Anda di halaman 1dari 14

PENGETAHUAN PERAWAT DALAM ASPEK PSIKOSOSIAL

DI RUANG RAWAT INAP PENYAKIT DALAM


RS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

Manuscript

Oleh :
OKTA YUANITA
NIM.G2A214037

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2016

1
2
3

Pengetahuan Perawat Dalam Aspek Psikososial di Ruang Rawat Inap Penyakit


Dalam RS Islam Sultan Agung Semarang

Okta Yuanita, MF. Mubin, Eni Hidayati

Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS


Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS
Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS

Abstrak

Perlunya perawat memahami masalah psikososial yang dialami klien agar masalah
psikososial klien bisa tertangani. Seperti halnya pada penelitian (Riyani, 2013) didapatkan
hasil 92% dari seluruh pasien mengalami kecemasan, 5,4% lainnya mengalami
ketidakberdayaan, 2,7% mengalami berduka dan 2,7% sisanya mengalami gangguan citra
tubuh. Untuk menyelesaikan masalah ansietas klien, perawat perlu mengetahui penyebab
ansietas klien. Jika penyebabnya merupakan kurangnya pengetahuan mengenai kondisi
kesehatan klien, perlunya perawat memberikan informasi mengenai kondisi klien serta
intervensi yang akan diberikan kepada klien. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
gambaran pengetahuan perawat dalam aspek psikososial di ruang rawat inap penyakit dalam
dengan rancangan deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di ruang penyakit dalam RS
Islam Sultan Agung Semarang dengan jumlah sampel sebanyak 59. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa pengetahuan perawat dalam aspek psikososial di ruang rawat inap RSI
Sultan Agung Semarang 50,8% pengetahuannya kurang baik dan berpengetahuan baik
sebesar 42,9%. Rekomendasi, agar perawat sering mengupdate kegiatan ilmiah terkait
psikososial.

Kata Kunci : Psikososial, Pengetahuan, Perawat

Abstract

The need for nurses to understand the psychosocial problems experienced by clients so that
the clients psychosocial problems can be handled. As well as on research (Riyani, 2013)
showed 92% of all patients had anxiety, 5.4% more experience helplessness, 2.7% and 2.7%
experienced grieving remainder experiencing body image disturbance. To solve the problem
of anxiety clients, nurses need to know the causes of anxiety clients. If the cause is a lack of
knowledge regarding the health condition of the client, the need for nurses to provide
information about the condition of the client as well as the interventions to be provided to
clients. This study aims to provide an overview of knowledge of nurses in the psychosocial
aspects of the disease in the inpatient unit in the quantitative descriptive design. This
research was conducted in space sickness in Islam Sultan Agung Hospital Semarang with a
total sample of 59. The results of this study stated that the knowledge of nurses in
psychosocial aspects in the inpatient unit RSI Sultan Agung Semarang 50.8% less knowledge
of good and knowledgeable good by 42.9 %. Recommendations for nurses frequently update
scientific activities related psychosocial.

Keywords: Psychosocial, Knowledge, Nurse


4

PENDAHULUAN
UU No18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa disertai penjelasannya menyebutkan
upaya peningkatan kesehatan yang optimal mencakup upaya peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan dari penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif)
dan pemulihan kesehatan atau rehabilitatif. Dalam upaya preventifnya salah satunya
ditujukan untuk mencegah timbulnya dampak masalah psikososial.

Klien sangat mungkin memiliki dampak masalah psikososial atau keadaan yang
mengancam status kesehatannya seperti penyakit fisik terutama yang bersifat kronis.
Adanya masalah psikologis akibat penyakit fisik dapat memperberat kondisi fisik
individu. Individu dengan penyakit fisik yang serius mempunyai gangguan psikiatri
sedikitnya dua kali lipat dibanding populasi umum. Dalam 12 tahun terakhir terjadi
kenaikan prevalensi gangguan mental (mental disorder) di Asia (Widakdo & Besral,
2013). Prevalensi ganguan mental emosional dari data 33 provinsi di Indonesia pada
penduduk usia lebih dari 15 tahun mencapai 6,0% (Riskesdas, 2013).

Menurut penelitian Widakdo & Besral (2013), memperlihatkan bahwa angka


gangguan mental emosional berkisar 24-47%. Penderita hepatitis dan stroke
mengalami gangguan mental emosional masing-masing sebesar 47% dan 42%,
kemudian diikuti oleh penderita penyakit jantung dan TBC sebesar 34% dan
penderita penyakit diabetes melitus, tumor atau kanker sebesar 24%. Tingginya
kejadian gangguan mental emosional ini sangat berkaitan dengan kondisi penyakit
kronis yang dialami.

Pada penelitian Taluta, Mulyadi & Hamel (2014) didapatkan hasil tingkat kecemasan
penderita diabetes melitus ringan sebesar 12,5% dan yang banyak adalah tingkat
kecemasan sedang dan berat masing-masing sebesar 43,8%. Tingkatan ansietas yang
dialami individu dipengaruhi oleh faktor psikologis, sosial, beratnya kondisi medis,
serta adanya penyakit komorbid (Varcarolis & Halter dalam Riyani, 2013).

Dalam hal ini sangat diperlukan petugas kesehatan termasuk perawat sebaiknya
dilatih dan dimotivasi untuk mendeteksi gangguan mental emosional seperti
kecemasan, depresi, ketidakberdayaan pada pasien termasuk pada pasien penyakit
kronis sejak awal sebelum pengobatan dimulai. Keuntungan mengetahui lebih awal
5

kondisi pasien adalah pasien dapat diberikan penanganan tambahan berupa intervensi
psikologi oleh spesialis kesehatan mental. Dengan demikian, pengobatan bisa
dilakukan dengan lebih efektif dan kesembuhan pasien bisa lebih cepat (Widakdo &
Besral, 2013).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 28 November


2015 di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, jumlah gangguan psikosomatis
sepanjang tahun 2014 sebanyak 214 pasien dan data dari bulan Agustus sampai
Oktober sebanyak 27 pasien. Dari hasil wawancara dengan kepala ruang penyakit
dalam, beliau mengatakan bahwa masalah psikososial di ruang penyakit dalam
sangat kompleks. Kepala ruang mengatakan sering menemui kasus mengenai
masalah pasien dengan psikososial contohnya pasien dengan penyakit kronis. Pasien
sering mengalami kecemasan, ketakutan akan kematian bahkan kehilangan. Keadaan
ini menuntut perawat sebagai tenaga kesehatan yang selama 24 jam berada di
samping pasien untuk terus meningkatkan pengetahuan mereka dalam aspek
psikososial pasien. Adapun tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan pengetahuan
perawat tentang psikososial di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RS Islam Sultan
Agung Semarang.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimen (deskriptif) yang
mendeskripsikan pengetahuan perawat di rumah sakit ruang penyakit dalam dalam
aspek psikososial. Sampel adalah semua perawat di ruang penyakit dalam yang
berjumlah 58 dengan metode total sampling, penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit
Islam Sultan Agung Semarang. Alat pengumpul data dengan kuesioner yang sudah
dilakukan uji coba sebelumnya. Proses penelitian ini dilakukan pada tanggal 23
Februari - 31 Februari 2016. Penelitian ini menggunakan analisis univariat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar rentang umur responden di
ruang rawat inap penyakit dalam RS Islam Sultan Agung Semarang berkisar antara
26-35 sebanyak 37 responden (62,7%) dengan (72.9%) responden berjenis kelamin
perempuan dan berpendidikan D3 sebesar (78.0%) serta lama kerja sebagian besar
(59.3%) responden bekerja kurang dari 5 tahun.
6

Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Perawat Dalam Aspek
Psikososial : Kecemasan di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSI Sultan Agung
Semarang (n=59)

No. Pernyataan Benar Salah


F % F %
1. Kecemasan adalah ketakutan dengan 9 15.3% 50 84.7%
penyebab yang jelas dan dapat dipahami
2. Gejala dari kecemasan adalah 52 88.1% 7 11.9%
meningkatnya produktivitas
3. Penyebab dari kecemasan adalah adanya 18 30.5% 41 69.5%
kebutuhan yang tidak dipenuhi
4. Pasien yang merasa cemas dapat 57 96.6% 2 3.4
beristirahat dengan nyenyak
5. Tekanan darah dan denyut nadi yang 28 47.5% 31 52.5%
menurun adalah gejala dari kecemasan
6. Gelisah dan merasa takut adalah tanda 59 100.0%
dan gejala dari kecemasan
7. Pasien yang cemas pikirannya tidak 52 88.1% 7 11.9%
terganggu
8. Dalam mengatasi rasa cemas pasien, 54 91.5% 5 8.5%
perawat hanya memberikan obat untuk
mengurangi rasa cemas
9. Menjelaskan semua prosedur dan apa 55 93.2% 4 6.8%
yang dirasakan selama prosedur adalah
tindakan keperawatan untuk mengatasi
cemas
10. Memberikan teknik distraksi adalah 57 96.6% 2 3.4%
tindakan untuk mengurangi rasa cemas

Pengetahuan perawat dalam aspek psikososial : kecemasan, responden terbanyak


menjawab gelisah dan takut adalah tanda dan gejala dari kecemasan sejumlah 59
perawat (100.0%).

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Perawat Dalam Aspek
Psikososial : Ketidakberdayaan di Ruang Rawat Inap RSI Sultan Agung Semarang
(n=59)

No. Pernyataan Benar Salah


f % F %
1. Ketidakberdayaan adalah persepsi 24 40.7% 35 59.3%
seseorang bahwa tindakannya akan
mempengaruhi hasil yang bermakna
2. Seseorang yang tidak berdaya mampu 40 67.8% 19 32.2%
melihat alternatif yang ada namun tidak
mampu melakukan upaya apapun
7

karena kurangnya kendali


3. Melibatkan pasien dalam pengambilan 12 20.3% 47 79.7%
keputusan tentang perawatan adalah
tindakan keperawatan pada pasien
ketidakberdayaan
4. Antusiasme pasien untuk melaksanakan 39 66.1% 20 33.9%
aktivitas adalah gejala dari
ketidakberdayaan
5. Interaksi interpersonal yang tidak 49 83.1% 10 16.9%
memuaskan adalah penyebab dari
ketidakberdayaan
6. Mendiskusikan pasien tentang pilihan 55 93.2% 4 6.8%
yang realistis dalam perawatan adalah
tindakan keperawatan ketidakberdayaan

Pengetahuan perawat dalam aspek psikososial : ketidakberdayaan, responden


terbanyak menjawab mendiskusikan pasien tentang pilihan yang realistis dalam
perawatan adalah tindakan keperawatan ketidakberdayaan sebanyak 55 perawat
menjawab benar (93.2%).

Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Perawat Dalam Aspek
Psikososial : Keputusasaan di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSI Sultan Agung
Semarang (n=59)

No. Pernyataan Benar Salah


F % F %
1. Keputusasaan adalah kondisi subjektif 29 49.2% 30 50.8%
seorang individu melihat akan adanya
alternatif yang tersedia
2. Seseorang yang putus asa tidak akan 52 88.1% 7 11.9%
menemukan solusi atas permasalahannya
sekalipun ia memegang kendali
3. Pasien yang merasa putus asa akan 46 78.0% 13 22.0%
menunjukkan gejala aktif, inisiatif dan
mudah terlibat dalam asuhan
keperawatan
4. Pasien yang merasa putus asa akan 33 55.9% 26 44.1%
mengangkat bahu sebagai respons
terhadap orang yang mengajak bicara
5. Membantu pasien bahwa ia dicintai dan 55 93.2% 4 6.8%
disayangi adalah tindakan keperawatan
keputusasaan
6. Membantu pasien mengidentifikasi 59 100.0%
sumber-sumber harapan misalnya
hubungan antar sesama, keyakinan dan
hal-hal yang ingin dicapai adalah
tindakan keperawatan keputusasaan
8

Pengetahuan perawat dalam aspek psikososial : keputusasaan, responden terbanyak


menjawab membantu pasien mengidentifikasi sumber-sumber harapan misalnya
hubungan antar sesama, keyakinan dan hal-hal yang ingin dicapai adalah tindakan
keperawatan keputusasaan sebanyak 59 perawat menjawab benar (100.0%).

Tabel 4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Perawat Dalam Aspek
Psikososial di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSI Sultan Agung Semarang (n=59)

Pengetahuan Perawat Frekuensi Persentase


Dalam Aspek Psikososial
Baik 29 49.2
Kurang 30 50.8
Total 59 100.0

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden (50.8%) memiliki tingkat


pengetahuan yang kurang dalam aspek psikososial.

Pembahasan
Dalam penelitian ini karakteristik perawat di ruang rawat inap penyakit dalam RS
Islam Sultan Agung Semarang menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat
pengetahuan baik tentang aspek psikososial berdasarkan umur adalah pada rentang
umur 26 35 tahun sebesar 51,4%. Penelitian ini menunjukkan responden yang
memiliki pengetahuan baik dalam aspek psikososial berdasarkan pendidikan adalah
D3 sebesar 52.2%, penelitian ini menunjukkan bahwa tidak selalu pendidikan yang
tinggi menjadi tolak ukur pengetahuan seseorang serta responden yang memiliki
pengetahuan baik tentang aspek psikososial berdasarkan lama kerja adalah responden
yang bekerja lebih dari 5 tahun sebesar 58.3%. Lama bekerja menentukan
pengalaman kerja seseorang, hal ini menunjukkan bahwa semakin lama seseorang
bekerja maka ketrampilan dan pengalamannya juga semakin meningkat. Pengetahuan
dan ketrampilan yang terus digunakan dalam setiap melakukan asuhan keperawatan
akan menambah pengetahuan perawat. Masa kerja lima tahun dapat memberikan
pengalaman bagi perawat dalam melaksanakan setiap respon pasien dan mengetahui
kebutuhan pasien secara psikososial.

Menurut hasil penelitian pengetahuan perawat dalam aspek psikososial : kecemasan


sebagian besar (59.3%) responden tidak memahami pengertian kecemasan itu
9

sendiri. Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya terhadap penilaian individu
yang subjektif, serta tidak diketahui secara khusus penyebabnya (Stuart and Sundeen,
2007). Pada penelitian (Sarsito, 2015) mayoritas (43%) responden merasa cemas
sedang, sedangkan pada penelitian (Puspita, 2013) menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan perawat tinggi dalam meminimalkan kecemasan akibat hospitalisasi
yaitu sebanyak 15 responden.

Pada pengetahuan perawat dalam aspek psikososial: ketidakberdayaan, berdasarkan


hasil penelitian ini responden (59.3%) sebagian besar tidak mengerti apa itu
ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa
perilaku atau tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa hasil yang
diharapkan atau tidak akan membawa perubahan hasil seperti yang diharapkan,
sehingga klien sulit mengendalikan situasi yang terjadi atau mengendalikan situasi
yang akan terjadi (NANDA, 2011). Penyebab ketidakberdayaan adalah kurangnya
pengetahuan, ketidakadekuatan koping sebelumnya (seperti : depresi) (Wilkinson,
2007). Maka dari itu pentingnya seorang perawat memahami masalah psikososial :
ketidakberdayaan pada pasien yang ia rawat. Hal ini sesuai dengan penelitian
(Kartono) bahwa efek yang dialami orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sebagai
akibat ketidakberdayaan adalah kematian yang cepat, takut diketahui orang lain,
takut diperlakukan secara diskriminatif.

Pada pengetahuan perawat dalam aspek psikososial : keputusasaan menujukkan


bahwa hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden (50.8%) tidak
mengerti apa itu keputusasaan. Keputusasaan adalah kondisi subjektif yang ditandai
dengan individu memandang hanya ada sedikit bahkan tidak ada alternatif atau
pilihan pribadi dan tidak mampu memobilisasi energi demi kepentingan sendiri
(NANDA, 2012). Keputusasaan menggambarkan bahwa seseorang percaya tidak ada
penyelesaian untuk masalahnya (tidak ada jalan keluar). Menurut penelitian (Ardi,
2011) ada hubungan ketidakmampuan kognitif dengan keputusasaan pada pasien
stroke di Makassar dengan arah korelasi negatif yang berarti semakin mengalami
ketidakmampuan kognitif maka keputusasaan semakin meningkat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik
dalam aspek psikososial sebanyak 29 perawat (49.2%) sedangkan responden yang
10

memiliki pengetahuan kurang sebanyak 30 perawat (50.8%). Hal ini sejalan dengan
penelitian Wiratama (2014) pada kemampuan perawat dalam menangani pasien
psikososial didapatkan hasil mayoritas responden tidak mampu menangani pasien
psikososial sebanyak 37 responden (31.1%). Sedangkan menurut penelitian (Timun,
2015) menunjukkan bahwa sebagian besar responden (81.3%) memiliki pengetahuan
yang baik tentang asuhan keperawatan psikososial.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan


seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Wawan, 2010). Dasar pengetahuan perawat yang luas memungkinkan perawat untuk
memberikan pelayanan keperawatan secara holistik bukan hanya memenuhi
kebutuhan fisik tetapi juga kebutuhan psikologis dan sosial pasien (Potter & Perry,
2009).

Pengetahuan perawat dalam aspek psikososial dipengaruhi oleh karakteristik


responden seperti umur, tingkat pendidikan dan lama kerja responden yang bekerja
di ruang perawatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reponden yang
memiliki pengetahuan baik tentang aspek psikososial berdasarkan umur berkisar
antara 26 35 tahun, penelitian ini menunjukkan bahwa usia kematangan seseorang
tidak mempengaruhi pengetahuan seseorang itu baik. Sedangkan responden yang
memiliki pengetahuan baik tentang aspek psikososial berdasarkan pendidikan adalah
sebagian besar D3 dan responden yang memiliki pengetahuan baik tentang aspek
psikososial berdasarkan lama kerja adalah responden yang bekerja lebih dari 5 tahun.
Hal ini sesuai dengan teori (Budiman & Riyanto, 2014) bahwa tingkat pengetahuan
dipengaruhi oleh pendidikan, media massa, sosial budaya, ekonomi, lingkungan,
pengalaman dan usia (Budiman & Riyanto, 2014). Sedangkan menurut hasil
wawancara dengan kepala ruang penyakit dalam pada tanggal 12 Maret 2016 bahwa
perawat yang bekerja disana belum pernah mendapat informasi melalui seminar,
workshop ataupun pelatihan-pelatihan dalam mengatasi masalah psikososial pasien.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
perawat dalam aspek psikososial di ruang penyakit dalam RSI Sultan Agung
Semarang adalah pengalaman perawat dilihat dari lama kerja perawat. Jadi
pengetahuan perawat di ruang rawat inap penyakit dalam RS Islam Sultan Agung
11

Semarang yang mempunyai pengetahuan baik sebesar 50,8% dan yang mempunyai
pengetahuan kurang sebesar 49,2%.

PENUTUP
Karakteristik responden dalam aspek psikososial di ruang rawat inap penyakit dalam
RSI Sultan Agung Semarang berdasarkan umur berkisar antara 26 - 35 sebanyak 37
responden (62.7%), sebagian besar berjenis kelamin perempuan (72.9%) dengan
tingkat pendidikan terbanyak adalah D3 (78.0%) dan dengan lama kerja < 5 tahun
sebanyak 35 (59.3%). Pengetahuan perawat dalam aspek psikososial : kecemasan,
responden terbanyak menjawab gelisah dan takut adalah tanda dan gejala dari
kecemasan sejumlah 59 perawat (100.0%). Pengetahuan perawat dalam aspek
psikososial : ketidakberdayaan, responden terbanyak menjawab mendiskusikan
pasien tentang pilihan yang realistis dalam perawatan adalah tindakan keperawatan
ketidakberdayaan sebanyak 55 perawat menjawab benar (93.2%). Pengetahuan
perawat dalam aspek psikososial : keputusasaan, responden terbanyak menjawab
membantu pasien mengidentifikasi sumber-sumber harapan misalnya hubungan antar
sesama, keyakinan dan hal-hal yang ingin dicapai adalah tindakan keperawatan
keputusasaan sebanyak 59 perawat menjawab benar (100.0%). Tingkat pengetahuan
perawat dalam aspek psikososial di ruang rawat inap penyakit dalam RSI Sultan
Agung Semarang rata-rata mempunyai pengetahuan kurang baik sejumlah 30
responden (50.8%).

Saran penelitian ini :


1. Bagi Perawat
Perawat hendaknya meningkatkan pengetahuan dalam aspek psikososial seperti
halnya pada aspek psikososial : kecemasan, ketidakberdayaan dan kecemasan,
perawat harus lebih memahami pengertian dari aspek-aspek tersebut. Berbekal
dari pengetahuan tersebut diharapkan perawat mampu memberikan keperawatan
yang terbaik bagi pasien disertai dengan upaya-upaya meminimalkan masalah
psikososial yang dialami pasien.
12

2. Bagi Rumah Sakit


Diharapkan instalasi rumah sakit untuk lebih meningkatkan pengetahuan perawat
dengan mengikutsertakan perawat dalam program pendidikan, pelatihan, seminar
dan workshop.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan tentang pengetahuan perawat dalam
aspek psikososial. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengembangkan
penelitian ini hendaknya menghubungkan faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan dengan masalah-masalah psikososial.

KEPUSTAKAAN
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.

Ardi, Muhammad. 2011. Analisis Hubungan Ketidakmampuan Fisik dan Kognitif


Dengan Keputusasaan Pada Pasien Stroke di Makassar

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2013.


Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta.

Budiman, & Riyanto, A. 2014. Kapita Selekta Kuesioner : Pengetahuan dan Sikap
dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Chaplin, J. 2011. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Dermawan, D. 2013. Pengantar Keperawatan Profesional. Yogyakarta: Gosyen


Publishing.
Hastono, S. 2007. Analisa Data Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia.

Hidayat, A. A. 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.


Jakarta: Salemba Medika.

Issacs, Ann. 2005. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta :
EGC.

Kartono, R. (n.d.). Ketidakberdayaan (Powerlessness) Orang Dengan HIV/AIDS


(ODHA) di Kota Malang. 295-313.

Mubarak, W. d. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung Seto.

Notoatmodjo. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT RINEKA


JAYA.
13

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction.

Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:


Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik.
Edisi 4. Jakarta : EGC.

Purwati, S. (2013). Analisis Praktik Klinik Asuhan Keperawatan Masalah Kesehatan


Masyarakat Perkotaan : Ketidakberdayaan Pada Klien Dengan Gangguan
Penggunaan OPIAT di RSKO Jakarta. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.

Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI. (n.d.). Dukungan Psikososial Bencana-Fastering


Community Resilience. Depok: Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI.

Puspita, Martsella Dwi Indah. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat


Dengan Perilaku Perawat Dalam Meminimalkan Kecemasan Akibat
Hospitalisasi Pada Anak Prasekolah Di RSUD Dr.Moewardi.

Riyadi, S., & Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Riyani, F. 2013. Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat


Perkotaan Pada Pasien Penyakit Jantung Kongestif yang Mengalami Ansietas
di Ruang Rawat Gayatri Rumah Sakit Mardzoeki Mahdi Bogor.

Safitri, D. 2013. Hubungan Antara Tingkat Depresi Dengan Kualitas Hidup Pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Rumah Sakit Islam Surakarta.
Sugiyono. 2004. Statistika untuk Penelitian, Cetakan Keenam. Bandung: Alfabeta.

Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Jakarta: EGC.

Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suliha, U. 2002. Pendekatan Kesehatan Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.

Taluta, Y. P., Mulyadi, & Hamel, R. S. 2014. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan
Mekanisme Koping Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di Poliklinik
Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Derah Tobelo Kabupaten Halmahera
Utara. ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2. Nomer 1.
Timun, F. M. (2015). Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Asuhan
Keperawatan Psikososial dan Pelaksanaan Intervensi Pemenuhan Kebutuhan
14

Psikologis dan Sosial Pada Penderita Hipertensi di Ruang Perawatan Rumah


Sakit Santa Anna Kendari. Makassar
Undang-Undang Republik Indonesia No.3 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa
disertai penjelasannya. (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 185. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5571).
Viedebeck, S. L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Wawan, A. D. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku


Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Widakdo, G., & Besral. 2013. Efek Penyakit Kronis Terhadap Gangguan Mental
Emosional. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.7, No. 7, 309-315.
Wiratama, A. P. 2014. Kemampuan Perawat Dalam Menangani Pasien Dengan
Gangguan Jiwa Di Puskesmas Se-Kota Semarang.
Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai