Anda di halaman 1dari 32

MINI RISET

PENGARUH TERAPI PSIKORELIGIUS DZIKIR PADA PASIEN


GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
DI RUANG WISMA ANTAREJA
RSJ PROF.DR.SOEROJO MAGELANG

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik Stase Keperawatan jiwa

Disusun Oleh:
Kelompok 2

1. Ai Maulidina Hasanah 8. Iyan Farida


2. Dede Setyandi Yusif 9. Rifki Khaerunnisa
3. Endah Fitriani Janatul H 10. Ringga Anjaya
4. Evvy Khoerunnisa 11. Shema Tri Pelita I
5. Fahriza Rizkullah 12. Muhammad Lutfi
6. Fahrul Mahaludin 13. Jihan Rintan Abidin
7. Inka Tri Laksana N 14. Via Alfiyah Awaliyani

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun

mini riset tentang pengaruh terapi psikoreligius dzikir pada pasien

gangguan persepsi sensori: halusinasi di ruang wisma antareja RSJ

Prof.dr.Soerojo Magelang, sebagai salah satu tugas untuk memenuhi tugas

Pendidikan Profesi Ners Stase Keperawatan Jiwa. Shalawat serta salam

selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah

membawa sebuah cahaya dalam kegelapan dunia.

Dalam penyusunan mini riset tentang pengaruh terapi psikoreligius

dzikir pada pasien gangguan persepsi sensori: halusinasi di ruang wisma

antareja RSJ Prof.dr.Soerojo Magelang ini tentu tidaklah lepas dari

hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak maka hambatan dan kesulitan dapat teratasi dengan baik.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan

dan semoga mini riset tentang pengaruh terapi psikoreligius dzikir pada

pasien gangguan persepsi sensori: halusinasi di ruang wisma antareja RSJ

Prof.dr.Soerojo Magelang ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,

khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Semoga Allah

SWT. meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisi-Nya, Aamiin.

Magelang, Juli 2022

Penyusun

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................1
1.2 Tujuan Terapi ..................................................................................4
1.2.1 Tujuan Umum ..........................................................................4
1.2.2 Tujuan Khusus .........................................................................4
1.3 Manfaat terapi .................................................................................4
BAB II TELAAH JURNAL ..........................................................................6
2.1 Telaah Jurnal ...................................................................................6
BAB III PENERAPAN DAN HASIL TERAPI ..........................................10
3.1 Penerapan Terapi ..........................................................................10
3.2 Hasil Terapi ...................................................................................10
BAB IV PEMBAHASAN ...........................................................................14
4.1 Gambaran Tanda Gejala Pada Pasien Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi Sebelum dan Sesudah Terapi Psikoreligius
Dzikir ...............................................................................................14
4.2 Gambaran Terapi Psikoreligius Dzikir Pada Pasien Gangguan
Sensori Persepsi: Halusinasi ............................................................15
4.3 Pengaruh Terapi Psikoreligius Dzikir Pada Pasien Gangguan
Sensori Persepsi: Halusinasi ............................................................15
BAB V PENUTUP ......................................................................................18
5.1 Simpulan .......................................................................................18
5.2 Saran .............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................20
LAMPIRAN ................................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat yang terdiri dari

sehat emosional, psikologis, dan sosial yang dapat dilihat dari hubungan

interpersonal yang memuaskan, perilaku yang efekif, konsep diri yang

mengarah ke positif serta kestabilan emosional. Kesehatan jiwa yaitu

kondisi individu yang tubuh dan berkembang serta utuk

mempertahankan kesesuaian untuk mengendalikan diri agar terhindar

dari stress yang serius dan berlebihan (Direja & Herman, 2011).

Gangguan jiwa adalah suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku

yang paling penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan

dikaitkan dengan adanya stress atau disabilitas atau disertai peningkatan

resiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat

kehilangan kebebasan (Videbeck & L, 2008).

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien

mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa

suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan atau penghiduan. Klien

merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damayanti & Iskandar,

2012). Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam

membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal

(dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan

1
tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien

mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara

(Kusumawati & Hartono, 2012).

Tanda dan gejala halusinasi seperti berbicara sendiri, tersenyum

sendiri, tertawa sendiri, menarik diri dari orang lain, dan tidak dapat

membedakan yang nyata dan tidak nyata. Pasien yang mengalami

halusinasi yang tidak mendapatkan pengobatan maupun perawatan lebih

lanjut dapat menyebabkan perubahan perilaku seperti agresif, bunuh

diri, menarik diri dari lingkungan dan dapat membahayakan diri sendiri,

orang lain dan lingkungan Upaya yang dilakukan untuk mencegah

terjadinya resiko buruk terhadap pasien, keluarga dan lingkungan

sekitar adalah dengan jalan memberikan terapi pada pasien halusinasi.

Terapi yang dilakukan untuk mengurangi halusinasi pada pasien

skizofrenia adalah dengan cara pemberian terapi medis dan juga

psikoterapi. Terapi medis dan psikoterapi tersebut harus dilakukan

secara bersamaan agar didapat hasil yang lebih optimal. Pemberian

terapi medis meliputi pemberian antipsikotik atau yang dikenal juga

sebagai obat-obatan neuroleptik, yang terdiri dari dua jenis yaitu

antipsikotik tipikal dan antipsikotik atipikal yang berguna untuk

mengurangi gejala psikotik yang terjadi pada pasien skizofrenia.

Berdasarkan Kaplan et al., (2010) menyatakan hanya 10% pasien yang

efektif dalam pemberian antipsikotik dan perawatan dirumah sakit yang

singkat. Sedangkan selebihnya membutuhkan terapi yang

2
komprehensif. Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pasien juga

membutuhkan terapi lainnya seperti psikoterapi disamping terapi medis.

Terapi psikoreligius: dzikir menurut bahasa berasal dari kata

”dzakar” yang berarti ingat. Dzikir juga di artikan “menjaga dalam

ingatan”. Jika berdzikir kepada Allah artinya menjaga ingatan agar

selalu ingat kepada Allah ta’ala. Dzikir menurut syara’ adalah ingat

kepada Allah dengan etika tertentu yang sudah ditentukan Al-Qu’an dan

hadits dengan tujuan mensucikan hati dan mengagungkan Allah.

Menurut Ibnu Abbas R.A. Dzikir adalah konsep, wadah, sarana, agar

manusia tetap terbiasa dzikir (ingat) kepadaNya ketika berada diluar

sholat. Tujuan dari dzikir adalah mengagungkan Allah, mensucikan hati

dan jiwa, mengagungkan Allah selaku hamba yang bersyukur, dzikir

dapat menyehatkan tubuh, dapat mengobati penyakit dengan metode

Ruqyah, mencegah manusia dari bahaya nafsu (Stuart & Gail, 2007).

Terapi dzikir bisa dilakukan apabila dilaflakan secara baik dan

benar bisa membuat hati menjadi tenang dan rileks. Terapi dzikir juga

dapat diterapkan pada pasien yang mengalami halusinasi karena jika

pasien melakukan terapi dzikir dengan tekun dan memusatkan

perhatiannya dengan sempurna (khusu’) maka dapat memberikan

dampak saat halusinasi itu muncul, pasien juga bisa menghilangkan

suara-suara yang muncul apabila menyibukkan diri dengan malafazkan

dzikir (Hidayati et al., 2014).

3
1.2 Tujuan Terapi

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi non medis

psikoreligius dzikir terhadap pasien dengan masalah gangguan

sensori persepsi: Halusinasi

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi gambaran tanda dan gejala sebelum dan

sesudah dilakukan terapi psikoreligius dzikir pada pasien

gangguan persepsi persepsi: halusinasi

2. Mengidentifikasi gambaran kemampuan sebelum dan sesudah

latihan terapi psikoreligius dzikir pada pasien gangguan persepsi

persepsi: halusinasi

3. Menganalisis pengaruh sebelum dan sesudah diberikan terapi

psikoreligius dzikir pada pasien gangguan persepsi sensori:

halusinasi

1.3 Manfaat terapi

1. Manfaat teoritis

Diharapkan jurnal raiset ini dapat digunakan sebagai bahan

referensi oleh mahasiswa ataupun pendidikan pada bidang ilmu

terutama tentang metode penanganan non medis yaitu terapi

psikoreligius pada pasien dengan masalah gangguan sensori

persepsi: Halusinasi

4
2. Manfaat praktis

Diharapkan mini riset ini dapat digunakan sebagai salah satu

terapi non farmakologi pada pasien yang mengalami masalah

gangguan persepsi sensori: Halusinasi dengan memberikan terapi

dzikir untuk mengontrol halusinasi.

5
BAB II
TELAAH JURNAL

2.1 Telaah Jurnal

No Nama Sasaran Efektivitas


Judul Link Jurnal Penerbit Jurnal
Jurnal Penulis Terapi Terapi
Vol. Pengaruh Abdul Thalib https://jurnalgrahaedukasi.org/index.php/JIK JIKKHC Pasien Hasil
KHC/article/view/61/38
02/ No. Efektifitas Hamzah Halusinasi penelitian
02 Pemberian Terapi terdapat
Aktivitas pengaruh
Kelompok Dan (p=0,00)
Terapi
Psikoreligeus
Terhadap
Kemampuan Klien
Mengontrol
Halusinasi Di
Ruang Nyiur

6
RSKD Provinsi
Sulawesi Selatan
Vol: Penerapan Terapi Madepan http://jurnal.poltekkespalu.ac.id/index.php/M Madago Nursing Pasien Hasil
02. Psiko Religius: Mulia, Julita NJ/article/download/379/190/1866 Journal Halusinasi penelitian
No.01 Dzikir Terhadap Sari, Dewi terdapat
Tanda Dan Gejala Damayanti pengaruh
Serta Kemampuan (p=0,00)
Mengatasi
Halusinasi
Vol. 05 Pengaruh Terapi Pratiwi http://ji.unbari.ac.id/index.php/ilmiah/article/ JIUBJ Pasien Hasil
No. 03 Psiko Religious: Gasril, view/1063 Halusinasi penelitian
Dzikir Dalam Suryani, terdapat
Mengontrol Heppi pengaruh
Halusinasi Sasmitra (p=0,00)
Pendengaran Pada
Pasien Skizoprenia
Yang Muslim Di
Rumah Sakit Jiwa
Tampan Provinsi

7
Riau
Vol. Psiko Religius R.Nur https://journal.ipts.ac.id/index.php/ED/article Jurnal Education Pada Hasil
10. No. Terhadap Abdurkhama /view/3332 and Development Pasien penelitian
01 Perubahan Presepsi n, Halusinasi terdapat
Sensori Pada Muhammad pengaruh
Pasien Halusinasi Azka (p=0,000) p
Pendengaran Di Maulana >0,05
RSUD artinya
Arjawinangun terdapat
Kabupaten Cirebon pengaruh
terapi psiko
religius.
Vol. Pengaruh Terapi Wahyu Catur http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.ph JIKK Wahyu Hasil
08. No. Religius Zikir Hidayati, p/ilmukeperawatan/article/view/243 Catur penelitian
02 Terhadap Dwi Heppy , Hidayati, terdapat
Peningkatan Rochmawati Dwi pengaruh
Kemampuan Targunawan Heppy, (p=0,000)
Mengontrol Rochmawa p >0,05
Halusinasi ti artinya

8
Pendengaran Pada Targunawa terdapat
Pasien Halusinasi n pengaruh
Di RSJD Dr. terapi psiko
Amino religius.
Gondohutomo
Semarang

9
BAB III
PENERAPAN DAN HASIL TERAPI

3.1 Penerapan Terapi

Pada BAB ini akan menjelaskan penerapan terapi psikoreligius

dzikir pada pasien halusinasi yang dilaksanakan pada tanggal 21-23 juli

2022 di Wisma Antareja RSJ Soerojo Hospital Magelang. Pasien yang

akan diberikan terapi merupakan pasien dengan gangguan halusinasi,

data yang diperoleh langsung dari responden dengan jumlah 7 pasien

yang diberikan 3 kali implementasi terapi psikoreligius dzikir selama

10-15 menit yang dinilai menggunakan pre test dan post test dengan 9

butir pertanyaan tanda dan gejala halusinasi sebelum dan sesudah

dilakukan terapi psikoreligius dzikir dan 10 butir pertanyaan

kemampuan latihan dzikir sebelum dan sesudah diberikan terapi

psikoreligius dzikir

3.2 Hasil Terapi

Tabel 3.1 Gambaran Tanda dan Gejala Sebelum dan Sesudah

Dilakukan Terapi Psikoreligius Dzikir Pada Pasien

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

Mean N Std. Std. Error Sig. (2-


Deviation Mean tailed)
Pre_test 7.43 7 .535 .202
.000
Post_test 4.86 7 .900 .340
Sumber : Hasil mini riset tahun 2022

10
Berdasarkan tabel 3.1 di atas, nilai mean tanda gejala pasien

halusinasi setelah dilakukan terapi psikoreligius dzikir terdapat

peningkatan dibandingkan dengan sebelum dilakukan terapi

psikoreligus dzikir dengan selisih mean 2,57 sehingga mendapatkan

hasil p value sebesar 0,000. Maka keputusannya p value <p alpha (0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.

Artinya, terdapat penurunan tanda gejala pasien halusinasi setelah

diberikan terapi psikoreligius dzikir.

Tabel 3.2 Gambaran Kemampuan Sebelum dan Sesudah Latihan

Terapi Psikoreligius Dzikir Pada Pasien Gangguan

Persepsi Sensori: Halusinasi

Sebelum Pemberian Setelah Pemberian


No Nama Pasien
Terapi terapi

1. Tn. R 4 9

2. Tn. S 4 9

3. Tn. E 5 9

4. Tn. A 5 8

5. Tn. D 5 7

6. Tn. S 4 8

7. Tn, D 5 8

Sumber : Hasil mini riset tahun 2022

Dari data di atas diketahui responden sebanyak 7 orang dengan

masalah gangguan halusinasi. Sebelum pemberian terapi dzikir

11
didapatkan hasil skor sebesar 4-5 yang artinya pasien kurang mampu

mengontrol halusinasi dan setelah pemberian terapi dzikir didapatkan

hasil skor sebesar 7-9 yang artinya mampu mengontrol halusinasi.

Tabel 3.3 Pengaruh Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi

Psikoreligius Dzikir Pada Pasien Gangguan Persepsi

Sensori: Halusinasi

N Mean Sum of
Rank Ranks
posttest - Negative Ranks 0a .00 .00
pretest Positive Ranks 7b 4.00 28.00
Ties 0c
Total 7
Sumber : Hasil mini riset tahun 2022

Berdasarkan interpretasi output ranks pada tabel di atas,

didapatkan hasil negative ranks sebesar 0,00 yang artinya tidak ada

penurunan dari pemberian pre test ke post test. Sedangkan, positive

ranks didapatkan hasil sebesar 4.00 yang artinya ada peningkatan pre

test ke post test yang telah dilakukan pemberian terapi psikoreligius

dzikir pada pasien halusinasi.

post test – pretest


Z -2.379b
Asymp. Sig. (2-
.017
tailed)
Sumber : Hasil mini riset tahun 2022

Berdasarkan interpretasi hasil analisis tabel di atas, didapatkan

hasil uji Wilcoxon dengan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar .017.

Maka keputusannya p value <p alpha (0,05), sehingga dapat

12
disimpulkan terdapat pengaruh terapi psikoreligius dzikir pada pasien

halusinasi di Wisma Antareja RSJ Prof.dr.Soerojo Magelang.

13
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Tanda Gejala Pada Pasien Gangguan Persepsi Sensori:

Halusinasi Sebelum dan Sesudah Terapi Psikoreligius Dzikir

Berdasarkan tabel 3.1 diketahui bahwa dari 7 responden hasil

tanda gejala pasien sebelum dilakukan terapi psikoreligius dzikir

mendapatkan skor mean 7.43 dan setelah dilakukan terapi

psikoreligius dzikir didapatkan skor mean 4.86. Berdasarkan hasil

tersebut didaptkan adanya penurunan gejala pada pasien halusinasi

setelah diberikan terapi psikoreligius dzikir.

Peneliti berpendapat bahwa terapi psikoreligius dzikir dapat

melatih dirinya dalam mengontrol halusinasi dan memberikan

ketenangan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Hamzah, (2018)

yang menyatakan bahwa terapi psikoreligius dzikir dapat membantu

pasien halusinasi mengontrol tingkat kemampuannya dengan baik, di

mana terapi tersebut mengajarkan pasien untuk selalu melatih dirinya

untuk dapat mengontrol dan memahami terkait dengan penyakit

halusinasi yang dideritanya.

Selain menurunkan tanda gejala halusinasi, terapi psikoreligius

dzikir dapat menurunkan frekuensi halusinasi sesuai dengan

kemampuan kognitif pasien.

14
4.2 Gambaran Terapi Psikoreligius Dzikir Pada Pasien Gangguan

Sensori Persepsi: Halusinasi

Berdasarkan tabel 3.2 diketahui sesudah dilakukan penerapan

terapi psikoreligius dzikir tanda dan gejala halusinasi adanya

penurunan sehingga pasien mampu mengontrol halusinasinya dengan

nilai skor 7-9. Hal ini karena pasien halusinasi mampu mengontrol

halusinanya memiliki kemampuan kognitif yang baik. Kemampuan

kognitif yang dimiliki pasien berpengaruh terhadap penerimaan terapi

dzikir. Sedangkan, pada pasien dengan kemampuan kurang

mengontrol halusinasinya dengan nilai skor 4-5 karena pasien

tersebut kurang memiliki kemampuan kognitif yang baik. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa terapi psikoreligius dzikir dapat

dipengaruhi oleh tingkat kemampuan kognitif pasien.

4.3 Pengaruh Terapi Psikoreligius Dzikir Pada Pasien Gangguan

Sensori Persepsi: Halusinasi

Berdasarkan data 3.3 didapatkan hasil uji Wilcoxon dengan nilai

Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar .017. Maka keputusannya p value <p

alpha (0,05), sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh terapi

psikoreligius dzikir pada pasien halusinasi di Wisma Antareja RSJ

Prof.dr.Soerojo Magelang.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian Hamzah, (2018) dalam

jurnalnya mengenai Pengaruh Efektivitas Pemberian Terapi Aktivitas

Kelompok dan Terapi Psikoreligius Terhadap Kemampuan Klien

15
Mengontrol Halusinasi di Ruangan Nyiur RSKD Provinsi Sulawesi

Selatan menyatakan bahwa ada pengaruh pemberian terapi

psikoreligius terhadap kemampuan klien dalam mengontrol halusinasi

dengan hasil uji statistik wilcoxon diperoleh nilai hitung p

value=0,000 lebih kecil dari nilai alpha 0,05 yang artinya Ho ditolak

dan Ha diterima.

Elemen spiritual pada diri manusia mengintegrasikan dan

mempersatukan elemen kebutuhan fisik, emosi dan intelektual. Oleh

karena itu penanganan gangguan-gangguan kesehatan termasuk

skizofrenia harus dibantu dengan terapi spiritual. Beberapa penelitian

juga menyebutkan bahwa terapi yang bersifat spiritual dianggap

mampu mengatasi gangguan-gangguan psikis pada individu seperti,

stress, depresi dan skizofrenia.

Hal tersebut sesuai dengan teori Dermawan & Rusdi, (2013)

yang mengatakan bahwa salah satu tindakan keagamaan yang penting

adalah berdo’a, yakni memanjatkan permohonan kepada Tuhan

supaya memperoleh sesuatu kehendak yang diridhai. Dari masa ke

masa pengaruh do’a terus menerus mendapat perhatian penting.

WHO telah menyempurnakan batasan sehat dengan menambahkan

satu elemen spiritual (agama) sehingga sekarang ini yang dimaksud

dengan sehat adalah tidak hanya sehat dalam arti fisik, psikologi, dan

sosial. Tetapi juga sehat dalam arti spiritual (agama) sehingga

dimensi sehat menjadi bio-psiko-sosial-spiritual.

16
Saat berdzikir seluruh tubuh akan merasakan rileks atau

pengendoran syaraf sehingga ketegangan-ketegangan jiwa (stress)

akibat tidak terpenuhinya kebutuhan jasmani maupun rohani akan

berkurang bahkan bisa saja hilang.

17
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan dan analisa data penelitian yang

berjudul penerapan terapi psikoreligius dzikir pada pasien halusinasi

yang dilaksanakan pada tanggal 21-23 Juli 2022 di Wisma Antareja

RSJ Prof.dr.Seorojo Magelang, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Gambaran tanda dan gejala sebelum dan sesudah dilakukan terapi

psikoreligius dzikir pada pasien gangguan persepsi sensori:

halusinasi terdapat peningkatan dibandingkan dengan sebelum

dilakukan terapi psikoreligus dzikir dengan selisih mean 2,57

sehingga mendapatkan hasil p value (0,000<0,05), artinya

terdapat penurunan tanda gejala pasien halusinasi setelah

diberikan terapi psikoreligius dzikir.

2. Gambaran kemampuan sebelum dan sesudah latihan terapi

psikoreligius dzikir pada pasien gangguan persepsi sensori:

halusinasi didapatkan hasil adanya penurunan tanda dan gejala

sesudah dilakukan penerapan terapi psikoreligius dzikir.

4. Terdapat pengaruh terapi psikoreligius dzikir pada pasien

gangguan persepsi sensori: halusinasi dengan p value (0,017<

0,05).

18
5.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan

antara lain:

1. Bagi pasien di Wisma Antareja

a. Para pasien diharapkan untuk lebih semangat belajar tentang

agama dan tidak boleh bermalas-malasan dengan kegiatan

keagamaan yang sudah dijadwalkan oleh RSJ Prof.dr.Soerojo

Magelang

b. Para pasien diharapkan agar selalu mengamalkan dzikir sehari-

hari dalam setiap aktivitasnya agar selalu diberikan ketenangan,

dapat membantu mengontrol halusinasi dan supaya selalu

mendekatkan diri mengingan Allah SWT

2. Bagi petugas

a. Diharapkan menambah peran pembimbing keagamaan yang ada

di RSJ Prof.dr.Soerojo Magelang

b. Harus ada motivasi yang diberikan petugas RSJ Prof.dr.Seorojo

Magelang, tentang kegiatan keagamaan di masjid dengan para

pasien

3. Bagi Penulis

Bagi penulis selanjutnya diharapkan untuk mengeksplor

terkait hal-hal pelaksanaan dzikir di Wisma Antareja RSJ

Prof.dr.Seorojo Magelang, karena pasien harus mempunyai

semangat hidup dan bisa mengontrol halusinasi pada diri sendiri.

19
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:


Refika Aditama.
Dermawan, D., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka
Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Magelang: Gosyen Publishing.
Direja, & Herman, A. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Hamzah, A. T. (2018). Pengaruh Efektifitas Pemberian Terapi Aktivitas
Kelompok Dan Terapi Psikoreligeus Terhadap Kemampuan Klien
Mengontrol Halusinasi Di Ruang Nyiur RSKD Provinsi Sulawesi
Selatan. JIKKHC, Vol.02(No.02).
Hidayati, A., M.Zaim, Rukun, K., & Darmansyah. (2014). The
Development Of Character Education Curriculum For Elementary
Student In West Sumatera. International Journal of Education and
Research, Vol. 2 (No.6).
Kaplan, H. ., Sadock, B. ., & Grebb, J. . (2010). Sinopsis Psikiatri : Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi 2: Dr.I. Made Wiguna S.
Jakarta: EGC.
Kusumawati, F., & Hartono. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
Stuart, & Gail. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5 cetakan I.
Jakarta: EGC.
Videbeck, & L, S. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

20
LAMPIRAN

21
Lampiran 1 Kuesioner

Tanda-Gejala Sebelum Dilakukan Terapi Psikoreligius Dzikir


No Tanda-Gejala Ya Tidak
1 Mendengar suara bisikan
Merasakan sesuatu melalui mendengar
2
suara bisikan
3 Merasakan sesuatu di dalam tubuh
4 Mengalami kekacauan pikiran
Mengalami distorsi kesalahan
5
mempersepsi sensori (stimulus)
6 Respon tidak sesuai
7 Kontak mata mudah beralih
8 Bersikap seolah mendengar kekacauan
Tampak merenung atau berbicara
9
sendiri

Nilai skor:
Ya =1
Tidak = 0

22
Kemampuan Latihan Dzikir Sebelum Diberikan Terapi Psikoreligius
Dzikir
No Tahap kerja Ya Tidak
1 Bersuci atau berwudhu dan menggunakan sarung
2 Menghadap kiblat
3 Duduk sila dan tenang
4 Menggunakan tasbih ketika berdzikir
5 Membaca lafadz Basmallah sebelum dzikir
6 Membaca lafadz astaghfirullah sebanyak 11x
7 Membaca lafadz Laillahaillah sebanyak 11x
8 Membaca lafadz Subhanallah sebanyak 11x
9 Lantunan dibaca dengan lembut dan jelas
10 Pasien terlihat menghayati bacaan tersebut

Kriteria nilai:
Mampu = 7-10
Kurang mampu = 4-6
Tidak mampu = 1-3

23
Tanda-Gejala Setelah Dilakukan Terapi Psikoreligius Dzikir
No Tanda-Gejala Ya Tidak
1 Mendengar suara bisikan
Merasakan sesuatu melalui mendengar
2
suara bisikan
3 Merasakan sesuatu di dalam tubuh
4 Mengalami kekacauan pikiran
Mengalami distorsi kesalahan
5
mempersepsi sensori (stimulus)
6 Respon tidak sesuai
7 Kontak mata mudah beralih
8 Bersikap seolah mendengar kekacauan
Tampak merenung atau berbicara
9
sendiri

Nilai skor:
Ya =1
Tidak = 0

24
Kemampuan Latihan Dzikir Setelah Diberikan Terapi Psikoreligius
Dzikir
No Tahap kerja Ya Tidak
1 Bersuci atau berwudhu dan menggunakan sarung
2 Menghadap kiblat
3 Duduk sila dan tenang
4 Menggunakan tasbih ketika berdzikir
5 Membaca lafadz Basmallah sebelum dzikir
6 Membaca lafadz astaghfirullah sebanyak 11x
7 Membaca lafadz Laillahaillah sebanyak 11x
8 Membaca lafadz Subhanallah sebanyak 11x
9 Lantunan dibaca dengan lembut dan jelas
10 Pasien terlihat menghayati bacaan tersebut

Kriteria nilai:
Mampu = 7-10
Kurang mampu = 4-6
Tidak mampu = 1-3

25
Lampiran 2 Jawaban Kuesioner Pasien

26
27
28
29

Anda mungkin juga menyukai