M
DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
DENGAN METODE TERAPI PUZZLE EKSPRESI
DI RUANG MERPATI RSJ dr.RADJIMAN
WEDIODININGRAT LAWANG
KABUPATEN MALANG
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga dapat menyelesaikan laporan ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Tn. M dengan gangguan sensori persepsi : halusinasi di
ruang Merpati RSJ dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang”.
Terselesaikannya laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak baik materi, moral, maupun spiritual. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Moh. Supriyadi., S.Kep., Ns selaku kepala ruangan Merpati
2. Ibu Eky Madyaning N S.Kep., Ns.,M.Kep selaku pembimbing akademik
STIKES dr. Soebandi jember
3. Bapak perawat diruang Merpati
Penyusun
DAFTAR ISI
Resume Jurnal
1. Nama Peneliti
Ulin Nuri Mauludiyah
2. Tujuan Penelitian
Untuk meningkatkan interaksi sosial yang di miliki oleh salah satu pasien
gangguan mental organik
3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif dengan pendekatan
stud kasus tunggal.
4. Tempat Penelitian
Tempat : RSJ Menur Surabaya
5. Populasi dan Sample
Berusia 18 tahun jenis kelamin perempuan yang mengalami gangguan
mental organic sejak tahun 2009.
6. Intevensi
Untuk intervensinya yaitu menggunakan terapi puzzle ekspresi yang
dimulai dengan Memberikan pemahaman dengan menempelkan ekspresi
yang sesuai dengan permintaan peneliti
7. Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa puzzle ekspresi ini efektif
untuk membantu subyek mengenali berbagai ekspresi ketika melakukan
interaksi social, kemampuan interaksi social yang di miliki subyek juga
akan menjadi lebih baik
8. Saran Penelitian
Terapi puzzle ekspresi ini efektif digunakan untuk pasien yang mengalami
gangguan mental organik tetapi tidak di sarankan pada pasien yang
mengalami riwayat akibat alkohol dan psikoaktif lainnya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan mental organik merupakan gangguan jiwa yang psikotik
atau nonpsikotik, disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak
(Maramis, 2009). Dijelaskan lebih lanjut oleh Maramis (2009), gangguan
fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang
terutama mengenai otak (seperti, gangguan pembuluh darah otak, tumor
otak, meningo ensefalitis, dll) atau di luar otak atau tengkorak (seperti,
tifus, intoxikasi, payah jantung, endomtritis, toxemia kehamilan, dsb).
Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan
penyakit fisik, gangguan mental lainnya YDK akibat kerusakan dan
disfungsi otak dan penyakit fisik (F06.8).
Halusinasi merupakan penginderaan tanpa rangsangan eksternal
yang berhubungan dengan salah satu jenis indera tertentu yang khas
(Kaplan & Saddock dalam Dermawan & Rusdi, 2013). Menurut Videbeck
dalam Yosep Iyus (2011) tanda pasienmengalami halusinasi pendengaran
yaitu pasien tampak berbicara ataupun tertawa sendiri, pasien marah-
marah sendiri, menutup telinga karena pasien menganggap ada yang
berbicara dengannya. Halusinasi terjadi karena adanya reaksi emosi
berlebihan atau kurang, dan perilaku aneh Damaiyanti (2012). Bahaya
secara umum yang dapat terjadi pada pasien dengan halusinasi adalah
gangguan psikotik berat dimana pasien tidak sadar lagi akan dirinya,
terjadi disorientasi waktu, dan ruang ( Iyus Yosep, 2011).
Berdasarkan data WHO (World Healt Organization),
memperkirakan 450 juta orang mengalami gangguan mental, sekitar 10%
orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk
diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu dimasa
hidupnya (Putri, Komala< Keliat & Wardani, 2018).
Menurut Riskesdas (2013) penduduk Indonesia mengalami
skizofrenia sebanyak 0,17% atau sebanyak 400 ribu jiwa. Berdasarkan
data dari Dinas Sosial Jawa Timur, penderita gangguan jiwa di Jatim pada
tahun 2016 mencapai 2369 orang. Jumlah itu naik sebesar 750 orang
dibandingkan tahun 2015 lalu yang hanya 1619 penderita. Hasil Riskesdas
Jatim 2018 terdapat prevalensi sebesar 4,53 untuk umur ≥ 15 tahun,
sedangkan gangguan mental emosiaonal untuk umur ≥ 15
tahunmengalami penurunan yang signifikan dari tahun 2013 sebanyak
7,5, prevalensi turun menjadi 6,82 pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018).
Dari beberapa jenis terapi yang biasa dilakukan ataupun diberikan
oleh perawat ada 2 macam terapi yaitu, pemeberian terapi farmakologi dan
nonfarmakalogi. Salah satu pemberian terapi farmakologi yaitu dengan
pemberian obat Clozapine untuk mengatasi skizofrenia. Namun, sekitar 40
– 60 % pasien tidak memiliki respon yang memadai, (Dellazizzo et al.,
2018). Sedangkan pemberian terapi nonfamakologi salah satu diantaranya
adalah terapi aktivitas. Seperti mencuci piring, menjemur pakaian,
mencuci pakaian, mandi dan berolahraga. Sementara ada beberapa jenis
terapi komplementer yang dapat diberikan sebagai pengganti terapi
aktivitas yang umum dilakukan yaitu, dengan pemberian murotal terapi
dengan cara mendengarkan ayat suci Al-Qur’an Surah Ar-Rahman ayat 1
sampai dengan ayat 78, (Wuryaningsih, Anwar, Wijaya, & Kurniyawan,
2015).
Terapi Puzzle ekspresi ini dapat memberikan stimulasi baik
terhadap otak, adapun mekanisme bermain dalam tubuh manusia dimulai
dari suatu permainan sampai pada otak melalui indera penglihatan yaitu
mata. Di mata suatu permainan berinteraksi pada suatu tingkat organic
dengan berbagai macam struktur syaraf, setelah melalui syaraf penerima
kemudian akan memasuki otak. Syaraf otak kemudian memilah- milah
sesuai dengan impuls yang di kenalnya ( (Ramadhani, 2016)
2.1.10 Penatalaksanaan
Menurut Maramis dalam Prabowo (2014), pengobatan harus secepat
mungkin harus diberikan, disini peran keluarga sangat penting karena
setelah mendapatkan perawatan di RSJ pasien dinyatakan boleh pulang
sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal
merawat pasien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan
sebagai pengawas minum obat.
a. Farmakoterapi
Neuroleptika dengan dosis efektif bermandaat pada penderita
skizofrenia yang menahun, hasilnya lebih banyak jika muali diberi
dalam dua tahun penyakit.
Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada
penderita dengan psikomotorik yang meningkat.
DOSIS
KELAS KIMIA NAMA GENERIK (DAGANG)
HARIAN
Fenotiazin Asetofenazin (Tidal) 60-120 mg
Klopromazin (Thorazine) 30-800 mg
Flufenazine (Prolixine, Permiti) 1-40 mg
Mesoridazin (Serentil) 30-400 mg
Perfenazin (Trilaton) 12-64 mg
Proklorperazin (Compazine) 15-150 mg
Promazin (Sparine) 40-1200 mg
Tiodazin (Mellaril) 150-800 mg
Trifluoperazin (Stelazine) 2-40 mg
Trifluopromazine (Vesprin) 60-150 mg
Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) 75-600 mg
Tiotiksen (Navane) 8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg
Dibenzondiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg
Dihidroindolon Molindone (Moban) 225-225
Cor Problem
Perubahan persepsi sensori: Halusinasi
TUK 2 : Setelah .......x interaksi, pasien dapat 1. Adakan kontak sering dan singkat secara
Pasien dapat menyebutkan: bertahap
mengenal a. Isi 2. Observasi tingkah laku yang terkait dengan
halusinasinya b. Waktu halusinasi (verbal dan non verbal)
c. Frekuensi 3. Bantu mengenal halusinasinya
d. Situasi dan kondisi yang a. Jika menemukan pasien sedang halusinasi,
menimbulkan halusinasi tanyakan apakah ada suara/bisikan yang
didengar atau melihat bayangan tanpa
wujud atau merasakan sesuatu yang tidak
ada
b. Jika pasien menjawab iya, lanjutkan apa
yang dialaminya
c. Katakan bahwa perawat percaya pasien
mengalami hal tersebut, namun perawat
sendiri tidak mengalaminya (dengan nada
bersahabat, tidak menuduh dan
menghakimi)
d. Katakan bahwa ada pasien lain yang
mengalami seperti pasien
e. Katakan bahwa perawat akan membantu
pasien
4. Jika pasien tidak sedang berhalusinasi,
klarifikasi tentang adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan dengan pasien: isi,
waktu daan frekuensi halusinasi (pagi, siang,
sore, malam atau sering, jarang), situasi dan
kondisi yang dapat memicu muncul atau
tidaknya halusinasi
5. Diskusi tentang apa yang dirasakan saat terjadi
halusinasi
6. Dorong untuk mengungkapkan perasaan saat
terjadi halusinasi
7. Diskusikan tentang dampak yang akan
dialaminya jika pasien menikmati
halusinasinya
TUK 3 : Setelah .....x interaksi pasien 1. Identifikasi bersama tentang cara tindakan
Pasien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya jika terjadi halusinasi
mengontrol dilakukan untuk mengendalikan 2. Diskusikan manfaat cara yang digunakan
halusinasinya halusinasinya pasien
a. Jika cara tersebut adaptif beri pujian
Setelah .....x interaksi pasien mampu b. Jika ma adaptif diskusikan dengan pasien
menyebutkan cara baru mengontrol kerugian cara tersebut
halusinasinya 3. Diskusikan cara baru untuk
memutus/mengontrol halusinasi paisen
Setelah .....x interaksi, pasien dapat a. Menghardik halusinasi: katakan pada diri
memilih dan mendemonstrasikan cara sendiri bahwa ini tidak nyata (saya tidak
mengatasi halusinasi mau mendengar/ ... pada saat halusinasi
terjadi)
Setelah .....x interaksi pasien b. Menemui orang lain untuk bercakap-cakap
melaksanakan cara yang dipilih untuk jika halusinasi datang
mengendalikan halusinasinya c. Membuat dan melaksanakan jadual
kegiatan sehari-hari yang telah disusun
Setelah .....x interaksi pasien mengikuti d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang
terapi aktivitas kelompok penggunaan obat untuk mengendalikan
halusinasinya
4. Bantu paisen memilih cara yang sudah
dianjurkan dan latih untuk mencobanya
5. Pantau pelaksanaan tindakan yang telah
dipilih dan dilatih, jika berhasil beri pujian
6. Libatkan pasien dalam TAK : stimulasi
persepsi
TUK 4 : Setelah ......x pertemuan keluarga 1. Buat kontrak pertemuan dengan keluarga
Pasien dapat menyatakan setuju untuk mengikuti (waktu, tempat, topik)
dukungan dari pertemuan dengan perawat 2. Diskusikan dengan keluarga:
keluarga dalam a. Pengertian halusinasi
mengontrol Setelah ......x interaksi keluarga b. Tanda dan gejala
halusinasinya menyebutkan pengertian, tanda dan c. Proses terjadinya
gejala, proses terjadinya dan tindakan d. Cara yang bisa dilakukan oleh pasien dan
untuk mengendalikan halusinasinya keluarga untuk memutus halusinasi
e. Obat-obat halusinasi
f. Cara merawat pasien halusinasi dirumah
g. Beri informasi waktu follow up atau kapan
perlu mendapat bantuan
3. Beri reinforcement positif atas keterlibatan
keluarga
TUK 5 : Setelah .....x interaksi, pasien 1. Diskusikan tentang manfaat dan kerugian
Pasien dapat menyebutkan: tidak minum obat, dosis, nama, frekuensi, efek
menggunakan obat 1. Manfaat minum obat dan efek samping minum obat
dengan benar 2. Kerugian tidak minum obat 2. Pantau saat pasien minum obat
3. Nama, warna, dosis, efek terapi, 3. Anjurkan pasien minta sendiri obatnya pada
efek samping perawat
4. Beri reinforcement jika pasien menggunakan
Setelah .....x interaksi pasien obat dengan benar
mendemonstrasikan penggunaan obat 5. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa
dengan benar konsultasi dengan dokter
6. Anjurkan pasien berkonsultasi dengan
Setelah .....x interaksi pasien dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak
menyebutkan akibat berhenti minum diinginkan.
obat tanpa konsultasi dengan dokter
2.2.4 Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi keperawatan merupakan tindakan
dari rencana keperawatan yang disusun sebelumnya berdasarkan prioritas
yang telah dibuat dimana tindakan yang bdiberikan mencakup tindakan
mandiri dan kolaboratif. Pada situasi nyata sering implementasi jauh
berbeda dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa
menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan-tindakan
keperawatan yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang
dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat
membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal dan juga tidak
memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana
perawatan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai kondisi saat ini.
Setelah semua tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh
dilaksanakan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka
kontrak dengan klie dilaksanakan. Dokumentasikan semua tindakah yang
telah dilaksanakan beserta respon klien.
2.2.5 Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan. Tujuan
evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam keperawatan tercapai
atau tidak untuk melakukan pengkajian ulang untuk menilai apakah tujuan
tercapai sebagian, seluruhnya atau tidak tercapai dapat dibuktikan dari
perilaku pasien dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Dalam hal ini juga sebagai langka koreksi terhadap rencana
keperawatan semula. Untuk mencapai rencana keperawatan berikutnya
yang lebih relevan.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
PERTEMUAN 1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
a) Pasien tampak bicara dan tertawa sendiri
b) Pasien mondar mandir
c) Pasien merasa mendengarkam suara laki-laki yang menyuruh
memukul.
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
3. Tujuan khusus
a) Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b) Pasien dapat mengenal halusinasi yang di alaminya.
4. Tindakan keperawatan
a) Membina hubungan saling percaya
b) Membantu pasien menyadari gangguan sensori persepsi halusinasi
c) Melatih pasien cara mengontrol halusinasi dengan menghardik.
c) Kontrak
1) Topik
Baiklah mas sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan latihan cara
yang muncul yaitu melakukan aktivitas fisik yaitu membersih kamar
tujuannya kalau mas sibuk maka kesempatan muncul suara-suara
akan berkurang. Apakah bersedia?
2) Tempat
“ Bagaimana kalo kita bercakap-cakap di taman saja, biar lebih santai
“.
3) Waktu
“Berapa lama kita akan bercakap-cakap ? bagaimana kalau 15 menit”
2. Kerja
Baiklah mari kita merapikan tempat tidur. Tujuannya agar mas dapat
mengalihkan suara yang didengar. Dimana kamar tidur mas? nah kalau kita
akan merapikan tempat tidur, kita pindahkan dulu bantal, guling dan
selimutnya. Bagus sekali sekarang kita pasang sepraynya lagi, kita mulai dari
arah atas.. ya sekarang bagian kaki, tarik dan masukkan, lalu bagian pinggir
dimasukkan. Sekarang ambil bantal dan letakkan dibagian atas kepala
selanjutnya kita lipat dan rapikan selimutnya dan letakkan dibawah kaki.
Bagus sekali mas. Mas dapat melakukannya dengan baik dan rapi.
3. Terminasi
a) Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan mas setelah kita membereskan tempat tidur apakah
selama kegiatan berlangsung, apakah suara-suara itu datang? O bagus
sekali mas jadi selama latihan suara-suara itu tidak ada ya mas.
b) Evaluasi Obyektif
Nah sekarang coba ulangi langkah-langkah yang tadi telah kita lakukan!
c) Kontrak
“Bagaimana kalau kapan-kapan kita bercakap-cakap lagi dengan topik
yang lain?”
d) Rencana Tindak Lanjut
“Jangan lupa untuk melakukan aktivitas yang mas sukai ya, agar mas bisa
segera sembuh dari halusinasi mas ya!”. Oh ya jika ada yang belum jelas
Mas bisa tanyakan kembali pada perawat ya!.” (Wijayaningsih, 2015).
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Umur : 35 Tahun
Alamat : Kedokturen- Malang
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Jenis Kelamin : Laki-laki
No CM : 134104
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: pasien
: meninggal
: menikah
Jelaskan :
Pasien mengatakan sejak kecil di asuh oleh kedua orang tuanya, pasien
tinggal serumah dengan kedua orang tuanya karena pasien belum menikah.
Sifat orang tuanya baik dan sabar. Pola komunikasi baik dalam keluarga,
pasien berinteraksi dengan keluarganya. Biasanya yang mengambil
keputusan jika ada masalah yaitu kakaknya.
Diagnosa Keperawatan : -
2. Konsep diri
a. Citra tubuh :
Pasien mengatakan tidak menyukai anggota tubuh bagian tangan karena
merasa tangannta tidak berfungsi dengan baik.Pada saat makan sedikit
kesulitan.
b. Identitas :
Pasien mengatakan mengenal dan mengetahui namanya dan alamat
rumahnya serta pendidikannya.
DS : saya laki-laki, nama saya Tn. M, rumah saya di kedokturen-
Malang, pendidikan terakhir SD
c. Peran :
Pasien mengatakan sebagai anak bungsu di keluarganya, dirumah pasien
suka membantu ibunya dan menuruti perintah orangtuanya, tetapi pada
saat di RSJ pasien lebih suka diam
d. Ideal diri :
Pasien mengatakan ingin cepat pulang, pasien lebih suka dirumah dari
pada di RSJ.
e. Harga diri:
Pasien mengatakan malu karena cara berbicaranya tidak lancer seperti
yang lain, pasien malu berinteraksi dengan yang lain, pasien lebih suka
diam
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Pasien mengatakan orang terdekatnya adalah ibunya, pasien lebih suka
bercerita dan di manja oleh ibunya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan social
Pasien mengatakan kalau dirumah sering berdiam diri dalam rumah,
tetapi jika ada pengajian pasien menghadirinya
c. Hambatan hubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan jarang bermunikasi dengan pasien lain. Pasien malu
dengan orang lain karena bicaranya gagap
Diagnosa keperawatan : Isolasi Sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan beragama islam, tetapi jika pasien sakit tidak sholat
5 waktu
b. Kegiatan ibadah
Pasien k beribadah ketika di RSJ, tetapi jika sholat subuh pasien jarang
sholat
Diagnosa keperawatan : Hambatan pemenuhan spiritual
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum :
Keadaan umum baik
2. Kesadaran
GCS : 4 5 6
Composmentis
Keterangan : 4 = Respon mata terbuka spontan tanpa perintah/sentuhan
5 = Respon verbal mampu menjawab pertanyaan yang diberikan
6 = Respon motorik dapat melakukan gerakan sesuai perintah
3. Tanda vital
TD : 143/102 mmHg
N : 98x/menit
S : 36.7 C
RR : 22x/menit
4. Ukur
BB : 57 kg
TB : 152 cm
5. Keluhan fisik
Jelaskan :
Pasien mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan
Diagnosa Keperawatan : -
3. Terapi Medis
a. Haloperidol 1,5 mg
b. Klobazam 10 mg
c. Phenytoin 100 mg
DO :
a. Pasien menyendiri
b. Kontak mata kurang
DO :
a. Pasien berbicara dengan frekuendi
jarang,volume pelan,pembicaraan
sedikit.pandangan pasien kosong
6 DS : RPK
a. Pasien mengatakan pernah dimarahi
oleh kakak iparnya akhirnya pasien
marah dan sempat mau memukul
ibunya
DO :
a. Pasien tampak bingung,tatapan tajam
7 DS : Pasien mengatakan malu kepada Harga diri rendah
teman dan perawat karena bicaranya situasional
tidak lancer.pasien malu berinteraksi
DO :
a. Pasien menyendiri menunduk,kontak
mata tidak focus
halusinasi
Isolasi sosial
..........................................
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No CM : 134104 Unit :
Tgl Dx Perencanaan
Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
20 Gangguan Tum : Setelah 1x interaksi klien 1. Bina hubungan saling percaya dengan : Bina hubungan saling
janu persepsi sensori Klien dapat menunjukkan tanda-tanda - Memberi salam pada setiap kali percaya mempermudah
ari : Halusinasi mengontrol percaya pada perawat : berinteraksi dalam melakukan asuhan
2020 halusinasinya yang 1. Ekspresi wajah - Tanya dan panggil nama kesukaan keperawatan.
dialaminya. bersahabat pasien
2. Menunjukkan rasa - Tunjukkan sikap simpati, jujur dan
Tuk 1 : senang menepati janji setiap kali berinteraksi
Klien dapat 3. Kontak mata baik - Tanyakan perasaan pasien dan
membina hubungan 4. Mau berjabat tangan masalah yang sedang di hadapi klien
saling percaya. 5. Bersedia menceritakan - Penuhi kebutuhan dasar klien
perasaan dan
mengungkapkan
masalahnya.
Tuk 2 : Setelah 1x interaksi klien dapat 2. Diskusikan dengan klien. Untuk menentukan jenis
Klien dapat menyebutkan - Halusinasi apa yang klien rasakan, halusinasi yang dialami
mengendalikan 1. Isi pendengaran, penglihatan, perabaan, pasien.
halusinasinya. 2. Frekuensi pengecapan, atau penciuman
3. Waktu - Kapan waktu munculnya halusinasi
4. Situasi/keadaan yang - Seberapa sering halusinasi yang
menimbulkan datang kepadanya
halusinasinya - Dalam situasi seperti apa
5. Perasaan saat halusinasi halusinasinya datang
mengganggu. - Bagaimana perasaan
A:
1. Klien mampu mengendalikan
halusinasinya dengan melakukan
kegiatan.
2. Klien mampu memasukkan
jadwal kegiatan
3. SP 1,2,3 tercapai
SP 4 :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian P : lanjut SP 4
klien. - Evaluasi klien cara mengontrol
2. Memberikan pendidikan kesehatan halusinasi dengan melakukan
tentang penggunaan obat teratur aktivitas.
3. Mengajarkan klien memasukkan dala
jadwal harian.
S : klien mengatakan sudah minum obat
yang diberikan perawat secara teratur dan
mengerti fungsi obat yang di berikan.
O : klien tenang
- Klien terlihat meminum obat
sebelum makan
A : SP 1,2,3 tercapai
P : mengulang SP 1-4
Ajarkan klien untuk memperagakan cara
mengontrol halusinasinya dengan minum
obat.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Pertemuan ke 1
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien mengatakan sering dibisikin sama kakeknya menyuruh untuk
mengambil kunci di bawah gunung semeru untuk membuka surga
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus ( TUK )
1) Membina hubungan saling percaya
2) Pasien mampu mengontrol halusinasinya
4. Tindakan Keperawatan
1) Melatih pasien mengenali halusinasinya
Pertemuan ke 2
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien mengatakan sering dibisikin sama kakeknya menyuruh untuk
mengambil kunci di bawah gunung semeru untuk membuka surga
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus ( TUK )
3) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
4. Tindakan Keperawatan
2) Membantu pasien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
b FASE KERJA
Pak, hari ini kita belajar cara menghardik suara-suara yang sering bapak
alami, apakah bapak mau dan sudah siap pak ? baiklah kalau sudah siap
akan saya contohkan terlebih dahulu ya, nanti bapak ikuti dan peragakan
seperti cara yang sudah saya ajarkan ya pak ! “(perawat tutup telinga) pergi-
pergi saya tidak mau dengar,jangan ganggu aku, stop, pergi saya tidak mau
diganggu lagi !” bagaimana pak, apakah bapak bisa menggunakan cara yang
seperti saya ajarkan barusan ? kalau begitu coba sekarang bapak peragakan
cara yang barusan kita pelajari pak, “nah bagus” coba sekali lagi pak, “nah
bagus, nanti kalau bapak mulai mendengar suara-suara yang tidak ada
wujudnya bapak gunakan cara ini ya !”
c FASE TERMINASI
4. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif ( klien )
Bagaimana perasaan bapak setelah kita mempelajari cara mengontrol
dan mengusir suara-suara yang sering mengganggu bapak dengan cara
menghardik dari tadi ?
Evaluasi Obyektif ( Perawat )
“Setelah kita dari awal mengobrol tadi, bapak sudah bisa ya pak
mengontrol dan mengusir suara-suara yang mengganggu bapak dengan
cara menghardik”
5. Rencana Tindakan Lanjut
“Nah, bagaimana kalau besok kita mengobrol lagi tentang cara minum
obat yang baik dan benar ya pak, dan manfaat minum obat serta
kerugian tidak minum obat”
6. Kontrak Yang Akan Datang
Topik : Pak, besok kita bertemu lagi dan mengobrol mengenai cara
minum obat yang baik dan benar dan manfaat minum obat
serta kerugian tidak minum obat
Waktu : Waktunya menyesuaikan ya pak besok akan saya panggil
bapak lagi
Tempat : Untuk tempatnya bisa disini lagi atau bisa kita tentukan
besok ya pak
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
O:
- kontak mata pasien keperawat
kurang
- pasien bisa memperagakan cara
menghardik halusinasinya
A:
- pasien mampu mengontrol
halusinasinya dengan cara
menghardik
P:
- Lanjutkan intervensi (Sp 2)
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Pertemuan ke 3
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien mengatakan sering dibisikin sama kakeknya menyuruh untuk
mengambil kunci di bawah gunung semeru untuk membuka surga
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Khusus ( TUK )
1) Klien mengerti pentingnya penggunaan obat
2) Klien mengerti akibat bila obat tidak digunakan sesuai program atau
bila putus obat
3) Menjelaskan cara mendapatkan atau berobat
4) Menjelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar
4. Tindakan Keperawatan
1) Mengevaluasi SP 1
2) Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan 6 benar
3) Menjelaskan manfaat atau keuntungan minum obat dan kerugian
tidak minum obat
O:
- Kontak mata mudah teralihkan
- Pasien terlihat lemas tidak
bersemangat
A:
- pasien mampu menyebutkan
obat yang diminum
- pasien mengetahui jadwal
minum obat
P:
Lanjutkan SP 4 (mengontrol
halusinasi dengan beraktivitas)
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Pertemuan ke 4
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien mengatakan sering dibisikin sama kakeknya menyuruh untuk
mengambil kunci di bawah gunung semeru untuk membuka surga
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus ( TUK )
1) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
4. Tindakan Keperawatan
1) Membantu pasien mengontrol halusinasinya dengan bercakap-cakap.
Pertemuan ke 5
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien mengatakan sering dibisikin sama kakeknya menyuruh untuk
mengambil kunci di bawah gunung semeru untuk membuka surga
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus ( TUK )
1) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan beraktivitas.
4. Tindakan Keperawatan
1) Membantu pasien mengontrol halusinasinya dengan beraktivitas
b FASE KERJA
Baiklah kita senam, tujuannya semakin banyak kegiatan yang bapak lakukan
maka kesempatan muncul suara-suara ejekan itu akan berkurang, dan badan
menjadi sehat dan aliran darah menjadi lancar serta pikiran menjadi jernih.
Nah sekarang ikuti instruktur mbak perawat yang ada didepan ya. Lakukan
senam dengan senyuman dan semangat. Begini pak kita pemanasan dulu lalu
gerakan inti jika music sudah menyala, kanan kirikakinya digerakkan dan
tangannya diangkat ya pak, oke pak bagus sekali
c FASE TERMINASI
13. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif ( klien )
Bagaimana perasaan bapak setelah kita mempelajari cara untuk
mengontrol suara-suara yang sering bapak dengar dengan kegiatan
senam? Apakah selama kegiatan senam berlangsung masih ada suara-
suara tersebut? Oh bagus jadi selama senam suara tersebut tidak ada ya
pak. Jadi bapak bisa melakukan kegiatan itu untuk menghilangkan
suara-suara ejekan tersebut ya pak.
Evaluasi Obyektif ( Perawat )
“bapak sudah mampu mrlakukan aktifitas dengan benar dan sesuai” !
14. Rencana Tindakan Lanjut
“Nah, bagaimana kalau besok kita mendengarkan murotal alquran agar
pikiran bapak rileks dan tenang sehingga suara-suara ejekan tadi bisa
benar-benar hilang”?
15. Kontrak Yang Akan Datang
Topik : Pak, besok kita bertemu lagi dan mendengarkan murotal
alquran agar pikiran bapak rileks dan tenang sehingga suara-
suara ejekan tadi bisa benar-benar hilang?
Waktu : Waktunya menyesuaikan ya pak besok akan saya panggil
bapak lagi
Tempat : Untuk tempatnya bisa disini lagi atau bisa kita tentukan
besok ya pak
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No Nama Judul peneliti Tujuan Metode penelitian Tempat dan waktu Populasi dan sampel
peneliti peneliti penelitian
1. Ulin Nuri Puzzle Ekspresi Puzzle Penelitian ini Penelitian dilakukan di Penelitian ini
Mauludiy Sebagai Media Ekspresi menggunakan metode RSJ Menur Surabaya menggunakan desain
ah, IGAA Untuk bertujuan kualitatif dengan waktu penelitian selama 4 kualitatif dimana
Noviekay Meningkatkan untuk pendekatan studi minggu, 3 minggu untuk populasidan sampel
ati Kemampuan meningkatka kasus tunggal proses assesmen dan 1 adalah pasien di RSJ
(2019) Interaksi Sosial n minggu untuk proses Menur Surabaya
Pada Pasien kemampuan terapi puzzle ekspresi. subyek yang
Gangguan interaksi terdiagnosa
Mental Organik sosial yang mengalami
dimiliki oleh gangguan mental
salah satu akibat kerusakan dan
pasien disfungsi otak dan
Gangguan penyakit lain YDT
Mental (F06.8).
Organik, di
RSJ Menur
Surabaya.
2. Dwi Pengaruh Tujuan Jenis penelitian pre Penelitian dilaksanakan di Populasinya siswa
wulandar permainan penelitian ini design eksperimen SDLB kota Bengkulu dan kelas 3 dan 4 SDLB
i (2018) puzzle terhadap untuk dengan rancangan one waktunya obseervasi kota Bengkulu,
kemamouan mengetahui group pretest-postest dilakukan selama 6 hari. menggunakan
beradaptasi pengaruh purposive sampling,
sosial siswa terapi puzzle sampel yang
retardasi mental terhadap digunakan berjumlah
adaptasi 12 orang wanita.
sosial pada
siswa
retardasi
mental pada
wanita darma
SDLB dikota
Bengkulu
IMPLIKASI KEPERAWATAN
1.1 KESIMPULAN
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan sensori perepsi. Dimana
pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghiduan tanpa stimulus yang nyata. Hal ini dialami oleh seseorang yang
mengalami gangguan kejiwaan. Untuk itu dalam melakukan asuhan keperawatan
hendaknya peneliti mampu melakukan komunikasi baik verbal maupun non
verbal secara efektif, komunikatif dan terapeutik. Sehingga dapat terjalin
hubungan saling percaya antara perawatn dengan pasien. Terbangun thrust yang
baik yang dapat digunakan untuk memberikan intervensi dan melaksanakan
implementasi pada pasien dengan gangguan jiiwa khususnya pasien dengan
halusinasi.
1.2 SARAN
Adapun saran yang dapat penulis berikan yaitu sebagai berikut :
a. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan
halusinasi, sebagai tenaga kesehatan kita dituntut untuk tidak
mengesampingkan support system atau dukungan keluarga sebagai sistem
pendukung yang mengerti keadaan dan permasalahan pasien
b. Tenaga kesehatan melakukan pendekatan secara bertahap dan terus menerus
sehingga terbangun thrust yang baik dari pasien kepada tenaga kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat Budi Ana. 2009. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC
Keliat Budi Ana. 2009. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial : Menarik Diri.
Jakarta : FIK UI
Keliat Budi Ana. 2009. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC
Aziz R, dkk, 2013. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr.
Amino Gonohutomo.
Munandar, Arif. 2019. Terapi Psikoreligius Dzikir Menggunakan Jari Tangan Kanan
Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah
Istimewa Yogyakarta. Mahasiswa Magister Keperawatan Peminatan Jiwa
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Bahagia Sedih
3. Minta pasien memberitahu perawat jika halusinasi
muncul, dengan segera.
4. Dekatkan puzzle ekspresi dan perlengkapan dengan
pasien.
5. Pastikan puzzle ekspresi dan perlengkapan dalam
kondisi baik.
6. Dukung dengan handphone jika diperlukan.
7. Berikan puzzle ekspresi dan mulai di lakukan
8. Berikan puzzle ekspresi selama 20-35 menit atau
selama pasien masih mendengar suara- suara.
9. Menetapkan perubahan pada perilaku atau fisiologi
yang diinginkan seperti relaksasi, stimulasi,
konsentrasi, dan hilangnya halusinasi.
10. Lakukan intervensi selama 2 kali selama satu hari,
pada pagi hari setelah TTV dan sore hari setelah
makan sore.
11. Intervensi dilakukan selama 4 kali dalam waktu 1
minggu.
C. Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan paasien)
2. Beri umpan balik positif ( reward )
3. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik
4. Memberikan pertanyaan terbuka yang telah
disediakan oleh peneliti.
5. Mengevaluasi respon pasien secara sekunder.
HASIL Mendokumentasikan tindakan dan hasil terapi puzzle
ekspresi
EVALUASI 1.Pasien mampu memahami terapi yang diberikan
2. Pasien mampu mengidentifikasi ekspresi manusia dan
penggunaannya
3. Membantu pasien memahami berbagai macam ekspresi
yang terdapat dalam gambar
4. Mengukur pemahaman pasien tentang konsep ekspresi
yang telah di lakukan pada sesi sebelumnya
5. Mengukur pemahaman pasien tentang ekspresi saat
berinteraksi sosial dengan lebih baik
HAL-HAL YANG 1. Pastikan pasien tidak merasa terganggu ketika terapi
PERLU berlangsung.
DIPERHATIKAN 2. Pastikan pasien tidak terdapat riwayat perilaku
kekerasan
3. Gunakan pasien dengan diagnosa yang sama.