Anda di halaman 1dari 7

Universitas Aufa Royhan

Di Kota Padangsidimpuan

PENGALAMAN PERAWAT JIWA DALAM MERAWAT PASIEN DENGAN


GANGGUAN JIWA DI PUSKESMAS DI KOTA PADANGSIDIMPUAN :
STUDY FENOMENOLOGI
1
Wahdina Syarifah, 2Natar Fitri Napitupulu, 3Adi Antoni
1
Mahasiswa Program Studi Keperawatan Program Sarjana Fakultas kesehatan Universitas Aufa Royhan
23
Dosen Program Studi Keperawatan Program Sarjana Fakultas Kesehatan Universitas Aufa Royhan
Email: wahdinasyarifah8@gmail.com

Abstrak
Perawat dalam upaya penanganan gangguan jiwa yang kurang menyebabkan pengalaman
petugas kesehatan minimal, sehingga menyebabkan jumlah gangguan jiwa semakin
meningkat. Petugas kesehatan jiwa mengatakan perlu adanya keberanian dalam menghadapi
pasien gangguan jiwa dikarenakan banyaknya hambatan yang bermunculan baik itu dari
perilaku dan lingkungan pasien. Tujuan penelitian ini untuk mengeksplorasi pengalaman
perawat jiwa dalam merawat pasien gangguan jiwa di puskesmas di kota padangsidimpuan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif.
Pengambilan sample dilakukan dengan purposive sampling dengan sampel 6 partisipan, data
dikumpulkan dengan menggunakan observasi dan wawancara semi terstruktur. Analisis
tematik dilakukan menggunakan langkah-langkah collaizi. Hasil penelitian didapatkan
pengalaman perawat kesehatan jiwa meliputi tema yang dirasakan perawat jiwa, strategi
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan, panggilan menjadi perawat kesehatan jiwa,
kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan jiwa. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
pengalaman dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan dan kemampuan perawat kesehatan
jiwa dalam merawat pasien gangguan jiwa. Saran penelitian diharapkan dapat digunakan
sebagai acuan dalam meningkatkan kualitas dalam pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas
Di Kota Padangsidimpuan
Kata Kunci: Pengalaman, perawat jiwa, gangguan jiwa

Abstract
Nurses in handling efforts mental disordersless cause experience minimum health workers
resulting innumber of mental disorders more increasing. Mental health worker say there is a
need courage to face mental disorder patient because of the many obstaclespopping up
whether it's from behavior and patient environment .The purpose of this researchto
explorepsychiatric nurse experiencein caring mental disorder patient Puskesmas in
Padangsidimpuan. This type of research is qualitative research with a descriptive
phenomenological design. Sampling done by purposive sampling with a sample of 6
participants, data collected by using observation and semi-structured interviews. Thematic
analysis done using collaizi steps. The Research resultget experiencemental health
nursecovers themes thatfelt the psychiatrist, nurse strategy in doing nursing care, call to be
mental health nurse, activities performed mental health nurse.Conclusions of this research
isexperience canaffect the level of knowledge and skills of mental health nursesin caring
mental disorder patients. The Research advicehope to use as a reference in improving quality
in mental health servicesat Puskesmas in Padangsidimpuan.
Keywords : Experience, mental nurse, mental disorders.
1. PENDAHULUAN namun persebarannya masih belum merata
(Lestari, Yusuf & Tristiana, 2020). Distribusi
Saat ini banyaknya masalah gangguan yang tidak merata dari profesi kesehatan dan
jiwa yang semakin meningkat dipengaruhi keterampilan yang kurang menyebabkan
oleh pola perilaku atau psikologis yang hambatan dalam memberikan pelayanan
ditunjukkan oleh individu yang menyebabkan kesehatan jiwa
distress, disfungsi, dan menurunnya kualitas Data yang didapatkan di Puskesmas Di
kehidupan. Gangguan jiwa muncul karena Kota Padangsidimpuan terdapat 2 orang yang
menurunnya fungsi mental pada seorang bertugas dalam pelayanan gangguan jiwa di
sehingga implikasi dari penurunan fungsi setiap tahun. Sedangkan jumlah pasien
tersebut ialah orang dengan gangguan jiwa gangguan jiwa yang dalam tahap berobat di
akan bertingkah laku yang tidak wajar dalam wilayah kerja Puskesmas bertambah disetiap
kehidupan bermasyarakat. Secara umum tahun. Petugas kesehatan jiwa mengatakan
timbulnya gangguan jiwa pada seseorang perlu adanya keberanian dalam menghadapi
diakibatkan karena adanya stres yang pasien gangguan jiwa dikarenakan banyaknya
berlebihan, depresi, alkoholic (pecandu hambatan yang bermunculan baik itu dari
alkohol) dan faktor tekanan yang perilaku dan lingkungan pasien, bahkan tidak
mempengaruhi dari luar dan dari dalam diri jarang pasien melakukan perlawanan di saat
seseorang baik secara langsung maupun tidak kita ingin membina hubungan saling percaya.
langsung. Perawat merupakan bagian terpenting
Gangguan jiwa menyebabkan terjadinya dalam sebuah pelayanan rumah sakit. Salah
kegagalan individu dalam kemampuannya satu performa sebuah rumah sakit diukur dari
mengatasi keadaan sosial, rendahnya harga pelayanan perawatanya, sehingga seorang
diri, rendahnya tingkat kompetensi, dan sistem perawat harus memiliki kemampuan
pendukung yang berinteraksi dimana individu interpersonal yang tinggi terutama rasa empati.
berada pada tingkat stress yang tinggi. Dalam Sebagai manusia biasa tidak mudah bagi
keadaan seperti saat ini sangat diperlukan perawat untuk terus bekerja secara maksimal.
peran pendukung yaitu perawat dalam upaya Tentunya perawat juga mempunyai beberapa
penanganan gangguan jiwa yang kurang hambatan yang dapat mempengaruhi
menyebabkan pengalaman petugas kesehatan tindakannya dalam bertugas secara baik.
minimal, hal ini dapat mempengaruhi kualitas Hambatan dapat berasal dari diri individu
dari pelayanan kesehatan sehingga maupun luar individu. Begitu juga perawat
menyebabkan jumlah gangguan jiwa semakin yang bekerja di pelayanan kesehatan jiwa
meningkat (Suliswati, 2011). (Pinilih, 2015).
Data World Health Organization (WHO, Petugas kesehatan dalam menjalankan
2016), Indonesia termasuk dalam 57 negara program kesehatan jiwa perlu adanya
yang mengalami krisis tenaga kesehatan pengalaman agar dapat dengan mudah
sehingga menyebabkan distribusi tenaga menyelesaikan tugas. Peneliti sebelumnya
kesehatan di Indonesia tidak merata, padahal menyatakan bahwa pentingnya pengalaman
capaian 80% keberhasilan dalam klinis yang dimiliki petugas kesehatan menjadi
pembangunan kesehatan ditentukan oleh sorotan dalam mengelola kebutuhan pasien
tenaga kesehatan. Berdasarkan hasil secara efektif dan hasil yang optimal
rekapitulasi Badan Pengembangan dan (Karanikola, 2018). Kejadian yang pernah
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dirasakan atau dialami dapat dijadikan sebuah
Kesehatan (BPPSDMK) menyebutkan bahwa pembelajaran untuk mengasah softskil, potensi
jumlah tenaga keperawatan sebanyak 296.876 dan mampu menjalankan pekerjaan dengan
jiwa namun distribusi masih belum merata. baik sehingga meningkatkan kinerja perawat
Banyaknya jumlah tenaga kesehatan dapat kesehatan jiwa dalam memberikan pelayanan
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat kesehatan yang sesuai (Karanikola, 2018).
dan kinerja dari petugas kesehatan Hasil survei pendahuluan yang sudah
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dilakukan di Puskesmas diKota
2016). Padangsidimpuan didapatkan 2 orang yang
Penelitian sebelumnya menyebutkan bertugas dalam pelayanan gangguan jiwa di
bahwa jumlah tenaga kesehatan di Indonesia setiap tahun. Dimana petugas jiwa hanya
meningkat dalam hal kualitas dan kuantitas, dilimpahkan wewenang untuk menangani
pasien jiwa tanpa ikut pelatihan keperawatan atan
jiwa. Sedangkan jumlah pasien gangguan 2 Perempuan D-3 1 tahun
jiwayang dalam tahap berobat di Puskesmas di keperaw
Kota Padangsidimpuan berbeda-beda. Hal ini atan
merupakan alasan peneliti tertarik untuk 3 Perempuan S-1 1 tahun
menggali pengalaman perawat dalam merawat keperaw
pasien gangguan jiwa. atan
4 Laki-laki D-3 1 tahun
2. METODE PENELITIAN Kepera
watan
Penelitian yang dilakukan menggunakan 5 Perempuan D-3 3 tahun
studi Kualitatif dengan desain fenomenologi Kepera
deskriftif yang bertujuan untuk watan
mendeskripsikan konsep dan makna mendasar 6 Perempuan D-3 1Tahun
dari fenomena yang dialami seseorang. Desain Kepera
fenomenologi deskriftif dipilih agar dapat watan
dieksplorasi lebih mendalam tentang
pengalaman perawat jiwa dalam merawat Hasil penelitian didapatkan tema yang
pasien jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Di teridentifikasi dari hasil wawancara sebanyak
Kota Padangsidimpuan. Instrumen atau alat 4 tema dan 8 sub tema yang memaparkan
penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti pengalaman perawat dalam merawat pasien
sendiri. gangguan jiwa, tema tersebut adalah (1) Yang
Penelitian ini dimulai dari Oktober 2020 dirasakan perawat jiwa (Senang, tegang, sedih,
sampai Agustus 2021 di Kota serta menambah pengalaman, Saat perawat
Padangsidimpuan. Partisipan dalam penelitian mendekat pasien melakukan perlawanan), (2)
ini adalah 6 partisipan dimana partisipan Strategi perawat dalam melakukan asuhan
tersebut perawat yang memiliki pengalaman keperawatan jiwa (Pengelompokan pasien,
dalam merawat pasien gangguan jiwa. Alat memotivasi pasien untuk sembuh, membina
pengumpulan data lain yang menunjang proses hubungan saling percaya, mendengar keluh
penelitian adalah pedoman wawancara kesah), (3) Panggilan menjadi perawat
mendalam (indepth interview), catatan kesehatan jiwa (ditugaskan dan diberikan
lapangan (fields notes) dan alat pengambil wewenang) , (4) kegiatan yang dilakukan
gambar dan perekam suara.Metode analisis perawat kesehatan jiwa (Melakukan
data yang digunakan dalam penelitian ini penyuluhan terkait kesehatan jiwa, Mengajak
menggunakan Collaizi. keluarga dan lingkungan untuk tidak
membully).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Yang dirasakan perawat jiwa (Senang,
Partisipan dalam penelitian ini tegang, sedih, serta menambah
berjumlah 6 orang perawat jiwa. Keenam pengalaman, Saat perawat mendekat
pasien melakukan perlawanan)
partisipan dalam penelitian ini telah
memenuhi kriteria. Para partisipan adalah Tema 1 :Yang dirasakan perawat dalam
perawat jiwa yang merawat pasien dengan menanganai ODGJ
gangguan jiwa di Puskesmas di Kota Sub Tema Kategori
Padangsidimpuan. Karakteristik partisipan Perasaan senang, a. senang
dalam penelitian ini meliputi jenis sedih, tegang dan b. sedih
kelamin, pendidikan dan lama bekerja cemas c. tegang
sebagai perawat kesehatan jiwa. d. cemas
Karakteristik partisipan dapat dilihat di
Tabel 1Karakteristik Partisipan Perlakuan pasien a. Dilempar pakai
Infor Jenis Pendidi Lama kepada perawat buku
man Kelamin kan Bertugas dalam melaksanakan b. Dilempar pakai
asuhan keperawatan cangkir
1 Perempuan D-3 2 tahun
keperaw a. Yang dirasakan perawat jiwa
1. Perasaan senang, tegang, sedih serta cemas
Hasil penelitian diatas didukung oleh dilakukan pasien terhadapnya. Namun tidak
jurnal (Rahman, Marchira and Rahmat, 2016) sesuai dengan kondisi yang peneliti temui,
menyatakan bahwa seiring dengan berjalannya hasil dari studi peneliti menyebutkan bahwa
waktu petugas kesehatan mulai memahami dan dari seluruh petugas kesehatan yang pernah
menikmati apa yang dijalankan dan dirasakan mendapatkan kekerasan baik secara fisik
karena memberikan dampak positif bagi maupun verbal tidak memberikan dampak,
ODGJ sehingga petugas kesehatan merasa petugas kesehatan tetap menjalankan tugas.
memiliki perasaan senang, tegang serta Konsekuensi terhadap kekerasan yang diterima
menurut mereka akan menambah pengalaman mungkin bukan disebabkan karena kekerasan
dalam bidang perawatan yang dijalani. fisik tetapi karena perilaku agresif psikologis
Perasaan senang yang dirasakan perawat dari ODGJ. Petugas menganggap bahwa
sendiri ketika mereka sudah dekat dengan tindakan kekerasan yang dilakukan ODGJ
pasien dan saling terbuka serta adanya adalah hal yang wajar karena mengingat
kesembuhan dari pasien itu sendiri. Selain kondisi ODGJ ketika terjadi kekambuhan atau
perasaan senang yang dialami perawat dalam agresif melakukan tindakan di luar kontrol dari
merawat pasien ODGJ, perawat juga memiliki ODGJ itu sendiri sehingga petugas kesehatan
rasa tegang, sedih serta cemas pada saat harus bisa menenangkan.
menjalankan tugas. Perasaan tegang muncul
saat melihat pasien dan baru terjun bertugas 2. Perlakuan pasien kepada perawat dalam
sebagai petugas kesehatan jiwa, disaat yang melaksanakan asuhan keperawatan
bersamaan perasaan sedih juga dirasakan oleh
petugas ketika melihat keadaan pasien dan Berdasarkan teori motivasi Herzberg,
mendengar penyebab pasien mengalami salah satu faktor yang dapat memotivasi
gangguan jiwa, tetapi perawat juga mengalami seseorang untuk semangat dalam menjalankan
kecemasan karena bisa saja pasien ODGJ pekerjaan adalah kondisi dari pekerjaan itu
menyerang secara tiba-tiba sehingga petugas sendiri (Notoatmodjo, 2010), artinya kondisi
harus waspada dalam menjalankan tugasnya. kerja yang dialami petugas saat memberikan
Motivasi adalah konsep yang pengobatan menyebabkan ketidaknyamanan
menggambarkan baik kondisi ekstrinsik yang dalam menjalankan program kesehatan jiwa,
merangsang perilaku tertentu, dan respon sehingga tidak dapat menunjang aktivitas
intrinsik yang menampakkan perilaku manusia untuk memberikan tindakan keperawatan
(Laila et al., 2018). Hal yang dirasakan secara kepada ODGJ dan keluarga.
intrinsik adalah perasaan yang didapat oleh Penelitian Lisa, M., Jumaini. and
petugas dari dirinya sendiri selama menjadi Indriati, G. (2013) mengungkapkan bahwa
petugas kesehatan jiwa yaitu proses adaptasi tindakan kekerasan yang dialami perawat
menjadi petugas kesehatan jiwa, sebelum ternyata memberikn dampak negatif terhadap
adanya program kesehatan jiwa dari pelayanan keperawatan yang mereka berikan.
pemerintah daerah sebagian petugas kesehatan Perawat dalam memberikan asuhan
menolak diberikan tanggung jawab menjadi keperawatan kepada pasien akan timbul reaksi
petugas pemegang program kesehatan jiwa malas dan sikap cuek yang disebabkan perawat
karena pengetahuan yang kurang dan merasa masih ingat akan tindakan kekerasan yang
takut untuk menghadapi ODGJ, namun setelah dilakukan pasien terhadapnya. Namun tidak
menjalani pelimpahan wewenang program sesuai dengan kondisi yang peneliti temui,
kesehatan jiwa, petugas mulai memahami dan hasil dari studi peneliti menyebutkan bahwa
mampu secara bertahap menjalankan program dari seluruh petugas kesehatan yang pernah
kesehatan jiwa. mendapatkan kekerasan baik secara fisik
Penelitian Lisa, M., Jumaini. and maupun verbal tidak memberikan dampak,
Indriati, G. (2013) mengungkapkan bahwa petugas kesehatan tetap menjalankan tugas.
tindakan kekerasan yang dialami perawat Konsekuensi terhadap kekerasan yang diterima
ternyata memberikn dampak negatif terhadap mungkin bukan disebabkan karena kekerasan
pelayanan keperawatan yang mereka berikan. fisik tetapi karena perilaku agresif psikologis
Perawat dalam memberikan asuhan dari ODGJ. Petugas menganggap bahwa
keperawatan kepada pasien akan timbul reaksi tindakan kekerasan yang dilakukan ODGJ
malas dan sikap cuek yang disebabkan perawat adalah hal yang wajar karena mengingat
masih ingat akan tindakan kekerasan yang kondisi ODGJ ketika terjadi kekambuhan atau
agresif melakukan tindakan di luar kontrol dari 3. Panggilan menjadi perawat kesehatan
ODGJ itu sendiri sehingga petugas kesehatan jiwa
harus bisa menenangkan.
2. Strategi perawat dalam melakukan Tema 3: Panggilan menjadi perawat
asuhan keperawatan jiwa kesehatan jiwa
Sub Tema Kategori
Tema 2: Strategi perawat dalam merawat Bukan tertarik, tapi
pasien gangguan jiwa karena ditugaskan
Sub Tema Kategori Diberikan wewenang a. Ditugaskan
Strategi yang a. Pengelompokan Mencoba hal baru b. Wewenang
dilakukan oleh pasien c. Hal baru
perawat jiwa b. Memotivasi pasien a. Bukan tertarik, tapi karena ditugaskan
untuk sembuh Menjadi petugas di setiap bidang kerja
c. Membina hubungan merupakan bukan pilihan setiap orang, ada
saling percaya sebagian dari mereka menjalankan tugas
d. Kolaborasi dengan dikarenakan tuntutan kerja atau menjadi
keluarga dan kepercayaan yang harus dijalani dan dinikmati,
lingkungannya maka dari itu terdapat beberapa petugas
a. Mengelompokkan pasien, membina menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai
hubungan saling percaya, memotivasi dengan tupoksinya (Firuzahida, 2018).
pasien untuk sembuh, dan kolaborasi Hasil penelitian yang didapatkan pada
dengan keluarga dan lingkungan. saat wawancara didapatkan perawat
Asuhan keperawatan adalah tindakan mengatakan menjalankan tugas sebagai
mandiri perawat profesional atau ners melalui petugas kesehatan jiwa bukan merupakan
kerjasama yang bersifat kolaboratif, baik alasan karena tertarik, melainkan perawat
dengan klien maupun tenaga kesehatan lainnya mengatakan dirinya menjadi salah satu
dalam upaya memberikan asuhan keperawatan petugas kesehatan jiwa karena diberi tugas.
yang holistik sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawabnya pada berbagai tatanan b. Diberikan wewenang
pelayanan termasuk praktik keperawatan Kepercayaan merupakan hal yang harus
individu dan kelompok (Nursalam 2003, dijaga dan dipertahankan, sama hal nya
dalam Muhith, 2015). Hasil penelitian dengan seseorang yang memberikan
menunjukkan tahapan yang dilakukan dalam kepercayaan atau keyakinan bahwa kita
melakukan asuhan keperawatan adalah mampu menjalankan atas apa yang ia perintah,
pengkajian, perencanaan, implementasi dan sehingga tidak banyak orang mendapat suatu
evaluasi. Dalam penelitian ini peneliti pekerjaan dengan diberikan kepercayaan,
juga menemukan bahwa petugas saat maka dari itu kita sebagai penerima harus siap
menjalankan tugas melakukan strategi dimana dan mampu untuk menjalankannya (Muhith,
petugas mengelompokkan pasien yang di kaji 2015).
dari unit Napza, unit anak dan remaja, dan unit Dalam penelitian perawat
geriatri. Tujuan perawat melakukan menyebutkan juga alasan menjadi perawat
pengelompokan karena masing-masing unit kesehatan jiwa yang terlibat dalam
memiliki kekhususan terkait fokus pengkajian menjalankan program kesehatan jiwa karena
yang harus dilakukan. Pengkajian dilakukan diberikan wewenang dari tempatnya bekerja
perawat untuk mendapatkan data subyektif dan sehingga perawat menjadi salah satu perawat
data obyektif termasuk didalamnya observasi pemegang program kesehatan jiwa.
selama proses wawancara. Pengkajian juga
meliputi keluhan utama atau masalah utama, c. Mencoba hal baru
kondisi fisik secara umum, status kesehatan Jumlah tenaga kesehatan di Pukesmas
mental dan emosional, riwayat keluarga dan terbatas dibandingkan dengan program kerja
klien, sistem dukungan dalam keluarga, yang hatus dijalankan, sehingga beberapa
evaluasi perawat. petugas menjalankan pekerjaan mereka tidak
sesuai dengan bakat yang dimilikinya, tetapi
sebagian dari mereka menganggap hal seperti
itu dapat menambah wawasan dalam bidang b. Penyuluhan serta membimbing kepada
yang baru (Rogers et al. 2018). keluarga dan lingkungannya untuk tidak
Selain alasan karena ditugaskan dan mem-bully
dilimpahkan wewenang, perawat jiwa juga Hasil penelitian yang ditemukan
mengatakan bahwa perawat dalam peniliti bahwa petugas kesehatan melakukan
menjalankan tugas sebagai perawat kesehatan sosialisasi kesehatan jiwa untuk menangani
jiwa tentu ikut serta dalam merawat pasien ODGJ dan lingkungannya seperti keluarga
dengan gangguan jiwa dapat menambah hal dan masyarakat, sehingga masyarakat mulai
baru dalam dunia pekerjaan. mengerti dan tidak asing dengan kesehatan
jiwa, kemudian melakukan pendekatan
3. Program kerja yang dilakukan perawat dengan keluarga untuk meyakinkan
kesehatan jiwa keluarganya agar bersedia rutin berobat,
memberikan Health Education untuk
Tema 4:Kegiatan yangdilakukan perawat meningkatkan pengetahuan ODGJ,
kesehatan jiwa meningkatkan pengetahuan lingkungan atau
Sub Tema Kategori masyarakat tentang stigma buruk yang
Penyuluhan kepada a. penyuluhan berpengaruh terhadap kesembuhan pasien
masyarakat terkait masyarakat ODGJ misalnya dalam hal membully dapat
kesehatan jiwa mempengaruhi faktor kesembuhan dari
Penyuluhan serta a. membimbing pasien dan keluarga serta memberikan
membimbing kepada keluarga motivasi kepada keluarga.
keluarga dan b. membimbing Hasil penelitian sebelumnya
lingkungannya untuk lingkungan menunjukkan bahwa keluarga dalam
tidak mem-bully c. tidak mem- melakukan pengasuhan terhadap ODGJ
bully membutuhkan informsi dan pendidikan
kesehatan mental, kemungkinan perawatan,
a. Penyuluhan kepada masyarakat terkait sumber daya dan layanan kesehatan yang
kesehatan jiwa tersedia bagi ODGJ dan keluarga
Secara umum masyarakat masih awam (Rodriguez-Meirinhos, Antolin-Suarez and
dengan gangguan jiwa ehingga terjadi stigma. Olivia, 2018). Sebagian besar keluarga
Di Ethiopia terdapat kecenderungan merasa jenuh dan putus asa dalam mencari
peningkatan masalah kesehatan mental karena pengobatan untuk kesembuhan ODGJ dan
pengaruh dari lingkungan seperti lingkungan mulai mengabaikan ODGJ sehingga penting
yang tercemar, tingkat kekerasan tinggi dan bagi petugas kesehatan untuk memberikan
dukungan keluarga yang kurang (Ahmed, dukungan dan motivasi kepada keluarga
Merga and Alemseged, 2019). Masyarakat bahwa ODGJ dapat sembuh dan kembali ke
memiliki peran penting terhadap kesembuhan masyarakat.
ODGJ, ketika mendapatkan stigma buruk dari
masyarakat ODGJ tidak dapat bersosialisasi 4. KESIMPULAN DAN SARAN
dengan lingkungan.
Hasil penelitian didapatkan bahwa Kesimpulan
masyarakat masih saja melontarkan stigma Peneliti mengidentifikasi 4 tema dan 8
negatif terhadap keluarga yang memiliki sub tema yang memaparkan pengalaman
ODGJ, misalkan mencaci anak dari mereka, perawat dalam merawat pasien gangguan jiwa,
orangtua dari mereka, serta tidak mau tema tersebut adalah (1) Yang dirasakan
berpartisipasi untuk menjaga perasaan ODGJ perawat jiwa (Senang, tegang, sedih, serta
sendiri, sehingga peneliti menemukan peran menambah pengalaman, Saat perawat
perawat atau petugas kesehatan jiwa dalam mendekat pasien melakukan perlawanan), (2)
menanggulangi masalah dengan penyuluhan Strategi perawat dalam melakukan asuhan
kepada masyarakat terkait kesehatan jiwa. keperawatan jiwa(Pengelompokan pasien,
memotivasi pasien untuk sembuh, membina
hubungan saling percaya, mendengar keluh
kesah), (3) Panggilan menjadi perawat
kesehatan jiwa (ditugaskan dan diberikan
wewenang) , (4) kegiatan yang dilakukan Keperawatan Kesehatan Jiwa
perawat kesehatan jiwa (Melakukan Komunitas Di Wilayah Dinas Kesehatan
penyuluhan terkait kesehatan jiwa, Mengajak Kabupaten Magelang. The 2 nd
keluarga dan lingkungan untuk tidak university research coloquium 2015, 2,
membully). 585-590.
Rahman, A., Marchira, C. R. and Rahmat, I.
Saran (2016) ‘Peran dan motivasi perawat
Diharapkan dapat memberikan asuhan kesehatan jiwa dalam program bebas
keperawatan pada gangguan jiwa yang lebih pasung: studi kasus di Mataram’
baik serta lebih memberikan program kerja Journal of Community Medicine And
yang bermutu untuk pelayanan kesehatan jiwa Public Health, pp. 287-294.
dalam merawat pasien dengan gangguan jiwa. Rodriguez-Meirinhos,A.,AntolinSuarez.,I,. and
Olivia, A. (2018) ‘Support Needs of
5. DAFTAR PUSTAKA Families of Adolecent With Mental
Illness A Systematic.Pdf’, Elseiver, Pp.
Ahmad R, et all (2017). Qualitative 152-163. Doi: 10.1016.
interviewing of malay caregivers: Roger, E. S. et al. (2018) ‘A qualitative
stigma and mental health problems of evaluation of mental healt clinic staff
older adults, international journal of perceptions of barriers and facilitators to
culture and mental health, 10 (2), 127- treating tobacco use’, Nicotine and
135. Diunduh dari: Tobacco Research, 20(10), pp. 1223-
http://doi.org/10.1080/17542863.2016.1 1230. doi: 10.1093/ntr/ntx204.
259338 Sugiyono, 2015 Metode Penelitian Kuantitatif,
Karanikola, 2018. Papathanaaoglou, E.D.E Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
(2007). Pilot exploration of the Sugiono. (2014) Metode PenelitianKuantitatif,
association between self-esteem and Kualitatif dan R&b. Bandung: Alfabeta
professional satisfaction in Hellenic Suliswati. (2011). Konsep Dasar Keperawatan
Hospital nurses. Journal of Nursing Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Manajement.Vol 15.Issue1,ages 78-90 WHO, 2016. The Global Burden Of Disease
January 2007. 2016 Update.
Lestari, Yusuf & Tristiana., 2020. Pengalaman http://www.who.int/healthinfo/global_b
Petugas Kesehatan Jiwa Dalam urden_disease/GBD_report_2016update
Menangani Orang Dengan Gangguan .pdf.(Diakses pada tgl 29 Oktober 2018)
Jiwa (ODGJ) Di Puskesmas Kabupaten
Lamongan.
http://dx.org/10.20473/pnj.v1i1.18589
Lisa, M., Jumaini. and Indriati, G. (2013)
’Pengalaman Perawat Dalam Merawat
Pasien dengan Risiko Perilaku
Kekerasan (RPK)’, Universitas Riau
Muhith, A., 2015. Pendidikan keperawatan
jiwa:Teori dan Aplikasi M. Bendetu,
ed., Yogyakarta:CV andi offset
(Penerbit Andi).
Notoatmojo, 2012. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam. (2016). Metodologi penelitianilmu
keperawatan, pendekatan praktis Edisi
4. Jakarta, Indonesia : Salemba Medika
Pinilih, S. S., Astuti, R. T., Kesehatan, F, I.,
Magelang, U. M., Kesehatan, F, I,.
Magelang, U. M., Magelang, U, M.
(2015) Management Kesehatan Jiwa
Berbasis Komunitas Melalui Pelayanan

Anda mungkin juga menyukai