Disusun Oleh :
Kelompok Martha 1
Dosen Pembimbing
Ns. Vevi Suryenti Putri, M.Kep
Ns. Rahmi Dwi Yanti, M.Kep
Daryanto, M.Kep
CI Klinik :
Dermanto, S. Kep
Assalamualaikum wr. Wb
Rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, Pemilik Alam Semesta.
Berkat izin-Nya kami telah menyelesaikan proposal ini dengan baik dan tepat
waktu. Proposal ini adalah tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa, proposal ini
ditujukan untuk memenuhi tugas kelompok dari Mata Kuliah tersebut.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4
1.2 Tujuan Umum........................................................................................................6
1.3 Tujuan Khusus.......................................................................................................6
BAB II STANDAR PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
STIMULASI PERSEPSI PADA PASIEN HALUSINASI..........................7
BAB III TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) SESI 3 , 4 dan 5....................11
BAB IV LAPORAN HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN TERAPI
AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) HALUSINASI SESI 3,4 & 5............26
4. 1 Struktur Kelompok..............................................................................................26
4. 2 Evaluasi Proses....................................................................................................27
4. 3 Evaluasi Hasil......................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Skizofrenia merupakan penyakit kronis, parah, dan melumpuhkan,
gangguan otak yang ditandai dengan pikiran kacau, waham, delusi, halusinasi
dan perilaku aneh atau katatonik. Skizofrenia merupakan suatu gangguan
jiwa berat yang bersifat kronis yang ditandai dengan hambatan dalam
berkomunikasi, gangguan realitas, afek tidak wajar atau tumpul, gangguan
fungsi kognitif serta mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas
seharihari (Pardede & Laia., 2020). Masalah gangguan kesehatan jiwa di
seluruh dunia sudah menjadi masalah yang serius. WHO memperkirakan
sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa,
135 juta orang diantaranya mengalami halusinasi. Diperkirakan penduduk
Indonesia yang menderita gangguan jiwa sebesar 2-3% jiwa, yaitu sekitar 1
sampai 1,5 juta jiwa diantaranya mengalami halusinasi (Aritonang, 2021).
Halusinasi merupakan distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respon
neurobiologist maladaptive, penderita sebenarnya mengalami distorsi sensori
sebagai hal yang nyata dan meresponnya. Diperkirakan ≥ 90% penderita
gangguan jiwa jenis halusinasi. dengan bentuk yang bervariasi tetapi sebagian
besarnya mengalami halusinasi pendengaran yang dapat berasal dari dalam
diri individu atau dari luar individu tersebut, suara yang didengar bisa
dikenalnya, jenis suara tunggal atau multiple yang dianggapnya dapat
memerintahkan tentang perilaku individu itu sendiri (Yanti, et al, 2020).
Halusinasi juga merupakan salah satu gejala gangguan persepsi sensori yang
dialami oleh pasien gangguan mental. biasanya penderita merasakan sensasi
suara, penegelihatan, rasa, sentuhan, atau penciuman tanpa rangsangan yang
nyata (Pardede, 2020).
Pasien dengan diagnosis medis skizofrenia 90 % pasien mengalami
halusinasi. Dimana 70% diantaranya mengalami halusinasi pendengaran,
20% mengalami halusinasi penglihatan dan 10% adalah halusinasi
penghidu, pengacapan dan perabaan. Berdasarkan data tersebut diketahui
bahwa jenis halusinasi yang paling banyak diderita oleh pasien dengan
skizofren adalah halusinasi pendengaran (Hidayah, 2015). Halusinasi
biasanya muncul sebagai dampak dari proses yang berkaitan dengan
kepribadian seseorang. Karena itu, halusinasi dipengaruhi oleh pengalaman
psikologis seseorang yang berdampak panjang karena tidak di tanganai
dengan baik (Pardede & Siregar, 2016).
Menurut Livana (2020) menyatakan bahwa dampak yang dapat
ditimbulkan oleh pasien yang mengalami halusinasi adalah kehilangan
kontrol dirinya. Pasien akan mengalami panik dan perilakunya dikendalikan
oleh halusinasi. Pada situasi ini pasien dapat melakukan bunuh diri (suicide),
membunuh orang lain (homicide), bahkan merusak lingkungan Untuk
memperkecil dampak yang ditimbulkan halusinasi, dibutuhkan penanganan
yang tepat. Dengan banyaknya angka kejadian halusinasi, semakin jelas
bahwa dibutuhkan peran perawat untuk membantu pasien agar dapat
mengontrol halusinasinya.
Gejala-gejala yang dapat diamati pada pasien halusinasi diantaranya
bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menunjuk ke arah
tertentu, ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas, mencium seperti sedang
membaubauin sesuatu, menutup hidung. Halusinasi benar - benar nyata
dirasakan oleh klien yang mengalaminya, seperti mimpi saat tidur. Klien
mungkin tidak punya cara untuk menentukan persepsi tersebut nyata, sama
halnya seseorang seperti seseorang yang mendengarkan siaran ramalan cuaca
dan tidak lagi meragukan orang yang berbicara tentang cuaca tersebut.
Ketidakmampuan untuk mempersepsikan stimulus secara riil dapat
menyulitkan kehidupan klien. Karenanya halusinasi menjadi prioritas untuk
segera diatasi (Putri, 2017).
Upaya yang dilakukan untuk menangani klien halusinasi adalah
dengan memberikan tidakan keperawatan yaitu membantu pasien mengenali
halusinasi, isi halusinasi, waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya
halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon klien
saat halusinasi muncul. Kemuadian dengan melatih klien mengontrol
halusinasi dengan menggunakan strategi pelaksanaanya itu dengan cara
menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan
aktivitas yang terjadwal dan menggunakan obat secara teratur. Terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan sensori, upaya memusatkan perhatian, kesegaran jasmani dan
mengekspresikan perasaan. Penggunaan terapi kelompok dalam praktek
keperawatan jiwa akan memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan,
pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan. Terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi ini sebagai upaya untuk memotivasi proses berpikir,
mengenal halusinasi, melatih pasien mengontrol halusinasi serta mengurangi
perilaku mal adaptif (Sutinah, et al, 2020).
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok pasien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Terapi aktivitas kelompok sudah sejak lama
dimasukkan dalam program terapi keperawatan di dunia yang merupakan
salah satu dari interpensi keperawatan yang diprogramkan terhadap pasien
jiwa skizoprenia dengan masalah pasien yang mengalami halusinasi (Ningsih,
Murtiani & Ilyas, 2013).
1.2 Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan ini Pasien dapat lebih menerapkan strategi
pelaksanaan Halusinasi secara fisik dan sosial dalam mengontrol Halusinasi.
1.3 Tujuan Khusus
Pasien dapat mengendalikan halusinasi sesuai strategi pelaksanaan (SP) :
1. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan terjadwal
2. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap bersama orang
lain
3. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan melakukan patuh minum obat
BAB II
STANDAR PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
STIMULASI PERSEPSI PADA PASIEN HALUSINASI
2. Co Leader:
a) Mendampingi Leader.
b) Menjelaskan aturan permainan.
c) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas
klien.
d) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan
yang telah dibuat.
e) Mengambil alih posisi leader jika mengalami blocking dalam proses
terapi.
3. Fasilitator :
a) Menyediakan faslitas selama kegiatan berlangsung ikut serta
dalam kegiatan kelompok.
b) Memfasilitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada
anggota kelompok untuk aktif mengikuti jalannya terapi.
4. Observer :
a) Mengobservasi jalannya proses kegiatan.
b) Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan non verbal pasien
selama kegiatan berlangsung (dicatat pada format yang tersedia).
c) Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan,
proses, hingga penutupan.
d) Memberikan hadiah (reward) bagi pasien yang menang dalam
permainan.
F F
k k
k
F F
F
Keterangan gambar:
L : Leader
CL : Co. leader
F : Fasilitator
O : Observer
K : Klien
1. Tujuan :
a. Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah
halusinasi.
b. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya
halusinasi.
2. Setting :
a. Tempat TAK diruangan yang tenang dan nyaman.
b. Klien duduk melingkar.
3. Alat :
a. Fomulir jadwal kegiatan harian.
b. Pulpen.
c. Spidol dan papan tulis
d. Botol
4. Metode :
a. Diskusi kelompok
b. Simulasi
5. Susunan Pelaksanaan
Yang bertugas dalam TAK kali ini disesuaikan dengan petugas setiap sesi
yang telah disepakati sebagai berikut:
Leader : Elsi Haniah
Co Leader: Mega Risky Ananda
Fasilitator : Dessy Erfanti Dan Aisyah
Observer : Hikmahtun Marzilah
6. Langkah-langkah Kegiatan
1) Pesiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 2.
b. Mempersiapkan alat dan pertemuan
2) Orientasi
a. Salam Terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/vailidasi
Terapis menanyakan keadaan klien saat ini
Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah di
pelajari
Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara
menghardik halusinasi
c. Kontrak
Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mencegah terjadinya
halusinasi dengan melakukan kegiatan
Menjelaskan aturan main:
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus minta
izin kepada terapis dulu
b) Lama kegiatan 30 menit
c) Setiap kegiatan mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
d) Klien duduk di lantai secara bersamaan secara melingkar
e) Terapis mengambil botol bekas dan diletakan dilantai, kemudian
memutar botol tersebut lalu jika botol tersebut berhenti maka
orang yang berada tepat pada tutup botol akan mengikuti terapis
untuk menjelaskan cara mengontrol halusinasi.
3) Tahap Kerja
a) Terapis menjelaskan cara kedua mengontrol halusinasi yaitu melakukan
kegiatan sehari-hari secara terjadwal. Jelaskan bahwa dengan melakukan
kegiatan dapat menghilangkan halusinasi.
b) Terapis mengambil botol bekas dan memutarnya
c) Terapis meminta klien menyampaikan kegiatan yang bisa dilakukan
sehari-hari dan tulis dipapan.
d) Terapis membagikan formulir kegiatan harian terapis menulis formulir
yang sama di white board.
e) Terapis membimbing klien satu persatu untuk membuat jadwal kegiatan
harian dari bangun tidur pagi sampai tidur malam. Klien menggunakan
formulir terapis menggunakan papan.
f) Terapis melatih klien memperagakan kegiatan yang telah disusun.
g) Terapis meminta masing-masing klien membacakan jadwal yang telah
disusun. Berikan pujian dengan tepuk tanagan bersama untuk klien yang
sudah selesai membuat jadwal dan membacakan jadwal yang telah
dibuat.
h) Terapis meminta komitmen masing-masing klien untuk melaksanakan
jadwal kegiatan yang telah disusun memberi tanda M kalau dilaksanakan
tanpa disuruh, B kalau dilaksanakan tetapi diingatkan oleh perawat, dan
T kalau tidak di laksanakan.
4) Tahap Terminasi
a. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun jadwal
kegiatan dan membacakannya.
Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien menggunakan dan cara mengontrol
halusinasi yaitu menghardik dan melaksanakan kegiatan sesuai jadwal.
c. Kontrak yang akan datang
Terapis membuat kesepakatan dengan klien TAK berikutnya yaitu
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat.
7. Evaluasi dan dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Asoek yang di evaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 3, kemampuan yang
diharapkan adalah klien melakukan kegiatan harian untuk mencegah
timbulnya halusinasi. Formulir evaluasi sebagai berikut:
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom klien.
2. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan salah satu
keggiatan menyusun jadwal kegiatan harian dan menyebutkan dua cara
mencegah halusinasi. Beri tanda (√ ) jika klien mampu dan tanda (-) jika
klien tidak mampu.
Tak Stimulasi Persepsi Mengontrol Halusinasi
Sesi 3: Mengontrol Halusinasi Dengan Melakukan Kegiatan
1. Tujuan :
a. Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah
halusinasi.
b. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya
halusinasi.
2. Setting :
a. Tempat TAK diruangan yang tenang dan nyaman.
b. Klien duduk mellingkar.
3. Alat :
a. Formulir jadwal kegiatan harian.
b. Pulpen.
c. Spidol dan papan tulis
4. Metode :
a. Diskusi kelompok
b. Simulasi
5. Susunan Pelaksanaan
Yang bertugas dalam TAK kali ini disesuaikan dengan petugas setiap sesi
yang telah disepakati sebagai berikut:
Leader : Mega Risky Ananda
Co Leader: Dessy Erfanti
Fasilitator : Aisyah Dan Hikmahtun Marzilah
Observer : Elsi Haniah
6. Langkah-langkah Kegiatan
1) Pesiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 2.
b. Mempersiapkan alat dan pertemuan
2) Orientasi
a. Salam Terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/vailidasi
Terapis menanyakan keadaan klien saat ini
Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah di pelajari
Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik
halusinasi
c. Kontrak
Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mencegah terjadinya
halusinasi dengan melakukan kegiatan
Menjelaskan aturan main:
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus minta
izin kepada terapis dulu
b) Lama kegiatan 30 menit
c) Setiap kegiatan mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3) Tahap Kerja
a) Terapis menjelaskan cara kedua mengontrol halusinasi yaitu
melakukan kegiatan sehari-hari secara terjadwal. Jelaskan bahwa
dengan melakukan kegiatan dapat menghilangkan halusinasi.
b) Terapis meminta klien menyampaikan kegiatan yang bisa
dilakukan sehari-hari dan tulis dipapan.
c) Terapis membagikan formulir kegiatan harian terapis menulis
formulir yang sama di white board.
d) Terapis membimbing klien satu persatu untuk membuat jadwal
kegiatan harian dari bangun tidur pagi sampai tidur malam. Klien
menggunakan formulir terapis menggunakan papan.
e) Terapis melatih klien memperagakan kegiatan yang telah disusun.
f) Terapis meminta masing-masing klien membacakan jadwal yang
telah disusun. Berikan pujian dengan tepuk tanagan bersama untuk
klien yang sudah selesai membuat jadwal dan membacakan jadwal
yang telah dibuat.
g) Terapis meminta komitmen masing-masing klien untuk
melaksanakan jadwal kegiatan yang telah disusun memberi tannda
M kalau dilaksanakan tanpa disuruh, B kalau dilaksanakan tetapi
diingatkan oleh perawat, dan T kalau tidak di laksanakan.
4) Tahap Terminasi
a. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun jadwal
kegiatan dan membacakannya.
Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien menggunakan dan cara mengontrol
halusinasi yaitu menghardik dan melaksanakan kegiatan sesuai jadwal.
c. Kontrak yang akan datang
Terapis membuat kesepakatan dengan klien TAK berikutnya yaitu
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat.
7. Evaluasi dan dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang di evaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 3, kemampuan yang diharapkan
adalah klien melakukan kegiatan harian untuk mencegah timbulnya halusinasi.
Formulir evaluasi sebagai berikut:
Sesi 3 TAK
Stimulasi persepsi: halusinasi
Kemampuan mencegah halusinasi dengan melakukan kegiatan
No Aspek yang dinilai Nama klien
Petunjuk :
3. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom klien.
4. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan salah satu
kegiatan menyusun jadwal kegiatan harian dan menyebutkan dua cara
mencegah halusinasi. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (-) jika
klien tidak mampu.
Tak Stimulasi Persepsi Mengontrol Halusinasi
Sesi 4 : Mengontrol Halusinasi Dengan Bercakap-Cakap
1. Tujuan
a. Klien memahami tentang pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain.
b. Klien menerapkan cara menghubungi orang lain ketika mengalami
halusinasi.
2. Setting
a. Tempat TAK diruangan yang tenang dan nyaman.
b. Klien duduk melingkar.
3. Alat
a. Spidol
b. White board
4. Metode
a. Diskusi kelompok
b. Simulasi
5. Susunan pelaksanaan
Yang bertugas dalam TAK kali ini di sesuaikan dengan petugas setiap sesi
yang telah disepakati sebagai berikut:
Leader : Dessy Erfanti
Co Leader: Aisyah
Fasilitator : Hikmahtun Marzilah Dan Elsi Haniah
Observer : Mega Risky Ananda
6. Langkah-langkah kegiatan
1) Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi.
b. Terapis membuat kontral dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien.
Klien dan terapis memakai papan nama.
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan keadaan klien saat ini.
Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara yang telah
dipelajari (menghardik, menyibukkan diri dengan kegiatan terarah) untuk
mencegah halusinasi.
c. Kontrak
Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain.
Menjelaskan aturan main berikut:
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta
izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 30 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3) Tahap kerja
a. Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mengontrol dan mencegah halusinasi.
b. Terapis meminta tiap klien menyebutkan orang yang biasa dan bisa
diajak bercakap-cakap.
c. Terapis meminta tiap klien menyebutkan pokok pembicaraan yang biasa
dan bisa dilakukan.
d. Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi muncul
“suster, ada suara di telinga, saya mau ngobrol saja dengan suster” atau
“suster saya mau ngobrol tentang kegiatan harian saya”.
e. Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan orang di
sebelahnya.
f. Beri pujian atas keberhasilan klien
g. Ulangi e dan f sampai semua klien mendapat giliran.
4) Tahap terminasi
a. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
Terapis menanyakan TAK mengontrol halusianasi yang sudah
dilatih.
Memberikan pujian atas kebehasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi,
yaitu menghardik, melakukan kegiatan, dan bercakap-cakap.
c. Kontrak yang akan datang
Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK
berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan patuh
minum obat.
Terapis menyepakati waktu dan tempat.
1. Tujuan
a. Klien memahami tentang pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain.
b. Klien menerapkan cara menghubungi orang lain ketika mengalami halusinasi.
2. Setting
a. Tempat TAK diruangan yang tenang dan nyaman.
b. Klien duduk melingkar.
3. Alat
a. Spidol
b. White board
c. Bola Pimpong
4. Metode
a. Diskusi kelompok
b. Simulasi
5. Susunan pelaksanaan
Yang bertugas dalam TAK kali ini di sesuaikan dengan petugas setiap sesi
yang telah disepakati sebagai berikut:
Leader : Aisyah
Co Leader: Hikmahtun Marzilah
Fasilitator : Elsi Haniah Dan Mega Risky Ananda
Observer : Dessy Erfanti
6. Langkah-langkah kegiatan
a) Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi.
2) Terapis membuat kontrak dengan klien.
3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b) Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien.
Klien dan terapis memakai papan nama.
2) Evaluasi/validasi
Menanyakan keadaan klien saat ini.
Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara yang
telah dipelajari (menghardik, menyibukkan diri dengan kegiatan
terarah) untuk mencegah halusinasi.
3) Kontrak
Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
Menjelaskan aturan main berikut:
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta
izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 30 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
c) Tahap kerja
1. Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang
lain untuk mengontrol dan mencegah halusinasi.
2. Terapis meminta tiap klien menyebutkan orang yang biasa dan
bisa diajak bercakap-cakap.
3. Terapis meminta tiap klien menyebutkan pokok pembicaraan yang
biasa dan bisa dilakukan.
4. Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi
muncul “suster, ada suara di telinga, saya mau ngobrol saja
dengan suster” atau “suster saya mau ngobrol tentang kegiatan
harian saya”.
5. Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan
orang di sebelahnya.
6. Beri pujian atas keberhasilan klien
7. Ulangi 5 dan 6 sampai semua klien mendapat giliran.
8. Tahap terminasi
d) Tahap Terminasi
1. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
Terapis menanyakan TAK mengontrol halusianasi yang sudah
dilatih.
Memberikan pujian atas kebehasilan kelompok.
2. Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi,
yaitu menghardik, melakukan kegiatan, dan bercakap-cakap.
3. Kontrak yang akan datang
Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK
berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan patuh
minum obat.
Terapis menyepakati waktu dan tempat.
Petunjuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
b. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan orang
yang biasa diajak bicara, memperagakan percakapan, menyusun
jadwal percakapan, menyebutkan tiga cara mencegah halusinasi.
Beri tanda (√) jika klien mampu, dan tanda (-) jika klien tidak
mampu.
Tak Stimulasi Persepsi Mengontrol Halusinasi
Sesi 5: Mengontrol Halusinasi dengan Patuh Minum Obat
1. Tujuan
a. Klien memahami pentingnya patuh minum obat
b. Klien memahami akibat tidak patuh minum obat
c. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat
2. Setting
a. Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran
b. Ruangan nyaman dan tenang
3. Alat
a. Spidol dan whiteboard/ papan tulis/ flipchart
c. Jadwal kegiatan harian
a. Beberapa contoh obat
4. Metode
a. Diskusi dan tanya jawab
b. Melengkapi jadwal harian
5. Susunan Pelaksanaan
Yang bertugas dalam TAK disesuaikan dengan petugas setiap sasi yang telah
disepakati sebagai berikut :
Leader: Hikmahtun Marzilah
Co – Leader : Elsi Haniah
Fasilitator : Mega Risky Ananda Dan Dessy Erfanti
Observer: Aisyah
6. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi 4
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Terapi dank lien memakai papan nama
b. Evaluasi / validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasinya
setelah menggunakan tiga cara yang telah dipelajari (menghardik,
menyibukkan diri dengan aktivitas terjadwal, dan bercakap-cakap
dengan orang lain)
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasinya
dengan patuh minum obat
2. Menjelaskan aturan main berikut
a) Jika ada klien yang ingin menginggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah
kambuh karena obat memberi perasaan tenang, dan memperlambat
kambuh
b. Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu
pemnyebab kambuh
c. Terapis meminta tiap klien menyampaikan obat yang dimakan dan
waktu memakannya. Buat daftar di whiteboard
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu,
benar orang, benar cara, dan benar dosis.
e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara
bergiliran
f. Berikan pujian kepada klien yg benar
g. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di
whiteboard)
h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di
whiteboard)
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara
mencegah halusinasi/kambuh
j. Menjelaskan akibat/kerugian tidak patuh minum obat, yaitu kejadian
halusinasi/kambuh
k. Minta klien menyebutkan kembali keberuntungan patuh minum obat
dan kerugian tidak patuh minum obat
l. Memberi pujian tiap klien benar
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yg sudah
dipelajari
3. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan empat cara mengontrol halusinasi,
yaitu menghardik, melakukan kegiatan harian, bercakap-cakap, dan
patuh minum obat
c. Kontrak yg akan dating
1. Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk mengontrol
halusinasi
2. Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan
indikasi klien
4. 1 Struktur Kelompok
Sesi 3
Leader : Elsi Haniah
Co Leader: Mega Risky Ananda
Fasilitator : Dessy Erfanti Dan Aisyah
Observer : Hikmahtun Marzilah
Klien :
1) Tn. I
2) Tn. E
3) Tn. R
4) Tn. Z
5) Tn. S
Sesi 4
Leader : Mega Risky Ananda
Co Leader: Dessy Erfanti
Fasilitator : Aisyah Dan Hikmahtun Marzilah
Observer : Elsi Haniah
Klien :
1) Tn. I
2) Tn. E
3) Tn. R
4) Tn. Z
5) Tn. S
Sesi 5
Leader: Hikmahtun Marzilah
Co – Leader : Elsi Haniah
Fasilitator : Mega Risky Ananda Dan Dessy Erfanti
Observer: Aisyah
Klien :
1) Tn. I
2) Tn. E
3) Tn. R
4) Tn. Z
5) Tn. S
4. 2 Evaluasi Proses
1. Kegiatan berlangsung cukup lancar dan kondusif sesuai dengan yang telah
direncanakan.
2. Leader, co leader. Fasilitator maupun observer telah bekerja sama dengan
cukup baik.
3. Selama kegiatan berlangsung pengorganisasian baik, urutan kerja terapis
cukup baik.
4. Leader telah mampu memberikan motivasi yang cukup baik kepada klien
sehingga klien telah dapat mengikuti kegiatan dengan baik.
5. Co leader sudah berperan aktif dalam membantu leader dengan baik untuk
berbicara maupun untuk menghangatkan suasana.
6. Fasilitator sudah berberan baik selama kegiatan berlangsung.
7. Klien cukup koperatif dan mengikuti kegiatan TAK dari awal hingga akhir.
8. Observer dapat mengobservasi kegiatan.
4. 3 Evaluasi Hasil
2 Memperagakan percakapan
3 Menyusun jadwal percakapan
4 Menyebutkan tiga cara
mengontrol dan mencegah
halusinasi