S
DENGAN HIPERKOLESTEROL DI RUANG BOUGENVILLE
PSTW BUDHI MULIA 1 CIPAYUNG
JAKARTA TIMUR
Disusun Oleh :
SHANAZ NADIA
215140048
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
mencurahkan cinta dan rahmatnya kepada kita semua. Sholawat dan salam
selalu tercurah limpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabatnya serta kita selaku umatnya. Atas izin-Nyalah
penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Stase Keperawatan Gerontik
Program Studi Profesi Ners XIV Tahun 2022”.
Laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
pendidikan Program Studi Profesi Ners Universitas Respati Indonesia Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak terdapat
kekurangan, akan tetapi berkat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari
berbagai pihak, akhirnya laporan ini dapat diselesaikan Maka dengan segala
kerendahan hati, Penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Tri Budi W. Rahardjo, drg., MS selaku Rektor Universitas Respati
Indonesia.
2. Zainal Abidin, M.Sc selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Respati Indonesia.
3. Ns. Jamiatun, M. Kep selaku Ketua Program Studi Profesi Ners Universitas
Respati Indonesia
4. Ns. Fajar Susanti, M. Kep, Sp.Kep.Kom sebagai Koordinator Stase
Keperawatan Gerontik yang telah banyak memberikan saran dan masukan-
masukan.
5. Ns. Samsuni, M.Kep, Sp.Kep, Kom sebagai Pembimbing Akademik Stase
Keperawatan Gerontik yang sudah memberikan waktunya dan memberikan
arahan serta telah banyak memberikan saran dan masukan-masukan.
6. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.
Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
perbaikan proses penelitian selanjutnya dan besar harapan agar penelitian ini
dapat bermanfaat, dan terus dikembangkan baik oleh peneliti sendiri ataupun
peneliti yang lain., amin.
Shanaz Nadia
NPM : 215140048
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………..……………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
2.2.2 Etiologi……………………..……..……………………………………11
2.2.4 Komplikasi…………………………………..…………………………16
2.2.5 Patofisiologi………………………………..…………………….……..16
2.2.8 Penatalaksanaan…………………………………………………..……20
4
3.1 Data Umum…………………………………………………………….24
4.1 Pembahasan………………………….………………………………..47
4.3 Evaluasi……………………………………………………………….51
6.1 Kesimpulan…………………………………………………………..53
6.2 Saran…………………………………………………………………53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5
BAB I
PENDAHULUAN
Data BKKBN (2021) mencatat terdapat sekitar 901 juta jiwa lansia di seluruh dunia.
Menurut Kemenkes RI (2021) jumlah lanjut usia tahun 2021 mencapai 21.553.118
populasi penduduk lansia. Menurut Badan Pusat Statistik (2021) lansia di jatim sebanyak
2,971,004 orang atau 13,06 % dari jumlah penduduk, sedangkan jumlah lansia pada
tahun 2021 di Kota Malang sebanyak 10,68% atau sekitar 53.800 jiwa (BPS, 2021).
Peningkatan usia harapan hidup tentunya menyebabkan lebih banyak lansia yang
mengalami gangguan kesehatan. Jumlahnya diprediksi akan terus meningkat hingga 48,2
juta jiwa (15,8%) pada 2035. Kasus kolesterol pada lansia di wisma bougenville panti
sosial tresna werdha budhi mulia 1 cipayung Jakarta Timur sebanyak kuarng lebih 75 %
dari total kasus penyakit yang ada. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan salah satu
petugas yang ada di wisma bougenville panti sosial tresna werdha budhi mulia 1
cipayung Jakarta Timur.
1
Indonesia (Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan padang) didapatkan keadaan dimana
kolesterol total (>240mg/dll) pada orang berusia 55 tahun paling banyak di kota padang
yaitu lebih dari 56%. Prevelansi hiperkolesterolemia di Jawa Timur 30,38 %
(RISKESDAS, 2018)
Penderita penyakit ini di dunia yakni 17,5% juta dan orang yang meninggal akibat
penyakit kardiovaskuler 30% kematian dunia (WHO, 2011). Di Indonesia berdasarkan
tempat tinggal menunjukkan bahwa kadar kolesterol di atas normal pada penduduk
perkotaan lebih besar dari pada pedesaan, penduduk di kota sebesar 38,5 % sedangkan
penduduk perdesaan sebesar 32,1% (RISKESDAS, 2013). Prevalensi hiperkolestrol di
Jawa Timur 30,38 % (RISKESDAS, 2018). Menurut data posyandu lansia di Desa
Karangbong , Kecamata Gedangan Kabupaten Sidoarjo sekitar 25 orang lansia yang
menderita kolesterol dari jumlah anggota posyandu 42 orang lansia yang usianya rata-rata
60-70 tahun.
Kolesterol tinggi merupakan kondisi dimana kadar kolesterol total 190 mg/dL
atau lebih.Persentase kolesterol tinggi yang tercatat di Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu)
PTM dan Puskesmas yang sudah menggunakan sistem informasi surveilans PTM
menurut jenis kelamin, pada laki-laki sebesar 48% sedangkan pada perempuan 54.3%
Persentase kolesterol tinggi menurut umur sebagain besar pada kelompok umur >60
tahun sebesar 38,3%. Menurut data provinsi, persentase pengunjung dengan kolesterol
tinggi di posbindu dan FKTP di Indonesia paling tinggi di Provinsi Papua Barat yaitu
70%. provinsi lampung menmpati posisi nomor 7 dengan presentase 53,2%, disusul jawa
tengah di posisi nomor 12 dengan presentase 48,1%. lalu DKI Jakarta di posisi 26 dengan
presentase 33,1% (profil prnyakit tidak menular, 2016)
Di wisma Bougenville panti sosial tresna werdha budhi mulia 1 cipayung Jakarta
Timur. didapatkan 5 lansia yang di cek kolesterol memiliki hasil kolesterol yang tinggi.
Dan jugadari 36 lansia, sebanyak 60% mempunyai terapi kolesterol rutin setiap hari.
Kemudian penulis melakukan studi di tempat tersebut pada bulan Maret 2022 dengan
wawancara. Salah satu lansia yang diwawancara oleh petugas mengatakan sering minum
kopi setiap hari, dengan kebiasaan memakan makanan yang dimasak sendiri oleh petgas
panti. Penulis menanyakan tentang penyakit kolesterol pada lansia tersebut dan
2
mengatakan sedikit mengetahui tentang diit kolesterol yang harus dihindari seperti
mengurangi konsumsi makanan yang mengandung gula atau manis, dan santan. namun
3
lansia mengatakan mengkonsumsi makanan apa saja yang di siapkan oleh petugas
panti sehingga kadang – kadang masih mengkonsumsi makanan seperti biasa, tidak ada
makanan yang dipantang. Dari studi tersebut penulis tertarik untuk melakukan asuhan
keperawatan gerontik pada Ny.S dengan penyakit kolesterol di wisma Bougenville panti
sosial tresna werdha budhi mulia 1 cipayung Jakarta Timur.
1
1.4.3 Bagi Panti
Diharapkan perawat dan petugas PSTW Cipayung dapat meningkatkan kemampuan
dan mengembangkan konsep keperawatan lansia dengan tindakan Non farmakologi,
dengan mengembangkan penerapan terapi komplementer yang lebih implementatif,
sehingga lebih efektif diterapkan bagi lansia dan petugas panti..
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Berdasarkan pengertian diatas lansia adalah Kelompok yang berusia 60 tahun keatas
yang mengalami proses penuaan atau siklus kehidupan yang ditandai dengan
tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh.
4
3. Teori pembebasan
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan
ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas
maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda yaitu; kehilangan
peran ,hambatan sosial dan berkurangnya kontak komitmen.
5
c. Menua membutuhkan perubahan eran
Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keingginan sendiri
bukan atas dasar tekanan dari lingkungan, misalnya lansia menduduki jabatan
sosial di masyarakat sebagai ketua RT, sebaiknya masyarakat tidak
memberhentikan lansia sebagai ketua RT karena usianya.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan kkonsep diri yang buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu
membuat penyesuain lansia menjadi buruk.
6
4. Kartilago, jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami
granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago
untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah
progresif,konsekuensinya kartilago pada persendian menjadi rentan terhadap
gesekan.
5. Tulang, berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari
penuaan fisiologi,sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih
lanju akan mengakibatkan nyeri,deformitas dan fraktur.
6. Otot, Perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan
jumlah dan ukuran serabut otot,peningkatan jaringan penghubung dan
jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.
7. Sendi, pada lansia jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,ligamen dan
fasia mengalami penuaan elastisitas.
8. Sistem Kardiovaskular
Perubahan pada sistenm kardiovaskular pada lanisa adalah masa jantung
bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan jantung
berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini
disebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan
konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
9. Sistem Respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,kapasitas total
paru tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi
kenaikan ruang paru,udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan
pada otot,kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan
terganggu dan kemapuan peregangan toraks berkurang.
10. Pencernaan dan metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan,seperti penurunan produksi
sebagai kemunduran fungsi yag nyata karena kehilangan gigi,indra
pengecap menurun,rasa lapar menurun,hati makin mengecil dan
menurunnya tempat penyimpanan dan berkurangnya aliran darah.
11. Sistem perkemihan
7
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi
yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi,ekskresi dan
reabsorpsi oleh ginjal.
8
d. Perubahan Psikososial
1. Kesepian
2. Terjadi pada saat pasangan hidup meninggal,terutama jika lansia
mengalami penurunan kesehatan,seperti menderita penyakit fisik
berat,gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
3. Duka cita
4. Meninggalnya pasangan hidup dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang
telah rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan
fisik dan kesehatan.
5. Parafrenia
6. Suatu bentuk skizofrenia pada lansia,ditandai dengan waham
( curiga),lansia sering merasa tetangganya mencuri barangnya atau berniat
membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi atau menarik
diri dari kegiatan sosial.
7. Sindrome Diogenes
8. Suatu kelainan diamana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat
mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia. Bermain
dengan feses atau urin. Walaupun sudah dibersihkan,keadaan tersebut
dapat terulang kembali.
9
pelayanan sosial lansia,pusat informasi pelayanan sosial lansia dan pusat
pengembangan pelayanan sosial lansia dan pusat pemberdayaan lansia.
2.2.1 Etiologi
Terdapat beberapa faktor yang mempengarui kadar kolesterol dalam darah yitu sebagai berikut :
2.2.1.1 Makanan
Kolesterol pada umumnya berasal dari lemak hewani seperti daging kambing, meskipun
tidak sedikit pulang yang berasal dari lemak nabati seperti santan dan minyak kelapa. Telur
juga termasuk makanan yang mengandung kolesterol yang tinggi. Makanan yang banyak
mengandung lemak jenuh menyebabkan peningkatan kadar kolesterol, seperti minyak kelapa,
minyak kelapa sawit dan mentega juga memiliki lemak jenuh yang dapat meningkatkan
kadar kolesterol (Yovina, 2012). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Restyani (2015)
menyatakan bahwa dengan mengkonsumsi makanan yang tinggi lemah jenuhnya dapat
meningkatkan kadar koledterol total.
10
Faktor pemicu yang dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah yaitu kurangnya
aktivitas fisik ataupun olahraga, hal tersebut telah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan
oleh Tunggul, Rimbawan dan Nuri (2013) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
tingkat aktivitas fisik terhadap kadar kolesterol dalam darah dengan nilai p<0.05.
Tingkat pengetahuan sesorang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kadar
kolesterol, hal tersebut dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Winda, Rooije dan
tiny (2016) bahwa pengetahuan memiliki hubungan yang signifikan terhadap kadar
kolesterol seseorang dan mempengaruhi tindakan pencegahan yang dapat dilakukan dalam
mengendalikan kadar kolesterol.
2.2.1.4 Kepatuhan
Kepatuhan berpengaruh besar terhadap kadar kolesterol dalam darah, hal tersebut telah
dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Din (2015) yang didapatkan hasil bahwa
faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan kolesterol yaitu seperti diet
kaya lemak, kurangnya olahraga, strss serta faktor ketidakpatuhan pasien dalam mengontrol
kolesterolnya. Dan hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Putri (2016)
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antar kepatuhan diet dengan kadar kolesterol
dalam darah.faktor-faktor tersebut mempengaruhi kolesterol dalam darah, yang mengalami
suatu proses dalam tubuh manusia.
2.2.2 Patofisiologi
Lipid plasma yang utama terdiri dari trigliserida, fosfoipid, dan kolesterol. Trigliserida
berfungsi menyediakan energy untuk metabolisme. Fosfolipid mengandung satu atau lebih
molekul asam lemak dan satu gugus asam folfat yang mengandung nitrogen, sedangkan
kolesterol memiliki sifat sangat larut dalam lemak dan mampu membentuk ester dengan asam
lemak. Tubuh sangat membutuhkan kolesterol untuk membentuk berbagai macam komponen
penting seperti horrmone dan membrane sel.kolesterol disintesis di dalam hati dari hasil
11
metabolism karbohidrat, lemak, dan protein. Sifatnya yang hidrofobik menyebabkan lipid darah
harus membentuk ikatan kompleks dengan protein agar dapat diangkut dalam sirkulasi.
Kompleks ikatan lipid dan protein ini disebut lipoprotein. Lipoprotein plasma merupakan
kompleks makro molekul yang terdiri atas partikel berbentuk speris yang sebagian besar terdiri
dari fosfolpid, kolesterol bebas, dan protein. Intinya tersusun oleh sebagian besar trigliserida dan
ester kolesterol. Lipoprotein bersifat larut dalam air yang pada struktur terluarnya
terdapatapolipoprotein yang berfungsi untuk mempertahankan strukturnya dan mengerahkan
mtabolisme lipid (Suyatna, 2011).zat-zat lipoprotein bertugas mengangkut lipid dari tempat
sintesisnya menuju tempat penggunanya. Lipoprotein ini terbagi atas lima kelas, yaitu
kilomikron, lipoprotein densitas, sangat rendah (Very Low DensityLipoprotein, VLDL),
lipoprotein densitas renda (Low Density Lipoprotein, LDL), lipoprotein densitas tinggi (High
Density Lipoprotein, HDL), dan lipoprotein densitas sedang (Intermediate Density Lipoprotein,
IDL) (Suyatna, 2011). HDL berfungsi membawa kolsterol bebas dari sel ke jaringan dan
mentransfer kolesterol ke hati dan ginjal untuk dimetabolisme hingga penimbunan kolesterol di
perifer berkurang. Selanjutnya IDL merupakan zat perantara yang terjadi saat VLDL
dikatabolisme menjadi LDL sehingga tidak terdapat dalam jumlah besar pada plasma . semua
jenis kolesterol sangat penting keberadaannya dalam tubuh, namun dapat menyebabkan
gangguan dalam tubuh bila kadar yang dimiliki melebihi kadar normalnya (Agustina, 2015).
Pada dasarnya lipoprotein diangkut melalui 2 jalur, yaitu jalur eksogen dan jalur endogen. Pada
jalur eksogen, trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan membentuk kilomikron pada
sel endotel iintestinal. Kilomikron ini akan diangkut dalam saluran limfe lalu ke dalam darah.
Trigliserida dalam kilomikron dihidrolisis menjadi asam lemak dan kilomikron renan/
kilomikron sisa oleh lipoprotein lipase. Kilomikron ini memiliki ukuran yang lebih kecil karena
sebagian besar trigliseridanya telah dihilangkan, tetapi jumlah ester kolesteronnya tetap.
Kilomikron sisa akan dibersihkan oleh hati dari system sirkulasi oleh lisosom melalui mekansme
endositosis. Asam lemak bebas akan menembus enodel dan masuk ke dalam jaringan lemak atau
sel otot untuk diubah menjadi trigliserida kembali atau dioksidasi menjadi energy. Hasil
metabolism ini merupakan kolesterol bebas yang akan digunakan untuk pembentukan berbagai
struktur, disimpan dalam hati sebagai kolesterol ester atau dieksresi ke dalam empedu sebagai
kolesterol atau asam empedu atau dirubahmenjadi lipoprotein endogen yang dikeluarkan ke
dalam plasma. Kolesterol juga dapat disintesis dari asetat oleh enzim HMG-CoA reduktase saat
kekurangan kolesterol endogen. Pada jalur endogen, lipid dan trigliserida yang dihasilkan oleh
12
hati diangkut daalam bentuk VLDL. VLDL merupakan lipoprotein yang kaya akan trigliserida
dan oleh lipoprotein lipase akan dihidrolisis menjadi partikel yang lebih kecil, yaitu IDL dan
LDL (Suyatna, 2011) sekitar setengah VLDL sisa dihilangkan dari sirkulasi darah oleh reseptor
LDL dan setengahnya lagi diubah menjadi partikel LDL. Partikel LDL membawa kolesterol ke
berbagai jaringan tubuh yang berinteraksi dengan reseptor LDL pada membran sel. Partikel LDL
yang diambil oleh sel digunakan untuk sintesis sterois atau sebagai bagian dari membrane sel,
pada kasus hiperkolesterolemia, jimlah reseptor LDL yang terdapat pada permukaan sel hati
sangat berperang penting dalam mengatur asupan kolesterol dalam darah. Kerusakan sering
terjadi pada metabolism lipid yang menyebabkan penurunan aktivitas reseptor LDL dan
akumulasi LDL di plasma yang memicu terjadinya aterogenesis. Selain itu di dalam pembuluh
darah terdapat sel-sel yang dapat merusak lipoprotein plasma sehingga menyebabkan LDL
teroksidasi. Kondisi hiperkolesterolemia yang melibatkan obesitas dan pemilihan diet yang tidak
tepat diketahui juga dapat menyebabkan kerusakan sel hati. Kerusakan sel-sel hati tersebut
umumnya akan menghasilkan reespon imun,bahkan dapat langsung mempengaruhi biokimia sel.
Asam lemak bebas yang terkumulasi dalam hepatosit pada kadaan hiperkolesterolemia dikeahui
dapat menstimulasi NF-kB sitokin inflamasi seperti TNF-alpha, IL-6 dan IL-1 beta oleh sel
kupffer. Bendabenda tersebut merupakan makrofag spesifik yang ditemukan pada hati dan
merupakan pncetus proses inflamasi pada hati. Evolusi fase ini dapat menyebabkan fibrosis yang
akan meruak hepatosit (Saligram et al., 2016). Pemeriksaan biokimia sederhana yang dilakukan
untuk menilai fungsi hati adalah pemeriksaan serum glutamate piruvat transaminase (SGPT) dan
serum glutamat oksaloasetat transaminase (SGOT). Enzim SGPT terikat dalam sitoplasma sel
hati, sedangkan enzm SGOT terikat dalam organel sel hati. Apabila sel hati mengalami nekrosis,
maka kedua enzim ini akan keluar dari sel hati sehingga akan terjadi kenaikan kadar kesua enzim
ini dalam plasma. Umumnya peningkatan kadar SGPT diakibatkan oleh kelainan hati disetai
dengan sirosis hati, karsinoma, hepatitis virus atau toksis dan icterus obstruktif. Secara khas
SGPT lebih tinggi dari pada SGOT pada hepatitis virus atau toksis aku, sedangan pada hepatitis
kronis SGOT pada hepatitis virus atau toksis akut, sedangkan paad hepatitis kronis SGOT lebih
tinggi dari pada SGPT (Hidayat et al., 2013). Walaupun SGPT dan SGOT sering dianggap
sebagai enzim hati karena tingginya konsentrasi keduanya dalam hepatosit, namun banyak SGPT
yang spesifik terhadap hati karena SGOT juga dapat ditemukan pada otot jantung, otot tubuh,
ginjal dan pancreas. Jaringan hati diketahui mengandung lebih banyak SGPT dibandingkan
SGOT, sehingga untuk mendeteksi penyakit atau kerusakan hati SGPT dianggap lebih spesifik
(Hidayat et al,. 2013). Kadar SGPT pada tikus putih normal sebesar 12,6 ±4,4 U/L. Umumnya
13
pada kerusakan hati yang menonjol adalah kebaikan SGPT diatas batas normal pada tikus yaitu
17,5-30,2 U/L.
Kadar kolesterol yang tinggi biasasnya tidak memunculkan gejala apapun. Akan tetapi
kadang-kadang jika kadar kolesterol sudah sangat tinggi maka endapan lemak akan membentuk
suatu pertumbuhan di dalam kulit. Kadar trigliserida yang yang cukup tinggi (samapai dengan
800 mg/dl atau lebih) dapat menyebabkan pembesaran pada hati dan limpa serta timbulnya
gejala-gejala dari pakreatitis (misalnya nyeri perut yang hebat) (Dewanti,2010). Untuk
memantau tanda dan gejala yang muncul, maka diperlukan pengukuran kadar kolesterol agar
dapat mengontrol kadar kolesterol dalam tubuh.
2.2.4 Komplikasi
Peningkatan kolesterol baik dihubungkan dengan kesehatan pembuluh yang lebih terjaga.
Sebaliknya, peningkatan kadar kolesterol jahat berhubungan erat dengan berbagai komplikasi
mematikan. Berikut adalah beberapa komplikasi mematkan yang bisa terjadi jika kadar
kolesterol jahat terlampau tinggi :
Tekanan darah berhubungan dengan kadar kolesterol yang ada di dalam tubuh. Apabila
kadar kolesterol tinggi dan tidak segera ditangani, maka plak-plak lemak akan semakin banyak
terbentuk didalam pembuluh darah.
Serangan jantung dapat menjadi lanjutan dari angina. Apabila plak lemak terlepas,
membentuk klot dan menyumbat prmbuluh darah ke jantung, maka seseorang dapat mengalami
serangan jantung. Keadaan ini bisa menyebabkan kematian apabila tidak ditangani segera.
Beberapa tanda dan gejala yang muncul pada saat serangan jantung, misalnya nyeri dada berat,
14
dada teras sesak dan berat seperti ditindih, atau dada seperti ditusuk hingga menembus ke
belakang dan menjalar ke lengan kiri atau rahang kiri; mual muntah; keringat dingin;hingga
badan lemas.
2.2.4.3 Stoke
Stroke atau yang juga disebut brain attack merupakan penyebab kematian terbesar
Amerika Serika, dimana setiap tahunnya 140.000 orang mennggal dunia. Di Indonesia sendiri,
RISKEDAS 2007-2013 menyebut bahwa angka kejadian stroke terus meningkat, dari 8,3%
menjadi 12,1%. Stroke terjadi karena plak-plak lemak di pembuluh darah terlepas dan
menyumbat pembuluh darah di otak.
LDL = Kolesterol total – HDL – (TG/5) rumus hanya berlaku bila kadr trigliserida <400 mg/dL
2. Kadar LDL merupakan parameter lipid primer untuk analisis penapisan, diagnosis dan
pengobatan hiperkolesterolemia.
4. Kolesterol non-HDL yang didapat dari pengurangan nilai HDL terhadap kolesterol
total merupakan target terapi sekunder bagi pasien dengan risiko kardiovaskular tinggi
15
dan sangat tinggi yang memiliki konsentrasi trigliserida tinggi dan konsentrasi
LDL telah mencapai target terapi.
2.2.6 Penatalaksanaan
1) Mengurangi asupan lemak jenuh Diet tinggi kolesterol dapat meningkatkan kadar
kolesterol dan LDL dalam darah. Makanan tinggi kolesterol dapat ditemukan pada
makanan yang berasal dari hewan, seperti daging dan produk susu, sehingga makanan
jenis ini sebaiknya dikurangi untuk menjaga kadar kolesterol dalam darah tetap normal .
menurut institutes of health lemak jenuh merupakan komponen utama makanan yang
menentukan kadar LDL serum. Pengaruh lemak jenuh terhadap kolesterol total dalam
serum telah banyak diteliti. Analisis dari beberapa penelitian menunjukan bahwa setiap
peningkatan 1% penurunan 1% asupan lemak jenuh dapat menurunkan kadar LDL serum
sebesar 2%.
16
4) Meningkatkan aktivitas fisik yang teratur Aktfitas fisik diketahui dapat menurunkan
faktor resiko peyakit pembuluh perifer dan arteri coroner, termasuk obesitas, stress
fisiologis, kontrol glikemik yang lemah dan hipertensi. Latihan fisik juga dapat
meningkatkan sirkulasi HDL dan fungsi jantung serta pembuluh darah. Sebagai contoh,
berjalan cepat selama 30 menit tiga sampai empat kali dalam seminggu dapat
berpengaruh pada kadar kolesterol. Akan tetapi, pasien dengan nyeri dan/atau diduga
menderita penyakit jantung harus berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai latihan
fisik.
Obat ini menurunkan kadar olesterol dengan mengikat asam empedu dalam saluran
cerna yang dapat mengganggu sirkulasi enterohepatic sehingga eksresi steroid yang
bersifat asam dalam tinja meningkat. Terdapat tiga jenis resin yaitu kolestiramin,
kolestipol, dan kolesevelam.Terapi menggunakan resin dapat menimbulkan beberapa
gejala gastrointestinal , seperti konstipasi, nyeri abdomen, perut kembung dan terasa
penuh, mual dan flatulensi.
Obat yang sangat efektif dalam menurunkan kolesterol total dan LDL didalam darah
adalah statindan telah terbukti mengurangi kejadian jantung coroner bahkan juga
mengurangi kematian total akibat penyakit jantung coroner bahkan juga mengurangi
kematian total akibat penyakit jantung coroner. Ketika digunakan sebagai monoterapi,
statin merupakan golongan obat anti hyperlipidemia paling potensial menurunkan kadar
kolesterol total dan LDL dalam darah, dan umumnya dapat ditoleransidengan baik total
kolesterol dan LDL dalam darah dapat berkurang hingga 30% bahkan lebih jika
dikombinasikan dengan terapi diet, menurut jointn formulary commite. Ada 5 jenis
statin yang tersedia, dua diantaranya dalam generik yaitu simvastatin, revastatin,
atorvastatin, fluvastatin, rosuvastatin. Statin menghambat enzim HMG-CoA reductase
17
secara kompetetif. Enzim tersebut adalah enzim yang bertanggung jawab dalam
konversi HMG-CoA yang menjadi mevalonate, yang merupakan jalur awal biosintesis
kolesterol (Ito, 2013).statin umumnya diberikan setelah makan malam atau sebelum
tidur. Penurunan terhadap kadar kolesterol total dan LDL terjadi ketika obat tersebut
diberikan pada malam hari, sebab biosintesis kolesterol mencapai puncak ketika malam
hari. Statin umumnya ditoleransi dengan baik, meskipun penggunaan statin
berhubungan dengan peningkatan kadar transaminase hati.peningkatan ini tergantung
pada pengguna dosisi. Pasien dengan gangguan hati harus dipantau secara ketat ketika
mendapat obat golongan statin. Efek samping secara umum yaitu menyebabkan
kramotot dan kesemutan. Statin diklasifikas sebagai kategori x pada kehamilan.
Terdapat empat jenis derivat asam filbat yaitu gemfibrozil, bezafibrat, siprofibrat, dan
fenofibrat. Obat ini dapat menurunkan trigliserida plasma, selain menurunkan sintesis
trigliserida di hati, obat ini juga dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL. Obat ini
4) Asam nikotinik
Obat ini dapat menurunkan sintesis hepatic VLDL, sehingga pada akhirnya dapat
kolesterol HDL dengan mengurangi katabolisme HDL. Efek samping yang paling
sering teradi adalah flushing, yaitu perasaan panas di muka bahkan di badan. Efek
samping yang paling berbahaya adalah gangguan fungsi hati yang ditandai dengan
5) Ezetimibe
Obat ini termasuk penurun lipid yang terbaru dan bekerja sebagai penghambat selektif
penyerapan kolesterol, baik yang berasal dari mkanan maupun asam empedu di usus
18
halus. Ezetimibe yang merupakan inhibitor absorbs kolesterol menurunkan LDL ketika
ditambahkan juga pada pengobatan dengan statin.
Meskipun mekanisme kerja untuk efek asam lemak omega-3 belum jelas diuraikan,
namun asam lemak ini berpotensi dalam menurunkan trigliserida, menimbulkan efek,
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam melakukan
pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat
diketahui kebutuhan pasien tersebut. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan
membantu menentukan status kesehatan dan pola pertahanan pasien serta memudahkan dalam
perumusan diagnose keperawatan (Doengoes, 2009). Pengkajian pada pasien dengan hipertensi
(Muttaqin, 2008 ), yaitu :
1. Pengumpulan data
Identitas Meliputi nama,usia (kebanyakan terjadi pada usia muda), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku,bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, dan diagnose medis.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasa dirasakan oleh penderita hiperkolesrolemia yaitu nyeri kakki,
tengkuk terasa pegal-pegal, mudah leleh, suka mengantuk, nyeri dada, terjadi
xanthomata, terjadinya xanthelasma, dan muncul gumpalan di urat.
19
Heperkolestrolemia tidak menunjukan gejala apapun, pada umumnya seseorang tidak
menyadari kadar kolestrol dalam tubuhnya tinggi sampai muncul lomplikasi, seperti
serangan janjung atau stroke. Oleh karena itu, pentin untuk melakukan skrenning
kolestrol sejak usia din.
4. Riwayat dahulu
Adanya riwayat penyakit diabetes mellitus, akibat gula darah yang tinggi meningkatnya
LDL,Penyakit jantung, merokok, obesitas, pola makan yang tinngi lemak, dan kurang
berolahraga.
5. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan, dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggpan keluarga terhadap penyakit penderita.
6. Pemeriksaan fisik
1. Kepala : Penyebaran rambut merata, rambut memputih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
benjolan,tidak ada luka pada kepala
2. Mata : tidak anemis, penglihatan kabur, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan
disekitar mata
3. Telinga : tidak ada serumen, simetris kanan kiri, tidak ada alat bantu pendengaran,
tidak ada perubahan pendengaran
4. Hidung dan sinus : tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka, indra penciuman normal.
5. Mulut dan tenggorokan : Penyebaran gigi merata, tidak ada perdarahan pada gusi tidak
ada lesi/ulkus, tidak kesulitann menelan, tidak serak, tidak mengalami sakit
enggorokan.
20
6. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe atau pembesaran tonsil, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada benjolan/massa.
7. Payudara :tidak ada kelainan berupa warna kemerahan pada mammae, oedem,
hiperpigmentasi aerola, tidak ada pengeluaran cairan pada putting susu, tidak ada
benjolan atau nyeri tekan pada payudara.
8. Sistem pernafasan : tidak ada otot bantu nafasa, tidak terdapat bunyi nafas
tambahan.
9. Kardiovaskuler : tidak ada nyeri tekan, bunyi suara jantung normal, tidak ada bunyi
suara jantung tambahan
10. Gastrointestinal : tidak ada nyeri tekan, tidak ada bnjolan/massa, tidak ada
perubahan nafsu makan, tidak ada perdarahan pada rectum, bising usus normal
(20x/menit)
11. Perkemihan : tidak ada nyeri saat berkermih dan BAK, tidak ada lesi.
12. Genitoreproduksi wanita :tidak ada lesi, infeksi, penyakit kelamin, masalah
aktifitas seksual, riwayat mesntruasi dan menopouse.
13. Musculuskeletal :tidak ada pembengkakan sendi, kram, tidak ada nyeri punggung,
ada nyeri persendihan (kadang-kadang), tidak ada masalah dalam berjalan, ada
kelemahan pada oto.
14. Sistem syaraf pusat :Tidak ada cedera kepala, tidak ada masalah seperti sakit
kepala, paresis, dan tremor.
15. Sistem endokrin :tidak ditemukan adanya pembesaran pada kelenjar tiroid dan
karotis, rambut memutih.
2.3.2 Diagnosa
23
secara mandiri
5. Keluhan lelah
menurun
24
pembuatan ramuan
tradisional untuk
menurunkan kadar
kolesterol
4. Pemahaman tentan
penyakit klien bertambah
5. Klien tidak
kebingungan ketika di
tanya tentang
penyakitnya
2.3.4 Implementasi
Implementasi merupakan tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai
strategi keperawatan yang telah direncanakandalam rencana tindakan keperawatan.
1) Pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan peningkatan selebral di lakukan tindakan
keperawatan sebanyak 2x kunjungan seperti :
(1) Menjelaskan kepada klien tentang nyeri
(2) Memberikan posisi yang nyaman
(3) Mengajarkan kepada klien untuk teknik distraksi dan relaksasi
(4) Mengajarkan teknik pemijatan
(5) Mengajarkan teknik nafas dalam
(6) Memberikan kompres hangat pada daerah nyeri
(7) Mengobservasi faktor yang memperberat dan meringankan nyeri
(8) Mengobservasi skala nyeri, lokasi nyeri,karakteristik nyeri, durasi, frekuensi kualitas
dan intensitas nyeri.
2) Pada diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dilakukan tindakan
keperawatan sebanyak 2x kunjungan seperti :
(1) Menjelaskan kepada klien tentang penyebab hambatan mobilitas fisik
(2) Menganjurkan klien untuk membuat jadwal aktivitas dan istirahat
(3) Mengajarkan klien untuk cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat misalnya
kelelahan saat melakukan aktivitas
(4) Mengajarkan klien untuk mengidentifikasikan target dan jenis aktivitas yang mampu
di lakukan
25
(5) Mengajarkan latihan pernafasan dan pendinginan yang tepat
(6) Mengajarkan ,latihan aktif dan pasif
3) Pada diagnosa defisiensi tingkat pengetahuan berhungan dengan kurangnya informasi
tindakan keperawatan sebanyak 2x kunjungan seperti :
(1) Menjelaskan kepada klien tentang penyakit hiperkolesterol (penyebab, factor resiko ,
tanda dan gejala , komplikasi )
(2) Mengajarkan kepada klien tentang menyusun diet atau menu makanan dalam satu
minggu
(3) Menjelaskan kepada klien dan keluarga tentang pengobatan
(4) Mengajarkan klien tentang cara pembuatan ramuan tradisional untuk menurunkan
kadar kolesterol
(5) Memberikan umpan balik yang positif atas pencapaian yang diraih klien
2.3.5 Evaluasi
Pada evaluasi keperawatan dilakukan suatu penilaian terhadap asuhan keperawatan yang
telah diberikan atau dilaksanakan dengan berpegang teguh pada tujuan yang ingin dicapai.
(1) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan selebral
S : klien mengatakan sudah tidak nyeri
O : - Wajah tampak tidak menyeringai
- Tidak memegangi area nyeri
- Nyeri berkuang 0-1
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
(2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
S : Klien mengatakan sudah melakukan aktivitas secara normal
O : - Melakukan aktivitas secara mandiri
- Tidak merasa lelah
- Nadi 80x/menit
- RR 18x/menit
A : Masalah teratasi sebagaian
P : Intervensi di hentikan
3) Defisiensi tingkat pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
S : Klien mengatakan pengetahuannya bertambah
26
O : - klien paham tentang penyakitnya
- Klien tidak kebingungan ketika di tanya
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
27
28
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
keterangan:
: perempuan hidup : hubungan darah
30
Tipe Tempat Tinggal : Permanen
Jumlah Kamar : 1 kamar dengan ruangan bangsal besar 36
bed
Jumlah Tongkat : tidak ada
Kondisi Tempat Tinggal : PSTW Cipayung
Jumlah Orang Yang Tinggal Di Rumah : 36
Derajad Privasi : Baik
Tetangga Terdekat : tidak ada
Alamat / Telepon : tidak ada
3.1.5 Riwayat rekreasi
Hobi / Minat : berdagang
Keanggotaan Organisasi : tidak ada
Liburan / Perjalanan : tidak pernah liburan
3.1.6 Sistem pendukung
Perawat / Bidan / Dokter / Fisioterapi : perawat
Jarak Dari Rumah : 100 m
Rumah Sakit : RSUD Budhi Asih
Jaraknya : 5 Km
Klinik : PSTW Cipayung
Jaraknya : 100 m
Pelayanan Kesehatan Di Rumah : pengurus panti
Makanan Yang Dihantarklan : Macam-macam makanan
Perawatan Sehari-Hari Yang Dilakukan Keluarga : makan, memberi obat
3.1.7 Dekripsi kekhususan
Kebiasaan Ritual : Sholat lima waktu
Yang Lainya : Tidak ada
3.1.8 Status kesehatan
Status Kesehatan Selama Setahun Yang Lalu: nyeri kaki jika berjalan lama, sering
pusing, riwayat asam urat, kolesterol, hipertensi
Status Kesehatan Umum Sebelumnya klien mengatakan tidak pernah tahu punya
penyakit kolesterol, selama ini tidak ada keluhan, sejak masuk panti baru diketahui ,
klien menderita koleterol.
Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan:
31
Obat-obatan
Persepsi Klien
Konsep Diri : Ny.S mengatakan suka dengan semua bagian
tubuhnya
Emosi : Ny.S mengatakan selalu menerima apapun yang
sudah terjadi dalam hidupnya termasuk
kehidupannya dipanti
Adaptasi : Ny.S mengatakan senang berbincang bincang
dengan orang lain dan sangat senang bila ada
perawat-perawat yang dinas di panti.
Mekanisme Pertahanan Diri : klien sangat komuikatif dan senang berbicara
degan teman-teman di panti
3.1.10 Tinjauan sistem
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : Compos Metis
Skala koma glasgow : E: 4 M: 6 V: 5
Tanda-tanda vital : TD: 145/95 N: 80/mnt RR: 20/mnt S: 36c
Pengkajian fisik
1. Kepala : Bentuk kepala simetris, tidak terdapat kemerahan,
rambut beruban banyak.
2.Mata, telinga, hidung : mata simetris, konjungtiiva anemis, katarak,
hidung simetris, tidak menggunakan pernapasan
cuping hidung, telinga sedikit kurang pendengaran
3.Leher : TIdak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan
tidak ada nyeri telan.
4. Dada & punggung : Bentuk dada simetris
5. Sistem pencernaan : Tidak ada masalah
6.Ekstremitas atas & bawah : Atas: ROM ka/ki: 5/5 CRT: 2 detik Akral: Hangat
Bawah: ROM ka/ki: 4/4 CRT: 2 dEtik Akral:
Hangat
33
7. Sistem immune : Tidak ada kelainan
8. Sistem genetalia : Tidak ada kelainan
9. Sistem reproduksi : Tidak ada kelainan
10.Sistem persyarafan :Tidak ada kelainan
11.Sistem pengecapan :Tidak ada kelainan
12.Sistem penciuman :Tidak ada kelainan
13.Tactil respon :Tidak ada kelainan
1
2. Hari apa sekarang ini? sabtu
1
3. Apa nama tempat ini? bougenvillee
34
1
4. Berapa nomor telepon anda? PSTW Cipayung
4a. Dimana alamat anda?
(tanyakan bila tidak memiliki
telepon)
1
5. Berapa umur anda? 63 tahun
1
6. Kapan anda lahir? 23 February 1959
1
7. Siapa presiden indonesia sekarang? Jokowi
1
8. Siapa presiden sebelumnya? SBY
1
9. Siapa nama kecil ibu anda? lupa
Keterangan:
1. kesalahan 0-2 = fungsi intelektual utuh
35
2. kesalahan 3-4 = kerusakan intelektual ringan
3. kesalahan 5-7 = kerusakan intelektual sedang
4. kesalahan 8-10 = kerusakan intelektual berat
36
7. Responden diminta mengulang kalimat “ tanpa kalau dan atau 1 1
tetapi”
8. Responden diminta melakukan perintah “ambil responden 3 2
diminta melakukan perintah “ambil kertas ini dengan tangan
anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai”
9. Responden diminta membaca dan melakukan yang dibacanya : 1 1
“pejamkan mata anda”
10. Responden diminta menulis sebuah kalimat secara spontan 1
1
Skor Total 30 30
Interprestasi nilai:
24-30 : Tidak ada gangguan kognitif
18-23 : Gangguan kognitif sedang
0-17 : Gangguan kognitif berat
Score Uraian
37
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih / tidak bahagia dimana saya tak dapat menghadapinya.
2 Saya galau / sedih sepanjang waktu dan say tidak dapat keluar darinya.
1 Saya merasa sedih atau galau.
0 Saya tidak merasa sedih.
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat
membaik.
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan.
1 Say merasa berkecil hati mengenai masa depan.
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan.
C. Rasa kegagalan
3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua. (suami/istri).
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan.
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya.
0 Saya tidak merasa gagal.
D. Ketidak puasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya.
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun.
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan.
0 Saya tidak merasa tidak puas.
E. Rasa bersalah
3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tak berharga.
2 Saya merasa sangat bersalah.
1 Saya merasa buruk / tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik.
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah.
F. Tidak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri.
2 Saya muak dengan diri saya sendiri.
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri.
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri.
38
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan.
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri.
1 Saya merasa lebih baik mati.
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri
sendiri.
H. Menarik diri sendiri
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak perduli
pada mereka semunya.
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka.
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya.
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain.
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali.
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan.
1 Saya berusaha mengambil keputusan.
0 Saya membuat keputusan yang baik.
J. Perubahan gambaran diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan.
2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanen dalam
penampilan saya dan ini membuat saya tak menarik.
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tak menarik.
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada
sebelumnya.
K. Kesulitan kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali.
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
sesuatu.
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan sesuatu.
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya.
L. Keletihan
39
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu.
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu.
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya.
0 Saya tidak merasa lebih lelah dari biasa.
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali.
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang.
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya.
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.
Penilaian
0-4 Depresi tidak ada atau minimal.
5–7 Depresi ringan.
8 – 15 Depresi sedang.
16 + Depresi berat.
INDEKS KATZ
Score Kriteria
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali dari satu fungsi
tersebut.
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu
40
fungsi tambahan.
Lain-Lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasi sebagai
C,D,E atau F.
0 = tidak mampu
1. Makan (feeding) 1 = butuh bantuan memotong, mengoles mentega dll. 2
2 = mandiri
0 = tergantung orang lain 1
2. Mandi (Barthing) 1 = mandiri
0 = membutuhkan bantuan orang lain 1
3. Perawatan Diri 1 = mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan
41
(Grooming) bercukur
0 = tergantung orang lain 2
4. Berpakaian 1 = sebagian dibantu (miss mengancing baju)
(Dressing) 2 = mandiri
0 = inkontinensia atau pakai kateter dan tidak 2
5. Buang Air Kecil terkontrol
(bowel) 1 = kadang inkontinensia (maks 1x24jam)
2 = kontinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari)
0 = inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema) 2
6. Buang Air Besar 1 = kadang inkontinensia sekali seminggu
(Bladder) 2 = kontinensia teratur
0 = tergantung bantuan orang lain 2
7. Penggunaan Toilet 1 = membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan
beberapa hal sendiri
2 = mandiri
0 = tidak mampu 3
8. Transfer 1 = butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)
2 = bantuan kecil (1 orang)
3 = mandiri
0 = immobile (tidak mampu) 3
9. Mobilitas 1 = menggunakan kursi roda
2 = berjalan dengan bantuan satu orang
3 = mandiri (meskipun menggunakan alat bantu
seperti, tongkat)
0 = tidak mampu 2
10. Naik Turun Tangga 1 = membutuhkan bantuan (alat bantu)
2 = mandiri
TOTAL 20
Interprestasi hasil:
20 :mandiri
42
12-19 :ketergantungan ringan
9-11 :ketergantungan sedang
5-8 :ketergantungan berat
0-4 :ketergantungan total
2) Indeks Katz
APGAR KELUARGA
Alat skrining singkat yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial
43
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya Resolve 1
menyediakan waktu bersama.
Penilaian:
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
Selalu : skore 2
Kadang-kadang : skore 1 Total 8
Hampir tidak pernah : skore 0
44
kiri dan kanan ketika berdiri
11. Berputar 360 derajat 3
12. Menempatkan kaki bergantian pada 2
anak tangga/ bangku kecil ketika berdiri
13. Berdiri dengan satu kaki di depan kaki 2
lain
14. Berdiri dengan satu kaki 2
TOTAL 41
Catatan skor :
0-20 : harus memakai kursi roda
21-40 : berjalan dengan bantuan
41-56 : mandiri / independen
metformin 2X500mg
Simvastatin 1x20mg
Alupurinol 1 x 300 mg
Vitamin 2x 1
Captopril 1 x 12,5 mg
amlodipin 1 x 10 mg
TD 120/80
mmHg
Nd. 80 x/m Sh.
36oC
Rr. 20 x/m
Data penunjang
terapi
GDS : 400
Metformin
1x500mg
2 DS : Geriatric sistem pertahanan Gangguan pola
Ny.S mengatakan menurun tidur
jika nyeri kaki
kambuh tidur Penurunan aktifitas berjalan
menjadi tidak
nyenyak
46
DO :
Tidak ada Nyeri meningkat
kolesterol
nyeri akut
resiko jatuh
47
3.4 Rencana keperawatan
3. Relaksasi nafas
49
dalam dapat
menurunkan
skala nyeri
dengan
merangsang
susunan saraf
pusat yaitu otak
dan sumsum
tulang belakang
guna untuk
memproduksi
pengeluaran
hormone
edorphine
individu
jurnal
Terapi Non
Farmakologi
Dalam
Penanganan
Diagnosis Nyeri
Pada Fraktur:
50
Systematic
Review, (risan et
al, 2017)
4. Dengan
pemberian
terapi
komplementer,
rebuasan air
ketumbar
membantu
menurunkan
kadar kolesterol
dalam darah
Jurnal:
Journal for Quality
in Women's Health
| Vol. 2 No. 2
September 2019 |
pp. 43 – 48
p-ISSN: 2615-
6660 | e-ISSN:
2615-6644
51
DOI:
10.30994/jqwh.v2i
2.37
Website:
http://strada.ac.id/j
qwh | Email:
jqwh@strada.ac.id
52
berat yang konstan secara mandiri ringan hingga mengurangi
berlangsung 3. Keadekuatan berat dan nyeri,
kurang dari 3 kualitas dan konstan. peradanngan
bulan kuantitas tidur 2. Menyiapkan dan
4. Keseluruhan rasa dan mendapatkan
nyaman dan memberikan efek terapeutik
aman secara fisik, agen lainnya melalui
psikologis, farmokologis paparan dingin
spiritual, social, untuk 3. Menggunakan
budaya dan mengurangi tehnik
lingkungan. atau peregangan
menghilangkan untuk
rasa sakit mengurangi
tanda dan gejala
ketidaknyaman
an seperti nyeri,
ketegangan
otot, atau
kecemasan.
Ekspektasi: Ekspektasi ;
menurun meningkat
Penyebab: KH : KH: Tindakan: Tindakan:
53
1. Agen 1. Keluhan 1. Melaporkan nyeri Observasi Observasi
pencedera nyeri terkontrol Identifikasi Identifikasi
fisiologi 2. Meringis 2. Kemampuan lokasi, kesiapan dan
(mis.infla 3. Kesulitasn mengenali onset karakteristik, kemampuan
masi, tidur nyeri durasi, menerima
iskemia, 3. Kemampuan frekuensi, informasi
neoplasma) menggunakan kualitas, Terapeutik
teknik non- intensitas nyeri Sediakan
Gejala dan farmakologis Identifikasi materi dan
tanda Mayor 4. Dukungan orang skala nyeri media
Subjektif terdekat Monitor pendidikan
1. Mengeluh keberhasilan kesehatan
nyeri terapi Jadwalkan
(PQRST) komplementer pendidikan
yang sudah kesehatan
Objektif: diberikan sesuai
1. Tampak Monitor efek kesepakatan
meringis samping Berikan
2. Frekuensi penggunaan kesempatan
nadi analgesik untuk bertanya
meningkat Edukasi
3. Sulit tidur Terapeutik Jelaskan
54
Gejala dan Berikan teknik tujuan dan
tanda Minor nonfarmakologi manfaat teknik
Subjektif; - s untuk napas
Objektif: mengurangi Jelaskan
1. Tekanan rasa nyeri (mis. prosedur
darah Hypnosis, teknik napas
meningkat akupresur, Anjurkan
2. Pola nafas terapi music, memposisikan
berubah kompres tubuh
hangat/dingin) senyaman
Kontrol mungkin (mis.
lingkungan duduk, baring)
yang Anjurkan
memperberat menutup mata
rasa nyeri (mis. dan
Suhu ruangan, berkonsentrasi
pencahayaan, penuh
kebisingan) Ajarkan
Fasilitasi melakukan
istirahat dan inspirasi
tidur dengan
Edukasi menghirup
55
Jelaskan udara melalui
penyebab, hidung secara
periode, dan perlahan
pemicu nyeri Ajarkan
Anjurkan melakukan
penggunaan ekspirasi
analgetik secara dengan
tepat menghembusk
Ajarkan teknik an udara mulut
nonfarmakologi mencucu
s untuk secara ser
mengurangi Demonstrasika
rasa nyeri n menarik
Kolaborasi napas selama 4
Kolaborasi detik, menahan
pemberian napas selama 2
analgetik, jika menghembusk
perlu an napas
selama 8 detik
56
UTAMA TAMBAHAN UTAMA PENDUKUNG
DIAGNOSI Ganguan pola Setelah 1. Status 1. Dukungan tidur 1. Diharapkan 1. Manajemen 1. Dengan
S tidur ( D.0055 dilakukan kenyamanan (I.05174 pasien dapat nyeri(I.08238 manajemen
hal. 126) tindakan (L.08064 hal.110) hal.48) mengidentifikasi hal.201) nyeri pasien
keperawatan 2. Tingkat keletihan 2. Edukasi penyebab lebih 2. Manajemen dapat
Fisiologis selama 3x24 (L.05046 hal.141) aktivitas/ awal terhadap lingkungan mengidentifikas
jam Pola tidur istirahat gangguan pola (I.14514 i lebih awal
KATEGOR terpenuhi (I.12362 tidur Jurnal hal.194) terhadap tanda
I Aktivitas/ (L.05045 hal.50) Nursing For 3. Terapi relaksasi tanda nyeri dan
istirahat hal.96) Wellness in (I.09326) (hal. mampu
(cat: lihat hal. 464) Older Adults 436) menentukan
SUB sixth Edition. langkah awal
KATEGOR (cat: lihat hal. (Carol A. Miller. untuk
I 159) 2012). menghadapi
2. dengan pola nyeri
aktivitas teratur Jurnal "Terapi
dapat membuat Non
jadwal tidur Farmakologi
lebih teratur Dalam
jurnal Penanganan
Nursing For Diagnosis Nyeri
Wellness in Pada Fraktur:
57
Older Adults Systematic
sixth Edition. Review."
(Carol A. Miller. (Risnah, Risnah,
2012). et al. 2019)
2. lingkungan
yang tenang
dapat membantu
proses tidur
jurnal
Nursing For
Wellness in
Older Adults
sixth Edition.
(Carol A.
Miller. 2012).
3. Relaksasi nafas
dalam dapat
menurunkan
skala nyeri
dengan
merangsang
susunan saraf
58
pusat yaitu otak
dan sumsum
tulang belakang
guna untuk
memproduksi
pengeluaran
hormone
edorphine
individu
jurnal
Terapi Non
Farmakologi
Dalam
Penanganan
Diagnosis Nyeri
Pada Fraktur:
Systematic
Review, (risan
et al, 2017)
DEFINISI Gangguan Keadekuatan 1. Keseluruhan rasa 1. Memfasilitasi 1. Mengidentifikas
kualitas dan kualitas dan nyaman dan siklus tidur dan i dan mengelola
kuantitas kuantitas tidur aman secara terjaga yang pengalaman
59
waktu tidur fisik, psikologis, teratur sensoria tau
akibat faktor spiritual, social, 2. Mengajarkan emosional yang
eksternal budaya dan pengaturan berkaitan
lingkungan. aktivitas dan dengan
2. Kapasitas kerja istirahat. kerusakan
fisik dan mental jaringan atau
yang tidak pulih fungsional
dengan istirahat dengan onset
mendadak atau
lambat dan
berintensitas
ringan hingga
berat dan
konstan.
2. Memfasilitasi
dan mengelola
lingkungan
untuk dapat
manfaat
terapeutik,
stimulasi
sensorik dan
60
kesejahteraan
psikologis
3. Menggunakan
tehnik
peregangan
untuk
mengurangi
tanda dan gejala
ketidaknyamana
n seperti nyeri,
ketegangan otot,
atau kecemasan
Ekspektasi ; Ekspektasi ;
membaik meningkat, menurun
61
sekitar, 4. Keluhan pengganggu kualitas,
suhu istirahat tdak tidur intensitas nyeri
lingkungan cukup Identifikasi Identifikasi
, Makanan dan skala nyeri
pencahaya minuman Monitor
an, pengganggu keberhasilan
kebisingan, tidur terapi
bau tidak Identifikasi komplementer
sedap, Obat tidur yang yang sudah
jadwal di konsumsi diberikan
pemantaua Terapeutik Monitor efek
n/ Modifikasi samping
pemeriksaa lingkungan penggunaan
n/ Batasi waktu analgesik
tindakan) tidur siang
2. Kurang Fasilitasi Terapeutik
control menghilangkan Berikan teknik
tidur stress sebelum nonfarmakologi
3. Kurang tidur s untuk
privasi Lakukan mengurangi
Gejala dan prosedur untuk rasa nyeri (mis.
tanda mayor meningkatkan Hypnosis,
62
Subjektif kenyamanan akupresur,
1. Mengeluh Tetapkan terapi music,
sering jadwal rutin kompres
terjaga tidur hangat/dingin)
2. Mengeluh Sesuaikan Kontrol
tidak puas jadwal lingkungan
tidur pemberian obat yang
Objektif;- memperberat
Gejala dan Edukasi rasa nyeri (mis.
tanda minor Jelaskan Suhu ruangan,
Subjektif pentingnya pencahayaan,
1. Mengeluh tidur cukup kebisingan)
kemampua Ajarkan Fasilitasi
n aktivitas relaksasi otot istirahat dan
menurun autogenic atau tidur
Objektif;- tehnik non Edukasi
farmakologik Jelaskan
lainnya penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
Anjurkan
penggunaan
63
analgetik secara
tepat
Ajarkan teknik
nonfarmakologi
s untuk
mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
64
KATEGOR (L.14138 lingkungan (hal.192) dapat 30) terhadap resiko
I Keamanan dan hal.140) rumah (L.14126) mengurangi 3. Pemasangan jatuh pada
proteksi (hal.36) (cat: lihat hal. 506) resiko jatuh. alat pengaman lansia jurnal
4. tingkat demensia Jurnal (I.14530) ( hal. Pengaruh
SUB (L.09096) Kepatuhan 250) Pemberian
KATEGOR (cat: lihat hal. (hal.137) Perawat Intervensi 12
I 182) Melaksanakan Balance
Standar Exercise
Prosedur Terhadap
Operasional Keseimbangan
Pencegahan Postural Pada
Pasien Resiko Lansia
Jatuh di (Murtiyani,
Gedung Yosep dkk.. 2019): 1
3 Dago dan 2. Promosi
Surya mekanika tubuh
Kencana latihan fisik
Rumah Sakit pada lansia
Borromeus secara teratur
Setyarini,dkk., dapat
2013). meningkatkan
2. Manajemen kekuatan dan
65
kesehatan ketangkasan,
lingkungan mencegah jatuh
yang kurang serta
baik misalnya meningkatkan
penataan lingk kemandirian
ungan rumah t lansia dalam
erhadap resiko beraktivitas
jatuh pada sehari-hari
lansia dapat Alviana, Fifi,
meningkatkan jurnal
resiko jatuh Efektifitas
Jurnal Latihan Fisik
.Hubungan Terhadap
faktor Resiko Jatuh
lingkungan Pada Lansia:
dengan (Sri Mulyani,
kejadian jatuh dkk,. 2017):
pada lansia 3. Pencegahan
lanjut di resiko jatuh
gampong suak dengan cara
raya mengidentifikas
kecamatan i dan mencegah
66
johan resiko jatuh
pahlawan dengan
kabupaten menggunakan
aceh barat skala morse dan
(Herlambang,d tanda segitiga
kk.,2018) kuniing resiko
jatuh serta
memasang
pagar
pengaman.
dapat
mengurangi
resiko jatuh.
Jurnal
Kepatuhan
Perawat
Melaksanakan
Standar
Prosedur
Operasional
Pencegahan
Pasien Resiko
67
Jatuh di Gedung
Yosep 3 Dago
dan Surya
Kencana Rumah
Sakit
Borromeus
(Setyarini,
dkk,.2013).
DEFINISI Berisiko Derajat jatuh 1. Aktivitas 1. Mengidentifika 1. Memfasilitasi
mengalami berdasarkan berjalan dari satu si dan pasien untuk
kerusakan observasi atau tempat ke tempat menurunkan meningkatkan
fisik dan sumber lainnya secara risiko terjatuh aktivitas
gangguan informasi mandiri baik akibat berpindah
kesehatan dengan atau perubahan 2. Memfasilitasi
akibat jatuh tanpa bantuan kondisi fisik pasien untuk
alat atau psikologis meningkatkan
2. Kemampuan 2. Mengidentifika aktivitas
mempertahankan si dan pergerakan
ekuilibrium mengelola fisik
tubuh lingkungan 3. Melakukan
3. Pengaturan ruang fisik untuk tindakan untuk
dan perabotan meningkatkan memastikan
68
untuk mencegah keselamatan keselamatan
terjadinya cedera diri sendiri dan
fisik di rumah. orang lain.
4. Gangguan
kesadaran dan
koqnisi yang
menyebabkan
kehilangan
fungsi mental,
fisik dan social
yang ireversibel
pada wakt yang
lama.
Ekspektasi ; Ekspektasi ;
menurun meningkat, menurun
Faktor risiko KH ; KH: Tindakan: Tindakan:
1. Usia ≥65 1. Jatuh dari meningkat Observasi Observasi
thn (pada tempat tidur 1. Menopang berat Identifikasi Identifikasi
dewasa) 2. Jatuh saat badan factor risiko adanya keluhan
2. Penurunan berdiri 2. Berjalan dengan jatuh nyeri atau
fungsi 3. Jatuh saat langkah yang Identifikasi keluhan fisik
kognitif duduk efektif risiko jatuh lainnya
69
3. Lingkunga 4. Jatuh saat setidaknya Identifikasi
n tidak berjalan Menurun sekali setiap toleransi fisik
aman (mis. 1. Nyeri saat shift atau sesuai melalui
Licin, berjalan dengan kebijakn ambulasi
gelap, 2. Kaku pada institusi Monitor
lingkungan persendian Identifikasi frekuensi
asing) faktor jantung dan
lingkungan yang tekanan darah
meningkatkan sebelum
risiko jatuh memulai
ambulasi
Terapeutik Terapeutik:
Orientasi Fasilitsi
ruangan pada aktivitas
pasien dan ambulasi
keluarga dengan alat
Pastikan roda bantu (tongkat,
tempat tidur dan kruk)
kursi roda selalu Libatkan
dalam kondisi keluarga untuk
terkunci membantu
Pasang handrail pasien dalam
70
tempat tidur meningkatkan
Gunakan alat ambulasi
bantu berjalan
Edukasi:
Edukasi Jelaskan tujuan
Anjurkan dan prosedur
memanggil ambulasi
perawat jika Anjurkan
membutuhkan melakukan
bantuan untuk ambulasi dini
berpindah Anjurkan
anjurkan ambulasi
mengunakan sederhana yang
alas kaki yang harus dilakukan
tidak licin (mis. Berjalan
anjurkan dari tempat tidur
berkonstrasi ke kursi roda)
untuk menjaga
keseimbangan
3.5 Intervensi
71
N DIAGNOSI INTERVENSI SPO 1 SPO 2 SPO 3
O S
1 Nyeri akut 1. Edukasi Prosedur Prosedur Prosedur
( D.0077 manajemen 1. Identifikasi pasien menggunakan 1. Identifikasi pasien menggunakan 1. Identifikasi pasien menggunakan
hal. 172) nyeri ( hal. minimal dua identitas ( nama minimal dua identitas ( nama minimal dua identitas ( nama
396) lengkap, tanggal lahir dan nomor lengkap, tanggal lahir dan nomor lengkap, tanggal lahir dan nomor
2. Pemberian rekam medis) rekam medis) rekam medis)
kompres 2. Jelaskan tujuan dan langkah 2. Jelaskan tujuan dan langkah 2. Jelaskan tujuan dan langkah
dingin ( hal. prosedur prosedur prosedur
403) 3. Siapkan alat dan bahan yang di 3. Siapkan alat dan bahan yang di 3. Siapkan alat dan bahan yang di
3. Terapi perlukan perlukan perlukan
relaksasi a. Media edukasi a. Sarung tangan bersih a. Sarung tangan bersih, jika perlu
napas dalam b. Alat peraga b. Alat kompres dingin b. Kursi dengan sandaran, jika
( hal. 413) 4. Lakukan kebersihan tangan 6 c. Kain penutup kompres perlu
DEFINISI 1. Memberikan langkah 4. Pilih alat kompres yang nyaman c. bantal
INTERVEN informasi 5. Identifikasi kesiapan dan dan mudah di dapat seperti 4. Lakukan kebersihan tangan 6
SI pengelolaan kemampuan menerima informasi kemasan jell beku, kain atau langkah
nyeri pada 6. Jadwalkan pendidikan kesehatan handuk 5. Pasang sarung tangan jika perlu
pasien dan sesuai kesepakatan 5. Periksa suhu alat kompres 6. Tempatkan pasien di tempat yang
keluarga 7. Jelaskan penyebab, periode dan 6. Lakukan kebersihan tangan 6 tenang dan nyaman
tentang rasa strategi meredakan nyeri 7. Ciptakan lingkungan tenang tanpa
72
nyeri pada 8. Anjurkan memonitor nyeri secara langkah gangguan dengan pencahayaan
pasien dan mandiri 7. Pakai sarung tangan bersih dan suhu ruang nyaman jika
keluarga 9. Anjurkan menggunakan analgetik 8. Pilih lokasi kompres memungkinkan
tentang rasa secara tepat 9. Balut alat kompresdingin dengan 8. Berikan posisi yang nyaman
nyeri dan 10. Ajarkan tehnik nonfarmakologis kain pelindung bila perlu missal dengan duduk bersandar
strategi untuk mnegurangi rasa nyeri 10. Lakukan kompres dingin pada atau tidur
untuk 11. Berikan kesempatan untuk daerah yang sudah dipilih 9. Anjurkan rileks dan merasakan
meredakan bertanya 11. Hindari penggunaan komprespada sensasi relaksasi
dan 12. Lakukan kebersihan tangan 6 jaringan yang terpapar terapi 10. Latih melakukan tehnik nafas
mengendalik langkah radiasi dalam
an rasa nyeri 13. Dokumentasikan prosedur yang 12. Rapikan pasien dan alat-alat yang a. Anjurkan tutup mata dan
2. Melakukan telah dilakukan dan respon pasien. digunakan kosentrasi penuh
stimulasi 13. Lepaskan sarung tangan b. Ajarkan melakukan inspirasi
kulit dan 14. Lakukan kebersihan tangan 6 dengan menghirup udara
jaringan langkah melalui hidung secara perlahan
untuk 15. Dokumentasikan prosedur yang c. Ajarkan melakukan ekspirasi
mengurangi telah dilakukan dan respon pasien. dengan menghembuskan udara
nyeri, dengan cara mulut mencucu
peradangan secara perlahan
dan d. Demonstrasikan menarik napas
mendapatka selama 4 detik, menahan napas
n efek selama 2 detik dan
73
terapeutik menghembukan napas selama 8
lainnya detik
melalui 11. Monitor respon lain selama
paparan dilakukan prosedur
dingin 12. Rapikan pasien dan alat-alat
3. Menggunak yang digunakan
an tehnik 13. Lepas sarung tangan
ndan gejala 14. Lakukan kebersihan tangan 6
ketidaknyam langkah
anan seperti 15. Dokumentasikan prosedur
nyeri, yang telah dilakukan dan respon
ketegangan pasien.
otot, atau
kecemasan.
2 Ganguan 1. Dukungan Prosedur Prosedur Prosedur
pola tidur tidur 1. Identifikasi pasien menggunakan 1. Identifikasi pasien menggunakan 1. Identifikasi pasien menggunakan
( D.0055 ( hal. 238) minimal dua identitas ( nama minimal dua identitas ( nama minimal dua identitas ( nama
hal. 126) 2. Edukasi lengkap, tanggal lahir dan nomor lengkap, tanggal lahir dan nomor lengkap, tanggal lahir dan nomor
manajemen rekam medis) rekam medis) rekam medis)
nyeri ( hal. 2. Jelaskan tujuan dan langkah 2. Jelaskan tujuan dan langkah 2. Jelaskan tujuan dan langkah
396) prosedur prosedur prosedur
3. Terapi 3. Identifikasi pola aktivitas dan 3. Siapkan alat dan bahan yang di 3. Siapkan alat dan bahan yang di
74
relaksasi tidur perlukan perlukan
napas 4. Identifikasi faktor pengganggu a. Media edukasi a. Sarung tangan bersih, jika
dalam ( hal. tidur ( fisik atau psikologis) b. Alat peraga perlu
413) 5. Siapkan lingkungan yang 4. Lakukan kebersihan tangan 6 b. Kursi dengan sandaran, jika
DEFINISI 1. Memfasilita mendukung untuk tidur langkah perlu
INTERVEN si agar a. Atur pencahayaan ruangan 5. Identifikasi kesiapan dan c. bantal
SI siklus tidur b. Meminimalkan kebisisngan kemampuan menerima informasi 4. Lakukan kebersihan tangan 6
dan terjaga c. Atur suhu sruangan sejuk 6. Jadwalkan pendidikan kesehatan langkah
pasien d. Berishkan dan rapikan tempat sesuai kesepakatan 5. Pasang sarung tangan jika perlu
teratur tidur 7. Jelaskan penyebab, periode dan 6. Tempatkan pasien di tempat yang
2. Memberikan e. Batasi waktu berkunjung strategi meredakan nyeri tenang dan nyaman
informasi menjelang jadwal tidur 8. Anjurkan memonitor nyeri secara 7. Ciptakan lingkungan tenang tanpa
pengelolaan 6. Lakukan kebersihan tangan 6 mandiri gangguan dengan pencahayaan
nyeri pada langkah 9. Anjurkan menggunakan analgetik dan suhu ruang nyaman jika
pasien dan 7. Tetapkan bersama pasien jadwal secara tepat memungkinkan
keluarga tidur rutin 10. Ajarkan tehnik 8. Berikan posisi yang nyaman
tentang rasa 8. Lakukan prosedur yang nonfarmakologis untuk missal dengan duduk bersandar
nyeri pada meningkatkan kenyamanan mnegurangi rasa nyeri atau tidur
pasien dan 9. Sesuaikan jadwal pemberian obat 11. Berikan kesempatan untuk 9. Anjurkan rileks dan merasakan
keluarga atau tindakan untuk menunjang bertanya sensasi relaksasi
tentang rasa siklus tidur terjaga 12. Lakukan kebersihan tangan 6 10. Latih melakukan tehnik nafas
nyeri dan 10. Anjurkan mematuhi jadwal tidur langkah dalam
75
strategi rutin 13. Dokumentasikan prosedur a. Anjurkan tutup mata dan
untuk 11. Anjurkan melakukan olahraga yang telah dilakukan dan respon kosentrasi penuh
meredakan aktivitas rutin pasien. b. Ajarkan melakukan inspirasi
dan 12. Batasi tidur siang dengan menghirup udara
mengendalik 13. Lakukan kebersihan tangan 6 melalui hidung secara perlahan
an rasa nyeri langkah c. Ajarkan melakukan ekspirasi
3. Menggunak 14. Dokumentasikan prosedur yang dengan menghembuskan
an tehnik telah dilakukan dan respon pasien. udara dengan cara mulut
ndan gejala mencucu secara perlahan
ketidaknyam d. Demonstrasikan menarik napas
anan seperti selama 4 detik, menahan napas
nyeri, selama 2 detik dan
ketegangan menghembukan napas selama
otot, atau 8 detik
kecemasan. 11. Monitor respon lain selama
dilakukan prosedur
12. Rapikan pasien dan alat-alat
yang digunakan
13. Lepas sarung tangan
14. Lakukan kebersihan tangan 6
langkah
15. Dokumentasikan prosedur
76
yang telah dilakukan dan respon
pasien.
77
fisik atau kuning sebagai penanda resiko 8. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
fisiologis jatuh tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
2. Menfasilita 7. Monitor risiko jatuh minimal 1 ambulasi 9. Berikan posisi miring kanan
si pasien kali setiap shif atau sesuai tingkat 9. Rendahkan posisi tempat tidur selama maksimal 2 jam dan
dalam resiko jatuh dan kebijakan 10. Atur posisi semifowler berikan sokongan bantal pada
melakukan institusi 11. Fasilitasi posisi kaki menggantung punggung
aktivitas 8. Monitor kemampuan berpindah ke disamping tempat tidur . jika di 10. Berikan posisi miring kiri selama
berpindah tempat tidur kursi, posisikan pasien duduk maksimal 2 jam dan berikan
3. Menfasilita 9. Identifikasi faktor lingkungan tegak dengan kaki rata di lantai sokongan bantal pada punggung
si pasien yang meningkatkan resiko jatuh 12. Fasilitasi pasien untuk berdiri di 11. Berikan posisi terlentang selama
dalam 10. Orientasi ruangan pada pasien dan samping tempat tidur maksimal 2 jam
melakukan keluarga 13. Anjurkan melapor jika pasien 12. Monitor kondisi umum selama
aktivitas 11. Rendahkan ketinggian tempat merasa pusing. Jika pusing, melakukan mobilisasi
pergerakan tidur dudukkan kembali pasien di 13. Libatkan keluarga dalam
12. Tempatkan pasien berisiko tinggi tempat tidur membantu pasien untuk
jatuh dekat dengan nurse stasion 14. Pastikan lantai bersih dan kering melakukan mobilisasi
13. Pasang pagar tempat tidur 15. Fasilitasi berpindah mengan 14. Lepaskan sarung tangan jika
14. Pastikan roda tempat tidur menggunakan tongkat atau kruk mengguankan
terkunci 16. Monitor kondisi umum selama 15. Lakukan kebersihan tangan 6
15. Dekatkan bell dalam jangkauan melakukan ambulasi langkah
pasien 17. Dorong melakukan ambulasi yang 16. Dokumentasikan prosedur yang
16. Ajarkan cara menggunakan bel lebih jauh sesuai toleransi telah dilakukan dan respon pasien.
78
pemanggil 18. Libatkan keluarga dalam
17. Dekatkan alat atau benda- benda membantu pasien melakukan
yang dibutuhkan pasien dari ambulasi
jangkauan pasien 19. Lepaskan sarung tangan,jika
18. Berikan penerangan yang cukup menggunakan
19. Pastikan lantai selalu dalam 20. Lakukan kebersihan tangan 6
kondisi kering langkah
20. Jelaskan faktor resiko jatuh dan 21. Dokumentasikan prosedur yang
pencegahan resiko jatuh telah dilakukan, jenis gaya
21. Anjurkan memanggil perawat jika berjalan yang digunakan, alat
membutuhkan bantuan untuk bantu, jumlah bantuan di perlukan,
berpindah jarak berjalan dan toleransi
22. Anjurkan berkonsentrasi untuk aktivitas..
menjaga keseimbangan
23. Anjurkan melebarkan jarak kedua
kaki dengan meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
24. Lakukan kebersihan tangan 6
langkah
25. Dokumentasikan prosedur yang
telah dilakukan dan respon pasien.
79
3.6 Implementasi dan Evaluasi
KUNJUNGAN 1
NO.DX WAKTU IMPLEMENTASI 1 EVALUASI TTD
1. Nyeri 19 maret 1. Melakukan pemeriksaan tanda- tanda S: Zr.Shanaz
akut 2022 jam vital Ny.S mengatakan kaki kanan
16.00 2. Mengkaji skala nyeri dan kiri nyeri
3. Mengkaji hal apa yang dapat O:
memperberat nyeri P : Nyeri jika pasien
4. Melakukan kontrak waktu untuk beraktivitas
tindakan terapi komplementer minum Q : Nyeri terasa nyut- nyutan
rebusan air ketumbar R : nyeri didaerah kaki
5. Mengeck kolesterol S : 4 sanapi 5 dari 1 samapi 10
T : nyeri di rsakan hialng
timbul
TD 145/95 mmHg
Nd. 93 x/m
Sh. 36oC
Rr. 20 x/m
80
Kolesterol: 5.38 mmol/l
KUNJUNGAN 2
NO.DX WAKTU IMPLEMENTASI 2 EVALUASI TTD
1. nyeri 21 maret 1. Melakukan pemeriksaan tanda- tanda S: Zr.Shanaz
2022 jam vital Ny.S mengatakan masih nyeri
16.00 2. Mengkaji skala nyeri kaki
3. Mengkaji hal apa yang dapat O:
memperberat nyeri P : Nyeri jika pasien
4. Melakukan tindakan terapi beraktivitas
82
komplementer minum rebusan air Q : Nyeri terasa nyut- nyutan
ketumbar R : nyeri didaerah kaki
S : 4 sanapi 5 dari 1 samapi 10
T : nyeri di rsakan hialng
timbul
TD 138/85 mmHg
Nd. 90 x/m
Sh. 36oC
Rr. 22 x/m
83
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
KUNJUNGAN 3
NO.DX WAKTU IMPLEMENTASI 3 EVALUASI TTD
1. nyeri 22 maret 1. Melakukan pemeriksaan tanda- tanda S: Zr.Shanaz
2022 jam vital Ny.S mengatakan mengatakan
84
15.00 2. Mengkaji skala nyeri nyeri kaki
3. Mengkaji hal apa yang dapat berkurang
memperberat nyeri O:
4. Melakukan tindakan terapi P : Nyeri jika pasien
komplementer minum rebusan air beraktivitas
ketumbar Q : Nyeri terasa nyut- nyutan
5. Mengeck kolesterol R : nyeri didaerah kaki
S : 4 dari 1 samapi 10
T : nyeri di rsakan hialng
timbul
TD 120/70 mmHg
Nd. 70 x/m
Sh. 36oC
Rr. 20 x/m
Kolesterol 4.00 mmol/l
85
komplementer edukasi tehnik relaksasi Ny.S selalu melakukan teknih
relaksasi jika mau tidur
O:
Pasien terlihat lebih segar
A: Masalah teratasi
P: intervensi di hentkan
KUNJUNGAN 4
NO.DX WAKTU IMPLEMENTASI 4 EVALUASI TTD
1. nyeri 23 maret 1. Melakukan pemeriksaan tanda- tanda S: Zr.Shanaz
2022 jam vital Ny.S mengatakan nyeri kaki
16.00 2. Mengkaji skala nyeri berkurang
3. Mengkaji hal apa yang dapat O:
memperberat nyeri P : Nyeri jika pasien
4. Melakukan tindakan terapi beraktivitas
komplementer minum rebusan air Q : Nyeri terasa nyut- nyutan
ketumbar R : nyeri didaerah kaki
S : 3 dari 1 samapi 10
T : nyeri di rsakan hialng
timbul
TD 138/80 mmHg
Nd. 80 x/m
Sh. 36oC
Rr. 20 x/m
87
P: lanjutkan intervensi
KUNJUNGAN 5
NO.DX WAKTU IMPLEMENTASI 5 EVALUASI TTD
1. nyeri 24 maret 1. Melakukan pemeriksaan tanda- tanda S: Zr.Shanaz
2022 jam vital Ny.S mengatakan nyeri kaki
16.00 2. Mengkaji skala nyeri berkurang
3. Mengkaji hal apa yang dapat O:
memperberat nyeri
TD 120/80 mmHg
4. Melakukan tindakan terapi
Nd. 80 x/m
komplementer minum rebusan air
ketumbar Sh. 36oC
Rr. 20 x/m
KUNJUNGAN 6
NO.DX WAKTU IMPLEMENTASI 6 EVALUASI TTD
1. nyeri 25 maret 1. Melakukan pemeriksaan tanda- tanda S: Zr.Shanaz
2022 jam vital Ny.S mengatakan nyeri kaki
10.00 2. Mengkaji skala nyeri sangat berkurang
3. Mengkaji hal apa yang dapat O:
memperberat nyeri P : Nyeri jika pasien
88
4. Melakukan tindakan terapi beraktivitas
komplementer tehnik relaksasi Q : Nyeri terasa nyut- nyutan
5. Mengeck kolesterol R : nyeri didaerah kaki
S : 2 dari 1 samapi 10
T : nyeri di rsakan hialng
timbul
TD 120/70 mmHg
Nd. 74 x/m
Sh. 36oC
Rr. 20 x/m
kolesterol : 2.75 mmol/l
89
90
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini penulis menjelaskan tentang hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan
kepada pasien Ny.S dengan diagnosa medis Kolesterol di wisma Bougenville panti sosial
tresna werdha budhi mulia 1 cipayung Jakarta Timur dari tanggal 19 maret sampai dengan
25 maret 2022, dengan cara membandingkan antara tinjauan teoritis dengan aplikasi
langsung kelapangan dengan menggunakan proses keperawatan.
4.1 Pengkajian
Pengkajian adalah proses awal dari asuhan keperawatan. Berdasarkan data yang
telah dikumpulkan selama pengkajian yang di lakukan pada Ny.S pada tanggal 19
maret 2022 jam 16.00. di temukan pasien Ny.S mengatakan nyeri kaki saat
beraktivitas ,dan pasien tidak dapat berputar kebelakang 360 derajat juga secara
perlahan dan Ny.S mengatakan agak sedikit pusing. Skor pemeriksaan keseimbangan
Berg adalah 41 ( mandiri atau independen) TD 145/95 mmHg Nd. 93 x/m Sh. 36oC
Rr. 22 x/m Capilary refille < 2 dtk. Ny.S mengatakan nyeri di rasakan nyut- nyutan,
gejala yang dirasakan hilang timbul terutama pada malam hari seingga Ny.S tidurnya
tidak nyenyak. Skala nyeri 4 sampi 5 dari 1sampai 10.
Berdasarkan data hasil diatas selama pengkajian pada Ny.S, ternyata tidak ditemukan
kesenjangan antara data hasil pengkajian dengan tanda dan gejala yang ada dalam
teoritis. Hal ini sejalan dengan teori menurut Menurut Nurarif (2015), bahawa
pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data secara subjektif
(data yang didapatkan dari pasien/keluarga) melalui metode anamnesa dan data
objektif (data hasil pengukuran atau observasi).
91
Bougenvil PSTW budhi mulia 1 cipayung Jakarta Timur, penulis menemukan tiga
diagnosa keperawatan pada Ny.S berdasarkan prioritas sesuai dengan prioritas yaitu
nyeri akut, gangguan pola tidur dan resiko jatuh.
Berdasarkan data hasil diatas selama perawatan pada Ny.S ternyata tidak ditemukan
kesenjangan antara data hasil diagnosa keperawatan yang ada dalam teoritis. Hal ini
sejalan dengan teori menurut Menurut Nurarif (2015), bahwa diagnosa keperawatan
ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan, diagnosa keperawatan akan
memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan pasien baik yang nyata
(aktual) dan yang mungkin terjadi (potensial).
Berdasarkan data pada Ny.S mengenai gangguan pola tidur selama dilakukan
implementasi , ternyata tidak ditemukan kesenjangan antara data hasil
diagnosa keperawatan yang ada dalam teoritis.Hasil penelitian Rokhman dkk
Tahun 2018 menyatakan terdapat pengaruh terapi progressive muscle
relaxation terhadap kecemasan dan kualitas hidup pada pasien. Terapi
progressive muscle relaxation merupakan salah satu teknik manajemen stress
dan kecemasan. Terapi tersebut dalam pelaksanaannya mengkombinasikan
relaksasi pikiran dan juga melibatkan ketegangan dan relaksasi dari berbagai
macam otot tubuh. Sehingga selain bisa untuk menurunkan kecemasan secara
kognitif juga mampu mengurangi dampak kecemasan secara fisiologis.
Penelitian Safitri,W dan Agustin, WR (2015) menunjukkan pengaruh terapi
relaksasi progresif terhadap penurunan tingkat insomnia pada lansia di Panti
Wreda Dharma Bakti Kasih Surakarta. Terapi relaksasi dapat menghambat
sekresi norepineprin menyebabkan frekuensi jantung, pernafasan dan glukosa
darah menurun.
93
evaluasi dari tanggal 22 maret 2022 Selama rentan waktu 3 hari didapatkan
hasil presiko pasien jatuh tidak terjadi dan pasien dapat melakukan aktivitas.
Berdasarkan data hasil diatas selama perawatan pada Ny.S ternyata tidak
ditemukan kesenjangan antara data hasil diagnosa keperawatan yang ada
dalam teoritis. Hal ini sejalan dengan penelitian mengenai pencegahan resiko
jatuh dengan cara mengidentifikasi dan mencegah resiko jatuh dengan
menggunakan penciptaan lingkungan dengan pencahayaan yang cukup dan
menghindari lantai yang licin dapat mengurangi resiko jatuh. Penelitian ini
dilakukan oleh herlambang, dkk pada tahun 2018. Menurut penelitian tersebut
kesehatan lingkungan yang kurang baik misalnya penataan lingkungan rumah
terhadap resiko jatuh pada lansia dapat menurunkan resiko jatuh.
kolesterol
450
400
350
300
250 Series 3
200
150
100
50
0
18-Mar 19-Mar 21-Mar 22-Mar 23-Mar 24-Mar
94
Berdasarkan grafik 4.1 menunjukan bahwa sebelum diberikan intervensi terapi
rebusan air ketumbar , hasil kolesterol dalam darah pada pengukuran hari
pertama dan kedua tanggal 19 maret 2022 dan 22 maret 2022 rata- rata adalah
>500 . Pada hari berikutnya yaitu tanggal 23 maret 2022 sampai 25 maret
2022 setelah dilakukan intervensi terapi rebusan air ketumbar mengalami
penurunan kolesterol dalam darah yaitu dari 400 menjadi 275. Berdasarkan
data tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa pemberian terapi rebusan air
ketumbar cukup berpengaruh dalam menurunkan hasil koesterol dalam darah
pada penderita hiperkolesterol, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oelh Erma Retnaningtyas . Pada tahun 2019. Hasil dari penelitian tersebut
terbukti dengan terapi rebusan ketumbar kadar kolesterol dalam darah pada
pasien hiperkolesterol dapat menurun.
Hasil tindakan keperawatan yang dilakukan pada Ny.S selama 6 hari pemberian
terapi komplementer membuat keluhan nyeri yang dirasakan oleh Ny.S berkurang .
Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan aktivitas dan pasien diperbolehkan
mampu melanjutkan intervensi secara mandiri. Data evaluasi selama 6 hari
perawatan menunjukkan bahwa masalah nyeri, gangguan pola tidur serta resiko
jatuh teratasi dan intervensi dihentikan.
Pada masalah gangguan pola tidur pada Tn. N bisa di atatsi dengan tehnik relaksasi.
Hal ini sejalan dengan penelitian Penelitian Safitri,W dan Agustin, WR (2015)
menunjukkan pengaruh terapi relaksasi progresif terhadap penurunan tingkat
insomnia pada lansia di Panti Wreda Dharma Bakti Kasih Surakarta. Sementara
pada malash resiko jatuh pada Tn.N tidak terjadi, hal ini sejalan dengan Penelitian
ini dilakukan oleh Penelitian ini dilakukan oleh herlambang, dkk pada tahun 2018.
95
Menurut penelitian tersebut kesehatan lingkungan yang kurang baik misalnya
penataan lingkungan rumah terhadap resiko jatuh pada lansia dapat menurunkan
resiko jatuh.
96
BAB V
ANALISA SWOT
97
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian pada Ny.S di wisma Bougenville PSTW budhi mulia 1
cipayung Jakarta Timur penulis menemukan masalah kesehatan kolesterol Implementasi
yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah mengobservasi TTV,
mengeck kolesterol, mengajarkan untuk minum rebusan daun kelor dan melakukan
pencegahan resiko jatuh . Menganjurkan untuk melakukan tehnik relaksasi disaat nyeri
dan gangguan pola tidur terganggu.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka disarankan untuk :
6.2.1 Lansia
Lansia dapat melatih dirinya untuk meningkatkan kemampuan dalam bergerak,
tidak tidur di pagi hari dan setelah mahasiswa tidak praktek diharapkan lansia
dapat menerapkan tehnik relaksasi yang sudah diajarkan, misal dengan nafas
dalam, relaksasi otot, sehingga tidak hanya mengandalkan penggunaan obat
analgesic
6.2.2 Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa lebih meningkatkan kemampuan dan ide tentang konsep
perawatan yang lebih efektif, seperti penerapan terapi komplementer yang lebih
mudah buat lansia, sehingga lansia dapat menerapkan terapi yang diajarkan dengan
mudah.
6.2.3 Panti
Diharapkan perawat dan petugas PSTW Cipayung dapat meningkatkan
kemampuan dan mengembangkan konsep keperawatan lansia dengan tindakan Non
farmakologi, dengan mengembangkan penerapan terapi komplementer yang lebih
implementatif, sehingga lebih efektif diterapkan bagi lansia dan petugas panti..
98
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info
Media.
Brunner & suddath.2012. Buku Ajar Bedah Medikal Bedah. Vol 3. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC: Jakarta
Journal for Quality in Women's Health | Vol. 2 No. 2 September 2019 | pp. 43 – 48 p-
ISSN: 2615-6660 | e-ISSN: 2615-6644 DOI: 10.30994/jqwh.v2i2.37. Website:
http://strada.ac.id/jqwh | Email: jqwh@strada.ac.id
Departemen Kesehatan RI. 2018. Potret Sehat Indonesia dari Riskesdas 2018,
Jakarta : Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.
http://www.depkes.go.id/article/view/18110200003/potret-sehatindonesia-
dari-riskesdas-2018.html.
99
Elsevier Saunders. PROFESI (Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian
2019; Volume 16; No 2. Website: ejournal.stikespku.ac.id 53
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/
VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVBndz09/2017/10/
PROFIL_Penyakit_Tidak_Menular_Tahun_2016.pdf
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2021. Pedoman Standar Prosedur Operasional
Keperawatan (SPO). Dewan Pengurus Pusat PPNI. Edisi 1. Cetakan I :
Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) : Definisi dan Indikator Diagnostik. Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Edisi 1. Cetakan III : Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) : Definisi dan tindakan keperawatan. Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Edisi 1. Cetakan II : Jakarta
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) :
Definisi dan Kriteria Hasil keperawatan. Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Edisi 1. Cetakan II : Jakarta
LAMPIRAN
100
101