Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TERAPI OKUPASI DAN REHABILITASI


Makalah Ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan
Jiwa I.

Disusun oleh:
- Azkiya Putri Arifin (12210172)
- Enur Andriani (12210054)
- Herlina Putri Maspufah (12210175)
- Risa Cahya Kamila (12210182)
- Salvira Desvia Pratami (12210186)
- Wulan Permatasari (12210168)

Sekolah Tinggi Kesehatan Indonesia (STKINDO)


Wirautama
2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas rahmat dan hidayah-Nya, kita dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW.

Makalah berjudul “TERAPI OKUPASI DAN REHABILITASI” ini disusun


untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa I. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang terapi okupasi dan rehabilitasi bagi para
pembaca dan juga bagi kami selaku penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu selaku dosen Mata Kuliah
Keperawatan Jiwa I. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan kepada kita
semua. Aamiin yarabal alamiin.

Bandung, Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3

A. Pengertian Terapi Okupasi .............................................................................. 3


B. Fungsi dan Tujuan Terapi Okupasi .................................................................. 3
C. Proses Terapi Okupasi..................................................................................... 5
D. Terapi Okupasi pada Pasien Gangguan Jiwa berdasarkan Jurnal ...................... 6
E. Pengertian Terapi Rehabilitasi......................................................................... 8
F. Tujuan Terapi Rehabilitasi .............................................................................. 9
G. Tahap-tahap Rehabilitasi Pasien Gangguan Jiwa ............................................. 9
H. Terapi rehabilitasi pada Pasien Gangguan Jiwa berdasarkan Jurnal ................. 10
I. Perbedaan Terapi Okupasi dan Rehabilitasi Medis .......................................... 11

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 12

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 12
B. Saran .............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terapi Okupasi adalah bentuk layanan kesehatan kepada masyarakat
atau pasien yang mengalami gangguan fisik dan atau mental dengan
menggunakan latihan/aktivitas mengerjakan sasaran yang terseleksi (okupasi)
untuk meningkatkan kemandirian individu pada area aktivitas kehidupan
sehari-hari, produktivitas dan pemanfaatan waktu luang dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Tujuan utama dari Okupasi Terapi adalah memungkinkan individu
untuk berperan serta dalam aktivitas keseharian. Okupasi terapis mencapai
tujuan ini melalui kerja sama dengan kelompok dan masyarakat untuk
meningkatkan kemampuan mereka untuk terlibat dalam aktivitas yang mereka
inginkan, butuhkan, atau harapkan untuk dikerjakan, serta dengan mengubah
aktivitas atau lingkungan yang lebih baik untuk mendukung keterlibatan dalam
aktivitas.
Dalam memberikan pelayanan kepada individu, okupasi terapi
memerhatikan aset (kemampuan) dan limitasi (keterbatasan) yang dimiliki
individu, dengan memberikan aktivitas yang purposeful (bertujuan) dan
meaningful (bermakna). Dengan demikian diharapkan individu tersebut dapat
mencapai kemandirian dalam aktivitas produktivitas (pekerjaan/pendidikan),
kemampuan perawatan diri (self care), dan kemampuan penggunaan waktu
luang (leisure).
Terapi Rehabilitasi atau rehabilitasi medik adalah terapi yang dilakukan
guna mengembalikan fungsi tubuh yang mengalami masalah, misalnya saraf
terjepit, cedera, patah tulang, dan kelumpuhan akibat stroke. Rehabilitasi medik
juga biasanya diperlukan setelah pasien menjalani operasi tertentu.
Pasien psikiatri juga sama dengan penyakit fisik dalam
kecendrungannya untuk menjadi menahun sehingga memerlukan perawatan
kontinu di rumah sakit atau di rumah. Rehabilitasi mencakup semua terapi
psikiatri non-akut dan terutama untuk mencegah terjadinya penyakit yang
menahun. Unit psikiatri social MRC memperlihatkan bahwa dalam rumah sakit,
dimana ada kemiskinan sosial (misalnya keadaan sekeliling yang menjemukan,
staf tidak aktif, hanya memiliki sedikit pakaian pribadi, kenyamanan pasien
kurang diperhatikan), pasien secara klinik sangat buruk. Lebih lama mereka

1
2

dalam keadaan seperti itu di rumah sakit maka akan semakin parah gejalanya.
Teori yang berperan dalam rehabilitasi salah satunya yaitu teori psikologi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari terapi okupasi?
2. Apa saja tujuan dan fungsi dari terapi okupasi?
3. Bagaimana proses terapi okupasi?
4. Bagaimana terapi okupasi pada pasien gangguan jiwa berdasarkan jurnal?
5. Apa pengertian dari terapi rehabilitasi?
6. Apa saja tujuan dari terapi rehabilitasi?
7. Apa saja tahap-tahap terapi rehabilitasi pada pasien gangguan jiwa?
8. Bagaimana terapi rehabilitasi pada pasien gangguan jiwa berdasarkan
jurnal?
9. Apa perbedaan terapi okupasi dan rehabilitasi medis?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari terapi okupasi.
2. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi dari terapi okupasi.
3. Untuk mengetahui proses terapi okupasi.
4. Untuk mengetahui apa saja dan bagaimana terapi okupasi pada pasien
gangguan jiwa berdasarkan jurnal yang diambil.
5. Untuk mengetahui pengertian dari terapi rehabilitasi.
6. Untuk mengetahui tujuan dari terapi rehabilitasi.
7. Untuk mengetahui tahap-tahap terapi rehabilitasi pada pasien gangguan
jiwa.
8. Untuk mengetahui bagaimana terapi rehabilitasi pada pasien gangguan
jiwa berdasarkan jurnal yang diambil.
9. Untuk mengetahui perbedaan antara terapi okupasi dan rehablitasi medis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Terapi Okupasi

Terapi okupasi merupakan suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi
seseorang dalam melaksanakan suatu tugas terpilih yang telah ditemukan, dengan
maksud mempermudah belajar fungsi dan keahlihan yang dibutuhkan dalam proses
penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal yang perlu ditekankan dalam terapi okupasi
adalah bahwa pekerjaan atau kegiatan yang dilaksanakan oleh klien bukan sekedar
memberi kesibukan pada klien saja, akan tetapi kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan
dapat menyalurkan bakat dan emosi klien, mengarahkan ke suatu pekerjaan yang
berguna sesuai kemampuan dan bakat, serta meningkatkan prokdutivitas (Kusumawati,
F & Hartono, Y. 2010, hlm. 149).

Terapi okupasi berasal dari kata Occupational Therapy. Occupational berarti suatu
pekerjaan, therapy berarti pengobatan. Jadi, Terapi Okupasi adalah perpanduan antara
seni dan ilmu pengetahuan untuk mengarahkan penderita kepada aktivitas selektif, agar
kesehatan dapat ditingkatkan dan dipertahankan, serta mencegah kecacatan melalui
kegiatan dan kesibukan kerja untuk penderita cacat mental maupun fisik. (American
Occupational Therapist Association).

Terapis okupasi membantu individu yang mengalami gangguan dalam fungsi


motorik, sensorik, kognitif juga fungsi sosial yang menyebabkan individu tersebut
mengalami hambatan dalam melakukan aktivitas perawatan diri, aktivitas
produktivitas, dan dalam aktivitas untuk mengisi waktu luang. Tujuan dari pelatihan
terapi okupasi itu sendiri adalah untuk mengembalikan fungsi penderita semaksimal
mugkin, dari kondisi abnormal ke normal yang dikerahkan pada kecacatan fisik
maupun mental, dengan memberikan aktivitas yang terencana dengan memperhatikan
kondisi penderita sehingga penderita diharapkan dapat mandiri di dalam keluarga
maupun masyarakat (Nasir & Muhith, 2011, hlm. 259).

B. Tujuan dan Fungsi Terapi Okupasi

Terapi okupasi adalah medis yang terarah bagi pasien fisik maupun mental dengan
menggunakan aktivitas sebagai media terapi dalam rangka memulihkan kembali fungsi
seseorang sehingga dia dapat mandiri semaksimal mungkin. Aktivitas tersebut adalah
berbagai macam kegiatan yang direncanakan dan disesuaikan dengan tujuan terapi.

3
4

Pasien yang dikirimkan oleh dokter, untuk mendapatkan terapi okupasi adalah dengan
maksud berikut:

1. Terapi khusus untuk pasien mental/jiwa.


a. Menciptakan suatu kondisi tertentu sehingga pasien dapat mengembangkan
kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan
masyarakat sekitarnya,
b. Membantu dalam melampiaskan gerakan-gerakan emosi secara wajar
danproduktif,
c. Membantu menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan
keadaannya.
d. Membantu dalam pengumpulan data guna penegakan diagnosis dan Unduh
penetapan terapi lainnya.

2. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang gerak


sendi, kekuatan otot, dan koordinasi gerakan.
3. Mengajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan, berpakaian, belajar
menggunakan fasilitas umum (telepon, televisi, dan lain-lain), baik dengan
maupun tanpa alat bantu, mandi yang bersih, dan lain-lain.
4. Membantu pasien untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan rutin
dirumahnya, dan memberi saran penyederhanaan (siplifikasi) ruangan maupun
letak alat-alat kebutuhan sehari-hari.
5. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara, dan meningkatkan kemampuan
yang masih ada.
6. Menyediakan berbagai macam kegiatan untuk dijajaki oleh pasien sebagai
langkah dalam pre-cocational training. Berdasarkan aktivitas ini akan dapat
diketahui kemampuan mental dan fisik, kebiasaan kerja, sosialisasi, minat,
potensi dan lainnya dari si pasien dalam mengarahkan pada pekerjaan yang
tepat dalam latihan kerja.
7. Membantu pendenta untuk menerima kenyataan dan menggunakan waktu
selama masa rawat dengan berguna.
8. Mengarahkan minat dan hobi agar dapat digunakan setelah kembali ke
keluarganya.

Program terapi okupasi adalah bagian dari pelayanan medis untuk tujuan rehabilitasi
total seorang pasien malalui kerja sama dengan petugas lain di rumah sakit. Dalam
pelaksanaan terapi okupasi kelihatannya akan banyak overlapping dengan terapi
lainnya sehingga dibutuhkan adalanya kerja sama yang terkoordinir dan terpadu.
5

C. Proses Terapi Okupasi

Dokter yang mengirimkan pasien untuk terapi okupasi akan menyertakan juga data
mengenai pasien yang berupa diagnosis, masalahnya dan juga akan menyatakan apa
yang perlu diperbuat dengan pasien tersebut. Apakah untuk mendapatkan data yang
lebih banyak untuk keperlyan diagnosis, terapi atau rehabilitasi. Setelah pasien berada
di unit terapi okupasi, maka terapis akan bertindak sebagai berikut.

1. Koleksi Data
Data biasa didapatkan dari karu rujukan atau status pasien yang disertakan
pertama kali pasien mengunjungi unit terapi okupasional. Jika dengan
mengadakan wawancara dengan pasien atau keluarganya, atau dengan
mengadakan kunjungan rumah. Data ini diperlukan untuk menyusun rencana
terapi bagi pasien. Proses ini dapat berlangsung beberapa hari sesuai dengan
kebutuhan.
2. Analisa data dan identifikasi masalah
Dari data yang terkumpul dapat ditarik suatu kesimpulan sementara tentang
masalah atau kesulitan pasien. Hal ini dapat berupa masalah di lingkungan atau
pasien itu sendiri.
3. Penentuan Tujuan
Dari masalah dan latar belakang pasien, maka dapat disusun daftar tujuan
terapi sesuai dengan prioritas, baik jangka pendek maupun jangka panjangnya.
4. Penentuan aktivitas
Setelah tujuan terapi ditetapkan, maka dipilihlah aktivitas yang dapat
mencapai tujuan terapi tersebut. Dalam proses ini pasien dapat diikutsertakan
dalam menentukan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan sehingga pasien
merasa ikut bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaanya.
Dalam hal ini harus diingat bahwa aktivitas tersebut tidak akan
menyembuhkan penyakit, namun hanya sebagai media untuk dapat mengerti
masalahnya dan mencoba mengatasinya dengan bimbingan terapis. Pasien juga
harus diberitahu alasan- alasan mengapa dia harus mengerjakan aktivitas
tersebut sehingga dia sadar dan diharapkan akan mengerjakannya dengan aktif.
5. Evaluasi
Evaluasi harus dilaksanakan secara teratur dan terencana sesuai dengan tujuan
terapi. Hal ini perlu agar dapat menyesuaikan program terapi selanjutnya sesuai
dengan perkembangan pasien yang ada. Hasil evaluasi yang didapatkan dapat
dipergunakan untuk merencanakan hal-hal mengenai penyesuaian jenis
aktivitas yang akan diberikan. Namun, dalam hal tertentu penyesuaian aktivitas
6

dapat dilakukan setelah beerapa waktu melihat bahwa tidak ada kemajuan atau
kurang efektif terhadap pasien.

Hal-hal yang perlu dievaluasi antara lain sebagai berikut.

a. Kemampuan membuat keputusan


b. Tingkah laku selama bekerja
c. Kesadaran adanya orang lain yang bekerja bersama dia dan yang mempunyai
kebutuhan sendiri
d. Kerja sama
e. Cara memperlihatkan emosi (spontan, wajar, jelas, dan lain-lain)
f. Inisiatif dan tanggung jawab
g. Kemampuan untuk diajak atau mengajak berunding
h. Menyatakan perasaan tanpa agresi Kompetisi tanpa permusuhan
i. Menerima kritik dari atasan atau teman sekerja
j. Kemampuan menyatakan pendapat sendiri dan apakah bertanggung jawaba
atas pendapatnya tersebut
k. Menyadari keadaan dirinya dan menerimanya
l. Wajar dalam penampilan
m. Orientasi tempat waktu,situasi dan orang lain
n. Kemampuan menerima instruksi dan mengingatnya P. Kemampuan bekerja
tanpa terus-menerus diawasi
o. Kerapian bekerja
p. Kemampuan merencanakan suatu pekerjaan
q. Toleransi terhadap frustasi
r. Lambat atau cepat
s. Dan lain sebagainya yang dianggap perlu

D. Terapi Okupasi pada Pasien Gangguan Jiwa Berdasarkan Jurnal

Dari hasil penelitian yang kami temukan (dari jurnal), bahwasannya terapi okupasi
dapat diterapkan kepada pasien:

1. Peningkatan Kesehatan Jiwa Penderita Skizofrenia


Yang di dapat pada jurnal ini yaitu untuk mengetahui efektivitas pemberian
terapi okupasi pada klien skizofrenia terhadap penurunan gejala halusinasi yang
menonjol. Dalam hal ini, pemberian terapi okupasi terbukti dalam menurunkan
gejala halusinasi pada klien skizofrenia.terapi okupasi yang berpengaruh efektif
7

disebabkan karena lebih dititik beratkan pada pengenalan kemampuan yang


masih ada pada seseorang, yang kemudian dapat memelihara dan meningkatkan
kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah yang ada pada klien
skizofrenia. Terapi okupasi menggunakan okupasi (pekerjaan atau kegiatan)
sebagai media.
Terapi okupasi sebagai sarana peningkatan kesehatan jiwa penderita
skizofrenia bahwa secara garis besar terapi ini memiliki dua masalah yaitu:
1) mitra tidak menguasai prinsip pemberdayaan keluarga dengan gangguan
jiwa dan;
2) penderita dengan gangguan jiwa belum memiliki kegiatan terapi okupasi
yang menunjang perbaikan kondisi kejiwaan. Oleh karena itu tim peneliti
memberikan solusi atas dua masalah tersebut yaitu focus group discusion
prinsip dasar pemberdayaan ODGJ, focus group discusion dampak
pemberdayaan terhadap perbaikan kondisi penderita gangguan jiwa, dan
pelatihan terapi okupasi untuk penunjang berbaikan kondisi penderita gangguan
jiwa.
Focus group discusion tentang dampak pemberdayaan Eks ODGJ terhadap
perbaikan kondisi Penderita Gangguan Jiwa dilakukan Waktu yang dibutuhkan
FGD selama 3x60 menit. Materi yang disajikan adalah perbaikan kondisi
penderita gangguan jiwa dengan pemberdayaan. Fasilitator mempresentasikan
PPT dampak pemberdayaan terhadap perbaikan kondisi penderita gangguan
jiwa, kemudian dilakukan diskusi terfokus, kegiatan dianggap cukup jika tidak
ada hal yang dipertanyakan/dipersoalkan oleh peserta. Indikator keberhasilan
program menunjukkan bahwa peserta memahami bentuk perbaikan penderita
gangguan jiwa.
Terapi okupasi bertempat di rumah penderita gangguan jiwa, Kegiatan yang
dilakukan berupa menanam sayuran di polibek serta beternak ayam. Indikator
keberhasilan berupa penurunan tingkat kekambuhan gangguan jiwa serta
aktivitas positif penderita gangguan jiwa yang meningkat.

Dengan indikasi:

1) Dengan indikasi Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat dengan


berbagai macam gejala (halusinasi, waham, gangguan perilaku,
gangguan berbicara, dan penurunan kemauan) dan mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan keluarga dan penderita (Marco M Picchioni,
2007). Dampak yang ditimbulkan gangguan jiwa berat pada keluarga
cukup kompleks.
8

2) Orang dengan gangguan jiwa khusus nya skizofrenia menjadi 2 sampai 3


kali penyebab kematian yang lebih awal dibandingkan dengan penyakit
lainnya. Orang dengan skizofrenia sering mengalami pelanggaran hak asasi
manusia baik di dalam institusi kesehatan mental maupun di lingkungan
masyarakat. Stigma terhadap ODGJ dengan kondisi ini sangat kuat dan
meluas, berdampak terhadap pengucilan sosial, hubungan buruk dengan
orang lain, termasuk keluarga dan teman. Hal tersebut mengakibatkan
diskriminasi (berbagai pelanggaran hak asasi manusia, penelantaran,
pengabaian, tunawisma, pelecehan dan pengucilan) yang pada akhirnya
dapat membatasi akses terhadap perawatan kesehatan umum, pendidikan,
perumahan, dan pekerjaan (Osborn et al., 2022).

2. Pasien Harga Diri Rendah


Hasil literature review pada penelitian yang telah kami lakukan pada jurnal
artikel ini tentang efektivitas terapi okupasi pada pasien harga diri rendah
adalah bahwasannya terapi okupasi sangat beragam jenisnya, dan menurut
jurnal yang kami kupas diantaranya adalah terapi berkebun, bermain, menjahit,
menggabar, berhias, plant terapi (menanam), bersepeda dan senam aerobic yang
diterapkan pada pasien dengan harga diri rendah. Dari berbagai macam jenis
terapi ini tujuannya adalah sama yaitu memaksimalkan kemampuan positif
seseorang untuk meningkatkan harga diri orang tersebut. Adapun hasilnya
setiap terapi memiliki tingkat keberhasilan dan kekurangan masing-masing.
Terapi okupasi harus memiliki kemauan dari pasien dan kesepakatan tanpa
paksaan antara pasien dan perawat sebagai pelaksana agar tercipta pelaksanaan
yang kondusif serta berjalan sesuai rencana yang sudah dibuat. Selain itu perlu
keterlibatan keluarga terdekat sebagai pengawas dan pendamping kegiatan
pasien selama di rumah.

Terapi okupasi tidak hanya untuk orang gangguan jiwa melainkan penyakit
keterbatasan fisik mental, serta kognitif, harga diri rendah.

E. Pengertian Terapi Rehabilitasi


Terapi Rehabilitasi atau rehabilitasi medik adalah terapi yang dilakukan guna
mengembalikan fungsi tubuh yang mengalami masalah, misalnya saraf terjepit, cedera,
patah tulang, dan kelumpuhan akibat stroke. Rehabilitasi medik juga biasanya
diperlukan setelah pasien menjalani operasi tertentu.
9

Pasien psikiatri juga sama dengan penyakit fisik dalam kecendrungannya untuk
menjadi menahun sehingga memerlukan perawatan kontinu di rumah sakit atau di
rumah. Rehabilitasi mencakup semua terapi psikiatri non-akut dan terutama untuk
mencegah terjadinya penyakit yang menahun. Unit psikiatri sosial MRC
memperlihatkan bahwa dalam rumah sakit, dimana ada kemiskinan sosial
(misalnya keadaan sekeliling yang menjemukan, staf tidak aktif, hanya memiliki
sedikit pakaian pribadi, kenyamanan pasien kurang diperhatikan), pasien secara
klinik sangat buruk. Lebih lama mereka dalam keadaan seperti itu di rumah sakit
maka akan semakin parah gejalanya. Teori yang berperan dalam rehabilitasi salah
satunya yaitu teori psikologi.

F. Tujuan Terapi Rehabilitasi

1. Mengembalikan kemampuan individu setelah terjadinya gangguan kepada


kondisi/tingkatan fungsi yang optimum.
2. Mencegah kecacatan yang lebih besar.
3. Memelihara kemampuan yang ada/dimiliki oleh pasien.
4. Membantu pasien untuk menggunakan kemampuannya.

G. Tahap-tahap Terapi Rehabilitasi pada Pasien Gangguan Jiwa

1. Tahap persiapan yaitu usaha mempersiapkan pasien dengan menjalankan


kegiatan terapi okupasional, seleksi, evaluasi, dan latihan kerja dalam berbagai
jenis pekerjaan.
2. Tahap penyaluran penempatan merupakan usaha pemulangan pasien ke
keluarga tempat kerja atau masyarakat dan instansi lain yang berfungsi sebagai
pengganti keluarga,disamping usaha resosialisasi.
3. Tahap pengawasan merupakan tindakan lanjut setelah pasien di salurkan ke
masyarakat, dengan mengadakan kunjungan rumah (visit home) kunjungan
tempat kerja (job visit) dan menyelenggarakan perawatan lanjut (after care),
untuk mengetahui perkembangan pasien.permasalahan yang dihadapi serta
cara-cara pemecahannya.

Sejak tahun 1978 di Indonesia program rehabilitasi dilakukan berdasarkan kerja


sama lintas sektoral melibatkan 3 departemen yaitu Departemen Kesehatan Sosial dan
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi melalui satu program bersama yang
membahas tentang Penyelenggarakan Usaha Rehabilitasipasien mental.
10

H. Terapi Rehabilitasi pada Pasien Gangguan Jiwa Berdasarkan Jurnal

Dari hasil penelitian yang kami temukan (dari jurnal), bahwasannya terapi
rehabilitasi dapat diterapkan kepada pasien:

1. Rehabilitasi Mental Berbasis Komunitas terhadap Kualitas Hidup ODGJ


Dari jurnal ini rehabilitasi mental berbasis komunitas terhadap kualitas hidup
ODGJ yang kita dapat yaitu Rehabilitasi mental akan meningkatkan aktivitas,
tingkat kesejahteraan dan produktifitas bagi penderita skizofrenia serta
mempunyai dampak meningkatkan kualitas hidup bagi penderita dan
keluarganya (Eklund et al., 2017). Dengan banyaknya berbagai dimensi
penelitian mengenai rehabilitasi mental komunitas sehingga fokus penelitian ini
adalah melakukan riview dengan tujuan pemetaan layanan ―rehabilitasi
mental berbasis komunitas terhadap terhadap kualitas hidup ODGJ: Scoping
Riview. Pada penelitian scoping review ini peneliti menggunakan PRISMA
flow diagram untuk memperlihatkan secara detail hasil literatur pencarian,
proses penyaringan, jumlah literatur yang memenuhi kaidah kelayakan, dan
jumlah penelitian yang di ikut sertakan dalam penelitian secara menyeluruh.
Rehabilitasi Mental Berbasis Komunitas terdapat beberapa kegiatan jenis
intervensi terhadap rehabilitasi mental berbasis komunitas yaitu psikoedukasi,
psikososial (okupasi), relaksasi dan gaya hidup. Sebagian besar kegiatan
intervensi melibatkan tingkat kolaborasi dengan beberapa tenaga professional
(psikiater, perawat, psikolog, pekerja sosial).
Rehabilitasi berbasis komunitas merupakan sebuah bentuk pelatihan dan
intervensi berbasis bukti sangat direkomendasikan dalam memberikan
perawatan pada masyarakat yang mempunyai sumberdaya rendah untuk
keterjangkauan, keberlanjutan, dan hubungan yang terjalin dengan masyarakat.
Hal ini dibuktikan dengan intervensi manajemen diri yang di dukung atau
supported self-management (SSM) dapat mengurangi gejala depresi pada
perawatan berbasis komunitas atau di layanan primer (Murphy et al., 2020).
Sejalan dengan beberapa penelitian lainya yang dikembangkan oleh López-
Navarro et al., (2015) menunjukan dengan memasukan intervensi berbasis
kesadaran kedalam perawatan rehabilitasi terpadu dapat meningkatkan kualitas
hidup terkait kesehatan psikologis pada orang gangguan jiwa berat.
Berdasarkan WHO kesehatan psikologis terdiri dari harga diri, perasaan positif
dan citra tubuh serta pengurangan perasaan negative.
11

Terapi rehabilitasi tidak hanya untuk orang gangguan jiwa melainkan penyakit
keterbatasan fisik mental, serta kognitif, harga diri rendah.

I. Perbedaan Terapi Okupasi dan Rehabilitasi Medis

Terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang untuk
melaksanakan suatu tugas tertentu yang telah ditentukan dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat, dan meningkatkan kemampuan, serta mempermudah
belajar keahlian atau fungsi yang dibutuhkan dalam proses penyesuaikan diri dengan
lingkungan. Selain itu, juga untuk meningkatkan produkivitas, mengurangi dan atau
memperbaiki ketidaknormalan (kecacatan), serta memelihara atau meningkatkan
derajat kesehatan. Terapi okupasi lebih dititik beratkan pada pengenalan kemampuan
yang masih ada pada seseorang, kemudian memelihara atau meningkatkannya
sehingga dia mampu mengatasi masalah-masalah yang diharapkannya. Terapi okupasi
menggunakan okupasi (pekerjaan atau kegiatan) sebagai media. Tugas pekerjaan atau
kegiatan yang dipilihkan adalah berdasarkan pemilihan terapis disesuaikan dengan
tujuan terapis itu sendiri. Jadi, bukan hanya sekedar kegiatan untuk membuat seseorang
sibuk. Tujuan utama terapi okupasi adalah membentuk seseorang agar mampu berdiri
sendiri tanpa menggantungkan diri pada pertolongan orang lain. Rehabilitasi adalah
suatu usaha yang terkoordinasi yang terdiri atas usaha medis, sosial, edukasional, dan
vokasional, untuk melatih kembali seseorang untuk mencapai kemampuan fungsional
pada taraf setinggi mungkin. Sementara itu, rehabilitasi medis adalah usaha-usaha yang
dilakukan secara medis khususnya untuk mengurangi invaliditas atau mencegah
memburuknya invaliditas yang ada (Nasir & Muhith, 2011, hlm. 261).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi Okupasi membantu individu yang mengalami gangguan dalam fungsi
motoric, sensorik, kognitif juga fungsi sosial yang menyebabkan individu tersebut
mengalami hambatan dalam melakukan aktivitas untuk mengisi waktu luang.
Tujuan okupasi adalah untuk mengembalikan fungsi penderita semaksimal
mungkin, dari kondisi abnormal ke normal yang dikerahkan pada kecacatan fisik
maupun mental, dengan memberikan aktivitas yang terencana dengan
memperhatikan kondisi penderita sehingga penderita diharapkan dapat mandiri di
dalam keluarga maupun masyarakat.
Terapi rehabilitasi mencakup semua terapi psikiatri non-akut dan terutama
untuk mencegah terjadinya penyakit yang menahun. Rehablitasi untuk proses
jangka panjang dimana memerlukan program dan sarana yang mencukupi.
Keberhasilan dari program rehabilitasi tergantung kepada besarnya motivasi
belajar.

B. Saran
Melalui terapi okupasi dan rehabilitasi yang diberikan kepada pasien yang
mengalami gangguan jiwa maka diharapkan:
1. Bagi Keluarga Pasien:
a. Berikan dukungan atau support dalam terapi okupasi kepada pasien.
b. Dapatkan tim yang jelas tentang tujuan dan tindakan terapi dari tim
medis/kesehatan lainnya.
c. Kenali gejala-gejala yang timbul dan segera memerlukan perawatan medis.

2. Bagi Perawat atau Tim Kesehatan Lain:


a. Tetapkan intervensi atau tim medis lainnya.
b. Berikan informasi yang jelas kepada keluarga maupun klien tentang tujuan
dan tindakan yang akan dilakukan.
c. Berikan penyuluhan mengenai penyebab, gejala, pengobatandan pencegahan.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=materi+terapi+okupasi&oq=m
ateri+terapi+oku#d=gs_qabs&t=1688164331570&u=%23p%3Dz1DemDxgHoAJ,

https://dewey.petra.ac.id/repository/jiunkpe/jiunkpe/s1/desi/2016/jiunkpe-is-s1-2016-
41412028-37238-skizofrenia-chapter2.pdf,

https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=artikel+terapi+okupasi
+dan+rehabilitasi&oq=#d=gs_qabs&t=1688169861900&u=%23p%3D_yaX_5ZyK3
YJ,
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=artikel+terapi+okupasi
+dan+rehabilitasi&oq=#d=gs_qabs&t=1688169948818&u=%23p%3Dlh_5E3qFjAU
J,

https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=artikel+terapi+okupasi
+dan+rehabilitasi&oq=#d=gs_qabs&t=1688169966424&u=%23p%3DmWNjzThNN
bEJ,
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=materi+terapi+okupasi
&oq=#d=gs_qabs&t=1688170015823&u=%23p%3Dz1DemDxgHoAJ,
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=terapi+okupasi+dan+re
habilitasi+pasien+odgj&oq=#d=gs_qabs&t=1688047370087&u=%23p%3DtRVzWq
Guxr0J,

https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=terapi+okupasi+dan+re
habilitasi&oq=#d=gs_qabs&t=1687913589618&u=%23p%3DyFLutsG75yIJ.

13

Anda mungkin juga menyukai