Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEJADIAN CEDERA

PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI PAUD DAN TK KEMALA


BHAYANGKARI 06 KOTA LANGSA

Afrida Ristia 1, Retno Utari 2, Faridah Hanum 3


1,2
Dosen STIKes Cut Nyak Dhien Langsa-Aceh
3
Mahasiswa STIKes Cut Nyak Dhien Langsa-Aceh

ABSTRAK

Latar Belakang: Kejadian cedera pada anak merupakan hal yang sering terjadi
terutama saat anak bermain tanpa pengawasan orang tua. Anak prasekolah usia 5-6
tahun sangat rentan untuk mengalami cedera. Prevalensi cedera di Indonesia pada
tahun 2018 yaitu sebesar 9,2%. Prevalensi ini terjadi peningkatan jika
dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu sebesar 8,2% dan tahun 2007 sebesar
7,5%, prevalensi cedera tertinggi terjadi pada anak sekolah yaitu sebesar 13%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan
kejadian cedera pada anak usia 3-6 tahun di PAUD dan TK Kemala Bhayangkari
06 Kota Langsa.
Metode: Jenis penelitian ini menggunakan survei analitik dengan pendekatan
pendekatan cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah orang
tua/pengasuh siswa yang berusia 3-6 tahun di PAUD dan TK Kemala
Bhayangkari 06. Jumlah sampel sebanyak 50 responden. Pengambilan sampel
menggunakan teknik accidental sampling. Data dianalisis dengan uji statistik chi
square.
Hasil: Dari 50 responden yang diteliti mayoritas anak mengalami kejadian cedera
yaitu sebanyak 27 (54,0%), mayoritas menerapkan pola asuh demokratis yaitu
sebanyak 31 (62,0%) responden. Hasil uji statistik chi square menunjukkan nilai p
value (0,029) < α (0,05), sehingga hipotesis diterima, yang artinya ada hubungan
hubungan pola asuh orang tua dengan kejadian cedera pada anak usia 3-6 tahun di
PAUD dan TK Kemala Bhayangkari 06 Kota Langsa.
Kesimpulan: Pola asuh yang banyak diterapkan oleh orang tua adalah pola asuh
demokratis, yang mana pola asuh tersebut juga baik dalam mengontrol anak
sehingga dapat terhindar dari kemungkinan kejadian cedera. Diharapkan
penelitian ini dapat dijadikan informasi awal mengenai kejadian cedera dan pola
asuh orang tua terhadap anaknya, sehingga guru dapat memberitahukan kepada
para orang tua anak agar menerapkan pola asuh yang tepat kepada anaknya.

Kata Kunci : Anak, Cedera, Orang Tua, Pola Asuh

THE CORRELATION BETWEENPARENTING STYLE AND INJURIES


IN CHILDREN AGED 3-6 YEARS OLD. A CASE STUDY IN KEMALA
BHAYANGKARI 06 EARLY CHILDHOOD EDUCATION

1
CENTRE / PRE-K AND KINDERGARTEN
KOTA LANGSA

Background: Incidence of injury to children is a common thing, especially when


children play without the supervision of their parents. Pre-school kids aged 5-6
years old are very vulnerable to injury. Injury prevalance in Indonesia in 2018 is
equal to 9.2 %. This prevalence increased when compared to 2013 which was
8.2% and in 2007 it was 7.5%, the highest injury prevalence occurred in school
children was 13%.
Objective of study: This study aims to determine the correlation between
parenting style and injuries in children aged 3-6 years old in The Kemala
Bhayangkari 06 Pre-Kindergarden and Kindergarden, in the town of Kota Langsa.
Design and Method: This study applies an analytical method with a cross-
sectional design.The subject samples in this study were parents with kids aged 3-6
years old who send their kids to Kemala Bhayangkari 06 Pre-K and Kindergarten.
The number of samples in this study was 50 respondents. This study uses The
Accidental Sampling technique. Data were analyzed by the Chi Square statistical
test.
Findings: Of the 50 respondents studied, the majority of children experienced
injuries were as many as 27 (54.0%), the majority adopted a democratic parenting
pattern as many as 31 (62.0%) respondents. Chi square statistical test results
showed the p value (0.029) <a (0.05), so that the hypothesis is accepted, which
means there is a correlation between parenting style and injuries in children aged
3-6 years old in The Kemala Bhayangkari 06 Pre-Kindergarden and
Kindergarden, in the town of Kota Langsa.
Conclusion: The Parenting style which is widely applied by parents is the
democratic parenting, the style that is also good in controlling children so they can
be avoided from the possibility of injury. This study can be used as preliminary
information about the incidence of injury and parenting style, so that teachers can
tell parents to apply suitable parenting style in parenting their children.

Keywords: Children, Injury, Parents, Parenting Style

A. PENDAHULUAN anak. Tidak adanya pengawasan


Pada masa prasekolah biasanya dari orang tua pada bermain anak
anak lebih aktif bermain terutama jika merupakan salah satu penyebab
bersama teman-temannya, sehingga terjadinya kecelakaan.
anak lebih rentan untuk mengalami Kejadian cedera pada anak
kecelakaan atau cedera. Peran orang merupakan hal yang sering terjadi
tua (terutama ibu) yang terpenting terutama saat anak bermain tanpa
untuk menghindari kecelakaan pada pengawasan orang tua, salah satu cara
anak adalah dengan memberikan untuk menghindari terjadinya cedera
pengawasan dan perhatian penuh pada anak adalah menerapkan pola
dalam proses bermain dan belajar asuh orang tua yang baik terhadap

2
anak. Peran orang tua (terutama melebihi ambang batas toleransi
ibu) yang terpenting adalah untuk fisiologis atau akibat dari kurangnya
menghindari kecelakaan pada anak satu atau lebih elemen penting seperti
adalah dengan memberikan oksigen (Lubis, 2015).
pengawasan dan perhatian penuh Prevalensi cedera di Indonesia
dalam proses bermain dan belajar pada tahun 2018 yaitu sebesar 9,2%.
anak. Tidak adanya pengawasan Prevalensi ini terjadi peningkatan jika
dari orang tua pada bermain anak dibandingkan dengan tahun 2013
merupakan penyebab terjadinya yaitu sebesar 8,2% dan tahun 2007
kecelakaan (Puspitasari, 2017). sebesar 7,5%. Prevalensi cedera pada
Anak prasekolah usia 5-6 tahun usia 1-4 tahun sebesar 8,2% dan pada
sangat rentan untuk mengalami usia 5-14 tahun sebesar 12,1% dan
cedera. Cedera sering terjadi pada prevalensi cedera tertinggi terjadi
anak-anak, biasanya berawal dari rasa pada anak sekolah yaitu sebesar 13%
keingintahuan anak untuk menelusuri (Riskesdas, 2018).
sesuatu dan bereksperimen yang tidak Cedera pada anak dapat
seimbang dengan kemampuan dalam mengakibatkan beberapa kondisi
memahami sesuatu atau bereaksi yaitu, dampak psikologis atau trauma
terhadap bahaya. Melihat pada anak, anak akan berhenti
karakteristik perkembangannya, anak melakukan hal yang dapat
usia toddler lebih beresiko mengalami membuatnya trauma dan takut
cedera (Hastuti, 2017). sehingga dapat mengakibatkan
Menurut World Health terganggunya proses tumbuh
Organization cedera pada anak telah kembang anak dikemudian hari dan
menjadi masalah kesehatan umum bahkan menyebabkan kematian.
yang kejadiannya terus saja Penyebabnya adalah karena anak
meningkat dan membutuhkan yang usianya masih kecil tidak
perhatian yang mendesak. Cedera mengetahui cara melindungi dirinya
bertanggung jawab untuk sekitar dari cedera. Cedera pada anak
950.000 kematian tiap tahunnya pada dipengaruhi oleh beberapa faktor
anak usia dibawah 18 tahun. Hampir diantaranya adalah umur, jenis
90% diantaranya disebabkan karena kelamin, kondisi anak, lingkungan,
cedera yang tidak disengaja. Sekitar dan kurangnya pengawasan
230.000 kematian terjadi pada anak (Widyaningsih, 2014).
usia 5-14 tahun. Setiap tahun, Pengawasan orang tua juga
puluhan juta anak membutuhkan merupakan faktor yang sangat penting
perawatan karena cedera non-fatal, terutama pada anak-anak berusia di
bahkan banyak diantaranya bawah 15 tahun. Anak-anak usia 5-15
mengalami cacat seumur hidup. tahun cukup rentan untuk
Setengah dari seluruh kematian akibat mendapatkan cedera, pada usia itu
cedera yang tidak disengaja anak mempunyai rasa ingin tahu yang
disebabkan oleh cedera lalu lintas dan tinggi dan mempunyai keinginan
tenggelam. Cedera itu sendiri adalah untuk menyelusuri sesuatu serta
kerusakan fisik yang terjadi ketika bereksperimen yang tidak seimbang
tubuh manusia tiba-tiba mengalami dengan kemampuan dalam
penurunan energi dalam jumlah yang

3
memahami atau bereaksi terhadap terjadinya cedera pada anak
bahaya (Kuschithawati, 2007). (Indarwati, 2011).
Banyak cara yang dapat Berdasarkan survey awal yang
dilakukan orang tua untuk mencegah peneliti lakukan pada tanggal 4 April
terjadinya cedera pada anak, salah tahun 2019 dengan melakukan
satunya yaitu dengan pengawasan wawancara terhadap 10 orang ibu di
yang baik dari para orang tua. TK Kemala Bhayangkari 06
Orangtua perlu mendapatkan ditemukan 6 orang ibu menerapkan
bimbingan antisipasi terhadap pola asuh demokratis terhadap
kemungkinan terjadinya bahaya atau anaknya dan mengatakan dalam tiga
ancaman kecelakaan tersebut, cedera bulan terakhir anaknya tidak ada
pada anak tidak terjadi apabila orang mengalami cedera dan 4 orang ibu
tua memiliki pengetahuan tentang menerapkan pola asuh permisif dan
tingkat tumbuh-kembang anak mengatakan anaknya sering
(Hastuti, 2017). mengalami cedera dalam tiga bulan
Satu hal penting yang terakhir, biasanya anak mengalami
mempengaruhi cedera pada anak cedera luka lecet di tangan dan kaki
adalah pola asuh orang tua (Maryana, karena terjatuh saat bermain,
2014). Cara orang tua yang terpeleset atau tersandung, jika anak
mengasuh anaknya berperan cedera biasanya ibu melakukan
menyebabkan cedera pada anak penanganan awal dengan mencuci
misalnya, orang tua yang terlalu luka sebelum di obati atau langsung
memanjakan anak sehingga anak di obati. Pola asuh yang paling
mendapatkan apa keinginannya, banyak diterapkan oleh orang tua
orang tua yang terlalu longgar adalah pola asuh permisif, dimana
dalam mengawasi aktivitas anak, orang tua membebaskan anaknya
orang tua yang mengasuh tidak untuk berbuat apa saja yang
konsisten, ayah dan ibu yang tidak diinginkannya. Hasil wawancara
sependapat (Indarwati, 2011). dengan salah satu guru TK dikatakan
Orang tua adalah aktor utama bahwa dari keseluruhan siswa
dalam mengasuh dan mengawasi sebanyak 80 orang biasanya dalam 1
anak yang memainkan peran penting minggu ada 3 sampai 5 orang siswa
melalui pola pengasuhan orang tua. yang mengalami cedera saat bermain.
Pola asuh itu sendiri diartikan Peneliti memilih TK Kemala
sebagai sikap orang tua dalam Bhayangkari 06 sebagai tempat
hubungannya dengan anaknya. penelitian karena memiliki jumlah
Sikap ini dapat dilihat dari beberapa siswa yang cukup untuk dijadikan
segi antara lain dengan cara orang sampel penelitian dan siswa di TK
tua memberikan peraturan dan Kemala Bhayangkari 06 cenderung
disiplin, hadiah dan hukuman, juga lebih aktif dalam bermain, olahraga
cara orang tua menunjukkan atau dalam melakukan kegiatan lain
kekuasaannya dan cara orang tua yang dilakukan di luar TK.
memberikan perhatian kepada anak. Penelitian ini bertujuan untuk
Pola asuh orang tua menjadi kunci mengetahui hubungan pola asuh
utama dalam upaya mencegah orang tua dengan kejadian cedera
pada anak usia 3-6 tahun di PAUD

4
dan TK Kemala Bhayangkari 06 Kota mayoritas anak mengalami
Langsa. kejadian cedera yaitu
sebanyak 27 (54,0%)
B. METODE sedangkan 23 (46,0%) anak
Jenis penelitian ini tidak mengalami kejadian
menggunakan survei analitik dengan cedera.
pendekatan pendekatan cross
sectional study. Populasi dalam Tabel 1.2
penelitian ini adalah orang Distribusi Frekuensi Pola Asuh
tua/pengasuh siswa yang berusia 3-6 Orang Tua pada Anak Usia 3-6
tahun di PAUD dan TK Kemala Tahun di PAUD dan TK Kemala
Bhayangkari 06. Jumlah sampel Bhayangkari 06 Kota Langsa
dalam penelitian ini adalah 50
responden. Pengambilan sampel No Pola Asuh f %
menggunakan teknik accidental 1 Demokratis 31 62,0
sampling. Penelitian ini dilakukan di 2 Permisif 16 32,0
TK Kemala Bhayangkari 06 pada 3 Otoriter 3 6,0
bulan Juli 2019. Data dianalisis secara Jumlah 50 100
univariat dan bivariat menggunakan
uji chi square test. Tabel 1.2 menunjukkan
bahwa dari 50 responden,
C. HASIL PENELITIAN mayoritas menerapkan pola
Penelitian yang telah dilakukan asuh demokratis yaitu
mengenai hubungan pola asuh orang sebanyak 31 (62,0%)
tua dengan kejadian cedera pada anak responden, sedangkan 16
usia 3-6 tahun di PAUD dan TK (32,0%) responden
Kemala Bhayangkari 06 Kota Langsa menerapkan pola asuh
diperoleh hasil sebagai berikut: permisif dan 3 (6,0%)
responden menerapkan pola
1. Analisa Univariat asuh otoriter.

Tabel 1.1
Distribusi Frekuensi Kejadian 2. Analisa Bivariat
Cedera pada Anak Usia 3-6 Tahun
di PAUD dan TK Kemala Tabel 1.3
Bhayangkari 06 Kota Langsa Hubungan Pola Asuh Orang Tua
dengan Kejadian Cedera pada
N Kejadian Anak Usia 3-6 Tahun di PAUD dan
f %
o Cedera TK Kemala Bhayangkari 06
1 Ya 27 54,0 Kota Langsa
2 Tidak 23 46,0
Jumlah 50 100 Kejadian Cedera
Total
P
Pola Asuh Ya Tidak value
f % f % f %
Berdasarkan tabel di Demokratis 13 41,9 18 58,1 31 100 0,029
atas dapat dilihat bahwa dari Permisif 13 81,2 3 18,8 16 100
50 responden yang diteliti Otoriter 1 33,3 2 66,7 3 100

5
Total 27 23 50 100 Penelitian lain mengenai
kejadian cedera pernah dilakukan
Berdasarkan tabel di Widyaningsih (2014) dimana anak
atas dapat diketahui bahwa yang sering mengalami cedera
dari 31 responden yang sebanyak 18 anak (38,3%), dan anak
menerapkan pola asuh yang jarang mengalami cedera
demokratis, mayoritas sebanyak 29 anak (61,7). Dalam
sebanyak 18 (58,1%) anaknya penelitian ini semua anak pernah
tidak mengalami cedera, mengalami cedera. Cedera yang
sedangkan dari 16 responden sering dialami anak yaitu
yang menerapkan pola asuh terjatuh/terpeleset, dan semua anak
permisif mayoritas sebanyak pernah mengalaminya yaitu 100%,
13 (81,2%) anaknya sedangkan cedera yang jarang dialami
mengalami cedera dan dari 3 anak yaitu tenggelam hanya 4,2%.
responden yang menerapkan Hasil penelitian ini juga
pola asuh otoriter mayoritas didukung oleh penelitian Lubis
sebanyak 2 (66,7%) anaknya (2015), berdasarkan hasil penelitian,
tidak mengalami cedera. responden yang pernah mengalami
Hasil uji chi square cedera dalam 4 bulan terakhir
menunjukkan nilai p value sebanyak 94,5% (86 orang),
(0,029) < α (0,05), sehingga sedangkan 5,5% (5 orang) sisanya
hipotesis diterima, yang tidak pernah mengalami cedera.
artinya ada hubungan Menurut Potter & Perry (2005),
hubungan pola asuh orang tua luka atau cedera adalah rusaknya
dengan kejadian cedera pada struktur dan fungsi anatomis normal
anak usia 3-6 tahun di PAUD akibat patologis. Menurut Purwoko
dan TK Kemala Bhayangkari cedera yang tidak disengaja sering
06 Kota Langsa. disebut juga sebagai kecelakaan,
karena mereka terjadi karena tanpa
D. PEMBAHASAN diharapkan dan sepertinya tidak
1. Kejadian Cedera terkendalikan. Namun sebagian besar
Hasil penelitian menunjukkan kecelakaan sebenarnya, lebih tepat
dari 50 responden yang diteliti untuk disebut sebagai cedera “yang
mayoritas anak mengalami kejadian bisa dicegah”.
cedera yaitu sebanyak 27 (54,0%) Banyak faktor yang
sedangkan 23 (46,0%) anak tidak mempengaruhi anak berisiko
mengalami kejadian cedera. mengalami cedera, salah satunya
Berdasarkan hasil penelitian ini faktor perkembangan internal anak
ditemukan mayoritas anak mengalami pada usia sekolah seperti lebih aktif,
cedera dalam 3 bulan terakhir, cedera ingin melakukan hal-hal yang
paling yang sering dialami anak menantang, dan lebih berani. Selain
adalah jatuh pada saat anak bermain itu, faktor lingkungan dan
lari-larian bersama teman, jatuh saat pengawasan dari orangtua atau orang
naik sepeda, jatuh saat memanjat, dewasa juga sangat mempengaruhi
tersandung saat berlari atau terpeleset. terjadinya cedera pada anak. Oleh
karena itu, diperlukan berbagai

6
macam cara untuk mengantisipasi dan selalu mendasari tindakannya pada
mencegah terjadinya cedera (Lubis, pemikiran. Orang tua tipe ini juga
2015). bersikap realistis terhadap
Menurut peneliti kejadian kemampuan anak. Mereka tidak
cedera sering terjadi pada anak usia 3- berharap lebih pada kemampuan yang
6 tahun karena anak cenderung lebih dimiliki anak.
aktif saat bermain bersama teman- Penelitian ini sejalan dengan
temannya, penelitian ini dilakukan di penelitian yang dilakukan Puspitasari
TK yang mana anak punya (2017) dimana dari 54 responden
kesempatan bermain bersama teman yang diteliti persepsi jenis pola asuh
sebaya dan tedapat banyak alat orang tua terdiri dari otoriter
permainan. Kejadian cedera pada sebanyak 8 orang (21,62%),
anak mudah terjadi saat anak bermain demokratis sebanyak 25 orang
yang biasanya tanpa pengawasan (67,57%), dan permisif sebanyak 4
orang tua atau guru saat disekolah. orang (10,81%). Mengacu pada
2. Pola Asuh Orang Tua hasil tersebut, dapat dinyatakan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
dari 50 responden yang diteliti, dalam penelitian ini memiliki jenis
mayoritas responden menerapkan pola asuh demokratis.
pola asuh demokratis pada anaknya Pola asuh orang tua adalah
yaitu sebanyak 31 (62,0%) responden, suatu hubungan interaksi antara orang
sedangkan 16 (32,0%) responden tua yaitu ayah dan ibu dengan
menerapkan pola asuh permisif dan 3 anaknya yang melibatkan aspek sikap,
(6,0%) responden menerapkan pola nilai, dan kepercayaan orang tua
asuh otoriter. sebagai bentuk dari upaya
Hasil penelitian ditemukan pengasuhan, pemeliharaan,
bahwa mayoritas responden menunjukan kekuasaannya terhadap
menerapkan pola asuh demokratis anak dan salah satu tanggung jawab
kepada anaknya, orang tua orang tua dalam mengantarkan
membebaskan anak untuk melakukan anaknya menuju kedewasaan
apapun yang diinginkan untuk (Maghfiroh, 2014).
meningkatkan kemandirian anak Menurut Murtie (2014) pola
tetapi tetap dengan batasan dan aturan asuh otoriter dimaksudkan bahwa
yang diberikan oleh orang tua, anak dalam mengasuh anak-anaknya orang
dengan pola asuh demokratis juga tua memiliki kecenderungan harus
cenderung lebih aktif di sekolah dan dituruti semua perintah dan larangan
mudah bersosialisasi dengan teman- mereka. Pada pola asuh otoriter,
temannya. orang tua berperan mutlak sebagai
Pola asuh demokratis pembuat keputusan terhadap segala
memungkinkan orang tua dan anak lini kehidupan anak. Anak tidak
saling menyesuaikan diri dengan diperbolehkan untuk memiliki pilihan
berbagai keadaan dirinya. Pola asuh dan mengembangkan cara
demokratis, memprioritaskan berpikirnya.
kepentingan anak, tetapi tidak ragu Murtie (2014) juga menjelaskan
dalam mengendalikan mereka. Orang bahwa pola asuh permisif merupakan
tua seperti ini bersikap rasional dan pola asuh 'cuek' yang dilakukan oleh

7
orang tua. Biasanya pola asuh terjadinya cedera pada anak, dalam
membiarkan ini dimaksudkan agar penelitian ini terlihat bahwa
anak bisa tumbuh dengan mandiri. mayoritas responden yang
Namun bagaimanapun norma dan menerapkan pola asuh demokratis
nilai yang terbentuk pada anak kepada anaknya lebih banyak yang
semestinya diarahkan oleh tidak mengalami cedera, hal ini
orangtuanya. Pola asuh ini membuat dikarenakan walaupun orang tua
anak-anak kurang memiliki tanggung membebaskan anak melakukan segala
jawab, bahkan terhadap diri mereka hal, tetapi tetap dalam pengawasan
sendiri. orang tua. Berbeda dengan orang tua
Pola asuh disiplin atau yang menerapkan pola asuh permisif,
demokratis merupakan pola asuh anak lebih mudah terkena cedera
yang menjadikan anak sebagai karena orang tua membebaskan anak
seorang sahabat yang memiliki melakukan segala hal tanpa dibatasi.
kemauan dan kemampuan sendiri. Meskipun pada orang tua yang
Namun demikian, orang tua tetap menerapkan pola asuh demokratis
memberikan aturan terhadap mana banyak anak yang tidak mengalami
yang boleh dilakukan dan tidak, cedera, tetapi tidak menutup
membimbing anak dalam kemungkinan anak juga akan
kesehariannya, dan mendampingi mengalami cedera, karena tidak
tumbuh kembang mereka. selamanya orang tua mengawasi anak
3. Hubungan Pola Asuh Orang bermain, misalnya pada saat jam
Tua dengan Kejadian Cedera istirahat di sekolah biasanya anak
Berdasarkan hasil penelitian bermain tanpa pengawasan orang tua
ditemukan dari 31 responden yang dan guru, dalam penelitian ini
menerapkan pola asuh demokratis, terdapat 41,9% anak yang cedera
mayoritas sebanyak 18 (58,1%) dengan pola asuh demokratis.
anaknya tidak mengalami cedera, Penelitian ini sejalan dengan
sedangkan dari 16 responden yang penelitian Puspitasari (2017) dimana
menerapkan pola asuh permisif hasil uji statistik yang dilakukan
mayoritas sebanyak 13 (81,2%) menunjukan bahwa ada hubungan
anaknya mengalami cedera dan dari 3 yang cukup kuat antara pola asuh
responden yang menerapkan pola orang tua dengan terjadinya cedera
asuh otoriter mayoritas sebanyak 2 pada anak usia toddler (p = 0,005,
(66,7%) anaknya tidak mengalami Chi Square = 14,954, dan
cedera. Contingency Coefficient = 0,537).
Hasil uji chi square Jenis pola asuh orang tua sebagian
menunjukkan nilai p value (0,029) < besar adalah pola asuh demokratis
α (0,05), sehingga hipotesis diterima, sebanyak 25 orang (67,57%).
yang artinya ada hubungan hubungan Terjadinya cedera pada anak usia
pola asuh orang tua dengan kejadian toddler yang paling banyak adalah
cedera pada anak usia 3-6 tahun di rendah 15 orang (40,54%).
PAUD dan TK Kemala Bhayangkari Pada dasarnya sikap orang tua
06 Kota Langsa. akan tampak pada saat berintegrasi
Pola asuh orang tua sangat dalam keluarga, karena dalam
menentukan besar kecilnya peluang berintekrasi tersebut, sikap, perilaku

8
dan kebiasaan orang tua sehari-hari sikap yang berlawanan dengan
akan dilihat, dinilai, dan ditiru oleh sikapnya di rumah. Hal ini dapat
anak yang kemudian menjadi terjadi karena anak memendam
kebiasaan bagi anaknya. Pola asuh emosinya, ingin didengarkan oleh
orang tua mencerminkan bagaimana orang lain, melanggar peraturan, dan
orang tua memperlakukan anak, berusaha mencari perhatian.
mendidik, membimbing, dan Hukuman yang diterimanya di
mendisiplinkan serta melindungi sekolah tidak sama dengan hukuman
anak dalam mencapai proses yang diterima di rumah. Hukuman di
kedewasaan serta proses eksplorasi rumah cenderung lebih berat, dan
anak terhadap lingkungan sekitarnya dapat berupa pukulan atau kekerasan.
(Puspitasari, 2017). Dari penyebab-penyebab inilah, anak
Pola asuh otoriter biasanya menampakkan kepatuhan di rumah
diterapkan dalam keluarga yang dan menampakkan agresinya di
berdisiplin tinggi. Orangtua sekolah.
cenderung menentukan peraturan Menurut peneliti metode
tanpa berdiskusi dengan anak-anak pengasuhan yang tepat bagi anak
mereka terlebih dahulu. Mereka tidak adalah pola asuh demokratis, karena
mempertimbangkan harapan dan dapat mendorong anak untuk mampu
kehendak anak. Mereka juga bersikap mandiri namun masih berada
menggunakan hukuman sebagai dalam pengendalian atas tindakan
penegak kedisiplinan dan dengan yang dilakukan sehingga akan
mudah mengumbar kemarahan dan tumbuh menjadi anak yang
ketidaksenangan kepada anak. Anak- menunjukkan karakter yang baik dan
anak dari orangtua otoriter dapat matang, memiliki emosi yang stabil,
menjadi pemalu, penuh ketakutan, mudah diatur, terbuka, percaya diri,
menarik diri, beresiko terkena aktif dan ceria, serta mudah bergaul
depresi, sulit membuat keputusan, dan dan lebih bertanggung jawab dan
cenderung sulit untuk mandiri. Saat memungkinkan anak lebih hati-hati
mendidik, adakalanya orangtua perlu sehingga dapat mencegah
menunjukkan ketegasan terhadap kemungkinan terjadinya cedera pada
perilaku yang tidak disukai dan salah anak.
di mata anak-anak. Jika ketegasan itu
sudah melampaui batas dan membuat E. KESIMPULAN
anak menjadi depresi, menarik diri, 1. Dari 50 responden, mayoritas
kurang mandiri, dan sulit mengambil menerapkan pola asuh demokratis
keputusan, maka orangtua sudah yaitu sebanyak 31 (62,0%)
termasuk otoriter. responden, sedangkan 16 (32,0%)
Anak yang sering mendapat responden menerapkan pola asuh
hukuman dari orangtuanya, akan permisif dan 3 (6,0%) responden
menunjukkan kepatuhan saat berada menerapkan pola asuh otoriter.
di rumah. Anak berusaha mencari 2. Dari 50 responden yang diteliti
zona nyaman agar tidak mendapatkan mayoritas anak mengalami
hukuman dari orangtuanya. Saat kejadian cedera yaitu sebanyak 27
berada di luar rumah atau di (54,0%) sedangkan 23 (46,0%)
sekolahan, anak dapat menunjukkan

9
anak tidak mengalami kejadian Kejadian Sibling Rivalry Pada
cedera. Balita di Desa Jotomsanur
3. Ada hubungan hubungan pola asuh Kecamatan Tikung Kabupaten
orang tua dengan kejadian cedera Lamongan. Surya Vol 01 No
pada anak usia 3-6 tahun di PAUD XVII.
dan TK Kemala Bhayangkari 06 Maryana. (2014). Hubungan Pola
Kota Langsa, dengan nilai p value Asuh Orang Tua Dengan
(0,029) < α (0,05). Kejadian Temper Tantrum
pada Anak Usia Toddler Di
DAFTAR PUSTAKA Dukuh Pelem Kelurahan
Baturetno Banguntapan
Hastuti, Dwi. (2017). Hubungan Bantul. Naskah publikas.
Pengetahuan tentang Antisipasi Yogyakarta: Sekolah Tinggi
Cedera dengan Praktik Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah.
Pemcegahan Cedera pada Anak Murtie, Afin. (2014). All About
Usia Toddler di RW 01 Kesehatan Anak. Jogjakarta:
Kelurahan Manggahang Trans Idea Publishing.
Wilayah Puskesmas Jelekong Potter, P.A., & Perry, A.G. (2010).
Kabupaten Bandung. Jurnal Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Komprehensif Keperawatan: konsep, proses,
Vol. 3 No. 1. dan Praktik, Vol 1, E/4. Jakarta:
Indarwati, (2011). Hubungan Antara EGC.
Pengetahuan dan Sikap Orang Puspitasari, Desy. (2017). Hubungan
Tua tentang Bahaya Cedera dan Pola Asuh Orang Tua dengan
Cara Pencegahannya dengan Terjadinya Cedera pada Anak
Praktik Pencegahan Cedera Usia Toddler di Desa Tanggul
Pada Anak Usia Todler di Kulon Kecamatan Tanggul
Kelurahan Blumbang Kabupaten Jember. e-Journal
Kecamatan Tawangmangu Ilmu Keperawatan
Kabupaten Karanganya.  Jurnal Widyaningsih, Ayu. (2014).
Gaster Vol 8  No 2. Hubungan Perilaku Ibu dalam
Kemenkes RI. (2018). Riset Pencegahan Cedera dengan
Kesehatan Dasar 2018. Jakarta: Kejadian Cedera Balita di
Kemenkes RI. Serangan Yogyakarta. Sekolah
Kuschitawati, S., Magetsari, R., & Tinggi Ilmu Kesehatan
Nawi, N. (2007). Faktor Risiko ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Terjadinya Cedera Pada Anak
Usia Sekolah Dasar. Berita
Kedokteran Masyarakat. Vol.
23, No. 3.
Lubis, Padrizal., dkk. (2015).
Gambaran Tingkat Risiko
Cedera pada Anak Usia
Sekolah. JOM Vol 2 No 2.
Maghfiroh, Lilis. (2014). Hubungan
Pola Asuh Orang Tua dengan

10

Anda mungkin juga menyukai