Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Keperawatan, Program Studi Keperawatan Program Sarjana

Universitas Sains Cut Nyak Dhien Langsa

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN INSOMNIA


PADA PASIEN DIABETES MELITUS
DI PUSKESMAS LANGSA BARO
TAHUN 2020

Tika Sentia1, Mailisna2, Agus Dwi Pranata3


1
Mahasiswa Universitas Sains Cut Nyak Dhien Langsa-Aceh
2)3
Dosen Universitas Sains Cut Nyak Dhien Langsa-Aceh

e-mail : tikasentia42@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan masalah kesehatan global
yang prevalensinya terus menerus meningkat sehingga memerlukan upaya pencegahan. DM
merupakan suatu kelompok penyakit metabolit yang ditandai dengan hiperglikemia sebagai
akibat dari defek sekresi insulin, kerja insulin atau kedua. Prevalensi diabetes mellitus saat ini
meningkat tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Dunia.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan
dengan insomnia pada pasien diabetes melitus di Puskesmas Langsa Baro.
Desain penelitian: ini menggunakan jenis analytic yang bersifat cross sectional yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel dimana variabel independen (bebas) dan
variabel dependen (terikat) diidentifikasi pada satu satuan waktu. Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 70 orang dengan teknik Accidental Sampling Data diolah dan
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel silang. Analisa bivariat
menggunakan uji statistik Chi Square.
Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan usia dengan kejadian
insomnia pada pasien diabetes mellitus dengan p-value 0,000 (p<0,05), ada hubungan jenis
kelamin dengan kejadian insomnia pada pasien diabetes melitus dengan p-value 0,022
(p<0,05), tidak ada hubungan pendidikan dengan kejadian insomnia pada pasien diabetes
melitus dengan p-value 0,642 (p>0,05), dan ada hubungan stres dengan kejadian insomnia
pada pasien diabetes melitus dengan p-value 0,000 (p<0,05).
Saran: Peneliti menyarankan kepada Puskesmas agar meningkatkan kebijakan-kebijakan
yang lebih spesifik dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan pasien diabetes mellitus
dengan meningkatkan pemberian informasi dan edukasi untuk meminimalkan stres dan
meningkatkan kualitas tidur pada pasien diabetes melitus.

Kata kunci : Diabetes Mellitus, Insomnia,

FACTORS WHICH AFFECT THE EVENT OF INSOMNIA


Jurnal Keperawatan, Program Studi Keperawatan Program Sarjana
Universitas Sains Cut Nyak Dhien Langsa

IN DIABETES MELLITUS PATIENTSAT


PUSKESMAS LANGSA BARO
IN 2020

Tika Sentia1, Mailisna2, Agus Dwi Pranata3

1 Student of Cut Nyak Dhien University of Science, Langsa - Aceh


2) Lecturer of Cut Nyak Dhien University of Science, Langsa, Aceh

e-mail : tikasentia42@gmail.com

ABSTRACT

Background: Diabetes Mellitus (DM) is a global health problem whose prevalence continues
to increase, so prevention efforts are needed. DM is a group of metabolite diseases which is a
fear of hyperglycemia as a result of defects in insulin secretion, insulin action or both. The
prevalence of diabetes mellitus is currently not increasing only in Indonesia but also in the
world.
Objective: to identify factors associated with insomnia in diabetes mellitus patients in Langsa
Baro’s Health Center.
Methods: The design of this study used a cross-sectional analytic type which aims to
determine the relationship between variables in which the independent (free) and dependent
(dependent) variables are identified at one time unit.
Results: The number of samples in this study were 70 people with the Accidental Sampling
technique. Data were processed and presented in the form of a frequency distribution table
and a cross table. Bivariate analysis using the Chi Square statistical test. The results showed
that there was a relationship between age and the incidence of insomnia in diabetes mellitus
patients with a p-value of 0.000 (p <0.05), there was a sex relationship with the incidence of
insomnia in diabetes mellitus patients with a p-value of 0.022 (p <0.05). , there was no
relationship between education and the incidence of insomnia in diabetes mellitus patients
with a p-value of 0.642 (p> 0.05), and there was a relationship between stress and the
incidence of insomnia in diabetes mellitus patients with a p-value of 0.000 (p <0.05).
Conclusion: Researchers suggest that Puskesmas improve specific policies in order to
improve the health status of diabetes mellitus patients.

Key words : Diabetes Mellitus, Insomnia,

PENDAHULUAN
Jurnal Keperawatan, Program Studi Keperawatan Program Sarjana
Universitas Sains Cut Nyak Dhien Langsa

Penyakit Diabetes Melitus (DM) tanda dan gejala dari penyakit. Gejala
merupakan masalah kesehatan global yang klinis tersebut pada malam hari juga
prevalensinya terus menerus meningkat dialami oleh penderita penyakit DM hal ini
sehingga memerlukan upaya pencegahan. tentu dapat menganggu tidurnya.
DM merupakan suatu kelompok penyakit Terjadinya gangguan tidur akan
metabolik yang ditandai dengan berdampak pada meningkatnya frekuensi
hiperglikemia sebagai akibat dari defek terbangun, sulit tertidur kembali,
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua. ketidakpuasan tidur yang akhirnya
Prevalensi diabetes mellitus saat ini mengakibatkan penurunan kualitas tidur
meningkat tidak hanya di Indonesia tetapi (Gustimigo, 2015).
juga di Dunia (Gustimigo, 2015). Pasien DM juga sering terbangun
Data Internasional Diabetes tengah malam, salah satunya karena
Federation (IDF) tahun 2018 menunjukkan nokturia dan biasanya 2 kali selama satu
bahwa biaya langsung penanganan malam. Pasien dengan nokturia dilaporkan
Diabetes mencapai lebih dari 727 Milyar sering mengalami gangguan tidur
USD per-tahun atau sekitar 12% dari (Prasetya, 2016). Menurut Simanjuntak
pembiayaan kesehatan global, sementara dkk (2018), terjadinya gangguan tidur
itu ditahun 2015 sebanyak 415 juta orang frekuensi terbangun, sulit tertidur kembali,
dewasa dengan diabetes dan pada tahun ketidakpuasan tidur yang pada akhirnya
2040 diperkirakan jumlahnya akan menjadi dan akhirnya menyebabkan gangguan tidur
642 juta. Hampir 80% penderita diabetes dan insomnia.
ada di negara berpenghasilan rendah dan Insomnia merupakan persepsi yang
menengah dan persentase orang dewasa tidak adekuat dari kualitas dan kuantitas
dengan diabetes adalah 8,5% (1 antara 11 tidur dan merupakan keluhan paling umum
orang dewasa menyandang diabetes). dari gangguan tidur. Terdapat beberapa
Indonesia merupakan salah satu klasifikasi dalam insomnia. Menurut
negara yang memiliki jumlah penderita international Classification of Sleep
DM terbesar di Dunia, dimana saat ini Disorder 2 (ICSD-2), insomnia ditegakkan
Indonesia menempati urutan ke-7 dengan apabila terdapat 1 atau lebih keluhan
jumlah penderita DM sebesar 8,5 juta jiwa. seperti kesulitan memulai tidur, kesulitan
Berdasakan data Riskesdas (2018), jumlah untuk mempertahankan tidur sehingga
penderita DM pada kelompok umur >15 sering terbangun dari tidur, bangun terlalu
tahun adalah 2,0%, sedangkan provinsi dini hari dan sulit untuk tidur kembali,
yang memiliki prevalensi tertinggi adalah tidur dengan kualitas yang buruk.
DKI sebesar 3,4% dari penduduk Kesulitan tidur diatas terjadi meskipun
Indonesia dan paling rendah adalah Nusa terdapat peluang dan keadaan yang cukup
Tenggara Timur sebesar 0,9% dari untuk tidur, serta setidaknya terdapat satu
penduduk Indonesia. Prevalensi penderita gangguan yang dialami pada siang hari
DM di Provinsi Aceh mencapai 2,5% dari seperti kelelahan, gangguan atensi,
seluruh total penduduk. konsentrasi, dan memori, gangguan dalam
Meningkatnya prevalensi penderita hubungan sosial, mengantuk disiang hari,
DM tentu saja akan menambah angka kekurangan energi dan motivasi, sering
kejadian komplikasi baik pada tingkatan mengalami kesalahan, kecelakaan saat
sel maupun anatomi. Penderita diabetik kerja, nyeri kepala, gangguan pencernaan
juga mengalami berbagai macam keluhan akibat kurang tidur (Susanti, 2015).
seperti poliuria, polidipsia, polifagia dan Gangguan tidur juga dapat
penurunan berat badan yang tidak dapat mempengaruhi fungsi motorik dan
dijelaskan sebabnya. Penderita diabetes kognitif, penurunan produktifitas,
mellitus umunya merasakan perubahan alam perasaan atau mood,
ketidaknyamanan akibat dari simtom atau penurunan daya ingat, disorientasi serta
Jurnal Keperawatan, Program Studi Keperawatan Program Sarjana
Universitas Sains Cut Nyak Dhien Langsa

adanya keluhan fatique sehingga dapat satunya adalah perubahan neurologis.


mempengaruhi kehidupan pasien dalam Akibat penurunan jumlah neuron fungsi
melakukan aktifitas sehari-hari. Gangguan neurotransmitter juga berkurang sehingga
tidur yang terjadi pada pasien DM tentunya menganggu tidur, begitu juga pasien
juga dapat mempengaruhi pasien dalam dengan usia lansia yang semakin
pengelolaan penyakitnya. Salah satu mengalami penurunan kesehatan fisik,
komponen dalam manajemen DM adalah aspek-aspek kesehatan fisik seperti rasa
monitoring kadar gula darah yang sakit dan ketidaknyamanan akibat
memerlukan peran serta aktif, kemauan penyakit, kebugaran serta kualitas tidur.
dan kemampuan pasien secara mandiri. Hal tersebut berarti semakin buruk
Upaya mempertahankan kadar gula darah kesehatan fisik, maka semakin berat pula
tetap normal pasien DM dapat menurunkan gangguan tidur yang dialami lansia
risiko terjadinya komplikasi (Demur, tersebut (Prabudi, 2018).
2018). Faktor psikologis yang paling
Beberapa faktor risiko kejadian mempengaruhi insomnia yaitu stres
insomnia pernah diteliti. Diantara faktor- emosional. Stres yang berlebihan diduga
faktor yang dianggap mempengaruhi menjadi salah satu penyebab insomnia.
kejadian insomnia adalah: jenis kelamin, Meremehkan insomnia sama dengan
usia, status perkawinan, pendapatan, membiarkan tubuh kita melemah secara
tingkat pendidikan. Sebuah studi sedikit demi sedikit, menimbulkan
metaanalisis dari 29 studi mengenai gangguan kesehatan serius dan dapat
insomnia mendapatkan wanita (41%) lebih menurunkan kualitas hidup (Prayitna,
berisiko mengalami insomnia dibanding 2017).
laki-laki. Pada studi lain yang dilakukan Hasil penelitian yang dilakukan
oleh National Sleep Foundation oleh Prabudi (2018), mengenai faktor-
mendapatkan 57% wanita mengalami faktor yang mempengaruhi terjadinya
insomnia paling tidak beberapa malam insomnia pada lansia di UPTD Panti
dalam seminggu. Pada sebuah penelitian Werdha Kota Binjai yang menyimpulkan
didapatkan kejadian insomnia meningkat bahwa dari 30 responden faktor penyebab
seiring pertambahan umur dan pada insomnia berdasarkan faktor psikologi
individu dengan status sosioekonomi dominan sebanyak 40%, berdasarkan
rendah. Kondisi fisik dan mental tertentu problem psikitri dominan sebanyak 7%,
juga berpengaruh terhadap kejadian berdasarkan sakit fisik sebanyak 10%,
insomnia. Data yang didapatkan dari berdasarkan gaya hidup sebanyak 7%,
Canadian Community Health Survey faktor insomnia berdasarkan tidur siang
(CCHS) melaporkan lebih dari 20% berlebihan sebanyak 30%.
penderita diabetes dilaporkan mengalami Hasil penelitian terkait lainnya
insomnia. Setelah dilakukan penyesuaian yang dilakukan oleh Susanti (2015),
dengan faktor demografi dan mengenai faktor- faktor yang
sosioekonomi, gaya hidup dan kondisi mempengaruhi kejadian insomnia di
mental (Susanti, 2015). Poliklinik Saraf RS Dr. M. Djamil Padang
Keterkaitan antara jenis kelamin yang menyimpulkan bahwa insomnia
dengan gangguan tidur (insomnia) pada berhubungan dengan depresi (p=0,000),
pasien diabetes mellitus yaitu dimana tidak berhubungan dengan umur
pasien yang sering mengalami insomnia (p=0,472), jenis kelamin (p=0,111), status
adalah laki-laki dikarenakan laki-laki lebih ekonomi (p=0,075), riwayat insomnia
sering terpapar zat kimia seperti asap dikeluarga (p=0,197). Depresi dan nyeri
rokok sehingga akan semakin kronik merupakan faktor yang dominan
mempengaruhi kesehatan fisiknya dan berhubungan dengan kejadian insomnia.
banyak mengalami perubahan salah
Jurnal Keperawatan, Program Studi Keperawatan Program Sarjana
Universitas Sains Cut Nyak Dhien Langsa

Jumlah seluruh penderita DM di Analisis Univariat


Kota Langsa pada tahun 2019 sebanyak a. Gangguan Tidur
4.103, sedangkan jumlah penderita DM
tertinggi berada di Puskesmas Langsa Baro Tabel 1
Distribusi Frekuensi Insomnia Pada Pasien
sebanyak 1.331 (Dinkes Langsa, 2019). Diabetes Mellitus di Puskesmas
Berdasarkan hasil survey awal yang Langsa Baro Tahun 2020
penulis lakukan pada tanggal 30 Maret No Gangguan Tidur Frekuensi Persentase
(Insomnia)
2020 di Puskesmas Langsa Baro terhadap 1 Insomnia Ringan 15 21,4
10 orang pasien DM tipe-2 dimana 2 Insomnia Sedang 35 50
sebanyak 8 orang pasien (80%) 3 Insomnia Berat 20 28,6
Jumlah 70 100
mengatakan bahwa mengalami kesulitan
tidur pada malam hari dan merasa Berdasarkan tabel 5.1 di atas hasil
kelelahan pada siang harinya, hal itu penelitian menunjukkan bahwa dari 70
disebabkan karena sering buang air kecil, responden, sebanyak 35 (50%) responden
merasa haus dan lapar pada malam hari mengalami gangguan tidur (insomnia)
sehingga menganggu tidurnya, sebanyak 6 sedang dan sebanyak 15 (21,4%)
orang pasien berjenis kelamin perempuan, responden mengalami gangguan tidur
4 orang pasien berjenis kelamin laki-laki, (insomnia) ringan.
dari aspek usia sebanyak 4 orang pasien
berusia 31-40 tahun, 4 orang pasien b. Usia
berusia 41-50 tahun dan 2 orang pasien
lagi berusia 51-60 tahun, dari aspek Tabel 2
pendidikan sebanyak 5 orang pasien Distribusi Frekuensi Usia Pasien Diabetes
berpendidikan menengah, 2 orang pasien Mellitus di Puskesmas
Langsa Baro
berpendidikan tinggi dan 3 orang pasien No Usia Frekuensi Persentase
berpendidikan dasar dan dari faktor stres
ditemukan sebanyak 4 orang pasien 1 Dewasa Akhir 12 17,1
2 Lansia Awal 3 4,3
mengalami stres ringan, 3 orang pasien 3 Lansia Akhir 55 78,6
mengalami stres sedang dan 3 orang Jumlah 70 100

lainnya mengalami stress berat.


Berdasarkan permasalahan tersebut Berdasarkan tabel 5.2 di atas hasil
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian menunjukkan bahwa dari 70
penelitian mengenai faktor-faktor yang responden sebanyak 55 (78,6%) responden
berhubungan dengan insomnia pada pasien dengan usia lansia akhir dan sebanyak 3
diabetes melitus di Puskesmas Langsa (4,3%) responden dengan usia lansia awal.
Baro.
c. Jenis Kelamin
METODE PENELITIAN Tabel 3
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pasien
Desain penelitian ini akan Diabetes Mellitus di Puskesmas
menggunakan jenis analytic yang bersifat Langsa Baro
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
cross sectional yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antar variabel 1 Laki-Laki 45 64,3
dimana variabel independen (bebas) dan 2 Perempuan 25 35,7
Jumlah 70 100
variabel dependen (terikat) diidentifikasi
pada satu satuan waktu (Sugiyono, 2016). Berdasarkan tabel 5.3 di atas hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari 70
responden sebanyak 45 (64,3%) responden
HASIL PENELITIAN berjenis kelamin laki-laki.
Jurnal Keperawatan, Program Studi Keperawatan Program Sarjana
Universitas Sains Cut Nyak Dhien Langsa

d. Pendidikan

Tabel 4
Distribusi Frekuensi Pendidikan Pasien Diabetes
Mellitus di Puskesmas
Langsa Baro e. Tingkat Stres
No Pendidikan Frekuensi Persentase
Tabel 5
1 Tinggi 3 4,3 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Pasien
2 Menengah 11 15,7
3 Dasar 56 80
Diabetes Mellitusdi Puskesmas
Jumlah 70 100 Langsa Baro
No Tingkat Stres Frekuensi Persentase

Berdasarkan tabel 5.4 di atas hasil 1 Ringan 22 31,4


2 Sedang 28 40
penelitian menunjukkan bahwa dari 70 3 Berat 20 28,6
responden sebanyak 56 (80%) responden Jumlah 70 100
memiliki jenjang pendidikan dasar dan Berdasarkan tabel 5.5 di atas hasil
sebanyak 3 (4,3%) responden memiliki penelitian menunjukkan bahwa dari 70
jenjang pendidikan tinggi. responden sebanyak 28 (40%) responden
mengalami stres sedang sebanyak 20
(28,6%) responden mengalami stres berat.

Analisis Bivariat

Tabel 6
Hubungan Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Stres
dengan Insomnia Pada Pasien Diabetes Mellitus
di Puskesmas Langsa Baro
Gangguan Tidur (Insomnia) p-Value
Insomnia Insomnia Insomnia
No Usia Jumlah
Ringan Sedang Berat
f % f % f % F %
1 Dewasa Akhir 10 83,3 1 8,3 1 8,3 12 100
2 Lansia Awal 2 66,7 1 33,3 0 0 3 100 0,000
3 Lansia Akhir 3 5,5 33 60 19 34,5 55 100
Jumlah 15 35 20 70

Gangguan Tidur (Insomnia) p-


Value
No Jenis Kelamin Insomnia Insomnia Insomnia
Jumlah
Ringan Sedang Berat
f % f % f % F %
1 Laki-Laki 6 13,3 22 48,9 17 37,8 45 100
0,022
2 Perempuan 9 36 13 52 3 12 25 100
Jumlah 15 35 20 70
Gangguan Tidur (Insomnia) p-
Value
No Pendidikan Insomnia Insomnia Insomnia
Jumlah
Ringan Sedang Berat
f % f % f % F %
1 Tinggi 0 0 2 66,7 1 33,3 3 100 0,642
2 Menengah 4 36,4 4 36,4 3 27,3 11 100
Jurnal Keperawatan, Program Studi Keperawatan Program Sarjana
Universitas Sains Cut Nyak Dhien Langsa

3 Dasar 11 19,6 29 51,8 16 28,6 56 100


Jumlah 15 35 20 70
Gangguan Tidur (Insomnia) p-
Value
No Stres Insomnia Insomnia Insomnia
Jumlah
Ringan Sedang Berat
f % f % f % F %
1 Ringan 9 40,9 12 54,5 1 4,5 22 100
2 Sedang 4 14,3 18 64,3 6 21,4 28 100 0,000
3 Berat 2 10 5 25 13 65 20 100
Jumlah 15 35 20 70

Hasil penelitian ini sesuai dengan


Hasil uji statistic Chi–Square penelitian yang dilakukan oleh Dewi
pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05) (2013) mengenai angka kejadian serta
diperoleh nilai p Value = 0,000 (p<0,05) faktor yang mempengaruhi gangguan tidur
sehingga Ha diterima dan H0 ditolak yang (insomnia) pada lansia pasien diabetes
berarti ada hubungan usia dengan kejadian mellitus di Panti Sosial Tresna Werda
insomnia pada pasien diabetes mellitus, Wana Seraya Denpasar Bali yang
ada hubungan jenis kelamin dengan menyimpulkan bahwa sebagian besar atau
kejadian insomnia pada pasien diabetes sebanyak 77,6% lansia mengalami
mellitus dengan nilai p Value = 0,022 insomnia sedang.
(p<0,05), tidak ada hubungan pendidikan Pasien DM juga sering terbangun
dengan kejadian insomnia pada pasien tengah malam, salah satunya karena
diabetes mellitus dengan nilai p Value = nokturia dan biasanya 2 kali selama satu
0,642 (p>0,05) dan ada hubungan stres malam. Pasien dengan nokturia dilaporkan
dengan kejadian insomnia pada pasien sering mengalami gangguan tidur
diabetes mellitus dengan nilai p Value = (Prasetya, 2016). Menurut Simanjuntak
0,000 (p<0,05). dkk (2018), terjadinya gangguan tidur
frekuensi terbangun, sulit tertidur kembali,
PEMBAHASAN ketidakpuasan tidur yang pada akhirnya
\ dan akhirnya menyebabkan gangguan tidur
Gangguan Tidur (Insomnia) Pada dan insomnia.
Pasien Diabetes Mellitus Insomnia merupakan persepsi
yang tidak adekuat dari kualitas dan
Hasil penelitian menunjukkan kuantitas tidur dan merupakan keluhan
bahwa dari 70 responden, sebanyak 35 paling umum dari gangguan tidur.
(50%) responden mengalami gangguan Terdapat beberapa klasifikasi dalam
tidur (insomnia) sedang dan sebanyak 15 insomnia. Menurut international
(21,4%) responden mengalami gangguan Classification of Sleep Disorder 2 (ICSD-
tidur (insomnia) ringan. 2), insomnia ditegakkan apabila terdapat 1
Hasil penelitian ini sejalan dengan atau lebih keluhan seperti kesulitan
penelitian yang dilakukan oleh Sumirta memulai tidur, kesulitan untuk
(2015) mengenai faktor yang mempertahankan tidur sehingga sering
menyebabkan gangguan tidur (insomnia) terbangun dari tidur, bangun terlalu dini
pada lansia dengan diabetes mellitus hari dan sulit untuk tidur kembali, tidur
didapatkan hasil penelitian sebanyak dengan kualitas yang buruk. Kesulitan
46,7% lansia mengalami insomnia kategori tidur diatas terjadi meskipun terdapat
tinggi. peluang dan keadaan yang cukup untuk
Jurnal Keperawatan, Program Studi Keperawatan Program Sarjana
Universitas Sains Cut Nyak Dhien Langsa

tidur, serta setidaknya terdapat satu memicu terjadinya hipoksia dan


gangguan yang dialami pada siang hari merangsang individu untuk bangun dari
seperti kelelahan, gangguan atensi, tidurnya, hal tersebut tentunya akan
konsentrasi, dan memori, gangguan dalam mengurangi waktu normal tidur individu.
hubungan sosial, mengantuk disiang hari,
kekurangan energi dan motivasi, sering Hubungan Usia dengan Insomnia pada
mengalami kesalahan, kecelakaan saat Pasien Diabetes Mellitus
kerja, nyeri kepala, gangguan pencernaan
akibat kurang tidur (Susanti, 2015). Hasil penelitian terhadap dari 70
Gangguan tidur juga dapat responden terdapat 12 responden dengan
mempengaruhi fungsi motorik dan dewasa akhir yang mengalami insomnia
kognitif, penurunan produktivitas, ringan sebanyak 10 (83,3%) responden,
perubahan mood, penurunan daya ingat, dari 3 responden dengan lansia awal yang
disorientasi serta adanya keluhan fatique mengalami insomnia ringan sebanyak 2
sehingga dapat mempengaruhi kehidupan (66,7%) responden dan dari 55 responden
pasien dalam melakukan aktifitas sehari- dengan lansia akhir yang mengalami
hari. Gangguan tidur yang terjadi pada insomnia sedang sebanyak 33 (60%)
pasien DM tentunya juga dapat responden. Hasil uji statistic Chi–Square
mempengaruhi pasien dalam pengelolaan pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05)
penyakitnya. Salah satu komponen dalam diperoleh nilai p Value = 0,000 (p<0,05)
manajemen DM adalah monitoring kadar sehingga Ha diterima dan H0 ditolak yang
gula darah yang memerlukan peran serta berarti ada hubungan usia dengan kejadian
aktif, kemauan dan kemampuan pasien insomnia pada pasien diabetes mellitus..
secara mandiri. Upaya mempertahankan Hasil penelitian ini sejalan dengan
kadar gula darah tetap normal pasien DM penelitian yang dilakukan oleh Dewi
dapat menurunkan risiko terjadinya (2013) mengenai angka kejadian serta
komplikasi (Demur, 2018). faktor yang mempengaruhi gangguan tidur
Sebagian besar pasien diabetes (insomnia) pada lansia di Panti Sosial
mellitus mengalami insomnia sedang Tresna Werda Wana Seraya Denpasar Bali
sampai berat hal ini dikarenakan bahwa yang menyimpulkan bahwa berbagai faktor
gangguan tidur merupakan suatu keadaan yang mempengaruhi terjadinya insomnia
yang sering dialami oleh pasien diabetes pada lansia salah satunya adalah usia.
mellitus, sehingga tidak heran bahwa Hasil penelitian ini sejalan dengan
pasien diabetes mellitus sering mengeluh penelitian yang dilakukan oleh Sumirta
susah tidur dikarenakan meningkatnya (2015) mengenai faktor yang
kadar gula darah yang mengakibatkan menyebabkan gangguan tidur (insomnia)
terjadinya poliuria dan nokturia sehingga pada lansia dengan diabetes mellitus
pasien sering terbangun dimalam hari didapatkan hasil penelitian ada hubungan
untuk buang air kecil dan sulit untuk usia dengan gangguan tidur (insomnia)
tertidur kembali dan sulit untuk pada lansia dengan diabetes mellitus
mempertahankan kualitas tidurnya. dengan p-value 0,001 (p<0,05).
Kualitas tidur yang baik sangat dibutuhkan Proses menua (aging) adalah
tubuh, selama periode tidur terjadi proses alami yang dihadapi manusia.
peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis. Dalam proses ini, tahap yang paling krusial
Selain hal tersebut tidur juga adalah tahap lansia (lanjut usia) dimana
mempengaruhi produksi epinefrin dan pada diri manusia secara alami terjadi
norepinefrin serta pengeluaran melatonin. penurunan atau perubahan kondisi
Gangguan tidur seperti sleep apnea fisik,psikologis maupun sosial yang saling
menyebabkan gangguan aliran udara pada berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu
saluran pernafasan hal tersebut akan cenderung berpotensi menimbulkan
Jurnal Keperawatan, Program Studi Keperawatan Program Sarjana
Universitas Sains Cut Nyak Dhien Langsa

masalah kesehatan secara fisik maupun dengan kecenderungan untuk tidur dan
kesehatan jiwa secara khusus pada bangun lebih awal.
individu lanjut usia (Sarwono, 2011).
Terdapat banyak perubahan Hubungan Jenis Kelamin dengan
fisiologis yang normal pada lansia. Insomnia pada Pasien Diabetes Mellitus
Perubahan ini tidak bersifat patologis,
tetapi dapat membuat lansia lebih rentan Hasil penelitian menunjukkan
terhadap beberapa penyakit. Perubahan bahwa dari 70 responden terdapat 45
terjadi terus menerus seiring usia. responden laki-laki yang mengalami
Perubahan spesifik pada lansia dipengaruhi insomnia sedang sebanyak 22 (48,9%)
kondisi kesehatan, gaya hidup, stressor, responden sedangkan dari 25 responden
dan lingkungan. Perawat harus mengetahui perempuan yang mengalami insomnia
proses perubahan normal tersebut sehingga sedang sebanyak 13 (52%) responden.
dapat memberikan pelayanan tepat dan Hasil uji statistic Chi–Square pada derajat
membantu adaptasi lansia terhadap kepercayaan 95% (α=0,05) diperoleh nilai
perubahan, salah satunya adalah perubahan p Value = 0,022 (p<0,05) sehingga Ha
neurologis. Akibat penurunan jumlah diterima dan H0 ditolak yang berarti ada
neuron fungsi neurotransmitter juga hubungan jenis kelamin dengan kejadian
berkurang. Lansia sering mengeluh insomnia pada pasien diabetes mellitus.
kesulitan untuk tidur, kesulitan untuk tetap Hasil penelitian ini sejalan dengan
terjaga, kesulitan untuk tidur kembali tidur penelitian yang dilakukan oleh Dewi
setelah terbangun di malam hari, terjaga (2013) mengenai angka kejadian serta
terlalu cepat, dan tidur siang yang faktor yang mempengaruhi gangguan tidur
berlebihan. Masalah ini diakibatkan oleh (insomnia) pada lansia di Panti Sosial
perubahan terkait usia dalam siklus tidur- Tresna Werda Wana Seraya Denpasar Bali
terjaga (Potter & Perry 2010). yang menyimpulkan bahwa berbagai faktor
Ada hubungan yang signifikan yang mempengaruhi terjadinya insomnia
antara usia dengan kejadian insomnia pada pada lansia salah satunya adalah jenis
pasien diabetes mellitus, dimana semakin kelamin.
tua usia seseorang maka semakin berat Hasil penelitian ini tidak sejalan
pula insomnia yang dirasakan. Hal ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
disebabkan karena penuruna fungsi fisik Sumirta (2015) mengenai faktor yang
dan perubahan fisik yang terjadi menyebabkan gangguan tidur (insomnia)
mengakibatkan kesehatan menjadi pada lansia didapatkan hasil penelitian
berkurang kesehatan fisik seperti sebanyak 46,7% dan paling banyak
kebugaran serta kualitas tidur. Hal tersebut berjenis kelamin perempuan 85,7%
berarti semakin buruk kesehatan fisik, mengalami insomnia kategori tinggi.
maka semakin berat pula gangguan tidur Menurut Hungu (2012) jenis
yang dialami pasien diabetes mellitus kelamin (seks) adalah perbedaan antara
tersebut. Selain itu pasien diabetes mellitus perempuan dengan laki-laki secara biologis
dengan usia lansia sangat sensitif terhadap sejak seseorang lahir. Seks berkaitan
stimulus lingkungan. Sedangkan pasien dengan tubuh laki-laki dan perempuan,
diabetes mellitus dengan usia dewasa dimana laki-laki memproduksikan sperma,
normal akan terbangun sekitar 2-4 kali. sementara perempuan menghasilkan sel
Tidak begitu halnya dengan lansia, ia lebih telur dan secara biologis mampu untuk
sering terbangun, dengan seringnya menstruasi, hamil dan menyusui.
terbangun pada malam hari menyebabkan Perbedaan biologis dan fungsi biologis
keletihan, mengantuk, dan mudah jatuh laki-laki dan perempuan tidak dapat
tidur pada siang hari, dengan perkataan dipertukarkan diantara keduanya, dan
lain bertambahnya umur juga dikaitkan fungsinya tetap dengan laki-laki dan
Jurnal Keperawatan, Program Studi Keperawatan Program Sarjana
Universitas Sains Cut Nyak Dhien Langsa

perempuan pada segala ras yang ada di mengalami insomnia ringan dan sedang
muka bumi. sebanyak 4 (36,4%) responden dan dari 56
Peneliti berasumsi bahwa terdapat responden dengan pendidikan dasar yang
hubungan antara jenis kelamin dengan mengalami insomnia sedang sebanyak 29
kejadian insomnia pada pasien diabetes (51,8%) responden. Hasil uji statistic Chi–
mellitus hal ini dikarenakan sebagian besar Square pada derajat kepercayaan 95%
lansia yang berjenis kelamin laki-laki (α=0,05) diperoleh nilai p Value = 0,642
memiliki riwayat perokok berat sehingga (p>0,05) sehingga Ha ditolak dan H0 gagal
akan semakin mempengaruhi kesehatan ditolak yang berarti tidak ada hubungan
fisiknya dan banyak mengalami perubahan pendidikan dengan kejadian insomnia pada
salah satunya adalah perubahan neurologis. pasien diabetes mellitus.
Akibat penurunan jumlah neuron fungsi Hasil penelitian ini tidak sejalan
neurotransmitter juga berkurang. Pasien dengan penelitian yang dilakukan oleh
diabetes mellitus dengan jenis kelamin Sumirta (2015) mengenai faktor yang
laki-laki cenderung memiliki gaya hidup menyebabkan gangguan tidur (insomnia)
yang kurang sehat seperti merokok dan pada lansia didapatkan hasil penelitian
konsumsi kafein yang akan berpengaruh sebanyak 46,7% mengalami insomnia
terhadap kadar hormon yaitu terjadi kategori tinggi dan sebanyak 56,7%
penurunan sekresi hormon melatonin yang dengan jenjang pendidikan dasar.
berfungsi mengontrol sirkadian tidur Hasil penelitian ini tidak sejalan
sekresinya terutama pada malam hari. dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sejalan dengan pendapat Darmojo (2016) Dewi (2013) mengenai angka kejadian
yang mengatakan bahwa faktor gaya hidup serta faktor yang mempengaruhi gangguan
lainnya adalah konsumsi kopi, di dalam tidur (insomnia) pada lansia dengan
tubuh, kafein yang terkandung dalam kopi diabetes mellitus di Panti Sosial Tresna
bisa diserap dengan cepat dan hampir Werda Wana Seraya Denpasar Bali yang
sempurna. Efek perilaku dari kafein menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh
meliputi perasaan meningkatnya energi, pendidikan dengan kejadian insomnia pada
tetap waspada, menurunnya tingkat fatique lansia dengan diabetes mellitus.
dan rasa kantuk. Mekanisme aksi kafein Pendidikan secara umum dapat
berhubungan dengan kemampuannya diartikan sebagai suatu usaha sadar dan
dalam menghambat pengeluaran terencana untuk mewujudkan suasana
adenosine. Kafein menyebabkan belajar agar peserta didik secara aktif
peningkatan pengeluaran norepinefrin, mengembangkan potensi dirinya untuk
epinefrin, dopamine dan serotonin, memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,
sehingga dapat membuat orang tetap pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
waspada. Jika kafein dikonsumsi > 250 mg akhlak dan budi mulia, serta keterampilan
dapat menyebabkan terjadinya sindrom yang diperlukan dirinya, masyarakat,
intoksikasi yang meliputi gejala cemas, bangsa dan negara (Notoatmodjo, 2012).
tegang, diuresis, takikardia, agitasi dan Pendidikan sebagai usaha
insomnia. membina dan mengembangkan pribadi
manusia, aspek rohaniah dan jasmaniah,
Hubungan Pendidikan dengan Insomnia juga harus berlangsung secara bertahap.
pada Pasien Diabetes Mellitus Oleh karena itu, suatu kematangan yang
bertitik akhir pada optimalisasi
Hasil penelitian menunjukkan perkembangan/pertumbuhan, baru dapat
bahwa dari 70 responden terdapat 3 tercapai bilamana berlangsung melalui
responden dengan pendidikan tinggi yang proses demi proses ke arah tujuan akhir
mengalami insomnia sedang sebanyak 2 perkembangan atau pertumbuhannya (UU
(66,7%) responden, dari 11 responden RI No. 20, 2013).
dengan pendidikan menengah yang
Jurnal Keperawatan, Program Studi Keperawatan Program Sarjana
Universitas Sains Cut Nyak Dhien Langsa

Peneliti berasumsi bahwa tidak yang mempengaruhi terjadinya insomnia


ada keterkaitan antara pendidikan dengan pada lansia salah satunya adalah stres
kejadian insomnia pada pasien diabetes psikologis
mellitus dimana pendidikan merupakan Hasil penelitian ini tidak sejalan
suatu jenjang pendidikan formal yang dengan penelitian yang dilakukan oleh
ditempuh seseorang dan pendidikan tidak Sumirta (2015) mengenai faktor yang
menjamin kesehatan fisik seseorang, menyebabkan gangguan tidur (insomnia)
sehingga tidak mempengaruhi terhadap pada lansia didapatkan hasil penelitian
terjadinya gangguan tidur, seseorang bahwa ada hubungan stres dengan
dengan pendidikan tinggi bukan berarti gangguan tidur (insomnia) pada lansia
memiliki kualitas tidur yang lebih baik dengan p-value 0,001 (p<0,05).
dengan seseorang dengan jenjang Stres adalah realitas kehidupan
pendidikan yang rendah. Hal ini tidak setiap hari yang tidak bisa di hindari oleh
sejalan dengan pendapat Darmojo (2016), semua orang, stres atau ketegangan
dimana tingkat pendidikan merupakan emosional dapat mempengaruhi sistem
salah satu faktor sosiokultural yang bisa kardiovaskular, dan stres dipercaya sebagai
mempengaruhi insomnia. Tingkat faktor psikologis yang dapat meningkatkan
pendidikan yang tinggi bisa risiki terjadinya insomnia (Marliani, 2011).
memungkinkan individu untuk mengakses Stres itu sendiri menurut Kaplan
dan memahami informasi tentang (2012), adalah suatu keadaan atau respon
kesehatan sehingga pasien memiliki tubuh terhadap setiap tekanan dan tuntutan
pengetahuan untuk memilih strategi dalam yang di hasilkan oleh perubahan dalam
mengatasi insomnia. lingkungan, baik dari kondisi
menyenangkan maupun tidak
Hubungan Stres dengan Insomnia pada menyenangkan. Setiap orang memiliki
Pasien Diabetes Mellitus respon yang berbeda-beda terhadap stress
yang di alami, sehingga gejalagejalanya
Hasil penelitian menunjukkan juga berbeda-beda seperti yang di
bahwa dari 70 responden terdapat 22 ungkapkan oleh Munajat (2012) yaitu
responden dengan stres ringan yang gejala fisik, mencakup nafas cepat, bibir
mengalami insomnia ringan sebanyak 9 kering, tangan lembab, merasa gerah dan
(40,9%) responden, dari 28 responden panas, otot-otot tegang, diare atau
dengan stres sedang yang mengalami sembelit, mudah lelah, sakit kepala, dan
insomnia sedang sebanyak 18 (64,3%) gelisah dan gejala perilaku, antara lain
responden dan dari 20 responden dengan adalah bingung, cemas, jengkel,
stres berat yang mengalami insomnia berat kehilangan semangat, kesulitan dalam
sebanyak 13 (65%) responden. Hasil uji berkonsentrasi, kesulitan membuat
statistic Chi–Square pada derajat keputusan, dan hilangnya kreatifitas.
kepercayaan 95% (α=0,05) diperoleh nilai Peneliti berasumsi bahwa ada
p Value = 0,000 (p<0,05) sehingga Ha keterkaitan antara stres dengan insomnia
diterima dan H0 ditolak yang berarti ada pada pasien diabetes mellitus dimana
hubungan stres dengan kejadian insomnia pasien dengan stress berat juga mengalami
pada pasien diabetes mellitus. insomnia berat, dengan demikian semakin
Hasil penelitian ini sejalan dengan berat stres psikologis seseorang maka akan
penelitian yang dilakukan oleh Dewi semakin menganggu kualitas tidur. Hal ini
(2013) mengenai angka kejadian serta dikarenakan stres akan menyebabkan kadar
faktor yang mempengaruhi gangguan tidur gula darah semakin meningkat dan
(insomnia) pada lansia di Panti Sosial mempengaruhi kualitas tidur pasien yang
Tresna Werda Wana Seraya Denpasar Bali menyebabkan pasien mengalami insomnia.
yang menyimpulkan bahwa berbagai faktor Stress yang berlebihan serta peningkatan
Jurnal Keperawatan, Program Studi Keperawatan Program Sarjana
Universitas Sains Cut Nyak Dhien Langsa

suhu tubuh dapat menggangu pola tidur di SARAN


malam hari, sehingga menyebabkan
kurangnya kualitas tidur. Pada penelitian 1. Bagi Pendidikan agar menjadi
ini kualitas tidur yang buruk akan tambahan referensi mengenai
menjadikan kadar glukosa darahnya tinggi, gangguan tidur (insomnia) pada
ini semua disebabkan oleh responden yang pasien diabetes mellitus yang
berkeinginan untuk makan terus, sering digunakan sebagai bahan referensi
kencing dan lain sebagainya. Dan pada yang memperkaya sumber
penelitian ini juga didapatkan kualitas tidur perpustakaan bagi penelitian
baik memiliki kadar glukosa darah rendah. selanjutnya.
Sejalan dengan pendapat Darmojo (2016), 2. Bagi responden agar meningkatkan
yang mengatakan bahwa stres dapat pengetahuan mengenai pentingnya
merangsang sistem saraf simpatis untuk menjaga kondisi kesehatan fisik dan
mengeluarkan katekolamin, glucagon dan psikologis untuk menghindari
hormon kortisol-steroid yang terjadinya insomnia.
mempengaruhi SSP dalam meningkatkan 3. Bagi Puskesmas agar meningkatkan
rasa gelisah, frustasi, nafas cepat, kebijakan-kebijakan dalam rangka
hipertensi dan ketegangan otot. Demikian meningkatkan derajat kesehatan
juga dapat menstimulasi fungsi RAS pasien diabetes mellitus melalui
(Reticular Activating System) yang pelaksanaan kegiatan pemeriksaan
mengatur seluruh fase siklus tidur, kesehatan secara rutin dan
meningkatkan sleep latency dan mengadakan kerja sama lintas sektoral
menurunkan efisiensi tidur yang meliputi kepada pelayanan kesehatan yang
peningkatan frekuensi bangun di malam lebih spesifik dalam mengatasi
hari. masalah kesehatan seperti
mengadakan pelayanan dokter
spesialis penyakit dalam untuk
KESIMPULAN DAN SARAN meningkatkan status kesehatan dan
mengurangi dampak akibat gangguan
KESIMPULAN tidur pada pasien diabetes mellitus.
4. Bagi peneliti lanjutan agar menjadi
1. Ada hubungan usia dengan kejadian bahan perbandingan bagi peneliti
insomnia pada pasien diabetes mellitus selanjutnya yang tertarik untuk
di Puskesmas Langsa Baro dengan p- melakukan penelitian terkait mengenai
value 0,000 (p<0,05). insomnia pada pasien diabetes
2. Ada hubungan jenis kelamin dengan mellitus.
kejadian insomnia pada pasien diabetes
mellitus di Puskesmas Langsa Baro DAFTAR PUSTAKA
dengan p-value 0,022 (p<0,05).
3. Tidak ada hubungan pendidikan Black dan Hawks. (2014). Buku Ajar
dengan kejadian insomnia pada pasien Keperawatan Medikal Bedah.
diabetes mellitus di Puskesmas Langsa Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
Baro dengan p-value 0,642 (p>0,05). EGC
4. Ada hubungan stres dengan kejadian
insomnia pada pasien diabetes mellitus Damanik. (2018). Pengujian Reliabilitas,
di Puskesmas Langsa Baro dengan p- Validitas, Analisis Item dan
value 0,000 (p<0,05). Pembuatan Norma Depression
Anxiety Stress Scale (DASS) :
Berdasarkan Penelitian ada
Kelompok Sampel Yogyakarta dan
Jurnal Keperawatan, Program Studi Keperawatan Program Sarjana
Universitas Sains Cut Nyak Dhien Langsa

Bantul Yang Mengalami Gempa Hastono. (2011). Analisa Data Kesehatan.


Bumi dan Kelompok Sampel Universitas Indonesia ; Fakultas
Jakarta dan Sekitarnya Yang Tidak Kesehatan Masyarakat
Mengalami Gempa Bumi.
Universitas Indonesia Library >> Hungu. (2012). Geriatri : Ilmu Kesehatan
UI – Tesis Lanjut Usia (Edisi Ke-3). Jakarta :
Balai Penerbit FKUI
Darmojo. (2016). Pengaruh Tingkat Stres
pada Diabetes Mellitus. Bandung : International Clasification of Sleep
Nuha Medika Disorder. (2007). Division of Sleep
Medicine at, Harvard Medical
Demur. (2018). Hubungan Kualitas Tidur School. External Factors that
Dengan Kadar Glukosa Darah Influence Sleep [Internet]. Health
Pada Pasien Diabetes Mellitus Sleep. 2007. Available from:
Tipe II. Prosiding Seminar http://healthysleep.
Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622- med.harvard.edu/healthy/scie
2256 Vol. 1 No. 1 Tahun 2018. nce/how/external-factors.

Dewi. (2013). Faktor-Faktor Yang International Diabetes Federation. (2018).


Berhubungan Dengan Insomnia IDF Atlas Sixth Edition. Jakarta:
pada Pasien Diabetes Mellitus. IDF
Jurnal Keperawatan Andalas.
Akses tanggal 1 Februari 2020. Kaplan. (2012). Nursing Care Of Older
Adults : Theory And Practice.
Dinkes Langsa. (2019). Jumlah Penderita Philadepia : Lippincon.
Diabetes Mellitus. Dinas Kesehatan
Kota Langsa. Kozier, (2011). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan. Jakarta : EGC.
Fatimah, (2015). Penanggulangan Kusmiati. (2016). Gambaran Riwayat
Diabetes Mellitus Tipe-2. Program Diabetes Mellitus Keluarga, Indeks
Studi Ilmu Gii. Fakultas Kesehatan Massa Tubuh dan Aktivitas Fisik
Masyarakat. Universitas pada Penderita Diabetes Mellitus
Hasanuddin. Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas
Manggis 1. Fak Kedokt Univ
Gustimigo ZP. (2015). Kualitas Tidur Udayana [Internet]; Available
Penderita Diabetes Melitus The from: https://ojs.unud.
Sleep Quality Of Patient With ac.id/index.php/eum/article/do
Diabetes Mellitus. Fak Kedokt wnload/13818/9500
Univ Lampung [Internet].
2015;4(November):133– Lovibon,S.H.& Lovibon, P.F. (1995).
8.Available Manual for the Depression Anxiety
from:http://jukeunila.com & Stress Scales (Second edition).
/wpcontent/ uploads/2015/11/133- Psychology Foundation.
138-ZELTA.pdf.
Magfirah, (2016). Hubungan Kualitas
Hasdianah S, (2014). Patologi & Tidur dengan Tekanan Darah
Patofisiologi Penyakit. Jakarta : Pada Mahasiswi Program Studi S1
Medikal Book. Fisioterapi Angkatan 2013 dan
2014 di Universitas Hasanuddin.
Program Studi Fisioterapi Fakultas
Jurnal Keperawatan, Program Studi Keperawatan Program Sarjana
Universitas Sains Cut Nyak Dhien Langsa

Kedokteran Universitas Prayitna. (2017). Manajemen Stres, Cemas


Hasanuddin Makasar. dan Depresi. Jakarta : Fakultas
Kedokteran UI.
Marliani. (2011). Keperawatan
Komunitas. Fitramaya : Pudiastuti. (2015). Penyakit-Penyakit
Yogyakarta. Mematikan. Jakarta : Nuha Medika.

Munajat. (2011). Psikologi kogitif, edisi Riskesdas. (2018). Laporan Nasional


ke- 8. Jakarta: Erlangga Riskesdas 2018.
Hhtp://litbag.depkes.go.id/. Diakses
Nabyl. (2015). Petunjuk Praktis Diet tanggal 01 Februari 2020.
Pasien Diabetes Melitus, Jakarta,
Gramedia. Sarwono. (2011). Keperawatan Medikal
Bedah I. Jakarta : Trans Info Media
Notoatmojo, Soekidjo. (2012). Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Edisi Setiadi. (2013). Konsep dan Penulisan
Revisi, Jakarta. Rineka Cipta. Riset Keperawatan. Jakarta : Trans
Info Media
Notoatmojo, Soekidjo. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, Simanjuntak. (2018). Gambaran Kualitas
Jakarta. Rineka Cipta. Tidur Pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe-2 Di Wilayah Kerja
Perry dan Potter. (2010). Buku Ajar Puskesmas Ngesrep. Jurnal
Fundamental Keperawatan: Kesehatan Masyarakat (e-Journal).
Konsep,. Proses, Dan Praktik, edisi Volume 6, Nomor 1, Januari 2018
4, Volume.2. Jakarta: EGC. (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.p
Phitri. (2013). Hubungan Antara hp/jkm
Pengetahuan dan Sikap Penderita
Diabetes Mellitus Dengan Soelistijo dkk. (2015). Konsensus
Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus Pengelolaan dan Pencegahan
di RSUD AM. Parikesit Diabetes Mellitus Tipe-2 di
Kalimantan Timur. Akses tanggal 1 Indonesia. PB. Perkeni.
Februari 2020.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian
Prabudi. (2018). Faktor- Faktor Yang Kombinasi (Mixed Methods.
Mempengaruhi Terjadinya Alfabeta : Bandung.
Insomnia pada lansia di UPTD
Panti Werdha Kota Binjai. Sumirta. (2015). Faktor yang
Prosiding Seminar Kesehatan Menyebabkan Gangguan Tidur
Perintis E-ISSN : 2622-2256 Vol. 1 (Insomnia) Pada Lansia.
No. 1 Tahun 2018. http//www//repirasitory.co.id.
Akses tanggal 01 Februari 2020.
Prasetya. (2016). Determinan
Ketidakpatuhan Diet Penderita Susanti. (2015). Faktor-Faktor Yang
Diabetes Mellitus Tipe 2. Mempengaruhi Kejadian Insomnia
http//www//repirasitory.co.id. di Poliklinik Saraf RS Dr. M.
Akses tanggal 01 Februari 2020. Djamil Padang. Artikel Penelitian.
Jural.fk.unand.ac.id
Jurnal Keperawatan, Program Studi Keperawatan Program Sarjana
Universitas Sains Cut Nyak Dhien Langsa

Sutomo. (2011). Buku Ajar Geriatri (Ilmu


Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta :
FKUI.

UU RI. No. 20, 2013. Sistem Pendidikan


Nasional.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pmc/articles/PMC3345727/pdf/M
MJ2101-0019.pdf

Anda mungkin juga menyukai