuk
kemudian dianalisa sehingga menghasilkan suatu kesimpulan berupa masalah keperawatan
yang pada akhirnya menjadi diagnosa keperawatan.

2.          Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah aktual dan potensial, yang
dimaksud masalah aktual adalah masalah yang ditemukan pada saat dilakukan pengkajian,
sedangkan masalah potensial adalah kemungkinan akan timbul kemudian.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan Diabetes Mellitus
menurut Carpenitto, Doengoes, Sorensen dan Brunner and Suddart antara lain:
1)      Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan metabolisme
karbohidrat akibat defisiensi insulin, intake tidak adekuat akibat adanya mual dan muntah.
2)      Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic dari
hiperglikemia, poliuria, berkurangnya intake cairan.
3)      Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan
insulin, ketidakseimbangan intake makanan dengan aktivitas fisik, kebiasaan pola makan, dan
kurangnya pengetahuan.
4)      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan sensasi sensori, gangguan
sirkulasi, penurunan aktivitas/mobilisasi, kurangnya pengetahuan tentang perawatan kulit.
5)      Gangguan pemenuhan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan akibat
penurunan produksi energi.
6)      Resiko tinggi injuri berhubungan dengan penurunan sensasi sensori (visual),
kelemahan dan hipoglikemia.
7)      Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
(pengelolaan diabetes), kemampuan mengingat yang kurang, diagnosis atau cara pengobatan
yang baru, keterbatasan kognitif.
8)      Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik di rumah
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi penatalaksanaan terapeutik,
sistem pendukung yang kurang adekuat.
3.      Perencanaan
Perencanaan atau rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang
menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang dilakukan terhadap pasien
sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan.
Rencana asuhan keperawatan disusun dengan melibatkan pasien secara optimal agar
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan terjalin suatu kerjasama yang saling membantu
dalam proses pencapaian tujuan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien.
Dari diagnosa keperawatan diatas dapat disusun rencana asuhan keperawatan sebagai
berikut:
1)         Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan metabolisme
karbohidrat akibat defisiensi insulin, intake tidak adekuat akibat adanya mual dan muntah.
Tujuan:
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan optimal.
Kriteria evaluasi:
-          Nafsu makan meningkat ditandai dengan porsi makan klien habis.
-          Pemasukan kalori atau nutrisi adekuat sesuai program.
-          Berat badan mengarah ke normal sesuai dengan tinggi badan.
-          Kadar glukosa darah dalam batas normal dan tidak terjadi fluktuasi.
Rencana:
Intervensi Rasional
 Timbang berat badan  Mengkaji pemasukan makanan yang
setiap hari atau sesuai indikasi. adekuat.
 Auskultasi bising usus,
catat adanya nyeri abdomen,  Hiperglikemia dan gangguan
kembung, mual, dan muntah. keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
menurunkan motilitas atau fungsi lambung
 Identifikasi makanan yang akan mempengaruhi pilihan intervensi.
yang disukai atau dikehendaki.  Jika makanan yang disukai dapat
dimasukkan dalam perencanaan makan,
 Libatkan keluarga klien kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.
pada perencanaan makan  Meningkatkan rasa keterlibatan dan
sesuai dengan indikasi memberikan informasi kepada keluarga untuk
 Observasi tanda-tanda memahami kebutuhan nutrisi klien
hipoglikemia seperti perubahan  Karena metabolisme karbohidrat mulai
tingkat kesadaran, kulit terjadi (gula darah akan berkurang) dan
lembab/dingin, denyut nadi sementara insulin tetap diberikan maka
cepat, lapar, peka rangsang, hipoglikemia dapat terjadi.
cemas, sakit kepala, pusing dan
sempoyongan.
  Pantau pemeriksaan
laboratorium seperti glukosa
dara, aseton, pH, dan HCO3  Gula darah akan menurun perlahan
dengan penggantian cairan dan therapi insulin
terkontrol sehingga glukosa dapat masuk ke
dalam sel dan digunakan untuk sumber kalori.
 Berikan pengobatan Ketika hal ini terjdi kadar aseton dapat
insulin secara teratur. menurun dan asidosis dapat dikoreksi.
 Insulin reguler memiliki awitan cepat dan
karenanya dengan cepat pula dapat membantu
 Lakukan konsultasi memindahkan glukosa ke dalam sel.
dengan ahli diet.  Bermanfaat dalam perhitungan dan
penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi klien.

2)         Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic dari


hiperglikemia, poliuria, berkurangnya intake cairan.
Tujuan:
Hidrasi adekuat.
Kriteria evaluasi:
-          Tanda-tanda vital stabil : TD 120/80 mmHg, Respirasi 16-24 x/menit, Nadi 70-80
x/menit, Suhu 36,5-37.50C
-          Nadi perifer dapat diraba.
-          Turgor kulit dan pengisian kapiler baik.
-          Intake dan output seimbang.
-          Kadar elektrolit dalam batas normal
Rencana:
Intervensi Rasional
 Pantau tanda-tanda vital,  Hipovolemia dapat dimanifestasikan
catat adanya perubahan tekanan oleh hipotensi dan takikardia.
darah ortostatik.
 Kaji pola nafas seperti  Paru-paru mengeluarkan asam karbonat
adanya pernafasan kussmaul melalui pernafasan yang menghasilkan
atau berbau keton. kompensasi alkalosis respiratoris terhadap
keadaan ketoasidosis. Pernafasan yang berbau
aseton berhubungan dengan pemecahan asam
aseto asetat dan harus berkurang bila ketosis
telah terkoreksi.
 Pantau frekuensi dan  Peningkatan kerja pernafasan,
kualitas pernafasan, pernafasan cepat dan dangkal serta munculnya
penggunaan otot bantu nafas sianosis mungkin indikasi dari kelelahan
dan periode apneu serta muncul pernafasan atau mungkin klien kehilangan
sianosis. kemampuannya untuk mengkompensasi
asidosis.
 Merupakan indicator dari tingkat
 Kaji nadi perifer, dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat.
pengisian kapiler, torgor kulit
dan membran mukosa.  Memberikan perkiraan kebutuhan akan
 Pantau intake dan output cairan pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan
dari therapi yang diberikan.
 Mempertahankan hidrasi atau volume
 Pertahankan untuk sirkulasi dengan adekuat.
memberikan cairan paling
sedikit 2500 ml/hari dalam
batas yang dapat ditoleransi
jantung jika pemasukan cairan
sudah dapat diberikan.  Menghindari pemanasan yang
 Tingkatkan lingkungan berlebihan terhadap klien yang lebih lanjut
yang dapat memberikan rasa dapat menimbulkan kehilangan cairan
nyaman. Selimuti klien dengan
selimut tipis.  Perubahan mental dapat berhubungan
 Kaji adanya perubahan dengan hipoglikemi atau hiperglikemi,
mental atau sensori. elektrolit yang abnormal, asidosis, penurunan
perfusi serebral, dan berkembangnya hipoksia.
 Tipe dan jumlah cairan tergantung dari
derajat kekurangan cairan dan respon klien
 Berikan terapi cairan secara individual.
sesuai dengan indikasi.  Memberikan pengukuran yang tepat dan
akurat terhadap urin output.
 Pasang dan pertahankan  Mengkaji tingkat hidrasi.
kateter urin.
 Pantau pemeriksaan
laboratorium seperti Ht,
BUN/kreatinin, osmolalitas
darah, natrium dan kalium.

3)         Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan


insulin, ketidakseimbangan intake makanan dengan aktivitas fisik, kebiasaan pola makan, dan
kurangnya pengetahuan.

Tujuan:
Intake nutrisi adekuat
Kriteria evaluasi:
-          Kadar glukosa darah dalam tingkat yang optimal.
-          Berat badan ideal dapat dicapai dan dipertahankan.
-          Klien dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan.
-          Klien dapat memilih makanan berdasarkan pada panduan penurunan kalori
Rencana:
Intervensi Rasional
 Diskusikan dengan pasien  Pengertian dapat memotivasi untuk
dan keluarga tentang faktor menghindari faktor penyebab.
penyebab.
 Kaji psikososial pasien  Psikologis dapat mempengaruhi perilaku
yang berhubungan dengan makan yang berlebih.
makan berlebih
 Jelaskan hubungan  Obesitas dapat menyebabkan DM tipe II
obesitas dengan diabetes.
 Konsultasikan dengan  Untuk menetapkan dan menghitung diet
ahli gizi untuk program diet. sesuai dengan kebutuhan klien.
 Motivasi klien untuk  Dapat membantu dalam penurunan berat
mengkonsumsi cukup makanan badan.
yang mengandung kompleks
karbohidrat yang tinggi.
 Bantu memilih menu
harian berdasarkan rencana  Menghindari kebosanan akan menu pada
rendah kalori dan rendah diet yang telah ditentukan.
lemak.
 Timbang berat badan  Menunjukkan intake nutrisi yang
setiap hari. adekuat.
 Diskusikan kebutuhan
diet dan tingkatkan latihan  Latihan memudahkan ambilan glukosa
sesuai program diet. sehingga menurunkan kadar gula darah,
memudahkan penurunan berat badan, dan
 Libatkan keluarga dalam menurunkan resiko aterosklerosis.
perencanaan makan sesuai  Memberikan rasa keterlibatan,
program diet dan indikasi. memberikan informasi kepada keluarga
  Kolaborasi pemeriksaan tentang kebutuhan nutrisi klien.
gula darah, pH, HCO3  Gula darah akan menurun secara
perlahan-lahan pada insulin yang terkontrol.
Pemberian insulin dosis optimal menyebabkan
glukosa masuk kedalam sel yang digunakan
untuk energi.

4)         Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan sensasi sensori,


gangguan sirkulasi, penurunan aktivitas/mobilisasi, kurangnya pengetahuan tentang
perawatan kulit.
Tujuan:
Integritas kulit dapat dipertahankan
Kriteria evaluasi:
-          Keadaan kulit tetap utuh pada daerah yang mengalami gangguan seperti yang
ditunjukkan oleh hal-hal berikut:
         Kulit yang mengalami lesi kelihatan bersih dan memperlihatkan tanda-tanda
penyembuhan.
         Klien atau orang terdekat memperlihatkan perawatan kulit yang tepat.
-          Dapat mempertahankan kesehatan jaringan kulit seperti yang ditunjukkan oleh hal-
hal berikut:
         Tidak mengalami kerusakan kulit
         Tidak terdapat daerah kemerahan
         Mempertahankan sirkulasi adekuat.
Rencana:
Intervensi Rasional
 Inspeksi kulit terhadap  Menandakan area sirkulasi buruk yang dapat
perubahan warna, turgor, vascular. menimbulkan dekubitus/infeksi.
 Jaga kulit tetap bersih dan
kering.  Kulit kotor dan basah merupakan media yang
baik untuk tumbuhnya mikroorganisme.
 Berikan perawatan kulit  Salep dan krim berfungsi untuk melembabkan
dengan salep atau krim. kulit sehingga mencegah terjadinya robekan kulit
 Menurunkan iritasi pada kulit dan resiko
 Pertahankan linen kering. kerusakan kulit.
 Membersihkan luka sehingga mempercepat
 Lakukan perawatan luka tumbuhnya jaringan baru.
dengan larutan NaCl dan
debridement sesuai order.  Membunuh mikroorganisme dan
 Berikan obat-obatan luka. mempercepat penyembuhan luka.
 Deteksi dini sebagai upaya preventif dan
 Awasi dengan ketat terhadap menentukan intervensi yang tepat.
tanda dan gejala infeksi.  Sirkulasi adekuat penting untuk aktivitas sel.
 Berikan tindakan untuk
memaksimalkan sirkulasi darah.  Sebagai indikator pertukaran nutrisi.
 Awasi hasil pemeriksaan
laboratorium seperti albumin

5)         Gangguan pemenuhan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan akibat


penurunan produksi energi.
Tujuan:
Aktivitas sehari-hari klien terpenuhi
Kriteria evaluasi:
-          Kelemahan klien berkurang
-          Mengungkapkan peningkatan energi.
-          Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas yang
diinginkan.
Rencana:
Intervensi Rasional
 Diskusikan dengan klien  Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk
kebutuhan akan aktivitas, buat meningkatkan tingkat aktifitas meskipun mungkin
jadwal perencanaan dengan klien dan klien sangat lemah.
identifikasi aktifitas yang
menimbulkan kelelahan.
 Berikan aktifitas alternatif  Mencegah kelelahan yang berlebihan.
dengan periode istirahat yang cukup.
 Pantau tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah beraktifitas.  Mengindikasikan tingkat aktifitas yang dapat
 Tingkatkan partisipasi klien ditolerir secara fisiologis.
dalam melakukan aktivitas sehari-
hari sesuai dengan yang dapat  Meningkatkan kepercayaan diri atau harga diri
ditoleransi. yang positif sesuai tingkat aktifitas yang dapat
 Libatkan keluarga dalam ditolelir klien
pelaksanaan aktivitas klien.
 Meningkatkan peran aktif keluarga dalam
perawatan klien.

6)         Resiko tinggi injuri berhubungan dengan penurunan sensasi sensori (visual),


kelemahan dan hipoglikemia.
Tujuan:
Injuri tidak terjadi.
Kriteria evaluasi:
-          Mengungkapkan peningkatan energi
-          Mencapai atau mempertahankan tingkat/status mental
-          Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensorik.
-          Pasien mengenali lingkungan yang berbahaya dan menghindarinya.
-          Pasien mengerti resiko injuri dengan perubahan sensori yang diungkapkan secara
verbal.

Rencana:
Intervensi Rasional
 Pantau tanda-tanda vital dan  Sebagai dasar untuk membandingkan temua
status mental. abnormal.
 Minimalkan faktor lingkungan  Mencegah kecelakaan akibat lingkungan yang
yang berbahaya. berbahaya.
 Libatkan keluarga dalam  Membantu mengurangi resiko injuri pada
mencegah terjadinya injuri pada klien.
klien.
 Pelihara aktivitas rutin klien  Membantu memelihara klien tetap
sekonsisten mungkin dan motivasi berhubungan dengan realitas dan mempertahankan
klien untuk melakukan kegiatan orientasi pada lingkungannya.
sehari-hari sesuai dengan
kemampuannya.  Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa
 Kaji adanya keluhan parastesia, tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi
nyeri atau kehilangan sensori pada sentuhan mempunyai resiko tinggi terhadap
paha/kaki, adanya ulkus, daerah kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.
kemerahan, tempat-tempat tertekan
dan denyut nadi perifer.  Penjelasan dapat memotivasi klien untuk
 Jelaskan hal-hal yang dapat menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan
menyebabkan cedera pada klien cedera.
seperti penggunaan alat-
alat/melakukan aktivitas yang salah
 Bantu klien dalam ambulasi  Meningkatkan keamanan klien terutama rasa
atau perubahan posisi serta dalam keseimbangan.
melakukan aktivitas.

7)         Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan


(pengelolaan diabetes), kemampuan mengingat yang kurang, diagnosis atau cara pengobatan
yang baru, keterbatasan kognitif.
Tujuan:
Pengetahuan klien bertambah
Kriteria evaluasi:
-          Klien mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya
-          Klien dapat menghubungkan tanda dan gejala dengan proses penyakit dan faktor
penyebab.
-          Klien dapat melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional
tindakan
-          Klien melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam program
pengobatan.
Rencana:
Intervensi Rasional
 Ciptakan lingkungan saling  Menanggapi dan memperhatikan perlu
percaya dengan mendengarkan penuh diciptakan sebelum pasien bersedia ambil bagian
perhatian dan selalu ada untuk pasien dalam proses belajar.
 Bekerja dengan pasien dalam
menata tujuan belajar yang  Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan
diharapkan. antusias dan kerjasama pasien dengan prinsip-
prinsip yang dipelajari.
 Pilih berbagai strategi belajar  Penggunaan cara yang berbeda tentang
mengakses informasi meningkatkan penerapan pada
individu yang belajar.
 Diskusikan topik utama  Memberikan pengetahuan dasar dimana
pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih
gaya hidup.

8)         Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik di rumah


berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi penatalaksanaan terapeutik,
sistem pendukung yang kurang adekuat.
Tujuan:
Penatalaksanaan aturan terapeutik di rumah berjalan efektif
Kriteria evaluasi:
-          Pasien mengerti tentang pemeliharaan di rumah
-          Melaksanakan keterampilan pemeliharaan secara benar
-          Mengungkapkan kepuasan tentang rencana pemeliharaan di rumah

Rencana:
Intervensi Rasional
 Ajarkan klien tentang diabetes  Lebih banyak pengetahuan klien tentang
mellitus, pengobatan, dan perawatan keadaannya, semakin mungkin mereka mematuhi
sesuai dengan panduan penyuluhan pengobatan dan perawatannya.
klien.
 Rujuk klien pada perawatan  Karena diabetes mellitus adalah gangguan
diri diabetes bila diberikan fasilitas, kronis sepanjang hidup, dukungan kontinyu penting
agensi, organisasi komunitas. dalam membantu seseorang untuk beradaptasi pada
perubahan gaya hidup yang disebabkan oleh rencana
 Rujuk klien pada ahli diet terapeutik untuk pemeliharaan diri.
untuk instruksi pada perencanaan
makan terutama diet yang  Ahli diet khusus adalah spesialisasi nutrisi
dianjurkan. yang dapat membantu klien dalam merencanakan
makan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai
 Ajarkan klien cara perawatan program.
kaki yang tepat.  Untuk mempertahankan integritas kulit

 Bantu dalam perencanaan  Memudahkan ambilan seluler dari glukosa


program latihan reguler yang dapat sehingga menurunkan kadar glukosa darah,
dengan mudah dikerjakan dalam menurunkan berat badan dn menurunkan resiko
rutinitas harian. Jelaskan keuntungan arterosklerosis.
dari latihan.

4. Pelaksananaan keperawatan
Pelaksanaan dari 3 diagnosa keperawatan antara lain adalah Defisit perawatan diri
berhubungan dengan kelemahan fisik, Risiko ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah
dengan factor risiko ketidakpatuhandalam pengobatan, Risiko infeksi dengan factor risiko
procedure invasive dapat dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun dengan adanya
kerjasama yang baik dengan pasien, keluarga pasien, perawat ruangan dan tim kesehatan
lainnya.

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi dari hasil asuhan keperawatan yang dilaksankan selam 3 x 24 jam, dari ke 3
diagnosa keperawatan, meliputi Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik,
Risiko ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah dengan factor risiko ketidakpatuhandalam
pengobatan, Risiko infeksi dengan factor risiko procedure invasive, ketiga diagnosa tersebut
dapat teratasi.

Anda mungkin juga menyukai