e-mail : tikasentia42@gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang : Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan masalah kesehatan global
yang prevalensinya terus menerus meningkat sehingga memerlukan upaya pencegahan. DM
merupakan suatu kelompok penyakit metabolit yang ditandai dengan hiperglikemia sebagai
akibat dari defek sekresi insulin, kerja insulin atau kedua. Prevalensi diabetes mellitus saat ini
meningkat tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Dunia.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan
dengan insomnia pada pasien diabetes melitus di Puskesmas Langsa Baro.
Desain penelitian: ini menggunakan jenis analytic yang bersifat cross sectional yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel dimana variabel independen (bebas) dan
variabel dependen (terikat) diidentifikasi pada satu satuan waktu. Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 70 orang dengan teknik Accidental Sampling Data diolah dan
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel silang. Analisa bivariat
menggunakan uji statistik Chi Square.
Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan usia dengan kejadian
insomnia pada pasien diabetes mellitus dengan p-value 0,000 (p<0,05), ada hubungan jenis
kelamin dengan kejadian insomnia pada pasien diabetes melitus dengan p-value 0,022
(p<0,05), tidak ada hubungan pendidikan dengan kejadian insomnia pada pasien diabetes
melitus dengan p-value 0,642 (p>0,05), dan ada hubungan stres dengan kejadian insomnia
pada pasien diabetes melitus dengan p-value 0,000 (p<0,05).
Saran: Peneliti menyarankan kepada Puskesmas agar meningkatkan kebijakan-kebijakan
yang lebih spesifik dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan pasien diabetes mellitus
dengan meningkatkan pemberian informasi dan edukasi untuk meminimalkan stres dan
meningkatkan kualitas tidur pada pasien diabetes melitus.
e-mail : tikasentia42@gmail.com
ABSTRACT
Background: Diabetes Mellitus (DM) is a global health problem whose prevalence continues
to increase, so prevention efforts are needed. DM is a group of metabolite diseases which is a
fear of hyperglycemia as a result of defects in insulin secretion, insulin action or both. The
prevalence of diabetes mellitus is currently not increasing only in Indonesia but also in the
world.
Objective: to identify factors associated with insomnia in diabetes mellitus patients in Langsa
Baro’s Health Center.
Methods: The design of this study used a cross-sectional analytic type which aims to
determine the relationship between variables in which the independent (free) and dependent
(dependent) variables are identified at one time unit.
Results: The number of samples in this study were 70 people with the Accidental Sampling
technique. Data were processed and presented in the form of a frequency distribution table
and a cross table. Bivariate analysis using the Chi Square statistical test. The results showed
that there was a relationship between age and the incidence of insomnia in diabetes mellitus
patients with a p-value of 0.000 (p <0.05), there was a sex relationship with the incidence of
insomnia in diabetes mellitus patients with a p-value of 0.022 (p <0.05). , there was no
relationship between education and the incidence of insomnia in diabetes mellitus patients
with a p-value of 0.642 (p> 0.05), and there was a relationship between stress and the
incidence of insomnia in diabetes mellitus patients with a p-value of 0.000 (p <0.05).
Conclusion: Researchers suggest that Puskesmas improve specific policies in order to
improve the health status of diabetes mellitus patients.
PENDAHULUAN
Jurnal Keperawatan, Program Studi Keperawatan Program Sarjana
Universitas Sains Cut Nyak Dhien Langsa
Penyakit Diabetes Melitus (DM) tanda dan gejala dari penyakit. Gejala
merupakan masalah kesehatan global yang klinis tersebut pada malam hari juga
prevalensinya terus menerus meningkat dialami oleh penderita penyakit DM hal ini
sehingga memerlukan upaya pencegahan. tentu dapat menganggu tidurnya.
DM merupakan suatu kelompok penyakit Terjadinya gangguan tidur akan
metabolik yang ditandai dengan berdampak pada meningkatnya frekuensi
hiperglikemia sebagai akibat dari defek terbangun, sulit tertidur kembali,
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua. ketidakpuasan tidur yang akhirnya
Prevalensi diabetes mellitus saat ini mengakibatkan penurunan kualitas tidur
meningkat tidak hanya di Indonesia tetapi (Gustimigo, 2015).
juga di Dunia (Gustimigo, 2015). Pasien DM juga sering terbangun
Data Internasional Diabetes tengah malam, salah satunya karena
Federation (IDF) tahun 2018 menunjukkan nokturia dan biasanya 2 kali selama satu
bahwa biaya langsung penanganan malam. Pasien dengan nokturia dilaporkan
Diabetes mencapai lebih dari 727 Milyar sering mengalami gangguan tidur
USD per-tahun atau sekitar 12% dari (Prasetya, 2016). Menurut Simanjuntak
pembiayaan kesehatan global, sementara dkk (2018), terjadinya gangguan tidur
itu ditahun 2015 sebanyak 415 juta orang frekuensi terbangun, sulit tertidur kembali,
dewasa dengan diabetes dan pada tahun ketidakpuasan tidur yang pada akhirnya
2040 diperkirakan jumlahnya akan menjadi dan akhirnya menyebabkan gangguan tidur
642 juta. Hampir 80% penderita diabetes dan insomnia.
ada di negara berpenghasilan rendah dan Insomnia merupakan persepsi yang
menengah dan persentase orang dewasa tidak adekuat dari kualitas dan kuantitas
dengan diabetes adalah 8,5% (1 antara 11 tidur dan merupakan keluhan paling umum
orang dewasa menyandang diabetes). dari gangguan tidur. Terdapat beberapa
Indonesia merupakan salah satu klasifikasi dalam insomnia. Menurut
negara yang memiliki jumlah penderita international Classification of Sleep
DM terbesar di Dunia, dimana saat ini Disorder 2 (ICSD-2), insomnia ditegakkan
Indonesia menempati urutan ke-7 dengan apabila terdapat 1 atau lebih keluhan
jumlah penderita DM sebesar 8,5 juta jiwa. seperti kesulitan memulai tidur, kesulitan
Berdasakan data Riskesdas (2018), jumlah untuk mempertahankan tidur sehingga
penderita DM pada kelompok umur >15 sering terbangun dari tidur, bangun terlalu
tahun adalah 2,0%, sedangkan provinsi dini hari dan sulit untuk tidur kembali,
yang memiliki prevalensi tertinggi adalah tidur dengan kualitas yang buruk.
DKI sebesar 3,4% dari penduduk Kesulitan tidur diatas terjadi meskipun
Indonesia dan paling rendah adalah Nusa terdapat peluang dan keadaan yang cukup
Tenggara Timur sebesar 0,9% dari untuk tidur, serta setidaknya terdapat satu
penduduk Indonesia. Prevalensi penderita gangguan yang dialami pada siang hari
DM di Provinsi Aceh mencapai 2,5% dari seperti kelelahan, gangguan atensi,
seluruh total penduduk. konsentrasi, dan memori, gangguan dalam
Meningkatnya prevalensi penderita hubungan sosial, mengantuk disiang hari,
DM tentu saja akan menambah angka kekurangan energi dan motivasi, sering
kejadian komplikasi baik pada tingkatan mengalami kesalahan, kecelakaan saat
sel maupun anatomi. Penderita diabetik kerja, nyeri kepala, gangguan pencernaan
juga mengalami berbagai macam keluhan akibat kurang tidur (Susanti, 2015).
seperti poliuria, polidipsia, polifagia dan Gangguan tidur juga dapat
penurunan berat badan yang tidak dapat mempengaruhi fungsi motorik dan
dijelaskan sebabnya. Penderita diabetes kognitif, penurunan produktifitas,
mellitus umunya merasakan perubahan alam perasaan atau mood,
ketidaknyamanan akibat dari simtom atau penurunan daya ingat, disorientasi serta
Jurnal Keperawatan, Program Studi Keperawatan Program Sarjana
Universitas Sains Cut Nyak Dhien Langsa
d. Pendidikan
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Pendidikan Pasien Diabetes
Mellitus di Puskesmas
Langsa Baro e. Tingkat Stres
No Pendidikan Frekuensi Persentase
Tabel 5
1 Tinggi 3 4,3 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Pasien
2 Menengah 11 15,7
3 Dasar 56 80
Diabetes Mellitusdi Puskesmas
Jumlah 70 100 Langsa Baro
No Tingkat Stres Frekuensi Persentase
Analisis Bivariat
Tabel 6
Hubungan Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Stres
dengan Insomnia Pada Pasien Diabetes Mellitus
di Puskesmas Langsa Baro
Gangguan Tidur (Insomnia) p-Value
Insomnia Insomnia Insomnia
No Usia Jumlah
Ringan Sedang Berat
f % f % f % F %
1 Dewasa Akhir 10 83,3 1 8,3 1 8,3 12 100
2 Lansia Awal 2 66,7 1 33,3 0 0 3 100 0,000
3 Lansia Akhir 3 5,5 33 60 19 34,5 55 100
Jumlah 15 35 20 70
masalah kesehatan secara fisik maupun dengan kecenderungan untuk tidur dan
kesehatan jiwa secara khusus pada bangun lebih awal.
individu lanjut usia (Sarwono, 2011).
Terdapat banyak perubahan Hubungan Jenis Kelamin dengan
fisiologis yang normal pada lansia. Insomnia pada Pasien Diabetes Mellitus
Perubahan ini tidak bersifat patologis,
tetapi dapat membuat lansia lebih rentan Hasil penelitian menunjukkan
terhadap beberapa penyakit. Perubahan bahwa dari 70 responden terdapat 45
terjadi terus menerus seiring usia. responden laki-laki yang mengalami
Perubahan spesifik pada lansia dipengaruhi insomnia sedang sebanyak 22 (48,9%)
kondisi kesehatan, gaya hidup, stressor, responden sedangkan dari 25 responden
dan lingkungan. Perawat harus mengetahui perempuan yang mengalami insomnia
proses perubahan normal tersebut sehingga sedang sebanyak 13 (52%) responden.
dapat memberikan pelayanan tepat dan Hasil uji statistic Chi–Square pada derajat
membantu adaptasi lansia terhadap kepercayaan 95% (α=0,05) diperoleh nilai
perubahan, salah satunya adalah perubahan p Value = 0,022 (p<0,05) sehingga Ha
neurologis. Akibat penurunan jumlah diterima dan H0 ditolak yang berarti ada
neuron fungsi neurotransmitter juga hubungan jenis kelamin dengan kejadian
berkurang. Lansia sering mengeluh insomnia pada pasien diabetes mellitus.
kesulitan untuk tidur, kesulitan untuk tetap Hasil penelitian ini sejalan dengan
terjaga, kesulitan untuk tidur kembali tidur penelitian yang dilakukan oleh Dewi
setelah terbangun di malam hari, terjaga (2013) mengenai angka kejadian serta
terlalu cepat, dan tidur siang yang faktor yang mempengaruhi gangguan tidur
berlebihan. Masalah ini diakibatkan oleh (insomnia) pada lansia di Panti Sosial
perubahan terkait usia dalam siklus tidur- Tresna Werda Wana Seraya Denpasar Bali
terjaga (Potter & Perry 2010). yang menyimpulkan bahwa berbagai faktor
Ada hubungan yang signifikan yang mempengaruhi terjadinya insomnia
antara usia dengan kejadian insomnia pada pada lansia salah satunya adalah jenis
pasien diabetes mellitus, dimana semakin kelamin.
tua usia seseorang maka semakin berat Hasil penelitian ini tidak sejalan
pula insomnia yang dirasakan. Hal ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
disebabkan karena penuruna fungsi fisik Sumirta (2015) mengenai faktor yang
dan perubahan fisik yang terjadi menyebabkan gangguan tidur (insomnia)
mengakibatkan kesehatan menjadi pada lansia didapatkan hasil penelitian
berkurang kesehatan fisik seperti sebanyak 46,7% dan paling banyak
kebugaran serta kualitas tidur. Hal tersebut berjenis kelamin perempuan 85,7%
berarti semakin buruk kesehatan fisik, mengalami insomnia kategori tinggi.
maka semakin berat pula gangguan tidur Menurut Hungu (2012) jenis
yang dialami pasien diabetes mellitus kelamin (seks) adalah perbedaan antara
tersebut. Selain itu pasien diabetes mellitus perempuan dengan laki-laki secara biologis
dengan usia lansia sangat sensitif terhadap sejak seseorang lahir. Seks berkaitan
stimulus lingkungan. Sedangkan pasien dengan tubuh laki-laki dan perempuan,
diabetes mellitus dengan usia dewasa dimana laki-laki memproduksikan sperma,
normal akan terbangun sekitar 2-4 kali. sementara perempuan menghasilkan sel
Tidak begitu halnya dengan lansia, ia lebih telur dan secara biologis mampu untuk
sering terbangun, dengan seringnya menstruasi, hamil dan menyusui.
terbangun pada malam hari menyebabkan Perbedaan biologis dan fungsi biologis
keletihan, mengantuk, dan mudah jatuh laki-laki dan perempuan tidak dapat
tidur pada siang hari, dengan perkataan dipertukarkan diantara keduanya, dan
lain bertambahnya umur juga dikaitkan fungsinya tetap dengan laki-laki dan
Jurnal Keperawatan, Program Studi Keperawatan Program Sarjana
Universitas Sains Cut Nyak Dhien Langsa
perempuan pada segala ras yang ada di mengalami insomnia ringan dan sedang
muka bumi. sebanyak 4 (36,4%) responden dan dari 56
Peneliti berasumsi bahwa terdapat responden dengan pendidikan dasar yang
hubungan antara jenis kelamin dengan mengalami insomnia sedang sebanyak 29
kejadian insomnia pada pasien diabetes (51,8%) responden. Hasil uji statistic Chi–
mellitus hal ini dikarenakan sebagian besar Square pada derajat kepercayaan 95%
lansia yang berjenis kelamin laki-laki (α=0,05) diperoleh nilai p Value = 0,642
memiliki riwayat perokok berat sehingga (p>0,05) sehingga Ha ditolak dan H0 gagal
akan semakin mempengaruhi kesehatan ditolak yang berarti tidak ada hubungan
fisiknya dan banyak mengalami perubahan pendidikan dengan kejadian insomnia pada
salah satunya adalah perubahan neurologis. pasien diabetes mellitus.
Akibat penurunan jumlah neuron fungsi Hasil penelitian ini tidak sejalan
neurotransmitter juga berkurang. Pasien dengan penelitian yang dilakukan oleh
diabetes mellitus dengan jenis kelamin Sumirta (2015) mengenai faktor yang
laki-laki cenderung memiliki gaya hidup menyebabkan gangguan tidur (insomnia)
yang kurang sehat seperti merokok dan pada lansia didapatkan hasil penelitian
konsumsi kafein yang akan berpengaruh sebanyak 46,7% mengalami insomnia
terhadap kadar hormon yaitu terjadi kategori tinggi dan sebanyak 56,7%
penurunan sekresi hormon melatonin yang dengan jenjang pendidikan dasar.
berfungsi mengontrol sirkadian tidur Hasil penelitian ini tidak sejalan
sekresinya terutama pada malam hari. dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sejalan dengan pendapat Darmojo (2016) Dewi (2013) mengenai angka kejadian
yang mengatakan bahwa faktor gaya hidup serta faktor yang mempengaruhi gangguan
lainnya adalah konsumsi kopi, di dalam tidur (insomnia) pada lansia dengan
tubuh, kafein yang terkandung dalam kopi diabetes mellitus di Panti Sosial Tresna
bisa diserap dengan cepat dan hampir Werda Wana Seraya Denpasar Bali yang
sempurna. Efek perilaku dari kafein menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh
meliputi perasaan meningkatnya energi, pendidikan dengan kejadian insomnia pada
tetap waspada, menurunnya tingkat fatique lansia dengan diabetes mellitus.
dan rasa kantuk. Mekanisme aksi kafein Pendidikan secara umum dapat
berhubungan dengan kemampuannya diartikan sebagai suatu usaha sadar dan
dalam menghambat pengeluaran terencana untuk mewujudkan suasana
adenosine. Kafein menyebabkan belajar agar peserta didik secara aktif
peningkatan pengeluaran norepinefrin, mengembangkan potensi dirinya untuk
epinefrin, dopamine dan serotonin, memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,
sehingga dapat membuat orang tetap pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
waspada. Jika kafein dikonsumsi > 250 mg akhlak dan budi mulia, serta keterampilan
dapat menyebabkan terjadinya sindrom yang diperlukan dirinya, masyarakat,
intoksikasi yang meliputi gejala cemas, bangsa dan negara (Notoatmodjo, 2012).
tegang, diuresis, takikardia, agitasi dan Pendidikan sebagai usaha
insomnia. membina dan mengembangkan pribadi
manusia, aspek rohaniah dan jasmaniah,
Hubungan Pendidikan dengan Insomnia juga harus berlangsung secara bertahap.
pada Pasien Diabetes Mellitus Oleh karena itu, suatu kematangan yang
bertitik akhir pada optimalisasi
Hasil penelitian menunjukkan perkembangan/pertumbuhan, baru dapat
bahwa dari 70 responden terdapat 3 tercapai bilamana berlangsung melalui
responden dengan pendidikan tinggi yang proses demi proses ke arah tujuan akhir
mengalami insomnia sedang sebanyak 2 perkembangan atau pertumbuhannya (UU
(66,7%) responden, dari 11 responden RI No. 20, 2013).
dengan pendidikan menengah yang
Jurnal Keperawatan, Program Studi Keperawatan Program Sarjana
Universitas Sains Cut Nyak Dhien Langsa