Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

TRANSKULTURAL NURSING
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dari Mata Kuliah Komunikasi Rural Urban

Disusun Oleh kelompok 2:

Agus Jaelani : 18.156.01.11.039 Indah Handayani : 18.156.01.11.052


Ajeng Sepi Andini : 18.156.01.11.041 Neng Popy S : 18.156.01.11.054
Anis Faisal Wahid : 18.156.01.11.043 Ni Wayan Sonia : 18.156.01.11.056
Enung Nuraeni : 18.156.01.11.046 Sela Mustika Dewi : 18.156.01.11.061
Febby Adhitami S : 18.156.01.11.047 Tiara Nursafitri : 18.156.01.11.068
Gina Wahyuni : 18.156.01.11.049 Tika Sri Mulyani : 18.156.01.11.069
Hana Khoerunisa : 18.156.01.11.050 Umi Zakiyatul M : 18.156.01.11.071

4B Ilmu Keperawatan

STIKes Medistra Indonesia


Jl. Cut Mutia Raya No.88A Sepanjang Jaya, Bekasi 17113.
Telpon(021)82431375, website: www.stikesmedistra-indonesia.ac.id
Tahun Pelajaran 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyusun laporan ini sampai selesai tepat
pada waktunya. Dimana laporan ini merupakan salah satu dari tugas untuk memenuhi tugas
dari mata kuliah metodologi STIKes Medistra Indonesia. Sholawat serta salam tak lupa kita
haturkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW.

Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yaitu Bpk
Marta Dinata, S.Kep.,Ns Saya menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan dan penyempurnaan laporan. Dan semoga dengan selesainya laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman yang membutuhkan.

Bekasi, 29 November 2021

Peyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................2
Daftar Isi.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5
1.3 Tujuan......................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pengkajian Transkultural Nursing.............................................................7
2.2 Konsep-Konsep Dalam Transkultural Nursing ......................................................7
2.3 Proses Keperawatan Transkultural Nursing............................................................8
2.4 Gambaran Masyarakat Berhubungan Dengan Transkultural Nursing.....................11
2.5 Definisi Diagnosa Transcultural Nursing................................................................12
2.6 Komponen Diagnosa Keperawatan Transcultural...................................................13
2.7 Gambaran Masyarakat Dengan Kasus Yang Berhubungan Dengan Transkultural
Nursing....................................................................................................................16
2.8 Definisi Rencana Tindakan Keperawatan Transcultural.........................................17
2.9 Berbagai Komponen Dalam Rencana Tindakan Keperawatan Transcultural.........17
2.10 Gambaran Masyarakat Dan Pemecahannya Melalui Rencana Tindakan Keperawatan
Transcultural..................................................................................................................18
2.11 Kasus Transcultural Nursing.................................................................................19
2.12 Pemecahan Masalah Transcultural Nursing..........................................................21
2.13 Aplikasi Tindakan Keperawatan Transkultural.....................................................21

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan..............................................................................................................23
3.2 Saran........................................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................24

1.1

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk
tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan
adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar negara (imigrasi)
dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan
keperawatan.
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat,
yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan.
Perkembangan teori keperawatan terbagi menjadi 4 level perkembangan yaitu metha
theory, grand theory, midle range theory dan practice theory.
Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah
Transcultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan
dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep
keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai
kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah
penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan
asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat
tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini
dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan
beberapa mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah
ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau negara
diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau
menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan
meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika
ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya
untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien
karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami

4
oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang
diberikan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa definisi keperawatan transkultural?
b. Bagiamana konsep-konsep dalam transkultural nursing?
c. Bagimana proses keperawatan transkultural nursing?
d. Apa gambaran masyarakat berhubungan dengan transkultural nursing pada
masyarakat?
e. Apa definisi diagnosa transcultural nursing?
f. Bagimana komponen diagnosa keperawatan transcultural?
g. Apa gambaran masyarakat dengan kasus yang berhubungan dengan
transcultural nursing?
h. Apa definisi rencana tindakan keperawatan transcultural?
i. Bagaimana berbagai komponen dalam rencana tindakan keperawatan
transcultural?
j. Apa gambaran masyarakat dan pemecahannya melalui rencana tindakan
keperawatan transcultural?
k. Bagaimana kasus transkultural nursing?
l. Bagaimana pemecahan masalah transcultural nursing?
m. Apa aplikasi tindakan keperawatan transcultural nursing?

1.3 Tujuan
a. Menjelaskan definisi keperawatan transkultural
b. Menjelaskan konsep-konsep dalam transkultural nursing
c. Menjelaskan proses keperawatan transkultural nursing
d. Menjelaskan gambaran masyarakat berhubungan dengan transkultural nursing
pada masyarakat
e. Menjelaskan definisi diagnosa transcultural nursing
f. Menjelaskan komponen diagnosa keperawatan transcultural
g. Menjelaskan gambaran masyarakat dengan kasus yang berhubungan dengan
transkultural nursing
h. Menjelaskan definisi rencana tindakan keperawatan transcultural

5
i. Menjelaskan berbagai komponen dalam rencana tindakan keperawatan
transcultural
j. Menjelaskan gambaran masyarakat dan pemecahannya melalui rencana
tindakan keperawatan transcultural
k. Menjelaskan kasus transkultural nursing
l. Menjelaskan pemecahanmasalah transcultural nursing
m. Menjelaskan aplikasi tindakan keperawatan transcultural nursing

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pengkajian Transkultural Nursing


Transcultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang berfokus memandang perbedaan dan kesamaan antara budaya
dan asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan
Tindakan, dan ilmu yang digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya
budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Tujuan transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan
menggunakanpemahaman keperawatan transcultural untuk meningkatkan kebudayaan
yang spesifik dalam pemberian asuhan keperawatan.
Asumsi mendasar pada teori transcultural nursing adalah adalah perilaku caring. Caring
adalah esensi dari keperawatan, membdakan, mendominasi serta mempersatukan
Tindakan keperawatan. Tindakan caring merupakan Tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku caring semestinya
diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa
pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal.
Praktik keperawatan transkultural membahas dinamika budaya untuk mempengaruhi
hubungan perawat-pasien. Spesifikasi dari keperawatan transkultural adalah mempelajari
dan menjelaskan hasil dari Jenis perawatan berbasis kebudayaan. Leininger secara kreatif
mengembangkan Teori Perawatan Budaya memuat nilai keragaman dan universalitas
dengan tujuan untuk memberi budaya kongruen perawatan holistik.

2.2 Konsep-konsep dalam Transkultural Nursing


Terlaksananya asuhan keperawatan terhadap empat sentral keperawatan yaitu manusia,
sehat, lingkungan dan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya:
a. Manusia
Manusia atau individu dan keluarga atau kelompok memiliki nilai-nilai dan norma-
norma yang diyakini dapat berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan suatu
tindakan.
b. Kesehatan

7
Kesehatan merupakan keseluruhan aktifitas klien dalam mengisi kehidupannya yang
terletak pada rentang sehat dan sakit. Kesehatan sebagai suatu keyakinan, nilai, pola
kegiatan dalam konteks budaya digunakan untuk menjaga serta memelihara kondisi
yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari.
c. Lingkungan
Lingkungan adalah keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan,
kepercayaan dan perilaku klien. Bentuk lingkungan dibedakan menjadi tiga, yaitu
fisik,
sosial dan simbolik.
d. Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan adalah rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang
diberikan kepada keluarga yang disesuaikan dengan latar belakang budayanya.Praktik
ini bertujuan untuk memandirikan individu sesuai dengan budaya keluarga. Strategi
yang digunakan perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi negoasiasi
budaya dan mengubah/mengganti budaya klien.

2.3 Proses Keperawatan Transkultural Nursing


Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise
Model). Menurut Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan digunakan oleh
perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien.
Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahapan pengkajian, diagnosis
keperawata, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Andrew & Boyle, 1995).
a. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah
Kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar,
1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise
Model” yaitu:
1. Factor teknelogi (tecnologi factor)
Perawat perlu mengkaji: persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau
mengatasi masalah Kesehatan, alas an mencari bantuan Kesehatan, alasan
klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan
dan pemanfaatan untuk mengatasi permasalahan Kesehatan saat ini.
2. Factor agama dan falsafah hirup

8
Factor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah: agama yang dianut,
status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara
pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhdap Kesehatan.
3. Faktor sosial dan berkaitan keluarga
Pengkajian perawat yang harus mengkaji factor-faktor : nama lengkap, nama
panggilan, umur, dan tempat tinggal, jenis kelamin, status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala
keluarga.
4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup
Pengkajian perawat yang harus dikaji adalah posisi dan jabatan yang dipegang
oleh keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang
dipantang dalam kondisi sakit, persepsi berkaitan dengan aktivitas sehari-hari
dan kebiasaan membersihkan diri.
5. Factor kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku
Pengkajian perawat yang harus dikaji adalah peraturan dan kebijakaan yang
berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh
menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
6. Factor ekonomi
Pengkaian yang perawat kaji adalah pekerjaan klien, sumber daya
pwngobatan, tabungan yang dimilki oleh keluarga, biaya dari sumber lainnya
misalnya asuransi, penggantian dari kantor atau patungan antar anggota
keluarga.
7. Factor Pendidikan
Pengkajian yang perawat kaji adalah tingkat Pendidikan klien, jenis
Pendidikan serta kemampuan untuk belajar secara aktif mandiri tentang
pengalaman sakitnta sehingga tidak berulanh Kembali.

Prinsip -prinsip pengkajian budaya:


1. Jangan menggunakan asumsi
2. Jangan membuat streotip terjadi konflik missal: orang pandang pelit, orang jawa
halus.
3. Menerima dan memahami metode omunikasi’
4. Menghargai perbedaan individual
5. Menghargai kebutuhan personal dari setiap individu

9
6. Tidak boleh membeda-bedakan kenyakinan klien
7. Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi
b. Diagnosa
Diagnose keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budaya yang dapat
dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan (Goger and
Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakan dalam
asuhan keperawatan transcultural yaitu: gangguan komunikasi verbal berhubungan
dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi
sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan system
nilai yang diyakini.
c. Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transjuktural adalah suatu proses
keperawatana yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih
strategi yang tepat sedangkan pelaksanaan adalah melaksanakan Tindakan yang
sesuai dengan latar belakang budaya klien (Gigre and Davidhizar, 1995). Terdapat
tiga pendoman yang ada dalam keperawatan transcultural yaitu : mempertahanankan
budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan,
mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan
dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan
Kesehatan.
1. Cultural care preservation/maintenance/ Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan
dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan
sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien
dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya
budaya berolahraga setiap pagi.
 Indentifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang
proses melahirkan dan perawatan bayi.
 Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
 Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat.
2. Cultual care repartening/reconstruction /Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan
status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang

10
biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih
biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang
dianut.
 Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya.
 Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok
 Gunakan pihak ketiga bila perlu
 Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan
yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua .
 Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan Kesehatan

Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masingmasing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya
akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka
akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien
akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

d. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadapVkeberhasilan klien
tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya
klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang
mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi
dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

2.4 Gambaran Masyarakat berhubungan dengan Transkultural Nursing Pada


Masyarakat
1. Tradisi Meminum Darah Sapi
Tradsi di suku Afrika yaitu meminum darah sapi segar dari sapi yang masih hidup.
Tradisi ini sangat unik karena sangat jarang ditemukan di suku-suku lainnya. Tradisi
meminum darah sapi segar ini tidak serta merta dilakukan oleh seluruh penduduk
melainkan hanya kalangan prajurit saja.
Darah segar yang dipercaya mengandung vitamin yang sangat tinggi serta akan
baik untuk Kesehatan tubuh para prajurit. Cara yang digunakan untuk mengeluarkan
11
darah sapi ini sangat unik yaitu tidak dengan disembelih namun dengan cara
melobangi pembuluh arteri kartoid. Hasil darah akan keluar layaknya air dari selang
damereka tinggal menampung darah dengan menggunakan mangkuk dari kulit labu.

2. Tradisi Mentato Gusi Sebagai Simbol Kecantikan


Tato pada umumnya dilakukan pada tubuh bagian luar seperti lengan, kaki, bahu,
leher, atau dibagian mata. Tradisi di suku Senegal Afrika bagian barat, mentato justu
dilakukan pada nagian gusinya. Tradisi ini dilakukan oleh para gadis dengan alasan
untuk mendapatkan senyum yang lebih atraktif dan menawan.
Bahan yang digunakan ialah menggunakan campuran dari minyak panas dan shea
butter yang akan menghasilkan warna hita,. Dengan menggunakan alat serupa jarum,
proses ini , dilakukan sebanyak 7 kali atau 7 lapis.
3. Setrika Dada
Tradisi ini dilakuakn di negara Kamerun yang terletak di negara Afrika bagian barat.
Tradisi ini melakukan sertika dada untuk para Wanita yang sedang mengalami
pubertas. Sertika dada yang dilakukan ini sangatlah menyakitkan karna ibu dari gadis
akan menyetrika dadaayam anak gadisnya sendiri.
Tindakan yang tidak didampingi oleh Tindakan medis, ritual ini tentu akan sangat
menyakitkan. Tradisi ini dilakukan oleh para gadis yang sedang pubertas agar tidak
mendapatkan pelecehan seksual sebab dada mereka yang rata dan menuat kaum pria
tidak tertarik untuk menggoda mereka. Menurut data statiskik dunia UNFPA ada
24% para Wanita di Kameru yang mendapatkan perlakuan ini dan tidak jarang dari
mereka mengalami masalah kesehatannya.

2.5 Definisi diagnosa transcultural nursing


Diagnosa keperawatan transkultural adalah respon klien sesuai latar belakang
belakang budayanya budayanya yang dapat dicegah, dicegah, diubah atau dikurangi
dikurangi melalui melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995).
Diagnose keperawatan juga dapat diartikan mmberikan rasa aman dan nyaman
terha n terhadap pasien. dap pasien. Diagnosa keperawatan merupakan keputusan
klinik tentang respon individu, individu, keluarga keluarga dan masy dan masyarakat
tentang arakat tentang masalah kesehatan masalah kesehatan aktual atau aktual atau

12
potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara
akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien
(Carpenito, 2000; Gordon, 1976 & NANDA).

Diagnosa keperawatan adalah suatu bagian integral dari proses keperawatan.


Hal ini merupakan suatu komponen dari langkah-langkah analisa, dimana perawat
meng perawat mengidentifikasi identifikasi respon-respon ind respon-respon individu
terhadap terhadap masalah- masalahmasalah kesehatan yang ak masalah kesehatan
yang aktual dan potensial. Di beb tual dan potensial. Di beberapa negara mendiagnosa
negara mendiagnosa diidentifikasikan dalam tindakan praktik keperawatan sebagai
suatu tanggung jawab legal dari seorang seorang perawat perawat profesional.
profesional.

Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan


keperawatan transkultural yaitu gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.

Diagnosa keperawatan transkultural yang ditegakkan dapat mengidentifikasi


tindakan yang dibutuhkan untuk mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, membentuk budaya baru yang sesuai dengan kesehatan atau bahkan
mengganti budaya yang tidak sesuai dengan kesehatan dengan budaya baru.

2.6 Komponen Diagnosa Keperawatan Transcultural


Ada tiga komponen yang esensial dalam suatu diagnosa keperawatan yang telah
dirujuk sebagai bentuk PES telah dirujuk sebagai bentuk PES (Gordon, 1987).
(Gordon, 1987).
1. Problem
(P/masalah) merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan
keperawatan dapat diberikan. Masalah adalah kese keperawatan dapat
diberikan. Masalah adalah kesenjangan atau penyimpangan dari ngan atau
penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi.

13
Tujuan: menjelaskan status kesehatan klien atau masalah kesehatan klien
secara  jelas dan  jelas dan sesingkat mungkin. Diagnosis keperawatan nosis
keperawatan disusun den disusun dengan mengg gan menggunakan standart
yang telah disepakati (NANDA, Doengoes, Carpenito, Gordon, dll), supaya:
1. Perawat dapat berkomunikasi dengan istilah yang dimengerti secara umum.  
2. Memfasilitasi dan mengakses diagnosa keperawatan
3. Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan dengan
masalah medis
4. Meningkatkan kerjasama perawat dalam mendefinisikan diagnosis dari data
pengkajian dan pengkajian dan intervensi keperawatan, intervensi keperawatan,
sehingga dapat sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
2. Etiologi
(E/penyebab) keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau masalah
kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi keperawatan. Penyebabnya
meliputi perilaku, lingkungan, interaksi antara perilaku dan lingkungan.
Unsur-unsur dalam identifikasi etiologi:
a. Patofisiologi penyakit: adalah semua proses penyakit, akut atau kronis yang
dapat menyebabkan / mendukung masalah  
b. Situasional: personal dan li Situasional : personal dan lingkungan (kurang
penge ngkungan (kurang pengetahuan, isolasi sosial, tahuan, isolasi sosial, dll)
c. Medikasi (berhubungan dengan program pengobatan/perawatan): keterbatasan
institusi atau rumah sakit, sehingga tidak mampu memberikan perawatan.
d. Maturasional:
Adolesent : ketergantungan dalam kelompok
Young Adult: menikah, hamil, menjadi orang tua
Dewasa : tekanan karier, tanda-tanda pubertas.
3. Sign & symptom
(S/tanda & gejala) adalah ciri, tanda atau gejala, yang merupakan informasi
yang diperlukan untuk merumuskan diagnosis keperawatan. Jadi rumus
diagnosis keperawatan adalah : PE / PES.
Informasi yang ditampilkan pada setiap diagnosa keperawatan mencakup hal-
hal berikut :

14
 Defenisi. Merujuk kepada defenisi Defenisi. Merujuk kepada defenisi
NANDA yang diguna NANDA yang digunakan pada diagnosa kan
pada diagnosa – diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan tersebut.
 Kemungkinan Etiologi (“yang berhubungan dengan”). Bagian ini
menyatakan penyebab-penyebab yang mungkin untuk masalah yang
telah diidentifikasi. Yang tidak dinyakatakan oleh NANDA diberi
tanda kurung []. Faktor yang berhubungan / risiko diberikan untuk
diagnosa yang beresiko tinggi.
 Batasan karakteristik (“dibuktikan oleh”). Bagian ini mencakup tanda
dan gejala yang cukup jelas untuk mengindikasi keberadaan suatu
masalah. Sekali lagi seperti pada definisi dan etiologi. Yang tidak
dinyatakan oleh NANDA diberi tanda kurung NANDA diberi tanda
kurung [].
 Sasaran/Tujuan. Pernyataan – pernyataan ini ditulis sesuai dengan
objektif perilaku perilaku klien. Sasaran Sasaran / tujuan ini harus
dapat diukur, diukur, merupakan merupakan tujuan jangka - jangka
panjang panjang dan pendek, pendek, untuk digunakan digunakan
dalam mengevaluasi mengevaluasi keefektifan intervensi keperawatan
dalam mengatasi masalah yang telah diidentifikasi. Mungkin akan ada
lebih dari satu tujuan jangka pendek, dan mungkin merupakan “batu
loncatan” untuk memenuhi tujuan jangka panjang.
 Intervensi dengan Rasional Tertentu. Hanya intervensi-intervensi yang
sesuai untuk bagian diagnosa yang ditampilkan. Rasional-rasional
yang digunakan untuk intervensi mencakup memberikan klarifikasi
pengetahuan keperawatan dasar dan untuk membantu dalam
menyeleksi intervensiintervensi yang sesuai untuk diri klien.

Untuk membuat diagnose keperawatan yang akurat, perawat harus mampu melakukan:
a. Mengumpulkan data yang valid dan berkaitan.
b. Menganalisis data ke dalam kelompok.
c. Membedakan diagnose keperawatan dari masalah kolaboratif.
d. Merumuskan diagnose keperawatan dengan tepat.
e. Memilih diagnosa prioritas.

15
2.7 Gambaran Masyarakat dengan Kasus yang Berhubungan dengan Transkultural
Nursing

Kasus 1
Klien nama Ny.W,30 tahun,Islam,SMP,petani,suku jawa,diagnosis medis
abortus.Klien hamil 12 minggu,klien sangat mengharapkan memiliki anak.Klien mengeluh
mengalami pendarahan dan perut mulas-mulas selama 3 hari.Klien dianjurkan untuk
kuratase.Klien memeriksakan kehamilannya di dukun dan  berencana  berencana akan
melahirkan melahirkan si sana.Klien sana.Klien mendapati mendapati informasi informasi
tentang kehamila tentang kehamilan dari mertua.Klien masih percaya pada si dari
mertua.Klien masih percaya pada sihir dan hal- hir dan hal-hal gaib,mereka percaya banyak
hal gaib,mereka percaya banyak anak banyak rejeki dan percaya bahwa abortus merupakan
perbuatan dosa.Setelah di diagnosis abortus,klien tidak menerima dan merencanakan akan
berobat kedukun.Mereka menganggap hal itu akibat ibunya melanggar pantangan dalam
menyediakan sesaji.Hubungan kekerabatan yang lebih dominan adalah pihak lakilaki,pola
pengambilan keputusan di pihak laki-laki.Pantangan makanan jantung  pisang,gurita,dan air
kelapa s pisang,gurita,dan air kelapa sedangkan suaminya pantang memanjat pohon kelapa
ntang memanjat pohon kelapa atau pohon yang tinggi.Aturan dan kebijakan di atur oleh
pemuka agama dan para santri.Ada tabungan yang sudah di persiapkan oleh keluarga untuk
persalinan ini.

Kasus 2
Pada tanggal 29/11/2021 pukul 09.30. WIB. An. D, (12 Th) dibawa ke rumah sakit oleh
tetangganya Tn. X (40 Th), dengan kondisi tubuh yang terluka, adanya memar di bagian
tangan, perut, dan kaki. An. D, mengeluh kesakitan dan terus menyerit pada bagian tubuh
yang terluka. Saat di tanya mengenai peristiwa yang dialami, ialami, An. D mengatakan di
mengatakan di pukuli oleh orang oleh orang tua-nya, dan tua-nya, dan kejadian itu kejadian
itu sudah berlangsung lama. An. D, mengatakan tidak mau pulang ke rumah, karena takut di
marahi sama oran takut di marahi sama orang tuanya. Anak D mengataka g tuanya. Anak D
mengatakan orang tuanya memukuliny n orang tuanya memukulinya karena setiap yang dia
lakukan selalu karena setiap yang dia lakukan selalu salah. Tn. X salah. Tn. X mengatakan

16
orangtuanya sering mengatakan orangtuanya sering memarahi dan memukuli An. D dengan
alasan tidak jelas. Tn. X juga mengatakan  bahwa An D tidak pernah bermain bermain
dengan anak sebayanya sebayanya dan lebih sering menyendiri dan pendiam.An D
mengatakan kalau disekolah dia tidak memiliki teman untuk bermain.

Ketika dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil TTV sebagai berikut: suhu 37 , nadi: 141
X/mnt teraba kuat, p kuat, pernapasan: 30 san: 30 X/ mnt. Pada saat d a saat di inspe i
inspeksi An.D tampak lemas, pucat, dan gemetar. An. D juga tampak menangis dan meringis
kesakitan. Saat dilakukan anamese klien tampak pendiam dan lebih pasif.

2.8 Definisi rencana Tindakan keperawatan transcultural


Rencana dan tindakan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih
strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai
denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995).
Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and
Boyle, 1995) yaitu :
 Mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak
bertentangan dengan kesehatan
 Mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan
kesehatan dan
 Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan
kesehatan.

2.9 Berbagai komponen dalam rencana tindakan keperawatan transcultural


a.  Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b.  Cultural care accomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan

17
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
c.  Cultural care repartening/reconstruction
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat
dipahami oleh klien dan orang tua

2.10 Gambaran masyarakat dan pemecahannya melalui rencana tindakan


keperawatan transcultural
a. Cultural care preservation/maintenance
Yaitu prinsip membantu,memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya guna
membantu individu menentukan tingkat Kesehatan dan guna hidup yang di inginkan.
b. Cultural care accomodation/negotiation
Yaitu prinsip membantu,memperhatikan fenomena budaya yang ada,yang
mereflesikan cara untuk beradaptasi,bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi
Kesehatan dan gaya hidup klien.
c. Cultural care repartening/reconstruction
Yaitu prinsip merekontuksi atau mengubah desain untuk membantu memperbaiki
kondisi Kesehatan dan pola hidup klien ke arah yang lebih baik.

Dalam praktik proses diagnosa keperawatan transcultural nursing,ditemukan fakta bahwa


persepsi masyarakat tentang terjadinya penyakit antara daerah satu dengan daerah yang lain
memiliki perbedaan,hal tersebut tergantung pada kebudayaan yang ada dan berkembang
didalam masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu
Kesehatan sampai saat ini masih terjadi di masyarakat,hal tersebut telah menjadi turun
temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.

Berikut adalah contoh persepsi gambaran masyarakat tentang salah satu penyakit.
Sebagai contoh adalah persepsi masyarakat di beberapa pedesaan daerah Papua mengenai
penyakit malaria. “Makanan pokok penduduk daerah tersebut adalah sagu yang tumbuh di
rawa rawa,tidak jauh dari pemukiman mereka adalah daerah hutan dengan pepohonan yang
lebat. Penduduk desa beranggapan bahwa hutan tersebut memiliki penghuni gaib yang dapat

18
menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya. Pelanggaran yang dilakukan dapat
berupa menebang pohon,membabat hutan untuk area pertanian dsb. Siapa yang melanggar
ketentuannya akan diganjar penyakit berupa demam tinggi,menggigil dan muntah. Penyakit
tersebut dapat sembuh dengan cara memohon ampun kepada penguasa hutan,kemudian
memetic daun dari pohon tertentu untuk di oleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam
beberapa hari kemudian penderita akan sembuh”
Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan dari penuturan
sederhana dan mudah secara turun menurun. Misalnya penyakit akibat kutukan,makhluk
gaib,roh-roh jahat dsb. Kepercayaan-kepercayaan berdasarkan cerita suatu penuturan secara
turun temurun tersebut adalah factor utama yang mempengaruhi persepsi masyarakat di suatu
daerah mengenai timbulnya gejala suatu penyakit.

2.11 Kasus Transkultural Nursing


Persepsi masyarakat terhadap penyakit bergantung pada budaya yang ada dan
berkembang dalam masyarakat tersebut. Persepsi sebab, kejadian, dan proses penyembuhan
penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih ada di masyarakat. Hal
itu turun temurun satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.
Keluasan warisan luluhur berupa pandangan terhadap penyakit ini disebabkan mobilisasi
massa dari satu daerah ke daerah lain. Individu dari golongan tertentu akan membawa
pengetahuan dari tanah kelahirannya kemana pun ia menjejakkan kaki. Selain itu mereka
memiliki keyakinan yang kuat bahwa hal-hal tradisional yang dia pakai adalah penyembuh.
Persepsi, keyakinan, dan optimisme justru lebih mujarap dari pada obat.

Contoh kasus transkultural pada pasien dengan gangguan pernafasan:


Klien Tn. D berusia 35 tahun, tinggal bersama istri dan kedua orang anaknya di Tegal Jawa
Tengah. Pendidikan terakhir klien adalah SMA. Klien bekerja di pabrik. Istri klien
bernama Ny. E berusia 28 tahun, pendidikan terakhir SMP. Istri klien seorang buruh cuci.
Setiap bulan penghasilan klien sekitar 800.000 dan penghasilan istrinya 15.000/hari. Klien
dan keluarganya beragama islam. Setiap harinya klien selalu melaksanakan shalat berjamah
Bersama keluarga kecilnya. Sehari-hari klien menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia.

Sehari-hari klien tidak dapat lepas dari kebiasaannya untuk merokok. Baginya
merokok merupakan suatu identitas bahwa dirinya seorang laki-laki sejati. Klien telah
merokok selama 10 tahun. Kebiasaan tersebut tidak dapat di hentikan oleh klien karena jika

19
tidak merokok klien merasa mulutnya pahit. Bahkan klien lebih memilih untuk menahan
lapar dari pada harus menahan untuk tidak merokok. Dan karena sibuk bekerja klien jarang
untuk berolahraga.

Dalam seminggu terakhir ini klien mengalami batuk dan sering kambuh ketika cuaca dingin.
Merasakan sakit pada bagian dada, pundak, punggung, dan lengan disertai dengan penurunan
berat badan. Klien dan istrinya menganggap bahwa itu adalah hal yang biasa dan efek dari
kelelahan karena bekerja. Untuk memperbaiki kondisinya, klien mendapatkan weJangan dari
mertuanya untuk banyak memberikan buah dan sayur seperti kembang kol, brokoli, kubis,
kentang, jus apel dan manggis. Karena menurut kepercayaan buah dan sayur yang berwarna
hijau dapat menambah tenaga dan kesehatan, sedangkan buah dan sayur berwarna merah
dipercaya menambah tenaga dan kesungguhan (yang dimaksud kesungguhan adalah
kesungguhan untuk sembuh). Namun dalam pengolahan buah dan sayur tersebut istri klien
memotongnya terlebih dahulu baru kemudian dicuci dan saat merebusnya tidak di tutup.

Karena dirasa kondisi klien tidak membaik maka istrinya, membawa klien ke RS. Oleh
dokter yang memeriksa klien dicurigai mengidap kanker paru, untuk memastikan hal tersebut
klien harus melakukan pemeriksaan MRI. Setelah hasilnya keluar ternyata dugaan dokter
tersebut benar. Klien menderita kanker paru-paru. Dan saat ini didiagnosa kanker paru
stadium IIB. Dimana kanker tersebut telah menyebar ke kelenjar getah bening, dinding dada,
diafragma, lapisan yang mengelilingi jantung.

Setelah dianamnesa oleh perawat ternyata klien mempunyai kebiasaan merokok dan
jarang berolahraga. Akhirnya klien disarankan untuk melakukan kemoterapi. Namun klien
menolak untuk melakukan kemoterapi. Karena klien dan istrinya merupakan orang Jawa asli
sehingga mereka masih kental menganut tradisi dan budaya Jawa. Klien percaya bahwa
dengan melakukan pernafasan segitiga yang berasal dari nenek moyangnya akan dapat
menyembuhkan segala macam penyakit termasuk kanker paru yang dideritanya. Dan menurut
klien dengan pernafasan segitiga ini klien tidak perlu mengeluarkan banyak biaya

20
2.12 Pemecahan Masalah Transcultural Nursing
Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperwatan transcultural (Andrewan Boyle, 1995)
yaitu: mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan
dengan Kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan
Kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan
Kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance/ Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan
Kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-
nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap hari.
b. Cultural careaccomodation/negotiation/ Negosiasi budaya
Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih
mendukung peningkatan Kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang
makan yang berbau amis, maka ikan dapat digantikan dengan sumber protein hewani
yang lain.
c. Cultural care repartening/reconstruction/ Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status
Kesehatan. Perawat berupaya merestruksikan gaya hidup klien yang biasanya
merokok menjadi tidak merokok

2.13 Aplikasi Tindakan Keperawatan Transkultural


Dari kasus diatas klien memiliki beberapa kendala, yang mengakibatkan menolak
mendapatkan kemotrapi dari pihak RS, yaitu:
a. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut
budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah
yang mempunyai sifat  penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu
dikaji pada faktor ini adalah :  posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga,

21
bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
b. Faktor ekonomi (Economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang
dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus
dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan
yang dimiliki oleh keluarga,  biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian
biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.

Mengenai hal tersebut sebagai sebagai perawat yaitu melakukan perancangan dan
pelaksanaan, cultural care repartening/reconstruction/ Restrukturisasi budaya:
1. Beri kesempatan pada klien unruk memahami informasi yang diberikan dan
pelaksanaannya
2. Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3. Gunakan pihak ketiga bila perlu
4. Terjemahkan terminologi gejala pasien kedalam Bahasa Kesehatan yang dapat
dipahami oleh klien dan orang tua
5. Berikan informasi pada klien tentang system pelayanan Kesehatan perawat dan klien
harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing melalui proses akulturasi,
yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan
memperkaya budaya-budaya mereka. Bila perawat tidak memenuhi budaya klien
maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat
dan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas
keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik

22
23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhankeperawatan yang
difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan,meningkatkan
perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya. Hal ini dipelajarimulai dari
kehidupan biologis sebelumnya, kehidupan psikologis, kehidupan sosialdan
spiritualnya. Perencanaan dan pelaksaan proses keperawatan transkultural tidak dapat
begitu saja dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar belakang
budaya klien sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya
klien.Penyesuaian diri sangatlah diperlukan dalam aplikasi keperawatan
transkultural.Budaya bisa diartikan dari berbagai sudut pandang. Berdasarkan
wujudnya misalnya,kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama yaitu
kebudayaan materialdan nonmaterial. Strategi yang digunakan dalam melaksanakan
aplikasi keperawatan transkultural dalam adalah: Strategi I,
Perlindungan/mempertahankan budaya, Strategi II, Mengakomodasi/negoasiasi
budaya,Strategi III, Mengubah/mengganti budayaklien.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa kekurangan dalam makalah yang kami buat diatas merupakan
kelemahan dari pada kami, karena terbatasnya kemampuankami untuk memperoleh
data dan informasi karena terbatasnya pengetahuankami.Jadi yang kami harapkan
kritik dan saran yang membangun agar kamidapat membuat makalah yang lebih baik
lagi. Dengan segala pengharapan danketerbukaan, kami menyampaikan rasa terima
kasih dengan setulus-tulusnya.Akhir kata, kami berharap agar makalah ini dapat
membawa manfaatkepada pembaca.

24
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/HP/Downloads/transkulturalnursing.pdf
https://www.scribd.com/document/383630384/Gambaran-Masyarakat-Dengan-
Kasus-B-d-Transkultural-Nursing-Di-Afrika
file:///C:/Users/HP/Downloads/Buku%20Keperawatan%20Transkultural
%20Lengkap.pdf

25

Anda mungkin juga menyukai