Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN SEMINAR KASUS ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. Ny.L DENGAN DIAGNOSA


HIPERBILIRUBIN DERAJAT III

Oleh :

1. Della Irawanti (01.3.20.00440)


2. Dwi Chrismon Petter (01.3.20.00444)
3. Febri Tri Hamunangan (01.3.20.00448)
4. Oknalita Tri Praptika (01.3.20.00457)
5. Ony nindya naluri (01.3.20.00458)
6. Valentina Winarti (01.3.20.00462)
7. Pani kogoya (01.3.20.00463)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS. BAPTIS KEDIRI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. Ny.L DENGAN DIAGNOSA


HIPERBILIRUBINEMIA

Menyetujui, Kediri, 11 November 2020


Ketua Program Studi PJMK/Pembimbing Keperawatan Anak

Erva Elli K, S.Kep., Ns., M.Kep Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Dasar Hiperbilirubinemia


1.1.1 Definisi
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana menguningnya sklera, kulit
atau jaringan lain akibat perlekatan bilirubuin dalam tubuh atau akumulasi bilirubin
dalam darah lebih dari 5mg/ml dalam 24 jam, yang menandakan terjadinya gangguan
fungsional dari liper, sistem biliary, atau sistem hematologi (Atikah & Jaya, 2016)
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar
nilainya lebih dari normal. (Suriadi & Yuliani, 2010). Ikterus fisiologis adalah warna
kekuningan pada kulit yang timbul pada hari ke-2 sampai ke-3 setelah lahir yang
tidak mempunyai dasar patologis dan akan menghilang dengan sendirinya pada hari
ke-10. (Susilaningrum dkk, 2013). Icterus, jaundice, atau “sakit kuning” adalah
warna kuning pada sclera mata, mukosa, dan kulit oleh karena peningkatan kadar
bilirubin dalam darah (hyperbilirubinemia) yang selanjutnya menyebabkan
peningkatan bilirubin dalam cairan luar sel (extracellular fluid). (Widagdo, 2012).
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan kadar bilirubin serum total yang lebih
dari 10 mg/dl pada 24 jam pertama yang ditandai dengan tampaknya ikterik pada
kulit, sklera, dan organ lain (Ridha, 2014). Hyperbilirubinemia adalah suatu keadaan
pada bayi baru lahir dimana kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg/dl pada 24
jam pertama kehidupan dengan ditandai adanya ikterik, keadaan ini terjadi pada bayi
baru lahir yang disebut ikterik neonatus yang bersifat patologis atau yang lebih
dikenal dengan hyperbilirubinemia yang merupakan suatu keadaan meningkatnya
kadar bilirubindi dalam jaringan ekstra vaskuler sehingga konjungtiva, kulit, dan
mukosa akan berwarna kuning. Keadaan tersebut juga berpotensi besar terjadi kern
ikterus yang merupakan kerusakan otak akibat perlekatan bilirubin indirek pada otak
( aziz alimul Hidayat, 2008).

1.1.2 Etiologi
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh bermacam-macam keadaan.
Penyebab yang sering ditemukan disini adalah hemolisis yang timbul akibat
inkopatibilitas golongan darah ABO atau defisiensi enzim G6PD. Hemolisis ini dapat
pula timbul karna adanya perdarahan tertutup (hematoma cepal, perdarahan
subaponeurotik) atau inkompatibilitas golongan darah Rh. Infeksi juga memegang
peranan penting dalam terjadinya hiperbilirubinemia; keadaaan ini terutama terjadi
pada penderita sepsis dan gastroenteritis. Faktor lain yaitu hipoksia atau asfiksia,
dehidrasi dan asiosis, hipoglikemia, dan polisitemia (Atikah & Jaya, 2016).
Nelson, (2011), secara garis besar etiologi ikterus neonatorum dapat dibagi :
a. Produksi yang berlebihan
Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada
hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh, AB0, golongan darah
lain, defisiensi enzim G-6-PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
b. Gangguan dalam proses “uptake” dan konjugasi hepar
Gangguan ini dapat disebabkan oleh bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat
asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase
(sindrom criggler-Najjar). Penyebab lain yaitu defisiensi protein. Protein Y dalam
hepar yang berperan penting dalam “uptake” bilirubin ke sel hepar.
c. Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke hepar.Ikatan
bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat,
sulfafurazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya
bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.
d. Gangguan dalam ekskresi
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar
hepar.Kelainan diluar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan.
Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh
penyebab lain. Etiologi ikterus yang sering ditemu-kan ialah: hiperbilirubinemia
fisiologik, inkompabilitas golongan darah ABO dan Rhesus, breast milk
jaundice, infeksi, bayi dari ibu penyandang diabetes melitus, dan
polisitemia/hiperviskositas.

Etiologi yang jarang ditemukan yaitu: defisiensi G6PD, defisiensi piruvat kinase,
sferositosis kongenital, sindrom Lucey-Driscoll, penyakit Crigler-Najjar, hipo-tiroid,
dan hemoglobinopati. (Mathindas, dkk , 2013)

1.1.3 Klasifikasi
Atikah dan Jaya, (2016), membagi ikterus menjadi 2 :
a. Ikterus Fisiologis
Ikterus fisiologis sering dijumpai pada bayi dengan berat lahir rendah, dan
biasanya akan timbul pada hari kedua lalu menghilang setelah minggu kedua. Ikterus
fisiologis muncul pada hari kedua dan ketiga. Bayi aterm yang mengalami
hiperbilirubin memiliki kadar bilirubin yang tidak lebih dari 12 mg/dl, pada BBLR
10 mg/dl, dan dapat hilang pada hari ke-14. Penyebabnya ialah karna bayi
kekurangan protein Y, dan enzim glukoronil transferase.
b. Ikterus Patologis
Ikterus patologis merupakan ikterus yang timnbul segera dalam 24 jam pertama,
dan terus bertamha 5mg/dl setiap harinya, kadal bilirubin untuk bayi matur diatas 10
mg/dl, dan 15 mg/dl pada bayi prematur, kemudian menetap selama seminggu
kelahiran. Ikterus patologis sangat butuh penanganan dan perawatan khusus, hal ini
disebabkan karna ikterus patologis sangat berhubungan dengan penyakit sepsis.
Tanda-tandanya ialah :
1. Ikterus muncul dalam 24jam pertama dan kadal melebihi 12mg/dl.
2. Terjadi peningkatan kadar bilirubin sebanyak 5 mg/dl dalam 24jam.
3. Ikterus yang disertai dengan hemolisis.
4. Ikterus akan menetap setelah bayi berumur 10 hari pada bayi aterm , dan 14 hari
pada bayi BBLR.

Luasnya ikterus pada neonatus menurut daerah yang terkena dan kadar bilirubinnya
dapat dilihat pada tabel berikut :

Derajat icterus Luas ikterus Perkiraan kadar


bilirubin
I Kepala dan leher 5 mg/dL
II Sampai badan atas (di 9 mg/dL
atas umbilicus)
III Sampai badan bawah (di 11 mg/dL
bawah umbilicus) hingga
tungkai atas ( di atas
lutut)
IV Sampai lengan dan kaki 12 mg/dL
di bawah lutut
V Sampai telapak tangan 16 mg/dL
dan kaki

1.1.4 Patofisiologi
Meningkatnya kadar bilirubin dapat juga disebabkan produksi yang berlebihan.
Sebagian besar hiperbilirubin berasal dari destruksi eritrosit yang menua. Pigmen
kuning ditemukan dalam empedu yang terbentuk dari pemecahan hemoglobin oleh
kerja heme oksigenasi, biliverdin reduktase, dan agen pereduksi nonenzimatik dalam
system retikuloendotelial.
Setelah pemecahan hemoglobin, bilirubin tak terkonjugasi diambil oleh protein
intraseluler “Y protein” dalam hati. Pengambilan tergantung pada aliran darah
hepatic dan adanya ikatan protein. Bilirubin tak terkonjugasi dalam hati diubah atau
terkonjugasi oleh enzim asam uridin difosfoglukoronat – uridin diphosphoglucuronic
acid (UDPGA) glukorinil transferase menjadi bilirubin mono dan diglucuronida yang
polar, larut dalam air (bereaksi direk).
Bilirubin yang terkonjugasi yang larut dalam air dapat dieliminasi melalui
ginjal. Dengan konjugasi, bilirubin masuk dalam empedu melalui membrane
kanikular. Kemudian ke system gastrointestinal dengan diaktifkan oleh bakteri
menjadi urobilinogen dalam tinja dan urine. Beberapa bilirubin diabsorpsi kembali
melalui sirkulasi enterohepatik.
Warna kuning dalam kulit akibat dari akumulasi pigmen bilirubin yang larut
dalam lemak, tak terkonjugasi, non polar (bereaksi indirek). Pada bayi dengan
hiperbilirubinemia kemungkinan merupakan hasil dari defisiensi atau tidak
efektifnya glukorinil transferase. Rendahnya pengambilan dalam hepatic
kemungkinan karena penurunan protein hepatic sejalan dengan penurunan aliran
darah hepatik. Jaundice yang terkait dengan pemberian ASI merupakan hasil dari
hambatan kerja glukorinil transferase oleh pregnanediol atau asam lemak bebas yang
terdapat dalam ASI terjadi 4 sampai 7 hari setelah lahir. Dimana terdapat kenaikan
bilirubin tak terkonjugasi dengan kadar 25 sampai 30 mg/dl selama minggu ke 2
sampai ke 3. Biasanya dapat mencapai usia 4 minggu dan menurun 10 minggu. Jika
pemberian ASI dilanjutkan, hiperbilirubin akan menurun berangsur-angsur dan dapat
menetap selama 3 sampai 10 minggu pada kadar yang lebih rendah. Jika pemberian
ASI dihentikan, kadar bilirubin serum akan turun dengan cepat, biasanya mencapai
normal dalam beberapa hari. Penghentian ASI selama 1 sampai 2 hari dan
penggantian ASI dengan formula mengakibatkan penurunan serum dengan cepat,
sesudahnya pemberian ASI dapat dimulai lagi dan hiperbilirubin tidak kembali ke
kadar yang tinggi seperti sebelumnya (Suriadi, 2001).
1.1.5 Pathway

Hemoglobin

Hema Globin

Feco Biliverdin

Peningkatan destruksi eritrosit (gangguan


konjungsi bilirubin/gangguan transport Pemecahan bilirubin
bilirubin/peningkatan siklus enteropetik) berlebih
Hb dan eritrosit abnomal

Hepar tidak mampu Suplai bilirubin melebihi


melakukan konjugasi tampungan hepar

Sebagian kembali lagi


ke siklus enterohepatik

Peningkatan bilirubin tak-terkonjugasi


dalam darah →pengeluaran meconium
terlambat/obstruksi usus→tinja berwarna
pucat

Hiperbilirubinemia

Ikterik neonatus

Icterus pada sclera, leher dan badan,


peningkatan bilirubin indirek > 12 mg/dL

Diskontinuitas
Kerusakan integritas kulit Indikasi fototerapi pemberian ASI

Sinar dengan intensitas


Gangguan suhu tubuh
tinggi

Termoregulasi Tidak
Efektif Hipovolemia Risiko cidera
1.1.6 Manifestasi Klinis
Dikatakan Hiperbilirubinemia apabila ada tanda-tanda sebagai berikut(Ridha,
2014):
a. Warna kuning yang dapat terlihat pada sklera, selaput lender, kulit atau
organ lain akibat penumpukan bilirubin
b. Ikterik terjadi pada 24 jam pertama
c. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam.
d. Konsentrasi bilirubin serum 10 mg% pada neonatus cukup bulan, dan
12,5 mg% pada neonatus kurang bulan.
e. Ikterik yang disertai proses hemolisis.
f. Ikterik yang disertai dengan berat badan lahir kurang 2000 gr, masa esfasi
kurang 36 mg, defikasi, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi
trauma lahir kepala, hipoglikemia, hiperkarbia.

1.1.7 Pemeriksaan Diagnostik


1. Pemeriksaan bilirubin
serum Pada bayi cukup bulan bilirubin mencapai puncak kira-kira 6
mg/dl, antara 2 sampai 4 hari kehidupan. Apabila nilainya diatas 10
mg/dl, tidak fisiologis. Pada bayi dengan prematur kadar bilirubin
mencapai puncaknnya 10-12 mg/dl, antara 5 dan 7 hari kehidupan. Kadar
bilirubin yang lebih dari 14 mg/dl adalah tidak fisiologis. Dari Brown AK
dalam text-books of Pediatrics 1996: ikterus fisiologis pada bayi cukup
bulan, bilirubin indirek munculnya ikterus 2 sampai 3 hari dan hilang 4
sampai 5 hari dengan kadar bilirubin yang mencapai puncak 10-12 mg/dl.
Sedangkan pada bayi prematur, bilirubin indirek munculnya 3 sampai 4
hari dan hilang 7 sampai 9 hari dengan kadar bilirubin yang mencapai
puncak 15 mg/dl. Dengan peningkatan kadar bilirubin indirek kurang dari
5 mg/dl/hari. Pada ikterus patologis meningkatnya bilirubin lebih dari 5
mg/dl perhari, dan kadar bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl.
2. Ultrasound untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu
3. Radioisotope scan dapat digunakan untuk membantu membedakan
hepatitis dari atresia biliary.
4. Bilirubin total
Kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5 mg/dl, yang
mungkin dihubungkan dengan sepsis. Kadar indirek (tidak terkonjugasi)
tidak boleh melebihi peningkatan 5 mg/dl dalam 24 jam, atau tidak boleh
lebih dari 20 mg/dl pada bayi cukup bulan atau 15 mg/dl pada bayi
praterm (tergantung pada berat badan).
5. Hitung darah lengkap
Hemoglobin (Hb) mungkin rendah (kurang dari 14 g/dl) karena hemolisis.
Hematokrit (Ht) mungkin meningkat (lebih besar dari 65%) pada
polisitemia, penurunan (kurang dari 45%) dengan hemolisis dan anemia
berlebihan (Marlynn, 2001).

1.1.8 Penanganan dan Penatalaksanaan


a. Penanganan hiperbilirubin
Dalam penanganan ikterus cara-cara yang dipakai diantaranya :
1. Menyusui bayi
Bilirubin juga dapat dipecah jika bayi banyak mengeluarkan feses dan
urine. Untuk itu bayi harus mendapat ASI yang cukup. Pemberian
ASI akan meningkatkan motilitas usus dan juga menyebabkan bakteri
diintroduksi ke usus. Bakteri dapat mengubah bilirubin direk menjadi
urobilin yang tidak dapat diarbsorbsi kembali. Dengan demikian,
kadar bilirubin serum akan turun.
2. Terapi sinar matahari
Meletakkan bayi di bawah sinar matahari selama 15 – 20 menit, ini
dilakukan setiap hari antara pukul 06.30 – 08.00. Biasanya dianjurkan
setelah bayi selesai dirawat di rumah sakit. Selama ikterus masih
terlihat, perawat harus memperhatikan pemberian minum. Hindari
posisi yang membuat bayi melihat langsung kea rah matahari karena
dapat merusak matanya ( Suriadi, 2001).
b. Penatalaksanaan
1. Fototerapi
Fototerapi rumah sakit merupakan tindakan yang efektif untuk
mencegah kadar total bilirubin serum meningkat. Terapi sinar atau
fototerapi dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar
bilirubin dalam darah kembali ke ambang batas normal. Dengan
fototerapi bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecah dan menjadi mudah
larut dalam air tanpa harus diubah dahulu oleh organ hati dan dapat
dikeluarkan melalui urine dan feses sehingga kadar bilirubin menurun. Di
samping itu, pada terapi sinar terapi ditemukan pola peninggian
konsentrasi bilirubin indirek dalam cairan empedu duodenum dan
menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan empedu ke dalam usus
sehingga peristaltic usus meningkat dan bilirubin akan keluar bersama
feses.
Penggunaan fototerapi sesuai anjuran dokter biasanya diberikan pada
neonatus dengan kadar bilirubin indirek lebih dari 10 mg%, sebelum
transfusi tukar, atau sesudah transfusi tukar. Terapi sinar tidak banyak
bermanfaat untuk njeonatus dengan gangguan motilitas usus, obstruksi
usus atau saluran cerna, neonatus yang tidak mendapat minum secara
adekuat, karena penurunan perilstaltik usus akan mengakibatkan
meningkatnya reabsorpsi enterohepatik bilirubin sehingga seolah-olah
terapi sinar tidak bekerja secara efektif.
Selama fototerapi, bayi yang tidak berpakaian diletakkan kira-kira 36
cm sampai 40 cm dibawah cahaya selama beberapa jam atau beberapa
hari sampai kadar bilirubin serum menurun ke nilai yang bisa diterima.
Setelah terapi dihentikan, bayi harus periksa kembali beberapa jam
kemudian untuk memastikan apakah nilai bilirubin tidak meningkat lagi
(Jensen, 2005).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan terapi sinar
ialah:
a. Lampu yang dipakai sebaiknya tidak digunakan lebih dari 500
jam, untuk menghindarkan turunnya energi yang dihasilkan oleh
lampu yang digunakan.
b. Pakaian bayi dibuka agar bagian tubuh dapat seluas mungkin
terkena sinar.
c. Kedua mata ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan
cahaya untuk mencegah kerusakan retina. Penutup mata dilepas
saat pemberian minum dan kunjungan orang tua untuk
memberikan rangsang visual pada neonatus. Pemantauan iritasi
mata dilakukan tiap 6 jam dengan membuka penutup mata.
d. Daerah kemaluan ditutup, dengan penutup yang dapat
memantulkan cahaya untuk melindungi daerah kemaluan dari
cahaya fototerapi.
e. Posisi lampu diatur dengan jarak 20-30 cm di atas tubuh bayi,
untuk mendapatkan energi yang optimal.
f. Posisi bayi diubah tiap 8 jam, agar tubuh mendapat penyinaran
seluas mungkin
g. Suhu tubuh diukur 4-6 jam sekali atau sewaktu-waktu bila perlu.
h. Pemasukan cairan dan minuman dan pengeluaran urine, feses
dan muntah diukur, di catat dan dilakukan pemantaun tanda
dehidrasi.
h. Hidrasi bayi diperhatikan, bila perlu konsumsi cairan ditingkatkan.
j. Lamanya terapi sinar dicatat.
2. Transfusi tukar
Transfuse tukar adalah cara yang paling tepat untuk mengobati
hiperbilirubinemia pada neonatus. Transfuse tukar dilakukan pada
keadaan hiperbilirubinemia yang tidak dapat diatasi dengan tindakan
lain misalnya telah diberikan terapi sinar tetapi kadar bilirubin tetap
tinggi. Indikasi untuk melakukan transfuse tukar adalah kadar
bilirubin indirek lebih dari 20 mg%, kenaikan kadar bilirubin indirek
cepat, yaitu 0,3-1 mg%/ jam (Surasmi, 2013)

1.2 Asuhan Keperawatan Pada Bayi Dengan Hiperbilirubin


a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses pengumpulan data untuk mendapatkan
berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah yang dialami klien.
Pengkajian dilakukan dengan berbagai cara yaitu anamnesis, observasi,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik yang dilakukan di laboratorium
(Surasmi, 2013)
1. Anamnese orang tua/keluarga
Meliputi : Nama bayi, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, anak ke
berapa, BB/ PB dan alamat, nama orang tua bayi.
2. Riwayat keperawatan
a. Riwayat kehamilan
Kurangnya antenal care yang baik. Penggunaan obat-obat yang
meningkatkan ikterus. Misalnya salisilat sulkaturosic oxitosin yang
dapat mempercepat proses konjugasi sebelum ibu partus.
b. Riwayat persalinan
Persalinan dilakukan oleh dukun, bidan atau dokter. Lahir prematur/
kurang bulan, riwayat trauma persalinan, hipoxin dan aspixin.
c. Riwayat postnatal
Adanya kelainan darah tapi kadar bilirubin meningkat, kulit bayi
tampak kuning.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak Polychitemia, gangguan
saluran cerna dan hati (hepatitis).
e. Riwayat psikososial
Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran orang tua
f. Pengetahuan keluarga Penyebab perawatan pengobatan dan
pemahaman orang tua tentang bayi yang ikterus.
3. Kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
Pada umumnya bayi malas minum (refleks mengisap dan menelan
lemah) sehingga berat badan (BB) bayi mengalami penurunan. Palpasi
abdomen dapat menunjukan pembesaran limpa, hepar.
b. Eliminasi
Biasanya bayi mengalami diare, urin mengalami perubahan warna
gelap pekat, hitam kecoklatan (sindrom bayi bronze) dan feses
mungkin lunak/ cokelat kehijauan selama pengeluaran bilirubin. Bising
usus hipoaktif, pasase mekonium mungkin lambat.
c. Istirahat
Bayi tampak cengeng dan mudah terbangun.
d. Aktifitas
Bayi biasanya mengalami penurunan aktifitas, letargi, hipototonus dan
mudah terusik.
e. Personal hygiene
Kebutuhan personal hygiene bayi oleh keluarga terutama ibu.
f. Neurosensori
Sefalohematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua tulang
parietal yang berhubungan dengan trauma kelahiran/kelahiran
ekstraksi vakum. Edema umum, hepatosplenomegali, atau hidros
fetalis mungkin ada dengan inkompatibilitis Rh berat.
g. Pernapasan
Riwayat asfiksia Krekels, mukus bercak merah muda (edema pleural,
hemoragi pulmonal)
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Tampak lemah, pucat, ikterus dan aktivitas menurun
b. Kepala, leher : Bisa dijumpai ikterus pada mata (sclera) dan selaput /
mukosa pada mulut. Dapat juga diidentifikasi ikterus dengan
melakukan Tekanan langsung pada daerah menonjol untuk bayi
dengan kulit bersih ( kuning), dapat juga dijumpai cianosis pada bayi
yang hypoksia
c. Dada : Selain akan ditemukan tanda ikterus juga dapat ditemukan
tanda peningkatan frekuensi nafas, status kardiologi menunjukkan
adanya tachicardia, khususnya ikterus yang disebabkan oleh adanya
infeksi
d. Perut : Peningkatan dan penurunan bising usus /peristaltic perlu
dicermati. Hal ini berhubungan dengan indikasi penatalaksanaan
fototerapi. Gangguan Peristaltik tidak diindikasikan fototerapi, Perut
membuncit, muntah , mencret merupakan akibat gangguan
metabolisme bilirubin enterohepatik, splenomegali dan hepatomegali
dapat dihubungkan dengan Sepsis bacterial, tixoplasmosis, rubella
e. Urogenital : Urine kuning dan pekat, Adanya faeces yang pucat /
acholis / seperti dempul atau kapur merupakan akibat dari gangguan /
atresia saluran empedu
f. Ekstremitas : Menunjukkan tonus otot yang lemah g. Kulit : Tanda
dehidrasi ditunjukkan dengan turgor jelek. Elastisitas menurun,
Perdarahan bawah kulit ditunjukkan dengan ptechia, echimosis, ikterus
pada kulit dan sklera mata.
g. Pemriksaan Neurologis : Adanya kejang, epistotonus, lethargy dan
lainlain menunjukkan adanya tanda- tanda kern – ikterus (Surasmi,
2013)
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah : DL, Bilirubin > 10 mg %
b. Biakan darah, CRP menunjukkan adanya infeksi
c. Screnning enzim G6PD (glucose 6 phosphate dheydrogenase)
menunjukkan adanya penurunan
d. Screnning Ikterus melalui metode Kramer
e. Pemeriksaan Bilirubin Direct >0,2 mg/dl
f. Pemeriksaan Bilirubin Indirect >0,60-10,50 mg/dl
g. Pemeriksaan Bilirubin Total >12 mg/dl
b. Diagnosa Keperawatan
1. Ikterik neonatus berhubungan dengan usia kurang dari 7 hari
2. Risiko gangguan perlekatan berhubungan dengan perawatan dalam ruang
isolasi
3. Resiko hipovolemia berhubungan dengan evaporasi
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan suhu lingkungan
yang ekstrem
5. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan fluktuasi suhu
lingkungan

c. Intervensi Keperawatan
1. Ikterik neonatus berhubungan dengan usia kurang dari 7 hari

SDKI

IKTERIK NEONATUS ( D.0024)


Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
Definisi :
Kulit dan membrane mukosa neonates menguning setelah 24 jam kelahiran akibat
bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke dalam sirkulasi.
Penyebab :
1. Penurunan berat badan abnormal (>7-8% pada bayi baru lahir yang menyusu
ASI, > 15% pada bayi cukup bulan)
2. Pola makan tidak ditetapkan dengan baik
3. Kesulitan transisi ke kehidupan ekstra uterin
4. Usia kurang dari 7 hari
5. Keterlambatan pengeluaran feses (mekonium)
Gejala dan tanda miyor Objektif :
Subjektif : 1. Profil darah abnormal (hemolysis,
(tidak tersedia) bilirubin serum total >2mg/dl,
bilirubin serum total pada rentang
risiko tinggi menurut usia pada
normogram spesifik waktu)
2. Membran mukosa kuning
3. Kulit kuning
4. Sklera kuning
Gejala dan tanda minor Objektif :
Subjektif : (tidak tersedia)
(tidak tersedia)
KondisiKlinis
1. Neonates
2. Bayi premature

SLKI

INTEGRITAS KULIT DAN JARINGAN (L14125)


Definisi: Keutuhan kulit (dermis, dan/ atau epidermis) atau jaringan (membrane
mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau
ligament)
Ekspektasi: meningkat
Kriteria hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun meningkat
Elastisitas 1 2 3 4 5
Hidrasi 1 2 3 4 5
Perfusi jaringan 1 2 3 4 5
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
meningkat meningkat
Kerusakan 1 2 3 4 5
jaringan
Kerusakan 1 2 3 4 5
lapisan kulit
Nyeri 1 2 3 4 5
Pendarahan 1 2 3 4 5
Kemerahan 1 2 3 4 5
Hematoma 1 2 3 4 5
Pigmentasi 1 2 3 4 5
abnormal
Jaringan parut 1 2 3 4 5
Nekrosis 1 2 3 4 5
Abrasi kornea 1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
memburuk baik
Suhu kulit 1 2 3 4 5
Sensasi 1 2 3 4 5
Tekstur 1 2 3 4 5
Pertumbuhan 1 2 3 4 5
rambut

ADAPTASI NEONATUS (L.10095)


Definisi: Proses penyesuaian fungsional neonates dari kehidupan intra uteri ke ektra
uteri
Ekspektasi: membaik
Kriteria hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun meningkat
Berat badan 1 2 3 4 5
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
meningkat meningkat
Membran 1 2 3 4 5
mukosa kuning
Kulit kuning 1 2 3 4 5
Sklera kuning 1 2 3 4 5
Prematuritas 1 2 3 4 5
Keterlambatan 1 2 3 4 5
pengeluaran
feses
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
memburu baik
k
Aktivitas 1 2 3 4 5
ekstermitas
Respon terhadap 1 2 3 4 5
stimulus sensorik
SIKI

Fototerapi Neonatus (I.03091)


Definisi
Memberikan terapi sinar fluorescent yang ditujukan kepada kulit neonates untuk
menurunkan kadar bilirubin
Tindakan
Observasi
1. Monitor ikterik pada sklera dan kulit bayi
2. Identifikasi kebutuhan cairan sesuai dengan gestasi dan berat badan
3. Monitor suhu dan tanda vital setiap 4 jam sekali
4. Monitor efek samping fototerapi (mis, hipertermi, diare, rush pada kulit,
penurunan berat badan lebih dari 8-10%)
Terapeutik
1. Siapkan lampu fototerapi dan incubator atau kotak bayi
2. Lepaskan pakaian bayi kecuali popok
3. Berikan penutup mata (eye protector/biliband) pada bayi
4. Ukur jarak antara lampu dan permukaan kulit bayi (30 cm atau tergantung
spesifikasi lampu fototerapi)
5. Biarkan tubuh bayi terpapar sinar fototerapi secara berkelanjutan
6. Ganti segera alat dan popok bayi jika BAB/BAK
7. Gunakan linen berwarna putih agar memutuhkan cahaya sebanyak mungkin
Edukasi
1. Anjurkan ibu menyusui sekitar 20-30 menit

Perawatan Neonatus (I.03091)


Definisi
Mengidentifikasi dan merawat bayi setelah lahir sampai usia 28 hari
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi kondisi awal bayi setelah lahir (mis, kecukupan bulan, air ketuban
jernih atau bercampur meconium, menangis spontan, tonus otot)
2. Monitor tanda vital bayi (terutama suhu)
Terapeutik
8. Lakukan inisiasi menyusu dini (IMD) segera setelah bayi lahir
9. Berikan vitamin K 1 mg intramuscular untuk mencegah pendarahan
10. Mandikan selama 5-10 menit, minimal sekali sehari
11. Mandikan dengan air hangat (36-370C)
12. Gunakan sabun yang mengandung provitamin B5
13. Oleskan baby oil untuk mempertahankan kelembaban kulit
14. Rawat tali pusat secara terbuka (tidak dibungkus)
15. Bersihkan tali pusat dengan air steril atau air matang
16. Kenakan pakaian dari bahan katun
17. Selimuti untuk mempertahankan kehangatan dan mencegah hipotermia
18. Ganti popok segera jika basah

Edukasi
1. Anjurkan tidak membubuhi apapun pada tali pusat
2. Anjurkan ibu menyusui bayi setiap 2 jam
3. Anjurkan menyendawakan bayi setelah disusui
4. Anjurkan ibu mencuci tangan sebelum menyentuh bayi

2. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan fluktuasi suhu lingkungan

SDKI

TERMOREGULASI TIDAK EFEKTIF (D.0192)


Kategori : lingkungan
Subkategori : keamanan dan proteksi
Definisi :-
Penyebab :
1. Stimulasi pusat termoregulasi hipotalamus
2. Fluktuasi suhu lingkungan
3. Proses penyakit (mis, infeksi)
4. Proses penuaan
5. Dehidrasi
6. Ketidaksesuaian pakaian untuk suhu lingkungan
7. Peningkatan kebutuhan oksigen
8. Perubahan laju metabolism
9. Suhu lingkungan ekstrem
10. Ketidakadekuatan suplai lemak subkutan
11. Berat badan ekstrem
12. Efek agen farmakologis (mis, sedasi)
Gejala dan tanda miyor Objektif :
Subjektif : 1. Kulit dingin/hangat
(tidak tersedia) 2. Menggigil
3. Suhu tubuh fluktuasi
Gejala dan tanda minor Objektif :
Subjektif : 1. Piloereksi
(tidak tersedia) 2. Pengisian kapiler >3 detik
3. Tekanan darah meningkat
4. Pucat
5. Frekuensi napas meningkat
6. Takikardia
7. Kejang
8. Kulit kemerahan
9. Dasar kuku sianotik
Kondisi Klinis
1. Cedera medulla spinalis
2. Infeksi/sepsis
3. Pembedahan
4. Cedera otak akut
5. Trauma
SLKI

TERMOREGULASI NEONATUS (L14135)


Definisi: Pengaturan suhu tubuh neonates agar tetap berada pada rentang normal
Ekspektasi: membaik
Kriteria hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun meningkat
Menggigil 1 2 3 4 5
Akroslanosis 1 2 3 4 5
Piloereksi 1 2 3 4 5
Konsumsi oksigen 1 2 3 4 5
Kutis memorata 1 2 3 4 5
Dasar kuku 1 2 3 4 5
sianotik
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
meningkat meningkat
Suhu tubuh 1 2 3 4 5
Suhu kulit 1 2 3 4 5
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Kadar glukosa 1 2 3 4 5
darati
Pengisian kapiler 1 2 3 4 5
Piloereksi 1 2 3 4 5
Ventilasi 1 2 3 4 5

ADAPTASI NEONATUS (L10095)


Definisi: Proses penyesuaian fungsional neonates dari kehidupan intra uterin ke ekstra
uterin
Ekspektasi: membaik
Kriteria hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun meningkat
Berat badan 1 2 3 4 5
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
meningkat meningkat
Membrane 1 2 3 4 5
mukosa
Kuning 1 2 3 4 5
Kulit kuning 1 2 3 4 5
Sklera kuning 1 2 3 4 5
Prematuritas 1 2 3 4 5
Keterlambatan 1 2 3 4 5
pengeluaran feses
Memburu Cukup Sedang Cukup Membaik
k memburuk baik
Aktivitas 1 2 3 4 5
ekstremitas
Respon terhadap 1 2 3 4 5
stimulus sensorik

SIKI

Regulasi Temperatur (I.11353)


Definisi
Mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal
Tindakan
Observasi
1. Monitor suhu bayi sampai stabil (36,50C-37,50C)
2. Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu
3. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau hipertemia
Terapeutik
1. Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
2. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
3. Bedong bayi segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas
4. Masukan bayi BBLR ke dalam plastik segera setelah lahir (mis, bahan
polyethylene, polyurethane)
5. Gunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir
6. Tempatkan bayi baru lahir di bawah radiant warmer
7. Pertahankan kelembaban incubator 50% atau lebih untuk mengurangi
kehilangan panas karenaproses evaporasi
8. Atur suhu incubator sesuai kebutuhan
9. Hangatkan terlebih dahulu bahan-bahan yang akan kontak dengan bayi (mis,
selimut, kain bedong, stetoskop)
10. Hindari meletakkan bayi didekat jendela terbuka atau diarea aliran pendingin
ruangan atau kipas angina
11. Gunakan matras penghangat, slimut hangat, dan penghangat ruangan untuk
menaikkan suhu tubuh, jika perlu
12. Gunakan kasur pendingin, water circulating blankets, ice pack atau gel pad dan
intravascular cooling catheterization untuk menurunkan suhu tubuh
13. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
Edukasi
1. Jelaskan cara pencegahan heat exhaustation dan heat stroke
2. Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terapar udara dingin
3. Demostrasikan tehnik perawatan metode kanguru (PMK) untuk bayi BBLR
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu

DAFTAR PUSTAKA

Ihsan, Zikri. (2017). http://r2kn.litbang.kemkes.go.id:8080/handle/123456789/72622.


Asuhan Keperawatan Pada Neonatus Dengan Hiperbilirubinemia Di Ruang
Perinatologi Irna Kebidanan Dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang. Diakses
tanggal 04 Oktober 2020 jam14.15 WIB

Jannah, Raudatul. (2020). http://repository.pkr.ac.id/448/. Asuhan Keperawatan


Anak Padabayi Ny.L Dengan Hiperbilirubin Di Ruang Perinatologirsud
Arifin Achmad Provinsi Riau. Diakses tanggal 04 Oktober 2020 jam 15.00
WIB

Paiman, Theresia Deby. (2018). http://repository.poltekeskupang.ac.id/324/. Asuhan


Keperawatan Pada Bayi.Ny. M dengan Hiperbilirubin di Ruangan NICU
RSUD. PROF.DR.W.Z. Johannes Kupang. Diakses tanggal 04 Oktober
2020 jam 14.00 WIB.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik. Edisi 3. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: DPP PPNI

STIKES RS. BAPTIS KEDIRI


PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
NAMA MAHASISWA : Kelompok
NIM :-
TANGGAL : 10 November 2020

1. BIODATA
A. Identitas Pasien
Nama Pasien : By. Ny. L No. Reg : 567893
Nama Panggilan : By. Ny. L
Umur : 2 hari
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
Alamat : Batagak, sungai pua, Bukit-Tinggi
Diagnosa Medis : Hiperbilirubin derajat III
Tanggal MRS : 13 Mei 2019
Tanggal Pengkajian : 13 Mei 2019
Golongan Darah :-
B. Identitas Orang Tua
Nama Ayah : Narsial Nama Ibu : Lidia
Umur : 35 tahun Umur : 32 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani Pekerjaan : IRT
Penghasilan : tidak terkaji Penghasilan : -
Alamat :Batagak, sungai pua, Alamat : Batagak, sungai
Bukit-Tinggi pua, Bukit-Tinggi

2. ALASAN KUNJUNGAN / KELUHAN UTAMA


Alasan Kunjungan : Ny. L mengatakan bayi dipindahkan ke ruang perinatologi
dari ruang rawat inap kebidanan 2 hari setelah lahir, karena badannya kuning dari
kepala sampai paha. Ny.L juga mengatakan suhu tubuh bayinya kadang rendah
dan kadang tinggi. Saat ini badan bayi panas, bayi rewel dan menangis
Keluhan Utama : Ny.L mengatakan 2 hari setelah lahir badan bayi tampak
kuning dari kepala sampai paha

3. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


A. Prenatal :
 Pemeriksaan kehamilan : 3 kali
 Keluhan selama hamil : muntah-muntah, ngidam, dan demam
 Kenaikan berat badan selama hamil : 13 kg
 Imunisasi TT : 1 kali
B. Natal :
 Tempat melahirkan : Rumah Sakit
 Jenis persalinan : Spontan ( persalinan pervaginam )
 Penolong persalinan : Dokter
 Komplikasi waktu lahir : robek perineum
C. Post Natal :
 Kondisi bayi : BB lahir 2800 gram, PB 46 cm
 Anak mengalami penyakit kuning, tidak ada kebiruan dan kemerahan
dan terdapat masalah dalam menyusui

4. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU


A. Penyakit – Penyakit Waktu Kecil : Tidak ada
B. Pernah di Rawat di rumah Sakit: Tidak pernah
C. Penggunaan Obat – Obatan : tidak terkaji
D. Tindakan (misalnya operasi atau tidakan lainya) : tidak terkaji
E. Alergi : tidak terkaji
F. Kecelakaan : tidak terkaji
G. Imunisasi :
No Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi setelah
Pemberian

1. BCG Belum -

2. DPT Belum -

3. Polio Belum -

4. Campak Belum -

5. Hepatitis Saat baru lahir Tidak ada

5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Keluarga mengatakan ibu pasien memiliki riwayat penyakit epilepsy
GENOGRAM

6. DATA PSIKOSOSIAL
A. Yang Mengasuh Anak :
Keluarga mengatakan anak diasuh oleh orang tua keluarga baik ibu maupun
ayahnya.
B. Hubungan Dengan Anggota Keluarga : Hubungan keluarga sangat harmonis
C. Hubungan Dengan Teman Sebaya : Pasien baru lahir dan berumur 2 hari
D. Pembawaan Secara Umum : Tidak terkaji

7. KEBUTUHAN DASAR / POLA SEHARI – HARI


A. Makanan yang disukai / tidak disukai :
By. Ny. L hanya minum ASI
Selera makan :
By. Ny . L belum bisa makan dan hanya minum ASI dari ibu
Alat makan yang digunakan :
By. Ny. L hanya bisa minum ASI
Jam makan :
By. Ny. L diberi makan setiap 2 jam sekali
B. Pola tidur
Ibu mengatakan tidur bayinya teratur setiap harinya. Tidur kurang lebih 17
jam/hari

Kebiasaan-kebiasaan sebelum tidur (Apakah perlu mainan, perlu


dibacakan cerita sebelum dibawakan tidur?)
Tidak ada
Mandi
Ibu mengatakan sebelum sakit bayi dimandikan setiap pagi, saat sakit setiap
pagi dimandikan oleh perawat yang bertugas
Aktifitas bermain
Tidak ada
Eliminasi
Sebelum sakit : ibu klien mengatakan bayi menggunakan pampers, BAK dan
BAB kurang lebih 60 gram/ 3 jam dengan konsistensi lunak dan cair
Sesudah sakit : Menggunakan pampers sebanyak, BAK dan BAB kurang
lebih 32 gram/3 jam dengan konsistensi lunak dan cair
8. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI / PENAMPILAN UMUM PASIEN
A. Diagnosa Medis
Hiperbilirubin derajat III
B. Tindakan Operasi
Tidak ada tindakan operasi
C. Status Nutrisi
By.Ny.L belum bisa makan dan hanya minum ASI, dan ibu klien mengatakan
semenjak sakit daya hisap bayinya berkurang
D. Status Hidrasi
Ibu klien mengatakan semenjak sakit bayinya minum ASI tiap 2 jam sekali
E. Obat – obatan
Nama obat / terapi Dosis Indikasi
Fototerapi 2 x/ hari Menurangi ikterik pada bayi
Injeksi Neo-k 1mg Mencegah perdarahn pada bayi
baru lahir
Gentamycin 1 Tetes Obat tetes mata untuk mencegah
atau menangulanngi infeksi
F. Aktifitas
Bayi belum banyak melakukan aktivitas bayi hanya menangis dan minum ASI
G. X – ray
Tidak ada
9. TANDA – TANDA VITAL
Suhu tubuh : 38,30C
Denyut nadi : 148 x/menit
Pernapasan : 49 x/menit
Tekanan darah :- mmHg
BB / TB : 2800 gram / 46 cm
LILA : 9,5 cm
Lingkar kepala : 33 cm
Lingkar dada : 30 cm
Lingkar perut : 31 cm
10. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
Bayi tampak lemah, tampak kuning dari kepala sampai paha (Ikterik derajat
III)
B. Pemeriksaan Kepala dan Leher
 Kepala: tidak terdapat kelainan
 Mata : sklera tampak kuning, reflek terhadap cahaya ada, pupil isokor,
kelompak mata normal, bulu mata dan alis hitam
 Hidung : normal dan tidak ada lesi dan sumbatan
 Leher : normal tidak terdapat benjolan
 Bibir : pecah-pecah, dan tampak kekuningan
 Mulut : normal
 Conjungtiva : normal
 Telinga : bersih dan fungsi pendengaran normal
C. Pemeriksaan Dada / Thorak
 Dada : tampak kuning, tidak terdapat lesi
 Bentuk dada : normal
 Gerakan dada : simetris
 Suara nafas tambahan : tidak ada
 Suara jantung : S1 normal dan S2 normal
D. Pemeriksaan Abdomen
 Kemampuan menelan : baik
 Gaster : normal
 Abdomen : normal
E. Pemeriksaan Genetalia dan Sekitarnya
BAK dan BAB dengan konsistensi padat dan cair kurang lebih 32 gram / 3
jam
F. Punggung (Skoliosis, Kiposis, Hiperlordose)
Tidak dikaji
G. Pemeriksaan Neurologi
 Fungsi cerebral : kesadaran compos mentis
 Fungsi cranial : tidak ada masalah
H. Pemeriksaan Integumen
Inspeksi :
Kulit tampak kuning dari kepala hingga paha, tampak kering dan mengelupas
Palpasi :
CRT < 3 detik, akral teraba panas
I. Pemeriksaan Ekstremitas (Oedema, kelainan kongenital, reflek pattela)
Bayi tampak lemah, tidak oedema, maupun kelainan kongenital, dapat
mengerakan kaki dan tanganya
11. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN
A. Adaptasi Sosial
By.Ny.L baru bisa menatap muka orang didepannya
B. Bahasa
By.Ny.L baru bisa menangis saja
C. Motorik Halus
By.Ny.L baru bisa mengikuti ke garis tengah
D. Motorik Kasar
By.Ny.L baru bisa menggerakkan kaki dan tangannya
E. Kesimpulan dari Pemeriksaan Tumbuh Kembang
By.Ny.L baru bisa beradaptasi sosial dengan cara menatap muka orang
didepannya, bayi juga baru bisa menangis, mengikuti garis tengah dan juga
menggerakan tangan dan kakinya
12. INFORMASI LAIN
Pemeriksaan laboratorium : tanggal 13 Mei 2019
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
Hemoglobin 12 mg/dl 12,0-16,0 mg/dl Normal
Bilirubin total 14,70 mg/dl < 1,00 mg/dl Meningkat
Bilirubin direk 0,41 mg/dl <0,25 mg/dl Meningkat

Kediri, 11 November 2020


Tanda Tangan Mahasiswa

(Kelompok)

ANALISA DATA
NAMA PASIEN : By.Ny.L
UMUR : 2 hari
NO. REGISTER : 567893

DATA OBYEKTIF (DO) FAKTOR YANG MASALAH


DATA SUBYEKTIF (DS) BERHUBUNGAN/RISIKO KEPERAWATAN
(E) (P)

DS: Usia Kurang dari 7 hari Ikterik Neonatus


Ny. L mengatakan 2 hari
setelah lahir badan bayi
tampak kuning dari kepala
sampai paha
DO:
 Bilirubin total
meningkat 14,70
mg/dL
 Bilirubin drek
meningkat 0, 41
mg/dl
 Sklera tampak
kuning
 Ikterik derajat III

DS : Ny.L mengatakan Fluktuasi suhu lingkungan Termoregulasi tidak


suhu tubuh bayinya kadang efektif
rendah dan kadang tinggi.
Saat ini badan bayi panas
DO :
 Bayi dilakukan
fototerapy
 akral teraba panas
 Suhu tubuh fluktuasi
 Suhu saat ini 38,30C
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : By.Ny.L


UMUR : 2 hari
NO. REGISTER : 567893
NO TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TANDA
MUNCUL (SDKI) TERATASI TANGAN
1. 13-05-2019 Ikterik Neonatus berhubungan 14-05-2019 Mahasiswa
dengan usia kurang dari 7 hari yang
ditandai dengan Ny. L mengatakan
2 hari setelah lahir badan bayi
tampak kuning dari kepala sampai
paha, bilirubin total meningkat
14,70 mg/dL, bilirubin drek
meningkat 0, 41 mg/dl, sklera
tampak kuning, ikterik derajat III

2. 13-05-2019 Termoregulasi tidak efektif 14-05-2019 Mahasiswa


berhubungan dengan fluktuasi suhu
lingkungan yang ditandai dengan
Ny.L mengatakan suhu tubuh
bayinya kadang rendah dan kadang
tinggi. Saat ini badan bayi panas,
bayi dilakukan fototerapy, akral
teraba panas, suhu tubuh fluktuasi,
suhu saat ini 38,30C
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : By.Ny.L


UMUR : 2 hari
NO. REGISTER : 567893
DIAGNOSA KEPERAWATAN : Ikterik Neonatus berhubungan dengan Usia
Kurang dari 7 hari
1. SIKI : Integritas Kulit dan Jaringan (L14125)
a. Elastisitas 3Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
b. Hidrasi 3Dipertahankan /ditingkatkan pada 5
c. Kemerahan 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
d. Suhu kulit 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada

2. SIKI :Adaptasi Neonatus (L. 10095)


a. Kulit kuning 3Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
b. Sklera kuning 3Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
c. Membran mukosa kuning 3Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada

3. SIKI :
a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada

Keterangan : (dipertahankan/ditingkatkan) coret salah satu


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : By.Ny.L


UMUR : 2 hari
NO. REGISTER : 567893
DIAGNOSA KEPERAWATAN : Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan
fluktuasi suhu lingkungan
1. SIKI : Termoregulasi Neonatus (L14135)
a. Suhu tubuh 3Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
b. Suhu kulit 3Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
c. Frekuensi nadi 4Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada

2. SIKI :
a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada

3. SIKI :
a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada

Keterangan : (dipertahankan/ditingkatkan) coret salah satu


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : By.Ny.L


UMUR : 2 hari
NO. REGISTER : 567893

N DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL


O (SIKI)
1. Ikterik Neonatus berhubungan dengan Usia Berdasarkan SIKI
Kurang dari 7 hari yang ditandai dengan Ny. Fototerapi Neonatus (I. 03091)
L mengatakan 2 hari setelah lahir badan bayi Observasi: Observasi :
tampak kuning dari kepala sampai paha, 1. Monitor ikterik pada sklera dan kulit bayi 1. Untuk mengetahui ikterik yang dialami bayi
bilirubin total meningkat 14,70 mg/dL, 2. Identifikasi kebutuhan cairan sesuai dengan gestasi dan 2. Untuk mengetahui kebutuhan cairan apakah
bilirubin drek meningkat 0, 41 mg/dl, sklera berat badan sudah sesuai dengan usia dan berat badan
tampak kuning, ikterik derajat III 3. Monitor suhu dan tanda vital setiap 4 jam sekali 3. Untuk mengontrol suhu bayi
4. Monitor efek samping fototerapi (mis, hipertermi, diare, 4. Untuk mengetahui apakah ada efek samping
rush pada kulit, penurunan berat badan lebih dari 8-10%) dari tindakan fototerapi
Terapeutik: Terapeutik:
1. Siapkan lampu fototerapi dan incubator atau kotak bayi 1. Persiapan terapi fototerapi
2. Lepaskan pakaian bayi kecuali popok 2. Agar fototerapi mengenai seluruh bagian
tubuh bayi dan efek terapi dapat dicapai
maksimal
3. Berikan penutup mata (eye protector/biliband) pada bayi 3. Untuk mengurangi efek samping yang dialami
4. Ukur jarak antara lampu dan permukaan kulit bayi (30 cm bayi saat fisioterapi
atau tergantung spesifikasi lampu fototerapi) 4. Untuk mencapai efek terapi yang diharapkan
dan tidak menyebabkan efeksamping yang
tidak diinginkan (missal: kulit kering,
mengelupas, dll)
5. Biarkan tubuh bayi terpapar sinar fototerapi secara 5. Agar proses terapi tercapai, bayi tidak ikterik
berkelanjutan
6. Ganti segera alat dan popok bayi jika BAB/BAK 6. Untuk mengurangi kelembaban pada tubuh
bayi dan meningkatkan kenyamanan
7. Gunakan linen berwarna putih agar memantulkan cahaya 7. Untuk mencapai efek terapi sesuai harapan
sebanyak mungkin
Edukasi: Edukasi:
Anjurkan ibu menyusui sekitar 20-30 menit Untuk mencukupi kebutuhan cairan elektrolit pada
bayi yang mungkin hilang akibat terapi

2. Termoregulasi tidak efektif berhubungan Menurut SIKI


dengan fluktuasi suhu lingkungan yang Regulasi Temperatur (I.11353)
ditandai dengan Ny.L mengatakan suhu tubuh Observasi: Observasi:
bayinya kadang rendah dan kadang tinggi. 1. Monitor suhu bayi sampai stabil (36,50C-37,50C) 1. Memastikan suhu bayi dalam rentang norma;
Saat ini badan bayi panas, bayi dilakukan 2. Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu 2. Mematikan tidak ada flukutasi suhu yang
fototerapy, akral teraba panas, suhu tubuh ekstrem
fluktuasi, suhu saat ini 38,30C 3. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi 3. Memastikan tanda vital dn keadaan umum
pasien dalam rentang normal
4. Monitor warna dan suhu kulit 4. Menjadi acuan adanya peruabahan keadaan
umum pasien
5. Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau 5. Untuk mengetahui penyebaba fluktuasi suhu
hipertemia guna menentukan penanganan yang tepat
Terapeutik: Terapeutik:
1. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat 1. Memenuhi kebutuhan hidrasi dan nutrisi
pasien
2. Gunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan panas pada 2. Untuk mempertahankan suhu dalam batas
bayi baru lahir normal
3. Pertahankan kelembaban inkubator 50% atau lebih untuk 3. Mencegah evaporasi
mengurangi kehilangan panas karena proses evaporasi
4. Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan 4. Untuk mencapai hasil terapi yang maksimal
dengan tidak menimbulkan efek samping
5. Hangatkan terlebih dahulu bahan-bahan yang akan kontak 5. Meningkatkan kenyamanan, mencegah
dengan bayi (mis, selimut, kain bedong, stetoskop) kehilangan panas
6. Hindari meletakkan bayi didekat jendela terbuka atau 6. Menghindarkan bayi dari perubahan suhu
diarea aliran pendingin ruangan atau kipas angin ekstrem
7. Gunakan matras penghangat, slimut hangat, dan 7. Mempertahankan suhu pasien tetap hangat
penghangat ruangan untuk menaikkan suhu tubuh, jika
perlu
8. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien 8. Memastikan pasien dalam rentang suhu
normal (36,50C-37,50C)
Edukasi: Edukasi:
Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terapar udara Meningkatak pengetahuan ibu dan keluarga,
dingin sehingga anak tidak kehilangan panas atau dalam
rentang suhu yang normal
Kolaborasi: Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu Menurunakan suhu pasien dalam rentang normal
TINDAKAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : By.Ny.L

UMUR : 2 hari

NO. REGISTER : 567893

NO NO.DX TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TANDA

TANGAN

1. I 13-05-2019 1. Memonitor ikterik pada sklera dan kulit Mahasiswa


bayi
08.00  Kulit bayi masih tampak kuning dari
kepala sampai paha
 Sklera masih kuning
2. Melakukan tindakan fototerapi. Dengan:
 Menyiapkan lampu fototerapi dan
inkubator atau kotak bayi
08.10 Mahasiswa
 Melepaskan pakaian bayi kecuali popok
 Memberikan penutup mata (eye
protector/biliband) pada bayi
 Mengukur jarak antara lampu dan
permukaan kulit bayi sejauh 30 cm
 Membiarkan tubuh bayi terpapar sinar
fototerapi secara berkelanjutan
 Menggunakan linen berwarna putih agar
memantulkan cahaya sebanyak mungkin

3. Menganjurkan ibu menyusui sekitar 20-30


menit atau meminta ibu untuk pumping ASI
memberikan kepada perawat ruang
perinatalogi sehingga dapat disusukan pada
bayi untuk mencegah dehidrasi
08.30 Mahasiswa

2. II 13-05-2019 1. Memonitor suhu bayi sampai stabil (36,50C- Mahasiswa


37,50C). Ditemukan hasil
09.00  38,30C
2. Memonitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi
 RR : 49x/menit, N : 148x/menit
09.10 Mahasiswa
3. Meningkatkan asupan cairan dan nutrisi
yang adekuat dengan :
 Memberikan ASI setiap 2 jam sekali
4. Mengatur suhu inkubator sesuai kebutuhan

09.20 Mahasiswa

09.30 Mahasiswa
TINDAKAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : By.Ny.L

UMUR : 2 hari

NO. REGISTER : 567893

NO NO.DX TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TANDA

TANGAN

1. I 14-05-2019 1. Memonitor ikterik pada sklera dan kulit Mahasiswa


bayi. Ditemukan hasil :
08.00  Bayi masih kuning dari kepala hingga
paha dengan derajat III
2. Memonitor suhu dan tanda vital setiap 4
jam sekali. Ditemukan hasil :
08.05
 Suhu 37,7°

Mahasiswa
3. Memonitor efek samping fototerapi.
Ditemukan hasil:
 Tampak kering dan mengelupas

4. Melakukan tindakan fototerapi


5. Mengganti segera alat dan popok bayi jika
08.10 Mahasiswa
BAB/BAK
6. Menganjurkan ibu menyusui sekitar 20-30
menit atau melakukan pumping dan
memberikan pada perawat ruangan agar
disusukan pada bayi guna mencegah
08.20 dehidrasi Mahasiswa

08.45 Mahasiswa
10.00 Mahasiswa

2. II 14-05-2019 1. Memonitor warna dan suhu kulit Mahasiswa


 Warna kulit bayi masih kuning, akral
10.30 hangat suhu tubuh 37,70C
2. Memonitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi. Ditemukan hasil:
 Nadi 152x/menit
10.35 Mahasiswa
 Respirasi 42x/menit
3. Meningkatkan asupan cairan dan nutrisi
yang adekuat dengan memberikan ASI tiap
2 jam
4. Mengatur suhu inkubator sesuai kebutuhan

11.00 Mahasiswa

11.10 Mahasiswa
CATATAN PERKEMBANGAN

N NAMA PASIEN : By.Ny.L

UMUR : 2 hari

NO. REGISTER : 567893

NO NO JAM EVALUASI TTD


DX

1. I 13.-05-2019 S: Mahasiswa

13.00 -

O:

1. Kulit By. Ny. L masih tampak


kuning

2. Bilirubin total 14,70 mg/dl

3. Bilirubin direk 0,41 mg dl

A:

Masalah ikterik neonatus belum


teratasi

P : Intervensi dilanjutkan dengan:

1. Monitor ikterik pada sklera dan


kulit bayi
2. Monitor suhu dan tanda vital
setiap 4 jam sekali
3. Monitor efek samping
fototerapi (mis, hipertermi,
diare, rush pada kulit,
penurunan berat badan lebih
dari 8-10%)

4. Lakukan tindakan fototerapi

5. Ganti segera alat dan popok


bayi jika BAB/BAK

6. Anjurkan ibu menyusui sekitar


20-30 menit

2. II 14-05-2019 S: Mahasiswa

13.10 -

O:

1. Bayi dilakukan fototerapi

2. Kulit teraba panas

3. Suhu tubuh fluktuasi

4. Suhu 38,30C

A : Masalah termoregulasi tidak


efektif belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

1. Monitor suhu bayi sampai


stabil (36,50C-37,50C)
2. Monitor tekanan darah,
frekuensi pernapasan dan nadi
3. Tingkatkan asupan cairan dan
nutrisi yang adekuat
4. Atur suhu inkubator sesuai
kebutuhan
CATATAN PERKEMBANGAN

N NAMA PASIEN : By.Ny.L

UMUR : 2 hari

NO. REGISTER : 567893

NO NO JAM EVALUASI TTD


DX

1. I 14-05-2019 S:- Mahasiswa

13.00

O:
1. Bayi masih dilakukan
fototerapi
2. Bayi masih kuning namun
sudah berkurang
3. bilirubin total 12,05 mg/dl
4. bilirubin direk 0,37 mg/dL
A:
Masalah ikterik neonatus teratasi
sebagian

P : Intervensi dilanjutkan dengan:


1. Monitor ikterik pada sklera dan
kulit bayi
2. Monitor suhu dan tanda vital
setiap 4 jam sekali

3. Monitor efek samping


fototerapi (mis, hipertermi,
diare, rush pada kulit,
penurunan berat badan lebih
dari 8-10%)

4. Lakukan tindakan fototerapi


5. Ganti segera alat dan popok
bayi jika BAB/BAK

6. Anjurkan ibu menyusui sekitar


20-30 menit

2. II 14-05-2019 S:- Mahasiswa

O:
13.10 - Palpasi akral By.Ny.L terasa
panas
- suhu 37,9ºC
- nadi 138 x/menit
- respirasi 51 x/menit

A:
Masalah termoregulasi tidak efektif
teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. Monitor suhu bayi sampai
stabil (36,50C-37,50C)
2. Monitor tekanan darah,
frekuensi pernapasan dan nadi
3. Tingkatkan asupan cairan dan
nutrisi yang adekuat
4. Atur suhu inkubator sesuai
kebutuhan
LAMPIRAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PERAWATAN BAYI DENGAN FOTOTERAPI

Dilakukan
Perawatan Bayi dengan Fototerapi
Ya Tidak

Tujuan Fototerapi bertujuan untuk menurunkan konsentrasi


bilirubin. Perawatan bayi dengan fototerapi bertujuan
untuk memastikan bahwa proses fototerapi berjalan
dengan baik sehingga memperoleh hasil yang
maksimal.

Uraian Fototerapi merupakan penatalaksanaan


Umum hiperbilirubinemia yang bertujuan untuk menurunkan
konsentrasi bilirubin dalam sirkulasi atau mencegah
peningkatan kadar bilirubin.Fototerapi merupakan
penatalaksanaan hiperbilirubinemia yang bertujuan
untuk menurunkan konsentrasi bilirubin dalam
sirkulasi atau mencegah peningkatan kadar bilirubin.

Metode Praktik

Petugas Perawat

Alat dan
Bahan a. Sarung tangan

b. Hand rub

c. Inkubator

d. Blue light

e. Penutup mata bayi

f. Popok bayi

g. Bantal bayi

h. 2 handuk kecil
Cara Tahap Prainteraksi :
Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Menyiapkan lingkungan

Tahap Orientasi :

1. Memberi salam dan membina hubungan


terapeutik

2. Menjelaskan tujuan tindakan kepada keluarga


bayi

3. Memberikan kesempatan pada keluarga bayi


untuk bertanya

4. Menanyakan kesiapan keluarga bayi sebelum


tindakan dilakukan.

Tahap Kerja :

1. Hand hygiene

2. Memakai sarung tangan

3. Lepaskan pakaian bayi, kecuali popok

4. Kenakan pentup mata pada bayi

5. Letakkan bayi di dalam inkubator

6. Ubah posisi bayi setiap 3 jam

7. Periksa kadar bilirubin setiap 12 atau 24 jam

8. Pantau suhu bayi

9. Observasi intake output bayi

10. Edukasi serta motivasi keluarga bayi

11. Lepas sarung tangan

12. Rapikan alat

13. Cuci tanganS

Terminasi :

1. Melakukan evaluasi tindakan

2. Merapikan alat-alat
3. Mencuci tangan

4. Mendokumentasikan tindakan yang telah


dilakukan: Dokumentasikan nama bayi, nomor
rekam medik, tanggal dan jam dimulai dan
selesainya fototerapi, jumlah jam pemakaian alat
fototerapi dalam lembar dokumentasi pemakaian
alat. Dokumentasikan pula tanggal dan jam
pengunaan fototerapi, tampilan klinis bayi, dan
tindakan lainnya yang dilakukan terkait fototerapi
dalam lembar dokumentasi perawatan bayi.

Nilai: Jumlah Ya/28 x 100 = ......


SATUAN ACARA PELAKSANAAN (SAP)

PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERAWATAN BAYI DENGAN


FOTOTERAPI

Pokok Bahasan : Perawatan Bayi

Sub Pokok Bahasan : Fototerapi

Waktu : 30 Menit

Hari / Tanggal : Sabtu, 13 Mei 2019

Sasaran : Ibu-Ibu Yang Bayinya Dirawat Di Ruang Perinatalogi

Tempat : Ruang Perinatalogi

A. LATAR BELAKANG
Kelahiran bayi dengan BBLR masih mejadi satu masalah kesehatan yang
penting dinegara-negara berkembang. Hal ini disebabkan karena angka kejadian,
angka kesakitan dan angka kematian yang masih tinggi (Gumilar, 2010). Kuning atau
sering juga disebut dengan istilah ikterus, merupakan kondisi klinis bayi yang
ditandai pewarnaan kuning pada kulit dan sklera mata akibat peningkatan bilirubin. 
Ikterus pada bayi usia  2-3 hari pertama kehidupan, merupakan hal yang normal
(fisiologis) tetapi dapat juga ditemukan kondisi yang  tidak normal (non fisiologis). 
Angka kejadian ikterus fisiologis cukup tinggi.  Frekuensi pada bayi cukup bulan 50-
60% dan kurang bulan 80%.  Pada usia 1 minggu pertama, lebih dari 85% bayi cukup
bulan kembali dirawat karena kondisi ini (suraiyah, 2014).

Ada beberapa cara untuk menentukan derajat ikterus yang merupakan faktor
resiko terjadinya kerniterus, misalnya kadar bilirubin bebas, kadar bilirubin 1 dan 2,
atau secara klinis diakukan dibawah sinar biasa atau day light (Hindryawati, 2011
dalam Bunyaniah, 2013).

Terapi sinar (fototerapi) bertujuan untuk mengendalikan kadar bilirubin serum


agar tidak mencapai nilai yang membahayakan sampai terjadi bilirubin ensefalopati
maupun kern-ikterus. Fototerapi bertujuan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang
larut dalam air untuk dikeluarkan melalui empedu atau air seni.  Pada saat bilirubin
menyerap cahaya, maka terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi sehingga terjadi
konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya yaitu lumirubin yang dengan cepat
dibersihkan dari plasma melalui empedu.  Lumirubin adalah produk terbanyak
degradasi bilirubin akibat foto terapi.  Sejumlah kecil bilirubin indirek diubah oleh
cahaya menjadi dipyrole yang dikeluarkan  lewat air seni. Foto isomer bilirubin lebih
polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dikeluarkan  melalui
empedu ke dalam usus untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati,
karena hanya produk foto oksidan saja yang bisa dikeluarkan melalui air seni
(suraiyah, 2014).
Fototerapi rumah sakit merupakan tindakan yang efektif untuk mencegah kadar
Total Bilirubin Serum (TSB) meningkat. Uji klinis telah divalidasi kemanjuran
fototerapi dalam mengurangi hiperbilirubinemia tak terkonjugasi yang berlebihan,
dan implementasinya telah secara Drastis membatasi penggunaan transfusi tukar
(Bhutani, 2011). Penelitian menunjukkan bahwa ketika fototerapi belum dilakukan,
36% bayi dengan berat kelahiran kurang dari 1500 gram memerlukan transfusi tukar
(Newman, et al , 2009).

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan pada ibu-ibu bayi selama 30 menit,
diharapkan dapat memahami tentang cara perawatan bayi dengan fototerapi.
C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit tentang cara perawatan bayi
dengan fototerapi diharapkan ibu-ibu bayi mampu :
1. Menjelaskan pengertian fototerapi
2. Menyebutkan indikasi phototeraphy
3. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyinaran
4. Menyebutkan pemberian phototherapy
D. RENCANA PELAKSANAAN

N
KEGIATAN WAKTU RESPON
O

1 Persiapan 10 menit Ruangan, alat, peserta

a. Menyiapkan ruangan
b. Menyiapkan alat-alat
c. Menyiapkan ibu
2 Proses :

5 menit Menjawab salam


a. Membuka acara dengan
mengucapkan salam,
memperkenalkan diri

Memperhatikan penjelasan
tujuan dan manfaat kegiatan
5 menit
b. Menjelaskan pada ibu
bayi tentang tujuan dan Mendengarkan dan
20 menit memperhatikan
manfaat
c. Menjelaskan perawatan
fototerapi pada bayi
3 Penutup (1menit) 5 menit Memperhatikan dan menjawab
Menyimpulkan, salam
mengucapkan salam

E. METODE PEMBELAJARAN
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
F. ALAT DAN MEDIA PEMBELAJARAN
1. Leaflet
2. Alat penutup mata bayi saat di fototerapi
3. Fototerapi
G. PENGORGANISASIAN
1. Penanggung jawab : Febri Tri Hamunangan
2. Penyaji : Oknalita Tri Praptika
3. Moderator : Della Irawanti
4. Notulen : Ony nindya, valentina winarti
5. Fasilitator : Dwi Chrismon, Fani Kogoya
H. MATERI
Terlampir
I. EVALUASI

1. Standar persiapan

a. Pengaturan tempat

b. Kesiapan materi

c. Mempersiapkan materi

2. Standar proses

a. Membaca buku referensi tentang perawatan bayi dengan fototerapi

b. Memberi penyuluhan tentang perawatan bayi dengan fototerapi

3. Standar hasil

a. Mampu menjelaskan pengertian fototerapi


b. Mampu menyebutkan indikasi phototeraphy
c. Mampu menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses
penyinaran
d. Mampu menyebutkan pemberian phototherapy
Lampiran Materi :

1. Pengertian

Phototherapy adalah terapi dengan menggunakan penyinaran sinar dengan


intensitas tinggi. Fungsinya untuk pengobatan atau terapi sinar pada bayi yang
terkena penyakit kuning. Penyakit ini disebabkan oleh adanya penimbunan
bilirubin di bawah jaringan kulit atau selaput lendir yang ditandai dengan warna
kuning yang terlihat pada kulit atau dibawah selaput lendir. Prinsip alat
phototherapy memberikan sinar pada kulit bayi secara langsung dalam jangka
waktu tertentu, dengan jarak penyinaran kurang lebih 45cm.

2. Indikasi phototeraphy

Pada bayi prematur, maka fototerapi dilakukan:

a. Berat badan bayi kurang dari < 1000 gr

b. Kadar bilirubin 7-9 mg/dl pada berat badan 10


00-1500 gr

c. Kadar bilirubin 10-12 mg/dl pada berat badan


1500-2000

d. Kadar bilirubin 13-15 mg/dl pada berat badan


2000-2500 gr

Pada bayi matur (sesuai kehamilan normal) fototerapi dilakukan bila:

a. Bayi kuning > 24 jam se


telah lahir

b. Bayi usia 24-28 jam, de


ngan kadar bilirubin 15-18 mg/dl
c. Bayi usia 48-72 jam, de
ngan kadar bilirubin 18-20 mg/dl

d. Bayi usia > 72 jam, den


gan kadar bilirubin >20 mg/dl

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyinaran adalah sebagai


berikut :

a. Menggunakan panjang gelombang 425-475 nm.

b. Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 mwatt/cm2 per nm.

c. Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi.

d. Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah, terdiri dari
biru, cahaya biru khusus.

4. Pemberian Phototherapy
a. Meletakkan bayi di bawah phototherapy
1) Jika berat badan bayi 2 kg atau lebih, posisi bayi telanjang pada pelbet
atau tempat tidur serta melakukan penjagaan pada bayi kecil dalam
inkubator.
2) Menutup mata bayi dengan potongan kain, pastikan bahwa potongan
kain tersebut tidak menutupi hidung bayi. Inspeksi mata setiap 2 jam
untuk pemberian makan.
3) Melakukan pemantauan posisi.
R/ mencegah kemungkinan kerusakan retina dan konjungtiva dari sinar
intensitas tinggi. Pemasangan yang tidak tepat dapat menyebabkan
iritasi, abrasi kornea dan konjungtivitis, dan penurunan pernapasan oleh
obstruksi pasase nasal.
4) Menutup testis dan penis bayi pria
R/ mencegah kemungkinan kerusakan penis dari panas
b. Merubah posisi bayi setiap 2jam
R/ memungkinkan pemajanan seimbang dari permukaan kulit terhadap sinar
fluoresen, mencegah pemajanan berlebihan dari bagian tubuh individu dan
membatasi area tertekan.
c. Memastikan bayi diberi makan:
1) Mendorong ibu menyusui bayi sesuai kebutuhan tetapi minimal setiap 2
jam:
d. Melanjutkan terapi dan uji yang diprogramkan lainnya:
1) Memindahkan bayi dari unit phototherapy hanya selama prosedur yang
tidak dapat dilakukan saat dibawah sinar phototherapy.
e. Memantau kulit bayi dan suhu inti setiap 2 jam atau lebih sering sampai
stabil.
R/ fluktuasi pada suhu tubuh dapat terjadi sebagai respons terhadap
pemajanan sinar, radiasi dan konveksi.
f. Memantau masukan dan keluaran cairan, timbang berat badan bayi satu kali
sehari. Perhatikan tanda-tanda dehidrasi (mis, penurunan keluaran urin,
fontanel tertekan, kulit hangat atau kering dengan turgor buruk dan mata
cekung). Tingkatkan masukan cairan per oral sedikitnya25%.
R/ peningkatan kehilangan air melalui feses dan evaporasi dapat
menyebabkan dehidrasi.
g. Mengukur kadar bilirubin serum:
R/ penurunan kadar bilirubin menandakan keefektifan phototherapy,
peningkatan yang kontinu menandakan hemolisis yang kontinu dan dapat
menandakan kebutuhan terhadap transfusi tukar.
1) Menghentikan phototherapy jika kadar bilirubin serum di bawah kadar
saat phototherapy di mulai atau 15mg/dl (260 umol), mana saja yang
lebih rendah.
h. Setelah phototherapy dihentikan:
1) Mengamati bayi selama 24 jam dan melakukan pengukuran ulang
bilirubin serum, jika memungkinkan atau perkiraan ikterus dengan
menggunakan metode klinis.
2) Jika ikterus kembali ke atau di atas kadar di mulainya phototherapy,
maka dilakukan penyinaran ulang dengan banyak waktu yang sama
seperti awal pemberian. Langkah ini diulangi setiap kali phototherapy
dihentikan sampai pengukuran atau perkiraan bilirubin tetap di bawah
kadar yang membutuhkan phototherapy.
i. Jika phototherapy tidak lagi dibutuhkan, bayi makan dengan baik dan tidak
terjadi masalah lain yang membutuhkan hospitalisasi, bayi diperbolehkan
pulang. Proses selanjutnya memberikan pengetahuan kepada ibu cara
mengkaji ikterus, dan menganjurkan ibu kembali jika bayi menjadi lebih
ikterus
DAFTAR PUSTAKA

Bunyaniah, Dahru. 2013. Pengaruh Fototerapi Terhadap Derajat  Ikterik Pada Bayi


Baru Lahir Di RSUD DR. Moewardi Surakarta.

Gumilar, Hairul. 2010. Pemberian Fototerapi Dengan Penurunan Kadar Bilirubin


Dalam Darah Pada Bayi BBLR Dengan Hiperbilirubinemia.

Kosim, M,S., Soetandio, Robert. M Sakundaro. 2008. Dampak Lama Fototerapi


Terhadap Penurunan Kadar Bilirubin Total Pada Hiperbilirubinemia Neontal.

Rahmah., Yetti, K., Besral. 2013. Pemberian ASI Efektif Mempersingkat Durasi


Pemberian Fototerapi. 

Shinta P, Tina. 2015. Pengaruh Perubahan Posisi Tidur Pada Bayi Baru Lahir
Hiperbilirubinemia Dengan Total Fototerapi Terhadap Kadar Bilirubin Total.

Suraiyah. 2014. http://www.rspermatacibubur.com/hiperbilirubinemia/.

Yuhanidz, H., Saryono., Giyatmo. 2011. Efektivitas Fototerapi 24 Jam Dan 36 Jam


Terhadap Penurunan Bilirubin Indirect Pada Bayi Ikterus Neonatorum
Fototerapi terlihat sebagai sinar
biru) untuk
pengeluaran
empedu ke dalam usus
cairan

Pada Bayi menghilangkan sehingga peristaltic


bilirubin indirect usus
dalam tubuh.

Oleh : 1. Kotoran
Fototerapi menjadi
Kelompok
encer
digunakan untuk
2. Diare
3. Bercak
kemerahan

Efek Fototerapi
pada kulit

Bayi akan
dibaringkan di dalam
Efek Fototerapi
incubator
bila bayi
menurunkan kadar premature dan bayi bila
bilirubin serum pada matur dalam keadaan
Stikes RS. telanjang. Kemudian
neonatus dengan
Baptis Kediri
Program Studi hiperbilirubinemia diatasnya akan
Profesi Ners dipasang alat yang
jinak hingga moderat.
Program
Profesi Fototerapi dapat memiliki lampu yang
menyebabkan akan memancarkan

Pengertian
terjadinya isomerisasi sinar dengan intensitas
tinggi. Sinar ini akan
bilirubin indirect yang
Fototerapi
mudah larut di dalam menguraikan bilirubin
plasma dan lebih tak langsung menjadi
Phototherapy mudah di ekskresi oleh zat yang dibuang oleh
adalah terapi dengan hati ke dalam saluran tubuh
menggunakan empedu. Meningkatnya
penyinaran sinar foto bilirubin dalam
dengan intensitas tinggi empedu menyebabkan

Manfaat Fototerapi
bertambahnya
yaitu 425-475nm (biasa

Anda mungkin juga menyukai