Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

RECORVERY

Untuk memenuhi tugas Keperawatan Jiwa II

Di Susun Oleh Kelompok 3

Kelas 3B Keperawatan

Enung Nuraeni : 18.156.01.11.046

Sela Mustika Dewi: 18.156.01.11.061

Shinta Hardiyanti: 18.156.01.11.062

Sisfa Kusmawati : 18.156.01.11.065

Siti Aam Munawaroh: 18.156.01.11.067

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKes Medistra Indonesia

Jl. Cut Meutia Raya No.88A sepanjang jaya rawa lumbu

Bekasi, Jawa Barat Indonesia


KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa Atas Ridho Dan Rahmat-Nya, Sehingga Penulis
Dapat Menyelesaikan Makalah Keperawatan jiwa 2 Tentang “Recorvery” Ucapan Terima
Kasih Penulis Ditunjukan Kepada :

1. Allah Swt Yang Telah Memberi Kelancaran Dan Keridhoan Dalam Melakukan Tugas
Ini
2. Orang Tua Yang Selalu Memberi Support Atas Pembuatan Makalah Ini
3. Teman-Teman Untuk Tingkat 3 Kelas 3B Ilmu Keperawatan

Penyusun Menyadari Tehnik Menyusun Dan Materi Yang Penulis Sajikan Ini Masih Jauh
Dari Kesempurnaan, Masih Banyak Kekurangan Dan Perlu Perbaikan Untuk Penulis
Mengharapkan Saran Dan Kritik Dari Pembaca. Semoga Makalah Ini Dapat Bermanfaat Dan
Dipergunakan Sebagaimana Mestinya.

Bekasi, 16 Februari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER.........................................................................................................

KATA PENGANTAR..................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................
1.3 Tujuan Masalah.................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI

2.1.............................................................................................................Definisi
Narapidana.........................................................................................
2.2.............................................................................................................Penggolongan
Narapidana.........................................................................................
2.3.............................................................................................................Faktor Yang
Mempengaruhi Tindak Pidana...........................................................
2.4.............................................................................................................Jenis Masalah
Kejiwaan Narapidana.........................................................................
2.5.............................................................................................................Bentuk-Bentuk
Pelayanan Narapidana........................................................................
2.6.............................................................................................................Kepastian Hukum
Bagi Narapidana.................................................................................
2.7.............................................................................................................Penatalaksanaan
............................................................................................................
BAB III PENUTUP

4.1 Kesimpulan........................................................................................
4.2 Saran..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
 
2.1 Definisi Recovery
Menurut National Consensus Statement on Mental Health Recovery–SAMHSA 2006,
mental health recovery adalah suatu perjalanan atau transformasi penyembuhan dari seorang
yang mengalami problem jiwa, menuju kekehidupan yang bermakna didalam komunitas
sesuai pilihannya dengan cara mengupayakannya untuk mencapai seluruh potensinya
(SAMHSA, 2008). Kriteria obyektif rekoveri terutama “dapat hidup mandiri” menjadi hampir
tidak mungkin dicapai jika perumahan (housing) yang layak tidak tersedia. Housing tidak
hanya menjadi kebutuhan dasar dan fondasi dari stabilitas dalam pencapaian tujuan recovery
akan tetapi juga memungkinkan individu untuk berpartisipasi dalam kehidupan
bermasyarakat. (O’Hara,2007; Liberman, 2008).
 
2.2 Konsep Recovery
Orang dengan gangguan jiwa berat yang mendapatkan dukungan tepat dan secara
individual, dapat pulih dari penyakitnya dan memiliki kehidupan yang memuaskan serta
produktif. Recovery merupakan suatu proses  perjalanan mencapai kesembuhan dan
transformasi yang memampukan seseorang dengan gangguan jiwa untuk hidup bermakna di
komunitas yang dipilihnya untuk mencapai potensi yang dimilikinya (USDHHS, 2006 dalam
Stuart, 2013).
Kekuatan diri merupakan pondasi dari dukungan dan sistem recovery yang berpusat
pada diri sendiri dan motivasi diri. Aspek terpenting dari recovery didefinisikan oleh setiap
individu dengan pertolongan dari pemberi layanan kesehatan jiwa dan orang-orang yang
sangat penting dalam kehidupannya (Stuart, 2010). Individu menerima dukungan pemulihan
melalui aktivitas yang didefinisikan sebagai rehabilitasi, yang merupakan  proses menolong
seseorang kembali kepada level fungsi tertinggi yang dapat dicapai. Recovery gangguan jiwa
merupakan gabungan pelayanan sosial, edukasi, okupasi, perilaku dan kognitif yang
bertujuan pada pemulihan  jangka panjang dan memaksimalkan kecukupan diri (Stuart,
2013).
Sejumlah praktik berbasis bukti mendukung dan meningkatkan  pemulihan meliputi :
tritmen asertif komunitas komunitas, dukungan bekerja, manajemen dan pemulihan penyakit,
tritmen terintegrasi untuk mendampingi kejadian berulang gangguan jiwa dan
penyalahgunaan zat, psikoedukasi keluarga, manajemen pengobatan. Dukungan pemulihan
dalam asuhan keperawatan jiwa meliputi bekerja dengan tim tritmen multidisiplin yang
meliputi psikiater, psikolog, pekerja sosial, konselor, terapis okupasi, pakar konsumen dan
teman sejawat,manajer kasus, pengacara keluarga, pakar  pengambil kebijakan. Dukungan ini
juga membutuhkan perawat untuk  berfokus pda tiga elemen yaitu : individu, keluarga dan
komunitas (Stuart, 2013)

2.3 Model Pemulihan Kesehatan Mental & Model Pemulihan dalam Perawatan
Psikiatri 
Recover Model pada kesehatan jiwa tidak berfokus pada pengobatan, tetapi sebagai
gantinya lebih menekankan dapat hidup beradaptasi dengan sakit jiwa yang sifatnya kronis.
Pada model ini lebih menekankan kepada hubungan sosial, pemberdayaan, strategi koping,
dan makna hidup.
Peplau (1952 dalam Varcarolis 2013) menciptakan teori bahwa pentingnya hubungan
interpersonal terapeutik, model recovery berubah dari hubungan nurse-patient menjadi nurse-
partner. Berdasarkan penelitian Hanrahan et al (2011 dalam Varcarolis 2013) menyatakan
pentingnya meningkatkan peran individu dan keluarga dalam proses recovery. Caldwell et al
(2010 dalam Varcarolis 2013) menegaskan perawat jiwa harus mengajarkan tenaga kesehatan
lain tentang konsep recovery dan menyarankan cara memberdayakan pasien dan memajukan
proses recovery.

2.4 Manfaat & Peran Perawat Pada Pemberian Terapi pada Proses Penyembuhan
Pemberian terapi adalah berbagai pendekatan penenganan klien gangguan jiwa yang
bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien dengan gangguan jiwa dengan
perilaku maladaptifnya menjadi perilaku yang adaptif. Perawat sebagai terapis mendasarkan
potensi yang dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan dengan memberikan
berbagai macam terapi Generalis maupun Spesialis.

2.5 Terapi Generalis


1. Terapi Psikofarmakologi merupakan sebuah standar yang telah ditetapkan dalam
menangani penyakik-penyakit neurobiologis. Namun, obat tidak dpat berjalan sendiri
dalam menangani masalah personal, social atau komponen lingkungan klien atau
respon terhadap penyakit. Kondisi-kondisi tersebut membutuhkan pendekatan yang
terintegrasi dan komperensif dalam merawat individudan gangguan jiwa.
Peran perawat dalam psikofarmakologi
a. Pengkajian Klien
b. Kordinasi Tritmen Modalitas
c. Pemberian Obat Perawat
d. Monitor Efek Obat
e. Edukasi Pengobatan
2. Terapi Kejang Listrik (Elektroconvulsive Therapis)
Terapi kejang listrik (elektroconvulsive therapis/ ECT) adalah pengobatan dengan
pemberian kejang yang cukup berat melalui alat yang diindukdi pada klien yang yang
dibius dengan memeberikan arus listrik melalui elektroda yang dipasang pada klien
(Manked et al, 2010). Indikasi utama ECT adalah depresi berat (Weiner dan
Falcone,2011).
Peran perawat meliputi tindakan keperawatan mandiri dan kolaborasi. Dukungan
emosi dan pendidikan, memberikan kesempatan bagi klien untuk untuk
mengespresikan perasaan, termasuk masalah yang terkait dengan mitos atau yang
berkaitan dengan ECT. Perawat dapat mengajarkan klien dan keluarga,
mempertimbangkan ansietas, kesiapan untuk belajar, dan kemampuan untuk
memahami penjelasan yang diberikan.
3. Terapi Tindakan Pada Keluarga
Tindakan pada keluarga merupakan terapi yang ditujukan untuk melibatkan keluarga
dan mendorong mereka untuk menjadi peserta aktif dalam ritmen dan pemulihan,
sehingga meningkatkan keterampilan koping pada klien dan keluarga mereka.
Peran Perawat dalam terapi keluarga yaitu untuk mendorong hubungan keluarga
yang sehat melalui psikoedukasi, penguatan kekuatan, konseling sportif, dan rujukan
untuk terapi dan dukungan.

2.6 Terapi Spesialis


1. Guided Imagery
Guided Imagery merupakan program yang mengarahkan pikiran dengan memandu
imajinasi seseorang terhadap situasi santai, fokus pada kondisi untuk mengurangi
stres dan meningkatkan kenyaman serta suasana hati (Stuart, 2013). Klien yang
menerima GI memiliki tingkat kenyamanan yang lebih tinggi dan tingkat depresi,
ansietas dan stres yang lebih rendah dibandingkan dengan klien yang tidak menerima
GI (Apostolo dan Kolcaba, 2009)
2. Music Intervention
Terapi musik digunakan dengan menerapkan unsur-unsur penyembuhan untuk
memenuhi kebutuhan spesifik pada individu. Terapis musik bekerja di berbagai
fasilitas dan perawatan kesehatan. Intervensi musik memberikan pasien / klien
stimulus menghibur yang dapat membangkitkan sensasi menyenangkan sambil
memfokuskan perhatian individu ke musik bukan pada pikiran stres, nyeri,
ketidaknyamanan, atau rangsangan lingkungan lainnya (Lindquist, 2014)
3. Yoga
Yoga merupakan kegiatan yang mengatur tubuh secara fisik dan emosional dengan
menggunakan berbagai posisi tubuh, latihan peregangan, kontrol nafas dan meditasi.
Teknik pernapasan yang digunakn dalam yoga dapat berhubungan dengan stimulasi
saraf vagus dan menyeimbangkan sistem saraf otonom. Kegiatan yoga dapat ini dapat
mengurangi agitasi dan aktivitas pada beberapa klien depresi saat berlatih meditasi
(Stuart, 2013). Sebuah studi menunjukkan bahwa yoga dua kali seminggu selama 8
minggu diberikan tritmen standar untuk gangguan makan lebih bermanfaat dalam
mengurangi gejala gangguan makan daripada tritmen standar saja. Setelah selesai
yoga, klien mengalami sedikit rangsangan terhadap makanan dan cara makan,
sehingga hal ini menunjukkan efektivitas yoga dalam memfokuskan pikiran dan tidak
terokupasi pada pemikiran obsesif patologis ( Stuart, 2013 )
BAB III
PENUTUP
 

3.1 Kesimpulan

Recovery merupakan proses dimana seseorang mampu untuk hidup, bekerja, belajar, dan
berpartisipasi secara penuh dalam komunitasnya. Recovery berimplikasi terhadap penurunan
atau  pengurangan gejala secara keseluruhan. (Ware et al, 2008 dalam Stuart 2013)
Recovery merupakan suatu proses perjalanan mencapai kesembuhan dan transformasi
yang memampukan seseorang dengan gangguan jiwa untuk hidup bermakna di komunitas
yang dipilihnya untuk mencapai potensi yang dimilikinya. Sehingga, di perlukan  beberapa
terapi seperti yang sudah di jelaskan.

3.2 Saran

Semoga makalah mengenai Konsep Recovery dapat bermanfaat untuk kita semua. Besar
harapan saya agar makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita semua
terutama dalam keperawatan jiwa serta menjadi tambahan referensi dalam Penyelesaian tugas
dan tinjauan literature.

Anda mungkin juga menyukai