Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

I DENGAN GANGGUAN SKIZOFRENIA


PARANOID : HALUSINASI PENDENGARAN DI RS JIWA PROF. DR. M. ILDERM

“Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas Praktik Profesi Keperawatan Jiwa
dengan dosen Ibu Kristina Silalahi, S. Kep., Ns., M. Kep.”

Disusun oleh :
Meilis Karina Anugrah Bako
223302070027

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
MEDAN
2023

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. I Dengan Gangguan
Skizofrenia Paranoid : Halusinasi Pendengaran di RS Jiwa Prof. DR. M. Ilderm ” sebagai
syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik Profesi Keperawatan Jiwa.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, terutama
kepada Ibu Krristina Silalahi, S. Kep., Ns., M. Kep selaku dosen pembimbing Praktik Profesi
Keperawatan Dasar yang telah mendukung dan membantu proses penyusunan makalah ini
sehingga bisa selesai tepat pada waktunya.
Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan dapat
menjadi sumber pengetahuan bagi mahasiswa khususnya bagi mahasiswa keperawatan. Saya
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena berbagai keterbatasan
yang kami miliki. Oleh karena itu, berbagai bentuk kritikan dan saran yang membangun
sangat saya harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Medan, 06 Maret 2023

Meilis Karina

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-
negara maju, modern dan industri, yaitu penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa dan
kecelakaan (Hawari, 2014). gangguan jiwa tersebut ketidak mampuan serta invaliditas
tidak baik secara individu maupun kelompok akan menghambat pertumbuhan pada
individu dan lingkungan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien. Salah satu jenis
gangguan jiwa psikososial fungsional yang terbanyak adalah Skizofrenia dengan tanda
dan gejala halusinasi merupakan suatu gangguan psikotik yang dapat di tandai dengan
gangguan utama pikiran, persepsi, emosi dan perilaku (APA, 2015; Davidson, neale &
kring 2015). Jenis halusinasi yang umum terjadi yaitu halusinasi pendengaran dan
halusinasi penglihatan. Halusinasi pendengaran tanpa di jumpai adanya rangsangan dari
luar, walaupun dampak sesuatu yang khayal halusinasi sebenarnya merupakan bagian dari
kehidupan mental penderita yang teresepsi (Yosep, 2016).
Berdasarkan data dari (WHO, 2013) ada sekitar 450 juta orang di dunia yang
mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan hasil penelitian dari (Pardede, & Hasibuan,
2019). Prevalensi masalah kesehatan jiwa di Indonesia di Indonesia, estimasi jumlah
penderita skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000
penduduk Riskesdas 2013, sedangkan Riskesdas 2018 juga menyebutkan sebanyak 84,9%
pengidap skizofrenia/psikosis di Indonesia telah berobat. Data dari 33 Rumah Sakit Jiwa
( RSJ ) yang ada di seluruh Indonesia menyebutkan hingga kini jumlah penderita
gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang. Di Provinsi Sumatera Utara sendiri
penderita skizofrenia menduduki peringkat ke 21 dengan nilai privlalensi 6,3.%, setelah
Provinsi Jawa Timur (Kemengkes, 2019).
Halusinasi pendengaran di pengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor predisposisi dan faktor
presipitasi. Pada faktor predisposisi meliputi, faktor perkembangan, faktor biologi, dan
faktor social budaya. Sedangkan pada 3 faktor presipitasi terjadinya halusinasi
pendengaran meliputi faktor internal maupun eksternal seperti stressor sosial budaya dan
stressor biokimia. Penyebab yang terjadi pada pasien halusinasi pendengaran tersebut
dapat menyebabkan koping individu inefektif seperti ketidak berdayaan, menyangkal
tidak mampu menghadapi kenyataan dan menarik diri dari lingkungan, tidak mampu
menerima realita dengan rasa syukur sehingga hal tersebut dapat menyebabkan harga diri
rendah kronik pada pasien. Jika harga diri rendah kronik pada pasien tidak segera
ditangani, maka pasien tersebut akan mengalami isolasi sosial karena mereka lebih suka
untuk menyendiri dari pada bergabung dengan teman-temannya karena menurut mereka
tidak ada yang bisa membantunya dalam menyelesaikan masalah. pasien merasa bosan
dan lambat menghabiskan waktu, pasien merasa tidak berguna. Isolasi sosial yang dialami
oleh pasien dapat menyebabkan masalah yang lebih serius jika tidak segera diatasi seperti
halusinasi. Halusinasi yang dialami oleh pasien dikarenakan pasien lebih suka menyendiri
dan tidak mau bersosialisasi kepada orang lain sehingga menimbulkan kenyamanan
terhadap kesendiriannya. Kesendiriannya dapat mengakibatkan munculnya perasaan
perasaan seperti melihat seseorang ataupun mendengar seseorang berbicara. Ketika pasien
sudah memasuki pada fase halusinasi dan tidak segera diatasi, masalah yang serius lagi
yang akan di alami oleh pasien yaitu PK atau perilaku kekerasan, sehingga proses
penyembuhan pada pasien akan menjadi lama (Menurut Damaiyanti 2017).
Klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran dapat di lakukan
dengan memberikan asuhan keperawatan dan tindakan terapi. 4 Asuhan keperawatan yang
di lakukan pada pasien halusinasi pendengaran yaitu membina hubungan saling percaya,
membantu pasien mengenal penyebab halusinasi pendengaran, membantu pasien
mengenali ke untungan dari membina hubungan dengan orang lain, membantu pasien
mengenal kerugian dari tidak membina hubungan, membantu pasien untuk berinteraksi
dengan orang lain secara bertahap.
Sedangkan pada terapi, ada beberapa macam terapi yang dapat di lakukan pada pasien
halusinasi pendengaran salah satunya yaitu terapi aktivitas kelompok. Terapi aktivitas
kelompok terdiri dari terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif / persepsi terapi
aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok orientasi realitas, dan
terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Pada penelitian ini penulis melakukan terapi
aktivitas kelompok sosialisasi.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan 7 sesi dengan indikator pada sesi ke-1 pasien
halusinasi pendengaran dapat memperkenalkan dirinya dengan baik, sesi ke-2 pasien
halusinasi pendengaran dapat berkenalan dengan orang lain secara baik, pada sesi-3pasien
halusinasi pendengaran dapat bercakap-cakap dengan orang lain secara baik, sesi ke-4
pada terapi aktivitas kelompok sosialisasi pasien halusinasi pendengaran dapat
bercakapcakap topik tertentu dengan baik, sesi ke-5 pada terapi aktivitas kelompok
sosialisasi pasien halusinasi pendengaran dapat bercakap-cakap masalah pribadi dengan
baik, sesi ke-6 pada terapi aktivitas kelompok sosialisasi pasien halusinasi pendengaran
dapat bekerja sama dengan orang lain secra 5 baik, dan pada sesike-7 pasien halusinasi
pendengaran dapat bersosialisasi dengan baik kepada orang lain.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang maka penulis dapat merumuskan pada makalah “Bagaimana
Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn.I dengan Gangguan Skizofrenia Paranoid : Halusinasi
Pendengaran.”

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan jiwa pada Tn.I dengan gangguan Skizofrenia
Paranoid : Halusinasi Pendengaran di RSJ. Prof. Dr. Muhammad Ildrem.

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Tn. I dengan gangguan Skizofrenia
Paranoid : halusinasi pendengaran.
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan yang ada pada Tn. I dengan
gangguan Skizofrenia Paranoid : halusinasi pendengaran.
3. Mahasiswa mampu melakukan perencanaan keperawatan pada Tn.I dengan gangguan
Skizofrenia Paranoid : halusinasi pendengaran.
4. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan pada Tn.I dengan gangguan
Skizofrenia Paranoid : halusinasi pendengaran.
5. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada Tn.I dengan
gangguan Skizofrenia Paranoid : halusinasi pendengaran.
6. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang diberikan pada
Tn.I dengan gangguan Skizofrenia Paranoid : halusinasi pendengaran.
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Penulis
Manfaat bagi penulis sebagai gambaran penerapan tentang Asuhan Keperawatan Jiwa
pada Tn. I dengan Gangguan Skizofrenia Paranoid : Halusinasi Pendengaran.

1.4.2. Bagi Rumah Sakit


Sebagai bahan masukan yang dapat diperlukan selama pelaksanaan ataupun keperawatan
pada praktik pelayanan keperawatan jiwa dengan diagnosa Skizofrenia Paranoid :
Halusinasi Pendengaran.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Dasar Halusinasi
2.1.1. Defenisi
Halusinasi merupakan hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata.
Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang
berbicara (Kusumawati, 2010) dalam laporan (Ananda, 2019). Halusinasi adalah salah
satu gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan persepsi sensori tentang suatu
objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar
meliputi suara dan semua sistem penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman,
perabaan, atau pengecapan). (Fitria, 2010) Klien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada. Halusinasi adalah persepsi yang timbul tanpa stimulus eksternal serta tanpa
melibatkan sumber dari luar meliputi semua sistem panca indera. (Damaiyanti, 2012).
Halusinasi merupakan salah satu bentuk perilaku yang sering ditemukan pada pasien
dengan gangguan jiwa (Arisandy, 2020).

2.1.2. Jenis Halusinasi


Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) jenis halusinasi antara lain:
1) Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, terutama suara-suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu kadang untuk
membahayakan.
2) Halusinasi penglihatan
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3) Halusinasi penghidu
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan
seperti: darah, urine atau feses. Kadangkadang terhidu bau harum.Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dimensia.
4) Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang
terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang
lain, dan merasa ada serangga dipermukaan Kulit.
5) Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan,
merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses sehingga sering meludah
dan muntah.
2.1.3. Tanda dan Gejala
Tanda gejala bagi klien yang mengalami halusinasi adalah sebagai berikut:
1) Bicara, senyum / tertawa sendiri.
2) Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, menghidu.
3) Merusak diri sendiri / orang lain / lingkungan.
4) Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata.
5) Tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi.
6) Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.
7) Sikap curiga dan bermusuhan. 8) Menarik diri, menghindari dari orang lain.

2.1.4. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang didapat yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Faktor predisposisi dapat meliputi
faktorbiologis, perkembangan, sosiokultural, biokimia, faktor psikologis, faktor
genetik. (Fitria, 2010)
1) Faktor biologis Menurut Stuart 2010, Abnormalitas perkembangan sistem saraf
yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai
dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal
dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan
dan masalahmasalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan dengan
terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan
skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks
bagian depan dan atropi otak kecil(cerebellum). Temuan kelainan anatomi
otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2) Faktor perkembangan Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan
hubungan interpersonal terganggu maka individu akan strees dan mengalami
kecemasan. (Fitria, 2010) Rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga
menyebabkan individu tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang
percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
3) Faktor Sosiokultural Individu yang merasa tidak diterima lingkungan akan
merasa disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada lingkungan.
4) Faktor biokimia Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika
seseorang mengalami stress yang berlebihan maka didalam tubuhnya akan
dihasilkan suatu hormon yang dapat bersifat halusigenik neurokimia seperti
buffenon dan dimethytransferase (DMP). (Fitria, 2010). Akibat stress yang
berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neuro transmitter otak. Misalnya
terjadi ketidakseimbangan acetycholin dan dopamin.
5) Faktor psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau
keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan
atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien. (Stuart, 2010)
6) Faktor genetic Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi
hasil study menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini. (Fitria, 2010)
b. Faktor presipitasi Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk
menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi klien dalam
kelompok, suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi.
Hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh
mengeluarkan zat halusinogenik. (Fitria, 2010). Pemicu gejala yang sering
menimbulkan episode baru suatu penyakit yang biasanya terdapat pada respon
neurobiologis yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap
dan perilaku individu:
1) Kesehatan seperti gizi buruk, kurang tidur, keletihan, infeksi, obat sistem saraf
pusat, gangguan proses informasi, kurang olahraga, alam perasaan abnormal dan
cemas.
2) Lingkungan, seperti lingkungan penuh kritik, gangguan dalam hubungan
interpersonal, masalah perumahan, stress, kemiskinan, tekanan terhadap
penampilan, perubahan dalam kehidupan dan pola aktifitas sehari-hari, kesepian
( kurang dukungan) dan tekanan pekerjaan.
2.1.5. Akibat yang di timbulkan
Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat beresiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko mencederai merupakan
suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan. Tanda dan Gejala :
1) Memperlihatkan permusuhan
2) Mendekati orang lain dengan ancaman
3) Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
4) Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
5) Mempunyai rencana untuk melukai

2.1.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi yaitu dengan cara sebagai berikut:
1) Menghardik Halusinasi Halusinasi berasal dari stimulus internal. Untuk
mengatasinya, klien harus berusaha melawan halusinasi yang dialaminya secara
internal juga. Klien dilatih untuk mengatakan, ”tidak mau dengar…, tidak mau
lihat”. Ini dianjurkan untuk dilakukan bila halusinasi muncul setiap saat. Bantu
pasien mengenal halusinasi, jelaskan cara-cara kontrol halusinasi, ajarkan pasien
mengontrol halusinasi dengan cara pertama yaitu menghardik halusinasi
2) Berinteraksi dengan orang lain Klien dianjurkan meningkatkan keterampilan
hubungan sosialnya. Dengan meningkatkan intensitas interaksi sosialnya, kilen akan
dapat memvalidasi persepsinya pada orang lain. Klien juga mengalami peningkatan
stimulus eksternal jika berhubungan dengan orang lain. Dua hal ini akan
mengurangi fokus perhatian klien terhadap stimulus internal yang menjadi sumber
halusinasinya. Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua yaitu
bercakap-cakap dengan orang lain.
3) Menciptakan lingkungan yang terapeutik Untuk mengurangi tingkat kecemasan,
kepanikan dan ketakutan klien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan
pendekatan dilakukan secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata,
kalau bisa pasien disentuh atau dipegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik
atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati klien, bicaralah
dengan klien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya klien diberitahu.
Klien diberitahu tindakan yang akan dilakukan. Di ruangan itu hendaknya
disediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk
berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding,
majalah dan permainan.
4) Melaksanakan program terapi dokter Sering kali klien menolak obat yang diberikan
sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang diterimanya. Pendekatan sebaiknya
secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang diberikan
betul ditelannya, serta reaksi obat yang diberikan. Menggali permasalahan klien dan
membantu mengatasi masalah yang ada Setelah pasien lebih kooperatif dan
komunikatif, perawat dapat menggali masalah klien yang merupakan penyebab
timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan
data ini juga dapat melalui keterangan keluarga klien atau orang lain yang dekat
dengan klien.
5) Memberi aktivitas pada klien Klien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan
gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini
dapat membantu mengarahkan klien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan
dengan orang lain. Klien diajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan
yang sesuai.
6) Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan Keluarga klien dan
petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data klien agar ada kesatuan pendapat dan
kesinambungan dalam proses keperawatan, misalnya dari percakapan dengan klien
diketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar lakilaki yang mengejek. Tapi
bila ada orang lain di dekatnya suarasuara itu tidak terdengar jelas. Perawat
menyarankan agar klien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan
atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya diberitahukan pada keluarga
klien dan petugas lain agar tidak membiarkan klien sendirian dan saran yang
diberikan tidak bertentangan. Farmakologi:
1) Anti psikotik:
o Chlorpromazine (Promactile, Largactile)
o Haloperidol (Haldol, Serenace, Lodomer)
o Stelazine
o Clozapine (Clozaril)
o Risperidone (Risperdal)
2) Anti parkinson:
o Trihexyphenidile
o Arthan
2.1.7. Rentang Respon Neurologis
Menurut Kusuma (2010) dijelaskan Rentang Respon Neurobiologi gangguan persepsi
sensori : halusinasi, yaitu :
a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh normanorma sosial budaya
yang berlaku, dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut. Respon
adaptif ini antara lain : Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada
kenyataan. Persepsi akurat adalah pandangan yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas a) Pikiran Logis
b. Persepsi Akurat
c. Emosi Konsisten
d. Perilaku Sesuai
e. Hubungan Sosial
a) Distorsi pikiran
b) Ilusi
c) Menarik Diri
d) Reaksi Emosi
e) Perilaku tidak biasa
f) Waham
g) Halusinasi
h) Sulit Berespons
i) Perilaku Disorganisasi
j) Isolasi Sosial
kewajaran. Hubungan sosial adalah proses suatu interkasi dengan orang lain dan
lingkungan.
b. Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon
maladaptive ini meliputi : Kelainan pikiran yaitu keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walau tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan
sosial. Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah satu persepsi eksternal yang tidak
realita atau tidak ada. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul
dari hati. Perilaku tidak teroganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur. Isolasi
sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima sebagai
ketentuan oleh orang lain dan sebagi sesuatu kecelakaan yang negative mengancam.
BAB III
TINJAUAN KASUS
1.1. Pengkajian
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. I
Umur : 70 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
RM : 047412
Tanggal pengkajian : 01-03-2023
Ruang Rawat : GMO
Tanggal Rawat : 15-08-2022
Informan : Status klien dan wawancara dengan klien

II. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT


Marah-marah dan mengamuk

III. FAKTOR PREDISPOSISI

Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya dengan pengobatan berhasil


karena klien teratur minum obat, namun penyakit yang diderita kambuh kembali
dikarenakan pasien pernah terlambat minum obat. Saat ini pasien masih sering
mendengar suara-suara, namun suaranya tidak jelas. Masalah Keperawatan :
Halusinasi Pendengaran
Jelaskan : Klien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa,
saat ini klien tinggal bersama keluarganya. Masalah Keperawatan : Tidak ada
masalah Keperawatan
Klien mengatakan sering bertengkar dengan istrinya sehingga pasien diceraikan
oleh istrinya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada

IV. FISIK
1. Tanda vital:
TD : 130/90 mmHg
N : 96 x/menit
S : 36,9 ºC
P : 24 x/menit.
2. Ukur :
TB : 170 cm
BB : 70 Kg
keluhan fisiknya tidak ada masalah yang dialami klien Masalah Keperawatan :
Tidak ada

V. PSIKOSOSIAL

: Laki-laki

: Perempuan
: Klien
: Meninggal

Jelaskan : Tn. I merupakan pasien yang saat ini tinggal bersama keluarganya.
Status Tn. I duda (diceraikan istri) dengan memiliki empat anak dengan kondisi
yang sekarang yang lagi terganggu dengan sering mendengar hal-hal yang tidak
jelas dan suara aneh-aneh sehingga harus
mengkonsumsi obat anti penenang (Obat anti gangguan jiwa)
MK : gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Jelaskan : Klien berpakaian tidak rapi. Klien mengatakan mandi 2 kali sehari
dan pakaian diganti setiap kali mandi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan
Jelaskan : Pembicaraan klien saat dikaji cukup kooperatif, klien mau bercara
tetapi harus didahului, bicara klien sesuai apa yang ditanyakan tetapi terkadang
tidak nyambung atau tidak sesuai dengan apa yang dibicarakan. Klien
berbicara cepat dan keras dengan kontak mata tahan lama.
3. Aktivitas Motorik
Jelaskan : Aktivitas motorik klien yaitu klien terkadang terlihat gelisah, namun
klien melakukan kegiatannya sehari-hari ditempat tinggal seperti berjalan-jalan
ke depan rumah.
4. Alam perasaaan
Jelaskan : Klien mengatakan perasaan khawatir jika suara suara yang
didengarnya muncul lagi.
5. Afek
Jelaskan : Afek klien sesuai dengan stimulus pada saat sedih ekspresi wajah
sedih, pada saat senang eskpresi wajah senang ceria
6. Interaksi selama wawancara
Jelaskan : Interaksi selama wawancara klien mau berinteraksi bila didahului,
kontak mata ada tetapi tidak tahan lama.
7. Persepsi
Jelaskan : Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang tidak nyata.
Suara bisikan tersebut datang tidak menentu kapan biasanya 1 kali sebulan atau
1 kali dalam seminggu, lamanya kurang lebih 3 menit, suara bisikian itu
samar-samar, klien juga tidak merasa takut jika suara itu muncul karena pasien
mampu menghardik jika suara-suara itu datang.
Masalah Keperawatan : Halusinasi Pendengaran
8. Proses Pikir
Jelaskan : Ketika klien diajak berbicara, pembicaraan klien berbelitbelit tetapi
sampai pada tujuan sesuai dengan topik dan mampu menjelaskan apa yang
terjadi.
9. Isi pikir
Jelaskan : Isi pikir klien selalu memikirkan kesembuhan dan klien mengalami
halusinasi pendengaran.
10. Waham
Jelaskan : Isi pikir klien selalu memikirkan kesembuhan dan klien mengalami
halusinasi pendengaran
11. Kesadaran
Jelaskan : Tingkat kesadaran klien tampak baik.
12. Memori
Jelaskan : Hasil pengkajian memori daya ingat klien menurun antara lain daya
ingat jangka panjang pasien melupakan tanggal lahirnya sedangkan daya ingat
jangka pendek pada klien tidak mampu mengingat obat-obatan yang pernah
dikonsumsi sementara daya ingat saat ini didapatkan klien mampu mengingat
tanggal hari ini saat pengkajian yaitu senin 01 Maret 2023.
13. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Jelaskan : Klien mampu berkonsentrasi terhadap pembicaraan yang dilakukan
14. .Kemampuan penilaian
Jelaskan :Kemampuan penilaian, Klien mampu mengambil keputusan
sederhana seperti mandi terlebih dahulu sebelum beraktivitas.
15. Daya tilik diri
Jelaskan : Daya tilik diri, klien mengatakan mengalami halusinasi sehingga
klien tidak mengingingkari penyakit yang diderita.

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


Makan
• Bantuan Minimal Bantuan Total
BAB/BAK

• Bantuan Minimal Bantuan Total


Jelaskan : Klien mampu melakukannya sendiri
MasalahKeperawatan :-
Mandi

• Bantuan Minimal Bantuan Total


Berpakaian /berhias

• Bantuan Minimal Bantuan Total


Istrahat dan tidur
Tidur siang lama:…………………s/d…………………......
Tidur malam lama 23.00 s/d 06.00
Kegiatan sebelum/sesudah: -
Penggunaan obat

• Bantuan Minimal Bantuan Total


Pemeliharaan kesehatan
Perawatan Lanjutan • Ya Tidak
Perawatan Lanjutan • Ya Tidak
Kegiatan di dalam rumah
Mempersiapkan • Ya Tidak
Menjaga Kerapian rumah • Ya Tidak
Mencucipakaian • Ya Tidak
Pengaturankeuangan Ya • Tidak
Kegiatandiluarrumah •
Belanja Ya Tidak
Menjaga Kerapian rumah Ya • Tidak
Lain-lain Ya • Tidak

VIII. MEKANISME KOIPING


Adaptif : Bicara dengan orang lain
Maladaptif : -
Masalah Keperawatan : Tidak ada

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Jelaskan : Klien dapat diterima baik dengan masyarakat dan keluarganya.

X. PENGETAHUAN KURANG
Jelaskan : Klien mengatakan mengetahui tentang penyakit jiwa yang diderita tetapi
kurang mengetahui tentang faktor pemicu terjadinya penyakit tersebut.
XI. ASPEK MEDIS
Diagnosa medik:Pasien dengan jenis obat yang pernah dikonsumsi
1. HLP 1,5 Mg (1-0-0 )
2. Clozapine 25 mg ( 0-0-1/2 )

XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

1.2. Analisis Data


Data Masalah
Data subjektif : Gangguan Persepsi Sensori:
1. Klien mengatakan sering mendengar Halusinasi pendengaran
suara-suara yang tidak nyata , namun
terkadang suaranya tidak jelas.suara
tersebut datang saat klien sedang
sendiri. Suara bisikan itu tidak jelas
bunyinya 1-2 kali dan klien menutup
telinga lalu tidur untuk
menghilangkan suara tersebut.
Data objektif :
1. Interaksi selama wawancara klien
mau berinteraksi bila didahului,
kontak mata ada tetapi tidak tahan
lama, klien tampak gelisah dan
curiga

1.3. Prioritas Masalah


Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

1.4. Diagnosa Keperawatan


Resiko Perilaku Kekerasan : orang lain (Akibat)
dan lingkungan

Gangguan sensori persepsi : Halusinasi (Core Problem)


pendengaran

Gangguan interaksi sosial : Menarik diri (Penyebab)

1.5. Intervensi Keperawatan


Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi
Gangguan Klien mampu: Setelah 1 kali SP 1 P
Sensori 1. Membina pertemuan, 1. Identifikasi
Persepsi: hubungan saling diharapkan: halusinasi: isi,
Halusinasi percaya 1. Verbalisasi frekuensi, waktu
Pendengaran 2. Mengenal mendengar terjadi, situasi
halusinasi yang bisikan pencetus, perasaan
dialami menurun dan respon.
3. Mengontrol 2. Isi, waktu, 2. Jelaskan cara
halusinasi frekuensi, mengontrol
4. Mengikuti situasi, halusinasi: Hardik,
pengobatan secara pencetus, obat, bercakapcakap,
optimal perasaan dan melakukan kegiatan.
respon membaik 3. Latih cara mengontrol
3. Mampu halusinasi dengan
memperagakkan menghardik.
cara dalam 4. Masukkan dalam
mengontrol jadwal kegiatan untuk
halusinasi latihan menghardik.
dengan baik.
Setelah 2 kali SP 2 P
pertemuan, klien 1. Evaluasi kegiatan
dapat mampu: menghardik. Berikan
1. Menyebutkan pujian
kegiatan yang 2. Latih cara
sudah dilakukan mengontrol
dan halusinasi dengan
2. Memperagakkan obat (jelaskan 7
cara 6 benar benar :pasien,obat,
minum obat dosis,waktu, cara
dengan benar pemberian,
dokumentasi dan
informasi )
3. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
menghardik dan
minum obat
Setelah 3 kali SP 3 P
pertemuan, klien 1. Evaluasi kegiatan
dapat mampu: latihan
1. Menyebutkan menghardik,
kegiatan yang minum obat. Beri
sudah dilakukan pujian
dan 2. Latih cara
2. Memperagakkan mengontrol
cara halusinasi dengan
bercakapcakap bercakap-cakap
dengan orang saat terjadi
lain halusinasi
3. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
menghardik,
minum obat dan
bercakap-cakap
Setelah 4 kali SP 4 P
pertemuan, klien 1. Evaluasi kegiatan
dapat mampu: latihan menghardik,
1. Menyebutkan minum obat,
kegiatan yang bercakap-cakap.
sudah dilakukan Berikan pujian
dan 2. Latih cara mengontrol
2. Membuat halusinasi dengan
jadwal sehari- melakukan kegiatan
hari dan mampu harian (mulai 2
melakukannya kegiatan yaitu
(minimal dua merapikan tempat
kegiatan) tidur dan menyapu)
3. Masukkan pada
jadwal kegiatan untuk
latihan menghardik,
minum obat,
bercakap-cakap dan
kegiatan harian.
Gangguan Keluarga mampu: Setelah 3-4 kali SP 1 K
Sensori 1. .Mengenal masalah pertemuan, 1. Diskusikan masalah
Persepsi: halusinasi dan diharapkan keluarga yang dirasakan
Halusinasi masalah yang mampu: keluarga dalam
Pendengaran dirasakan dalam 1. Mengarahkan, merawat pasien
merawat pasien merawat dan halusinasi
2. Mengenal tanda melatih pasien 2. Jelaskan pengertian
gejala kekambuhan dalam halusinasi, tanda dan
yang memerlukan mengontrol gejala halusinasi,
rujukan segera halusinasi jenis halusinasi serta
kefasilitas proses terjadinya
kesehatan
3. Merawat pasien halusinasi
halusinasi dengan 3. Jelaskan cara latihan
baik menghardik
4. Menciptakan halusinasi
suasana keluarga 4. Latih keluarga cara
dan lingkungan merawat pasien
untuk mengontrol dengan cara
halusinasi menghardik
5. Memanfaatkan 5. Anjurkan membantu
fasilitas pelayanan pasien sesuai jadwal,
kesehatan untuk beri pujian
folow up pasien
secara teratur SP 2 K
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam
merawat/ melatih
pasien dengan
menghardik, beri
pujian
2. Jelaskan keluarga cara
6 benar minum obat
3. Latih keluarga cara
merawat pasien
halusinasi dengan
minum obat teratur
4. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal,
beri pujian
SP 3 K
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam
merawat/Memban tu
pasien menghardik,
minum obat teratur,
beri pujian
2. Jelaskan cara
bercakap-cakap dalam
mengontrol halusinasi
3. Latih dan sediakan
waktu bercakap-cakap
dengan keluarga
pasien terutama saat
halusiansi
4. Anjurkan keluarga
membantu pasien
sesuai jadwal, beri
pujian
SP 4 K
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam
merawat/ melatih
pasien cara
menghardik,
minum obat teratur
dan bercakap-
cakap, beri pujian
2. Latih keluarga cara
merawat pasien
dengan mengontrol
halusinasi melalui
kegiatan seharihari/
kegiatan harian
3. Jelaskan folow up
PKM tanda
kambuh, rujukan
4. Anjurkan keluarga
membantu pasien
sesuai dengan
jadwal dan beri
pujian.

1.6. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Implementasi Evaluasi
SP1P S:
1. Mengidentifikasi halusinasi: isi,
frekuensi, waktu terjadi, situasi 1. Klien mengatakan sudah mampu
pencetus, perasaan dan respon. menghardik dengan cara menutup
Hasil : Klien mengatakan telinga sambil mengatakan pergi
halusinasinya biasa terdengar pergi saya tidak mau dengar kamu
dengan suara bisikan, suara suara palsu.
tersebut datang saat klien sedang O :
sendiri. Suara bisikan itu tidak 1. Klien kooperatif, klien
jelas bunyinya 1-2 kali dan klien tampak menutup telinga saat
menutup telinga lalu tidur untuk menghardik halusinasi. Klien
menghilangkan suara tersebut. tampak mudah beralih.
2. Menjelaskan cara mengontrol
halusinasi: menghardik, A : Halusinasi Pendengaran (+)
meminum obat, bercakapcakap, P : 1. Evaluasi SP1P cara menghardik
dan melakukan kegiatan. Hasil : SP2P : Ajarkan klien cara mengontrol
Klien mengerti apa yang di halusinasi dengan minum obat
sampaikan
3. Melatih cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik.
Hasil : Klien mau berlatih
mengontrol halusinasi
4. Memasukkan dalam jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik. Hasil : Klien setuju
dan memasukkannya di jadwal
harian
SP2P S:
1. Mengevaluasi kegiatan latihan 1. Klien mengatakan sudah mampu
menghardik. Beri pujian Hasil : menghardik halusinasi.
Klien mampu melakukan SP1P 2. Klien mengatakan saat
yaitu dengan cara menghardik halusinasinya mulai timbul, klien
2. Melatih cara mengontrol segera meminum obatnya.
halusinasi dengan minum obat O :
saat terjadi halusinasi Hasil : 1. Klien tampak mampu mengontrol
klien sudah mengkonsumsi halusinasi dengan minum obat 6
obatnya yang sudah diambil di benar.
Rumah sakit. 2. Klien tampak sudah
3. Menjelaskan 6 benar : Jenis, mengkonsumsi obat dengan jenis
guna, dosis, frekuensi, cara, obat HLP 1,5 Mg(1-0-0), dan
kontinuitas minum obat) Clozapine 25 teratur dan
Hasil:Klien mengatakan obatnya biasanya juga pasien lupa
ada 2 macam yaitu HLP 1,5 meminumnya sesekali
Mg(1-0-0), Clozapine 25 mg(0- 3. Memasukkan pada jadwal
0-1/2), Klien meminum obat kegiatan untuk latihan
secara teratur dan biasanya juga menghardik dan minum obat.
pasien lupa meminumnya Hasil :Klien setuju dan
sesekali memasukkannya ke jadwal harian
4. Memasukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum obat.
Hasil :Klien setuju dan
memasukkannya ke jadwal
harian
SP3P S:
1. Mengevaluasi kegiatan latihan 1. Klien mengatakan sudah mampu
mengahardik dan minum obat. mengontrol halusinasi.
Berikan pujian Hasil : Klien 2. Klien mencari teman untuk
mampu melakukan bercakapcakap atau berbincang-
SP2P yaitu dengan cara minum bincang dengan keluarganya di
obat rumah
2. Melatih cara mengontrol O :
halusinasi dengan cara bercakap- 1. Tampak klien dapat mengontrol
cakap. Hasil: Klien mampu halusinasi dengan benar.
bercakapcakap dengan 2. Klien nampak bercakap-cakap
keluarganya dengan saudaranya dan dengan
3. Memasukkan pada jadwal anggota keluarganya yang lain.
kegiatan untuk latihan A : Halusinasi Pendengaran (+) P : 1.
menghardik, minum obat dan Evaluasi
bercakap-cakap. Hasil : Klien SP 1,2,3 P cara mengontrol halusinasi
setuju dan memasukkannya ke 2. Lanjutkan
jadwal harian SP4 P: Ajarkan klien cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan
kegiatan harian
SP4P S:
1. Mengevaluasi kegiatan
menghardik, minum obat dan 1. Klien mengatakan sudah mampu
bercakap-cakap. Berikan pujian mengontrol halusinasi.
Hasil : Klien mampu melakukan 2. Klien mengatakan dapat
SP3P yaitu mengontrol halusinasi mengontrol halusinasi dengan
dengan bercakap-cakap dan melakukan kegiatan harian
melakukan kegiatan harian. O:
2. Melatih cara mengontrol 1. Klien tampak sudah mampu
halusinasi dengan melakukan mengontrol halusinasi
kegiatan harian Hasil:Klien 2. Klien mampu melakukan
mampu melakukan kegiatan kegiatan yaitu merapikan tempat
harian yaitu dengan merapikan tidur dan membersihkan dengan
tempat tidur dan menyapu menyapu
3. Mengajarkan kegiatan harian A : Halusinasi Pendengaran (+)
(mulai 2 kegiatan) Hasil : klien P : Evaluasi Sp1234 cara mengontrol
mau dan bersedia melakukan halusinasi
kegiatan harian
4. Memasukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan melakukan
kegiatan harian Hasil : Klien
setuju dan memasukkannya ke
jadwal harian
SP 1 K S:
1. Mendiskusikan masalah yang 1. Keluarga pasien mengatakan
dirasakan keluarga dalam terkadang masih khawatir
merawat pasien halusinasi Hasil: memikirkan kondisi yang alami
Keluarga klien khawatir, jika pasien
pasien kambuh 2. Keluarga pasien mengerti
2. Menjelaskan pengertian tentang cara merawat pasien
halusinasi, tanda dan gejala Halusinasi
halusinasi, jenis halusinasi serta O:
proses terjadinya halusinasi 1. Keluarga klien tampak
Hasil: Keluarga pasien mengerti memikirkan kondisi pasien saat
dan memahami apa yang di ini
sampaikan 2. Keluarga klien tampak sudah
3. Menjelaskan cara latihan mengerti dengan penjelasan
menghardik halusinasi Hasil: terkait halusinasi
Keluarga pasien mengerti 3. Keluarga tampak memperagakan
bagaimana cara merawat pasien cara menghardik pada klien
halusinasi halusinasi
4. Melatih keluarga cara merawat A: Keluarga mampu merawat klien
pasien dengan cara menghardik secara mandiri, masalah teratasi
Hasil: keluarga klien mengerti sebagian
merawat pasien halusinasi P: 1. Evaluasi
5. Menganjurkan membantu pasien SP 1 K Melatih keluarga mengontrol
sesuai jadwal, beri pujian Hasil: halusinasi klien dengan menghardik
keluarga setuju dan mendukung 2. Lanjutkan
kegiatan dalam membantu SP 2 K Melatih keluarga merawat
pasien halusinasi cara klien halusinasi dengan 6 benar
menghardik minum obat
SP 2 K S: 1. Keluarga mengatakan mengerti
1. Mengevaluasi kegiatan keluarga tentang penjelasan dan cara enam
dalam merawat/ melatih pasien benar minum obat pada klien
dengan menghardik, beri pujian halusinasi
Hasil: keluarga mampu O:
memperagakan cara mengontrol 1. Keluarga tampak memahami
halusinasi penjelasan cara benar minum
2. Menjelaskan keluarga cara 6 obat
benar minum obat Hasil: keluarga 2. Keluarga tampak menyebutkan
mengetahui penjelasan enam obat yang dikonsumsi klien
benar minum obat pada klien seperti HLP 1,5 Mg(1-0-0), dan
halusinasi Clozapine 25 mg(0-0- 1/2),
3. Melatih keluarga cara merawat A: Keluarga mampu merawat klien
pasien halusinasi dengan minum secara mandiri, masalah teratasi
obat teratur Hasil: keluarga sebagian
mampu dan mengetahui cara P: 1. Evaluasi SP 1,2 K Mengontrol
merawat klien dengan halusinasi halusinasi cara menghardik, 6 benar
4. Menganjurkan membantu pasien minum obat
sesuai jadwal, beri pujian Hasil: S: 1. Keluarga mengatakan mengerti
keluarga ikut terlibat membantu tentang penjelasan dan cara enam
dan mendukung kegiatan klien benar minum obat pada klien
halusinasi yang sudah
dijadwalkan dengan cara enam halusinasi
benar minum obat O:
1. Keluarga tampak memahami
penjelasan cara benar minum
obat
2. Keluarga tampak menyebutkan
obat yang dikonsumsi klien
seperti HLP 1,5 Mg(1-0-0), dan
Clozapine 25 mg(0-0- 1/2), A:
Keluarga mampu merawat klien
secara mandiri, masalah teratasi
sebagian
P: 1. Evaluasi SP 1,2 K Mengontrol
halusinasi cara menghardik, 6 benar
minum obat
SP 3 K S:
1. Mengevaluasi kegiatan keluarga 1. Keluarga mengatakan mengerti
dalam merawat/Membantu pasien penjelasan yang disampaikan
menghardik, minum obat teratur, 2. Keluarga mengatakan dengan
beri pujian Hasil: keluarga mampu cara bercakap-cakap dapat
memperagakan dan melakukan mengontrol halusinasi klien
cara mengontrol halusinasi klien O:
2. Menjelaskan cara bercakapcakap 1. Keluarga tampak mengerti cara
dalam mengontrol halusinasi bercakap-cakap yang dilakukan
Hasil: keluarga mengetahui dan jika halusinasi klien muncul
mampu mengontrol halusinasi 2. Keluarga tampak memperagakan
klien dengan bercakap-cakap cara bercakap-cakap untuk
3. Melatih dan menyediakan waktu mengontrol halisinasi
bercakap-cakap dengan keluarga A: Keluarga mampu merawat klien
pasien terutama saat halusiansi dengan mandiri, masalah teratasi
Hasil: keluarga mampu sebagian
melakukan percakapan dengan P:
klien saat halusinasi klien muncul 1. Evaluasi SP 123 K Mengontrol
4. Menganjurkan keluarga halusinasi cara menghardik, 6
membantu pasien sesuai jadwal, benar minum obat dan bercakap-
beri pujian Hasil: keluarga setuju cakap
dan ikut terlibat dalam jadwal
kegiatan klien mengontrol 2. Lanjutkan SP 4 K Melatih
halusinasi dengan bercakap-cakap keluarga mengontrol halusinasi
klien dengan aktivitas terjadwal/
kegiatan harian
SP 4 K S:
1. Mengevaluasi kegiatan keluarga 1. Keluarga mengatakan sudah
dalam merawat/ melatih pasien mengetahui cara mengontrol
cara menghardik, minum obat halusinasi klien dengan
teratur dan bercakap-cakap, beri melakukan kegiatan harian
pujian Hasil: keluarga mampu 2. Keluarga mengatakan cara
memperagakan cara mengontrol kegiatan harian yang dilakukan
halusinasi klien seperti membersihkan tempat
2. Melatih keluarga cara merawat tidur setiap bangun tidur,
pasien dengan mengontrol menyapu atau membersihkan
halusinasi melalui kegiatan rumah
sehari-hari/ kegiatan harian Hasil: O:
keluarga mampu merawat klien 1. Keluarga tampak mengerti apa
halusinasi dengan membuat yang disampaikan
kegiatan harian atau 2. Keluarga tampak mengetahui cara
menjadwalkan kegiatan klien yang dilakukan untuk mengontrol
setiap hari halusinasi dengan melakukan
3. Menjelaskan folow up PKM tanda kegiatan harian
kambuh, rujukan Hasil: keluarga 3. Keluarga tampak membuatkan
mengetahui dan bisa mengambil jadwal kegiatan harian klien
keputusan segera saat tanda A: Keluarga mampu merawat klien
kambuh halusinasi klien dengan mandiri, masalah teratasi
4. Menganjurkan keluarga sebagian
membantu pasien sesuai dengan P: Evaluasi SP 1234 K Mengontrol
jadwal dan beri pujian Hasil: halusinasi cara menghardik, 6 benar
keluarga setuju dan ikut terlibat minum obat, bercakap-cakap dan
dalam jadwal kegiatan klien aktivitas terjadwal
mengontrol halusinasi dengan
membuatkan jadwal kegiatan atau
aktivitas terjadwal setiap hari.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan persepsi
sensori halusinasi pendengaran pada kasus karya ilmiah akhir ini maka dapat disimpulkan:
1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 20 Februari 2023 yang merupakan tahap awal dari
proses keperawatan. Hasil pengkajian didapatkan pada Tn. I data subjektifnya klien
mengatakan sering mendengar suara-suara namun terkadang suaranya tidak jelas,
suara bisibisikan itu tidak jelas bunyinya, klien hanya menutup telinga pada saat suara-
suara tersebut muncul. Data objektifnya klien mau berinteraksi saat diajak bicara
meski, kontak mata klien ada tapi kurang, klien tampak gelisah dan kurang tenang.
2. Diagnosa keperawatan Diagnosa utama yang muncul saat dilakukan pengkajian pada
Tn. I yaitu gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran.
3. Intervensi Keperawatan Rencana asuhan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan yang muncul. Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan pada Tn. I
yaitu mengajarkan klien pelaksanaan SP1- SP4 halusinasi untuk mengontrol
halusinasi.
4. Implementasi Keperawatan Dalam asuhan keperawatan pada Tn.I dengan halusinasi
pendengaran telah disesuaikan dengan intervensi yang dibuat penulis. Penulis
melaksanakan SP1-SP4 yaitu cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik,
minum obat dengan 6 benar, bercakap-cakap dan melakukan kegiatan harian.
5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada
Tn.I yaitu klien dapat menerapkan strategi pelaksanaan dalam hal tahu cara
mengontrol halusinasi dengan strategi pelaksanaan yang pertama yaitu tahu cara
menghardik halusinasi, didukung dengan tetap patuh mengkonsumsi obat secara benar
dan tepat, bisa melakukan kontak dengan keluarga atau orang lain dengan bercakap-
cakap dan bisa dengan mengerjakan aktivitas kegiatan harian. SP1-SP4 tercapai
meskipun pada SP2 sebelumnya pernah diabaikan yaitu tentang kepatuhan minum
obat.
5.2. SARAN
Adapun saran pada kasus karya ilmiah akhir ini terkait dengan kasus gangguan
persepsi sensori halusinasi pendengaran adalah sebagai berikut:
1. Bagi perawat atau tenaga medis yaitu agar tetap melakukan strategi pelaksanaan
keluarga pada pasien dan penderita gangguan persepsi sensori halusinasi, agar dapat
sesering mungkin melakukan kunjungan rumah untuk dapat mengontrol pasien dengan
gangguan jiwa yang ada di RSJ. Prof. Dr. Muhammad Ildrem.
2. Bagi pengembang dan studi kasus selanjutnya yaitu agar dapat menggunakan hasil
studi kasus ini sebagai dasar pengembangan strategi-strategi lainnya, khususnya dalam
menangani pasien gangguan persepsi sensori halusinasi.
3. Bagi klien yaitu diharapkan untuk dapat terus berlatih dan mandiri dalam melakukan
strategi pelaksanaan untuk mengendalikan halusinasi terkhususnya minum obat
meskipun ada dan tanpa ada keluarga di rumah serta menerapkan strategi pelaksanaan
yang telah diberikan oleh penulis sesuai dengan jadwal kegiatan harian yang telah
dibuat bersama.
4. Bagi keluarga yaitu diharapkan keluarga mampu untuk melakukan tindakan yang
mandiri untuk perawatan pasien di rumah dengan strategi pelaksanaan halusinasi.
5. Bagi masyarakat yaitu diharapkan masyarakat dilingkungan tempat tinggal pasien
dapat mendukung dan ikut serta dalam melakukan perawatan pasien dengan gangguan
persepsi sensori halusinasi untuk menerima pasien seperti masyarakat pada umumnya
dan tidak mengucilkan pasien.

DAFTAR PUSTAKA
Ackley, BJ.,Ladwig,G.B.,& Makic,M.B.F.(2017). Nursing Diagnosis Handbook, An
Evidence-Based Guide To Planning care. (11th Ed).St. Louis: Elsevier.
Bagus, Pan. 2014. Konsep Halusinasi Dan Strategi Pelaksanaan Halusinasi.
www.academia.edu.http://repository.wima.ac.id.Wima. Retrieved Maret 29, 2021,
from http://repository.wima.ac.id/7701/2/BAB%201.pdf
Berman, A., Snyder, S. & Fradsen, G. (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals of Nursing (10th
Ed). USA: Perason Education.
Burns, S. M. (2014). AACN Essentials of Critical Care Nursing.(3th ed). New York:
McGraw-HIE education.
Dougherty, L & Lister, S. (2015). Manual of Clinical Nursing Prosedures (9th ed), UK: The
Royal Marsden NHS Foundation Trust.
Grainjer, A. (2013). Principies of Temperature Monitoring. Nursing standard, 27(50),48-55.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2014). Nursing Diagnosis Definitions and classification
2015-2017. (10th Ed). Exford: Wiley Blakwell.
Iyus, Y. (2009). Keperawatan Jiwa, Edisi I. Jakarta: Refika Aditama.
Keliat, B A. dkk. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic Course).
Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Kemenkes. 2018. Angka kejadian gangguan kesehatan jiwa di Indonesia. Diakses
dari:http://www.surkesnas.unad.ac.id.
Kusumawati dan Hartono .(2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa .Jakarta : SalembaMedika
Monita, A. (2018, Oktober 17). Makalah Keperawatan Jiwa Tentang Halusinasi. Retrieved
Maret 29, 2021, from id.Scribd.com/Document/3
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. H. (2015). Jogjakarta: Mediaction.
Perry, A.G. & Potter, P. A. (2014). Nursing Skills & Procedures (8th ed). St Louis: mosby
Elsevier
Rahman. (2019, September 26). Retrieved Maret, 29 2021, from id.Scribd.com/document.
Wilkinson,J.M., Treas, L. S., Barnett, K. & Smith, M. H. (2016). Fundamentals of Nursing
(3th ed). Philadelphia: F. A. Davis Company.

Anda mungkin juga menyukai