Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN HASIL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI SENSORI PADA


PASIEN DENGAN HALUSINASI DI RUANG SRIKANDI
RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO

Disusun oleh :
Tofi’ah 071221001
Hizroh Rochmah Tulloh 071221022
Ayu Dea Kharisma W. 071221023
Alfira Cahya A. 071221024
Paulina Apriliani Erna P.D. 071221032

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Terapi
Aktivitas Kelompok stimulasi sensori : Halusinasi” tepat pada waktunya.

Dalam menyelesaikan proposal ini, kami banyak mendapatkan bantuan


dari berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
penulisan proposal kami ini.

Kami menyadari masih ada kekurangan yang perlu diperbaiki. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari pembaca
demi kesempurnaan proposal ini, sehingga proposal ini dapat bermanfaat seperti
yang kami harapkan. sebagai akhir kata, kami harapkan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang, 19 Januari 2023

Kelompok Srikandi

ii
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................
KATA PENGANTAR ...............................................................................ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................. 2
D. Manfaat ........................................................................................... 3
BAB II
PEMBAHASAN ........................................................................................ 4
A. Landasan Teori ................................................................................ 4
B. Tujuan ............................................................................................. 4
C. Aktivitas Dan Indikasi .................................................................... 5
D. Jenis Terapi : Stimulasi Sensori ..................................................... 5
1. Sesi II Menggambar................................................................... 9
2. Sesi III Menonton Video ........................................................... 18
BAB III
PENGORGANISASIAN DAN ROLEL PLAY ...................................... 23
BAB IV
PENUTUP .................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Skizofrenia merupakan penyakit kronis, parah, dan melumpuhkan,
gangguan otak yang ditandai dengan pikiran kacau, waham, delusi,
halusinasi dan perilaku aneh atau katatonik. Skizofrenia merupakan suatu
gangguan jiwa berat yang bersifat kronis yang ditandai dengan hambatan
dalam berkomunikasi, gangguan realitas, afek tidak wajar atau tumpul,
gangguan fungsi kognitif serta mengalami kesulitan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari (Pardede & Laia., 2020). Masalah gangguan kesehatan
jiwa di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang serius. WHO
memperkirakan sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan
kesehatan jiwa, 135 juta orang diantaranya mengalami halusinasi.
Diperkirakan penduduk Indonesia yang menderita gangguan jiwa sebesar
2-3% jiwa, yaitu sekitar 1 sampai 1,5 juta jiwa diantaranya mengalami
halusinasi (Aritonang, 2021).
Halusinasi merupakan distorsi persepsi palsu yang terjadi pada
respon neurobiologist maladaptive, penderita sebenarnya mengalami
distorsi sensori sebagai hal yang nyata dan meresponnya. Diperkirakan ≥
90% penderita gangguan jiwa jenis halusinasi. dengan bentuk yang
bervariasi tetapi sebagian besarnya mengalami halusinasi pendengaran
yang dapat berasal dari dalam diri individu atau dari luar individu tersebut,
suara yang didengar bisa dikenalnya, jenis suara tunggal atau multiple
yang dianggapnya dapat memerintahkan tentang perilaku individu itu
sendiri (Yanti, et al, 2020). Halusinasi juga merupakan salah satu gejala
gangguan persepsi sensori yang dialami oleh pasien gangguan mental.
biasanya penderita merasakan sensasi suara, penegelihatan, rasa, sentuhan,
atau penciuman tanpa rangsangan yang nyata (Pardede, 2020).

1
Menurut Livana (2020) menyatakan bahwa dampak yang dapat
ditimbulkan oleh pasien yang mengalami halusinasi adalah kehilangan
kontrol dirinya. Pasien akan mengalami panik dan perilakunya
dikendalikan oleh halusinasi. Pada situasi ini pasien dapat melakukan
bunuh diri (suicide), membunuh orang lain (homicide), bahkan merusak
lingkungan Untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan halusinasi,
dibutuhkan penanganan yang tepat. Dengan banyaknya angka kejadian
halusinasi, semakin jelas bahwa dibutuhkan peran perawat untuk
membantu pasien agar dapat mengontrol halusinasinya.
Adapun gejala-gejala yang dapat diamati pada pasien halusinasi
diantaranya bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,
menunjuk ke arah tertentu, ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas,
mencium seperti sedang membaubauin sesuatu, menutup hidung.
Halusinasi benar - benar nyata dirasakan oleh klien yang mengalaminya,
seperti mimpi saat tidur. Klien mungkin tidak punya cara untuk
menentukan persepsi tersebut nyata, sama halnya seseorang seperti
seseorang yang mendengarkan siaran ramalan cuaca dan tidak lagi
meragukan orang yang berbicara tentang cuaca tersebut. Ketidakmampuan
untuk mempersepsikan stimulus secara riil dapat menyulitkan kehidupan
klien. Karenanya halusinasi menjadi prioritas untuk segera diatasi (Putri,
2017).
Upaya yang dilakukan untuk menangani klien halusinasi adalah
dengan memberikan tidakan keperawatan yaitu membantu pasien
mengenali halusinasi, isi halusinasi, waktu terjadi halusinasi, frekuensi
terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan
respon klien saat halusinasi muncul. Kemuadian dengan melatih klien
mengontrol halusinasi dengan menggunakan strategi pelaksanaanya itu
dengan cara menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain,
melakukan aktivitas yang terjadwal dan menggunakan obat secara teratur
(Sutinah, et al, 2020).

2
Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan sensori, upaya memusatkan perhatian, kesegaran
jasmani dan mengekspresikan perasaan. Penggunaan terapi kelompok dalam
praktek keperawatan jiwa akan memberikan dampak positif dalam upaya
pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan. Terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi ini sebagai upaya untuk memotivasi
proses berpikir, mengenal halusinasi, melatih pasien mengontrol halusinasi
serta mengurangi perilaku mal adaptif (Sutinah, et al, 2020).
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok pasien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Terapi aktivitas kelompok sudah sejak lama
dimasukkan dalam program terapi keperawatan di dunia yang merupakan
salah satu dari interpensi keperawatan yang diprogramkan terhadap pasien
jiwa skizoprenia dengan masalah pasien yang mengalami halusinasi (Ningsih,
Murtiani & Ilyas, 2013).
Menurut Kaliat (2004) ada beberapa jenis TAK salah satunya adalah
jenis TAK stimulasi sensori untuk pasien Halusinasi. Kegiatan TAK
meliputi : mendengarkan musik, menggambar dan menonton video.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana penerapan terapi aktivitas kelompok: stimulasi sensori
untuk pasien halusinasi sebagai tindakan terapeutik asuhan keperawatan
jiwa?

C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Setelah dilakukan TAK diharapkan dapat menstimulasi sensori pasien,
dapat diobservasi berupa ekspresi perasaan non-verbal (ekspresi
wajah, gerakan tubuh)
2. Tujuan khusus
a. Pasien dapat berespon terhadap suara yang didengar
b. Pasien mampu berespon terhadap gambar yang dilihat

3
c. Pasien mampu mengekspresikan perasaan melalui gambar yang
dilihat
D. MANFAAT
1. Bagi pasien
Mampu mengekspresikan perasaan yang dirasakan oleh pasien
2. Bagi keluarga
Mampu merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi
3. Bagi ilmu keperawatan
Menambah informasi dan keluasan materi ilmu keperawatan jiwa
dalam memberikan terapi akivitas kelompok stimulasi sensori kepada
pasien halusinasi
4. Bagi penulis
a. Memperoleh pengalaman dalam memberikan tindakan TAK
kepada pasien halusinasi
b. Mengetahui seberapa besar pengaruh tindakan TAK stimulasi
sensori bagi pasien halusinasi

BAB II

PEMBAHASAN

A. LANDASAN TEORI

4
1. Terapi aktivitas kelompok : Stimulasi sensori adalah upaya untuk
menstimulasi semua pancaindera (sensori) agar memberi respon yang
adekuat (Keliat, 2019).
2. Terapi aktivitas kelompok : stimulasi sensori merupakan aktivitas
yang digunakan untuk memberikan stimulasi pada sensori klien,
kemudian diobservasi reaksi sensori klien berupa ekspresi emosi atau
perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka, ucapan. Terapi
aktivitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada penderita yang
mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan
meliputi fasilitas penggunaan pancaindera dan kemampuan
mengekpresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal
(Purwaningsih, 2009).
Jadi, terapi stimulasi sensori merupakan jenis terapi dengan
menstimulasi sensori klien untuk mendapatkan reaksi emosi atau
perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi, dan ucapan.

B. AKTIVITAS DAN INDIKASI


Klien yang mempunyai indikasi TAK-Stimulasi Sensori adalah
klien dengan halusinasi. Aktivitas Stimulasi sensori dapat berupa stimulus
terhadap penglihatan, pendengaran dan lain-lain, seperti gambar, video,
tarian, dan nyanyian. Hal yang harus diperhatikan :
1. Jika klien pergi atau meninggalkan ruangan terapis mengingatkan
kontrak yang telah disepakati.
2. Jika pasien diam fasilitator membujuk klien untuk berbicara jika klien
tetap tidak mau berbicara terapis atau leader meningkatkan motivasi
klien dengan mengatakan “ Yang lain bisa pasti Bapak bisa “.
3. Jika klien melakukan hal –hal yang tidak di inginkan (amuk,
Mengganggu pasien lain, ribut ) terapis mengingatkan tentang aturan
permainan.

C. JENIS TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK : STIMULASI SENSORI

5
TAK stimulasi sensori memiliki 5 sesi yaitu:

a) Sesi 2 : Menggambar
b) Sesi 3 : Menonton TV/video
1. SESI II: Terapi Stimulasi Sensori Menggambar
a. Pengertian
TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus menggambar
pada pasien sehingga terrjadi perubahan perilaku.
b. Tujuan
1) Klien dapat mengekspresikan perasaan melalui gambar.
2) Klien dapat menceritakan  makna gambar yang dibuat.
c. Setting
Pasien duduk berbentuk kotak diawasi oleh perawat (satu pasien
ditemani 1 perawat yang bertanggung jawab untuk mengawasi dan
mengajarkan).
d. Alat
1) Kertas HVS A4
2) Pensil 2B (bila tersedia krayon juga dapat digunakan)
e. Metode
1) Dinamika kelompok
2) Diskusi
f. Langkah kegiatan
1) Persiapan
a) Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 1
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
a) Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien
 Terapis dan klien memakai papan nama
b) Evaluasi / validasi
 Menanyakan perasaan klien saat ini

6
c) Kontrak
 Terapis menjelaskan ketujuan kegiatan, yaitu menggambar
dan menceritakannya kepada orang lain
 Terapis menjelaskan aturan main berikut
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,
harus minta izin kepada terapis.
- Lama kegiatan 30 menit.
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai.
3) Tahap kerja
a) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu
menggambar dan menceritakan hasil gambar kepada klien lain .
b) Terapis membagikan kertas dan pensil untuk tiap klien
c) Terapis meminta klien menggambar apa saja sesuai dengan yang
diinginkan saat ini
d) Sementara klien mulai menggambar, terapis berkeliling, dan
memberi penguatan kepada klien untuk terus menggambar.
e) Jangan mencela klien.
f) Setelah semua klien selesai menggambar, terapis meminta
masing-masing klien untuk memperlihatkan dan menceritakan
gambar yang telah dibuatnya pada klien lain. Yang harus
diceritakan adalah gambar apa dan apa makna gambar tersebut
untuk klien.
g) Kegiatan point e dilakukan sampai semua klien mendapat
giliran.
h) Setiap kali klien selesai menceritakan gambarnya, terapis
mengajak klien lain bertepuk tangan.
4) Tahap terminasi
a) Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
 Terapis memberiikan pujian atas keberhasilan kelompok.

7
b) Tindak lanjut
Trapis menganjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan
melalui gambar.
c) Kontrak yang akan datang
 Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu menonton TV.
 Menyepakati waktu dan tempat.
5) Evaluasi dan Dokumentasi
a) Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang di evaluasi adalah kemampuan klien sesuai
dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi sensori menggambar,
kemampuan klien yang diharapkan adalah mampu mengikuti kegiatan,
menggambar, menyebutkan apa yang digambar dan menceritakan
makna gambar.

SESI 2: TAK

STIMULASI SENSORI MENGGAMBAR

KEMAMPUAN MEMBERI RESPON TERHADAP MENGGAMBAR

N NAMA KLIEN
ASPEK YANG DINILAI
O

1. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

2. Menggambar sampai selesai

3. Menyebutkan gambar apa

4. Menceritakan makna gambar

Petunjuk :

8
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien mengikuti,
menggambar, menyebutkan gambar dan menceritakan makna gambar. Beri
tanda  (√) jika klien mampu dan tanda (×) jika klien tidak mampu
b) Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat


TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien contoh : klien
mengikuti sesi 2 TAK stimulasi sensori menggambar. Klien
mengikuti sampai selesai. Klien mampu menggambar,
menyebutkan nama gambar, dan menceritakan makna gambar.
Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan melalui gambar.

SESI III: Terapi Stimulasi Sensori Menonton TV/Video

a. Pengertian
TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus suara dan
melihat pada pasien sehingga terjadi perubahan perilaku
b. Tujuan
1) Klien dapat memberi respon terhadap tontonan TV/Video (jika
menonton TV, acara tontonan hendaknya dipilih yang positif dan
bermakna terapi untuk klien).
2) Klien menceritakan makna dari vidio yang ditonton.
c. Setting
Pasien duduk berbentuk kotak diawasi oleh perawat (satu pasien
ditemani 1 perawat yang bertanggung jawab untuk mengawasi dan
mengajarkan).
d. Alat
1) Video/CD player dan video tape/CD
2) Televise
e. Metode
Diskusi

9
f. Langkah kegiatan
1) Persiapan
a) Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti
TAK sesi 3
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
a) Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien
 Terapis dank lien memakai papan nama
b) Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c) Kontrak
 Terapis menjelaskan tujuan kegiatan,  yaitu menonton
TV/video dan menceritakannya
 Terapis menjelaskan aturan main berikut
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,
harus minta izin kepada terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai
3) Tahap kerja
a) Terapus menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu
menonton TV/video petikan film “laskar pelangi” dan
menceritakan makna yang telah ditonton.
b) Terapis memutar TV/VCD yang telah disiapkan.
c) Terapis mengobservasi klien selama menonton TV/video
d) Setelah menonton, masing-masing klien diberi kesempatan
menceritakan isi tontonan dan maknanya untuk kehidupan
klien. Berurutan searah jarum jam, dimulai dari klien yang ada
disebelah kiri terapis. Sampai semua klien mendapat giliran.

10
e) Setelah selesai klien menceritakan persepsinya, terapis
mengajak klien lain bertepuk tangan dan memberiikan pujian.
4) Tahap Terminasi
a) Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
 Terapis memberiikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk menonton acara TV yang
baik
c) Kontrak yang akan datang
 Menyepakati TAK yang akan dating sesuai dengan indikasi
klien
 Menyepakati waktu dan tempat
5) Evaluasi dan Dokumentasi
a) Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk stimlasi
sensori menonton, kemampuan klien yang diharapkan adalah
mengikuti kegiatan, berespon terhadap tontonan, menceritakan
isi tontonan, dan mengungkapkan perasaan saat menonton.
Formulir evaluasi sebagai berikut :

SESI 3: TAK
STIMULASI SENSORIS  MENONTON

KEMAMPUAN MEMBERI  RESPON PADA TONTONAN

N NAMA KLIEN
ASPEK YANG DINILAI
O

11
1. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
TAK

2. Memberi respon pada saat menonton


(senyum, sedih, dan gembira)

3. Menceritakan cerita dalam TV/video

4. Menceritakan perasaan saat menonton

Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien mengikuti,
berespon, menceritakan, dan menyampaikan perasaan saat menonton. Beri
tanda  (√) jika klien mampu dan tanda (×) jika klien tidak mampu
b) Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK
pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contohnya :
klien mengikuti sesi 3 TAK stimulasi sensori menonton.
Klien mengikuti kegiatan sampai selesai, ekspresi datar,
dan tanpa respon, klien tidak dapat menceritakan isi
tontonan dan perasaannya. Tingkatkan stimulus diruangan,
ulang kembali dengan stimulus yang berbeda.

12
BAB III

PENGORGANISASIAAN DAN ROLE PLAY

A. WAKTU DAN TEMPAT

Hari Dan Tanggal :

Waktu :

Tempat : Srikandi

B. MEDIA DAN ALAT

1. Laptop
2. Speaker
3. Musik
4. Pensil Warna, Buku Gambar
5. Buku Dan Bolpoin
6. Jadwal Kegiatan Klien
7. Meja

C. PENGORGANISASIAN

1. TERAPIS SESI 2 : MENGGAMBAR

Leadear : Paulina Apriliani Erna P.D

Alfira Cahya Anggraeni

Tofi'ah

Fasilitator :
1. Hizroh Rochmah Tulloh
2. Ayu Dea Kharisma W.

Pasien :
1. Tn. S
2. Tn. S
3. Tn. J
4. Sdr. T

13
5. Sdr. N

TERAPIS SESI 3 : MENONTON VIDEO

Leadear : Hizroh Rochmah Tulloh

Ayu Dea Kharisma W.

Fasilitator :
1. Tofi’ah
2. Alfira Cahya Anggraeni
3. Paulina Apriliani Erna P.D

Pasien :
1. Tn. S
2. Tn. S
3. Tn. J
4. Sdr. T
5. Sdr. N

D. PERAN DAN TUGAS

1. Uraian Tugas Pelaksana


a. Leader
1. Memimpin jalannya therapy aktifitas kelompok.
2. Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya therapy.
3. Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK
4. Memimpin diskusi kelompok.
5. Membuka acara.
b. Co. Leader
1. Mendampingi Leader
2. Mengambil alih posisi leader jika leader bloking.
3. Menyerahkan kembali posisi kepada leader.
4. Menutup acara diskusi.
c. Fasilitator

14
1. Ikut serta dalam kegiatan kelompok.
2. Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok
untuk aktif mengikuti jalannya therapy.
d. Observer
1. Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format
yang tersedia).
2. Mengawasi jalannya aktifitas kelompok dari mulai persiapan,
proses, hingga penutupan.

E. KRITERIA PASIEN
1. Pasien dengan halusinasi yang sudah kooperatif
2. Pasien yang tidak mengalami gangguan komunikasi verbal
3. Pasien bisa menulis dan membaca
4. Pasien yang bersedia mengikuti TAK

F. SETTING TEMPAT

Keterangan Gambar :

: Leader

15
: Leader

: Fasilitator

: Pasien

16
G. TATA TERTIB DAN ANTISIPASI MASALAH
1. Tata tertib pelaksanaan TAK Halusinasi
a. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK sampai dengan selesai
b. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara TAK dimulai
c. Peserta berpakaian rapi, bersih, dan sudah mandi
d. Peserta tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama
kegiatan TAK berlangsung
e. Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat
tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin
f. Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan dari
permainan
g. Peserta dilarang meninggalkan tempat sebelum acara TAK selesai
h. Apabila waktu yang ditentukan untuk melaksanakan TAK telah
habis, sedangkan permainan belum selesai, maka pemimpin akan
meminta persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu TAK

2. Antisipasi kejadian yang tidak diinginkan pada proses TAK


Penanganan klien yang tidak efektif saat aktifitas kelompok
a. Memanggil klien
b. Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab
sapaan perawat atau klienyang lain

3. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit:


a. Panggil nama klien
b. Tanya alasan klien meninggalkan permainan
c. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan
pada klien bahwaklien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu
klien boleh kembali lagi

17
4. Bila ada klien lain ingin ikut
a. Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang
telah dipilih

b. Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin
dapat diikuti oleh klien tersebut

c. Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak


memberi peran pada permainan tersebut

18
BAB IV
LAPORAN HASIL TAK

19
BAB V
PENUTUP

A. SIMPULAN
Terapi aktivitas kelompok merupakan timulasi sensori adalah
upaya untuk menstimulasi semua pancaindera (sensoori) agar member
respon yang adekuat. Tujuannya adalah agar klien dapat berespon terhadap
stimulus pancaindera yang diberikan. Aktivitas Stimulasi sensori dapat
berupa stimulus terhadap penglihatan, pendengaran dan lain-lain, seperti
gambar, video, tarian, dan nyanyian. Klien yang mempunyai indikasi
TAK-Stimulasi Sensori adalah klien isolasi sosial, menarik diri, harga diri
rendah yang disertai dengan kurang komunikasi verbal.

B. SARAN

Terapi aktivitas kelompok sudah sepantasnya masuk dalam standar


asuhan keperawatan jiwa dan menjadi integral dalam standar assuhan
keperawatan jiwa khususnya pada tindakan keperawatan jiwa yang
diberikan pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan jiwa utamanya di
ruang rawat inap rumah sakit jiwa. Dengan demikian menjadi kewajiban
perawat untuk memberikan terapi aktivitas kelompok secara rutin sesuai
dengan kebutuhan di berbagai tatanan pelayanan kesehatan jiwa dan
menjadikannya sebagai bagian dari budaya profesional sehingga dapat
meningkatkan citra dan mutu pelayanan keperawatan jiwa bagi pasien dan
keluarganya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Keliat,Budi Anna. 2004. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok.


Jakara: EGC

Purwaningsih, Wahyu. 2009. Asuhan Keerawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha


Medika

Manullang et al. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Pada Pasien


Halusinasi Di Yayasan Pemenang Jiwa Sumatera

Aritonang, M, 2021. Efektifitas Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi


Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran
Pada Pasien Ruang Cempaka Di RSJ Prof. Dr. M. Ildrem
Medan Tahun 2019. Jurkessutra: Jurnal Kesehatan Surya
Nusantara, 9 (1).

Pardede, J.A. 2020. Decreasing Hallucination Response Through


Perception Stimulation Group Activity Therapy In
Schizophrenia Patients. Iar Journal of Medical Science. 1(6),
304-309

Sutinah, S., Harkomah, I., & Saswati, N. 2020. Terapi aktivitas Kelompok
Stimulasi Sensori (Halusinasi) Pada Klien Halusinasi Di Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jambi. Jurnal Pengabdian Masyarakat
Dalam Kesehatan, 2 (2).

Candra et al. n.d. Eksistensi Terapi Aktivitas Kelompok dalam Tindakan


Keperawatan Jiwa. (Diakses 1 Januari 2023).
http://kumpulanmaterikeperawatan.blogspot.com/2011/05/lapor
an-terapi-aktivitas kelompok.html

21

Anda mungkin juga menyukai