Anda di halaman 1dari 33

PERSPEKTIF KEPERAWATAN TRANSCULTURAL DALAM

KEPERAWATAN KELUARGA, KOMUNITAS, DAN GERONTIK


Tugas ini dibuat untuk memenuhi penugasan modul Transcultural Nursing
Dosen Pengampu : Ibu Ns. Kustati Budi Lestari M.Kep., Sp.Kep.An

Disusun Oleh:
Kelompok 4B PSIK 2020
1. Radhiva Risqyta Ramadhan 11201040000079
2. Rahmadhita Putri Setyawati 11201040000080
3. Risma Sepia Dewi 11201040000081
4. Sulai Baitul Islmiah 11201040000082
5. Syalsa Afifah 11201040000083
6. Tazkia Zahra Adelina 11201040000084
7. Adistya Intan Savitri 11201040000085
8. Mita Lovi Mauludia 11201040000086
9. Nadila Ulfa Hidayah 11201040000087

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
SEPTEMBER/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang


telah melimpahkan segala rahmat, rezeki, kesabaran, serta keimanan. Tidak lupa
shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada bagida baginda Nabi
Muhammad SAW. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Perspektif Keperawatan Transcultural Dalam Keperawatan Keluarga,
Komunitas, Dan Gerontik”. Kami mengucapkan terimkasih kepada Allah Swt atas
nikmat dan anugerah-nya yang sangat berlimpah, khususnya kesehatan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini
Dalam makalah ini kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan
makalah ini bentuknya masih sangat sederhana dan masih ada kekurangan. Maka
dari itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk
kelengkapan makalah ini. Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Ns. Kustati
Budi Lestari, S.Kep, M.Kep, Sp.An. selaku dosen pengampu mata kuliah
Transcultural Nursing serta masing-masing pihak yang terlibat dalam penyusunan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi siapun
yang membacanya.

Tanggerang, 21 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB II ISI ............................................................................................................... 3

1. Keperawatan Trankultural dan Globalisasi Dalam Pelayanan Kesehatan .... 3

2. Definisi Keluarga ........................................................................................... 4

3. Tipe atau Bentuk Keluarga ............................................................................ 5

4. Peranan Keluarga ........................................................................................... 6

5. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan .................................................... 7

6. Struktur Keluarga ......................................................................................... 8

7. Tahap Perkembangan Keluarga ..................................................................... 9

8. Asuhan Keperawatan Transkultural Dalam Proses Keperawatan ................. 9

9. Pengertian Keperawatan Gerontik ............................................................... 13

10. Tujuan Keperawatan Gerontik..................................................................... 14

11. Fungsi Perawat Gerontik ............................................................................. 15

12. Peran Perawat Gerontik ............................................................................... 16

13. Masalah Kesehatan Pada Lansia .................................................................. 17

14. Mitos Pada Lansi ......................................................................................... 19

15. Pendekatan Pada Lansia .............................................................................. 21

16. Hubungan Sosial Budaya Dengan Lansia ................................................... 22

17. Perspektif Transkultural Keperawatan Dalam Keperawatan Komunitas ... 23

ii
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 28

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan lintas budaya merupakan bidang studi dan praktik formal
yang berfokus pada analisis komparatif budaya dan sub budaya di dunia
dalam kaitanya dengan keperawatan kultural, kepercayaan tentang
kesehatan dan penyakit, nilai-nilai dan praktik yang bertujuan untuk
menggunakan pengetahuan ini dalam memberikan perawatan sesuai budaya
tertentu atau sesuai budaya universal kepada semua orang (Leininger,1978).
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
berlandaskan ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang bersifat komprehensif
yang terdiri dari bio-psiko-soso-spirutual dan kultural yang holistik,
ditujukan kepada klien lanjut usia, baik kelompok dan masyarakat. adapun
arti lain dari (kozier, 1987)

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian transtheoritical model ? Bagaimana Keperawatan
Transkultural Dan Globalisasi Dalam Pelayanan Kesehatan?
b. Apa Definisi Keluarga?
c. Apa Tipe Atau Bentuk Keluarga?
d. Apa Peranan Keluarga?
e. Bagaimana Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan?
f. Bagaimana Struktur Keluarga?
g. Apa Saja Tahap Perkembangan Keluarga?
h. Bagaimana Asuhan Keperawatan Transkultural Dalam Proses
Keperawatan Keluarga?
i. Apa Pengertian Keperawatan Gerontik?
j. Apa Tujuan Keperawatan Gerontik?
k. Apa Fungsi Perawat Gerontik?
l. Bagaimana Peran Perawat Gerontik?
m. Apa Masalah Kesehatan Pada Lansia?

1
n. Apa Mitos Pada Lansia?
o. Bagaimana Pendekatan Pada Lansia?
p. Bagaimana Hubungan Sosial Budaya Dengan Lansia?
q. Bagaimana Perspektif Transkultural Keperawatan Dalam Keperawatan
Komunitas?

1.3 Tujuan
a. Untuk Mengetahui Keperawatan Transkultural Dan Globalisasi Dalam
Pelayanan Kesehatan
b. Untuk Mengetahui Definisi Keluarga
c. Untuk Mengetahui Tipe Atau Bentuk Keluarga
d. Untuk Mengetahui Peranan Keluarga
e. Untuk Mengetahui Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
f. Untuk Mengetahui Struktur Keluarga
g. Untuk Mengetahui Tahap Perkembangan Keluarga
h. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Transkultural Dalam Proses
Keperawatan Keluarga
i. Untuk Mengetahui Pengertian Keperawatan Gerontik
j. Untuk Mengetahui Tujuan Keperawatan Gerontik
k. Untuk Mengetahui Fungsi Perawat Gerontik
l. Untuk Mengetahui Peran Perawat Gerontik
m. Untuk Mengetahui Masalah Kesehatan Pada Lansia
n. Untuk Mengetahui Mitos Pada Lansia
o. Untuk Mengetahui Pendekatan Pada Lansia
p. Untuk Mengetahui Hubungan Sosial Budaya Dengan Lansia
q. Untuk Mengetahui Perspektif Transkultural Keperawatan Dalam
Keperawatan Komunitas

2
BAB II
ISI

1. Keperawatan Transkultural dan Globalisasi Dalam Pelayanan


Kesehatan
Peran perawat transkultural menjembatani antara sistem perawat
yang dilakukan oleh masyarakat awam dengan perawatan profesional
melalui asuhan keperawatan. Keperawatan lintas budaya merupakan bidang
studi dan praktik formal yang berfokus pada analisis komparatif budaya dan
sub budaya di dunia dalam kaitanya dengan keperawatan kultural,
kepercayaan tentang kesehatan dan penyakit, nilai-nilai dan praktik yang
bertujuan untuk menggunakan pengetahuan ini dalam memberikan
perawatan sesuai budaya tertentu atau sesuai budaya universal kepada
semua orang (Leininger,1978).
Keperawatan lintas budaya memberikan kerangka budaya kerja
untuk memenuhi kebutuhan keperawatan kesehatan dari kelompok dengan
latar budaya beraneka ragam. Dalam melakukan pencapaian keperawatan
ada 6 fenomena kultural yang dipertimbangkan, yaitu :
a. Komunikasi : Verbal, non verbal bahasa utama
b. Ruang pribadi : Tindakan lebih menonjol dari kata-kata
c. Organisasi sosial : Perilaku didapat, ciri khas budaya, nilai-nilai
berorientasi internal, kepercayaan keagamaan, pembuatan keputusan
dalam keluarga.
d. Waktu : Cara mengkaji waktu, konsep waktu.
e. Lingkungan : Mengevaluasi sistem kesehatan, lokus control.
f. Variasi biologis : Struktur tubuh, genetik, atribut fisik, karakteristik
psikologis Mendorong potensi perawat untuk memberikan secara
cermat arti diversivitas bukan realitas masa depan tetapi tantangan masa
kini dan kesempatan untuk berkembang (Hagivary,1192).
Ada 3 pendekatan profesi keperawatan untuk menyiapkan praktisi untuk
masa depan (Andrews,1992) yaitu :
a. Lingkungan Praktis klinis

3
Diperlukan program pendidikan yang berkelanjutan guna
menyadarkan perawat akan nilai, kepercayaan dan praktek yang
berlandaskan kepada budaya mereka sendiri, meningkatkan dasar
pengetahuan tentang kesehatan berkaitan dengan budaya tertentu serta
praktek orang lain yang akan di jumpai.
b. Lingkungan Akademis
Program sarjana muda dan sarjana mengalami kemajuan
menandakan konsep budaya dalam kurikulum keperawatan, pengajaran
harus difokuskan pada pengkajian kulturologi, variasi biokultural dalam
kesehatan dan penyakit, perbedaan kultural dalam komunikasi,
kepercayaan beragama, nutrisi, aspek perawatan dan sebagainya,
memadukan konsep budaya dalam kurikulum mencakup permainan
simulasi, latihan klarifikasi nilai, kelompok pertemuan untuk
membangkitkan kesadaran dan pengalaman.
c. Bidang Penelitian
Dibutuhkan studi lintas budaya di bidang penelitian dasar dan
penelitian terapan, lembaga penyandang dana dan yayasan harus di
dorong untuk mendukung studi lingkungan budaya yang menekankan
metode penelitian kualitatif penggabungan metode kuantitatif dan
kualitatif menghasilkan data yang bermanfaat untuk mencapai hasil
optimal.

2. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok orang yang diikat oleh perkawinan
atau darah, yang biasanya meliputi ayah, ibu, dan anak atau anak-anak.
Keluarga juga dapat diartikan sebagai kelompok sosial yang pertama dalam
kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia
sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya (W.A
Gerungan,200:194) .

4
3. Tipe atau Bentuk Keluarga
DeMenurut Khairuddin (1997) Tipe atau bentuk keluarga yaitu
keluarga inti, ,keluarga batih (nuclear family) dan keluarga luas (extented
family) diartikan berdasarkan dekat atau erat hubungannya bukan diartikan
dari sedikit atau banyaknya keluarga. keluarga batih merupakan keluarga
atau kelompok yang terdiri ayah, ibu dan anak-anak yang belum dewasa
maupun belum kawin sedangkan keluarga luas (extented family) adalah
satuan keluatga yang meliputi lebih dari satu generasi yang dimana lebih
luas daripada keluarga batih yang ditambah kakek, nenek, paman, bibi,
keponakan dan saudara-saudara lainnya. Tipe Keluarga dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Pengelompokan Secara Tradisional
Secara Tradisional, Tipe Keluarga dapat dikelompokkan dalam 2
macam, yaitu:
- Nuclear Family (Keluarga Inti) adalah keluarga yang hanya terdiri
dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau
adopsi atau keduanya.
- Extended Family (Keluarga Besar) adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah,
seperti kakek, nenek, paman, dan bibi.
b. Pengelompokan Secara Modern
Dipengaruhi oleh semakin berkembangnya peran individu dan
meningkatnya rasa individualism, maka tipe keluarga Modern dapat
dikelompokkan menjadi beberapa macam, diantaranya :
- Tradisional Nuclear adalah keluarga inti (Ayah, Ibu dan Anak)
yang tinggal dalam satu rumah yang ditetapkan oleh sanksi-sanksi
legal dalam suatu ikatan perkawinan, dimana salah satu atau
keduanya dapat bekerja di luar rumah.
- Niddle Age/Aging Couple adalah suatu keluarga dimana suami
sebagai pencari uang dan istri di rmah atau kedua-duanya bekerja
di rumah, sedangkan anak-anak sudah meninggalkan rumah karena
sekolah/menikah/meniti karier.

5
- Dyadic Nuclear adalah suatu keluarga dimana suami-istri sudah
berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satunya
bekerja di luar umah.
- Single Parent adalah keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua
sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya
dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
- Dual Carrier adalah keluarga dengan suami – istri yang kedua-duanya
orang karier dan tanpa memiliki anak.
- Three Generation adalah keluarga yang terdiri atas tiga generasi atau
lebih yang tinggal dalam satu rumah.
- Comunal adalah keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari dua
pasangan suamiistri atau lebih yang monogamy berikut anak-anaknya
dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
- Cohibing Couple/Keluarga Kabitas/Cahabitation adalah keluarga
dengan dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa ikatan
perkawinan.
- Composite /Keluarga Berkomposisi adalah sebuah keluarga dengan
perkawinan poligami dan hidup/tinggal secara bersama-sama dalam
satu rumah.
- Gay and Lesbian Family adalah keluarga yang dibentuk oleh pasangan
yang berjenis kelamin sama.

4. Peranan Keluarga
Menurut (Friedman, 1998), ada beberapa peran dalam keluarga, yaitu :
a. Peran formal
 Peran parental, Nye dan Gecas (1976) mengidentifikasi 8 peran
dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan istri-
ibu.
- Peran sebagai provider (penyedia)
- Peran sebagai pengatur rumah tangga.
- Peran perawat anak
- Peran sosialisasi anak.

6
- Peran rekreasi.
- Peran persaudaraan (kinship) atau memelihara hubungan
keluarga paternal dan maternal.
- Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan efektif pasangan).
- Peran seksual.
 Peran perkawinaan
Minuchin (1974) menekankan pentingnya hubungan peran
suami atau istri yaitu kebutuhan bagi pasangan untuk memelihara
suatu hubungan perkawinan kokoh. Anak-anak terutama dapat
mempengaruhi hubungan perkawinan, menciptakan situasi dimana
suami dan istri membentuk suatu koalisi dengan anak. Memelihara
suatu hubungan perkawinan yang memuaskan merupakan salah
satu tugas perkembangan yang vital dari keluarga.
b. Peran informal
- Pengharmonis : menengahi perbedaan yang terdapat diantara para
anggota, menghibur dan menyatukan kembali perbedaan pendapat.
- Inisiator – kontributor : mengemukakan dan mengajukan ide-ide
baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan
kelompok.
- Pendamai (compromiser) : merupakan salah satu bagian dari
konflik dan ketidaksepakatan, pendamai menyatakan kesalahan
posisi dan mengakui kesalahannya, atau menawarkan penyelesaian
"setengah jalan".
- Perawat keluarga : orang yang terpanggil untuk merawat dan
mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkannya.
- Koordinator keluarga : mengorganisasi dan merencanakan
kegiatan-kegiatan keluarga, berfungsi - mengangkat keterikatan /
keakraban.

5. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan


Menurut Setyowati (2008), keluarga yang sigap dalam bidang
kesehatan dapat dilihat dari kesanggupan mereka saat menjalankan fungsi

7
perawatan keluarga yang terbagi dalam 5 tugas keluarga tentang kesehatan,
yaitu :
1. Mengenali masalah kesehatan yang ada pada keluarga
2. Mengambil keputusan dalam menentukan tindakan yang tepat dalam
bidang kesehatan untuk keluarga
3. Merawat anggota keluarga yang tengah mengalami masalah pada
kesehatan
4. Memodifikasi lingkungan keluarga agar kesehatan keluarga dapat
terjamin
5. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dengan sebaik-baiknya
untuk keluarga.
Menurut Mubarak (2010), 5 tugas diatas sangatlah penting untuk
diterapkan di dalam suatu keluarga, supaya dapat melakukan upaya
pencegahan atau mengatasi masalah kesehatan keluarga. Contohnya pada
lansia, akibat proses penuaan yang dialami oleh individu tersebut maka
perlu adanya penanganan terhadap penyakit degenerative yang biasa dialami
oleh lansia, karena akan timbul kecacatan (Mulia, 2018).

6. Struktur Keluarga
Struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang bagaimana
suatu keluarga itu melaksanakan fungsinya dalam masyarakat. adapun
macam-macam struktur keluarga diantaranya adalah :
a. Menurut Agapito (2012) Dominasi jalur hubungan darat
- Patrilineal adalah keluarga yang berhubungan atau keluarga sedarah
dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi disusun melalui
jalur garis keturunan ayah. Suku-suku di Indonesia rata-rata
menggunakan struktur keluarga patrilineal.
- Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi yang dihubungkan atau disusun
melalui jalur garis keturunan ibu. Suku Padang merupakan salah satu
contoh suku yang menggunakan struktur keluarga matrilineal.

8
b. Menurut Makhfludi, Efendy (2009) dominasi keberadaan tempat
tinggal
- Patrilokal adalah keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang
tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak suami.
- Matrilokal adalah keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang
tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak istri.
c. Menurut makhfludi, Efendy (2009) dominasi pengambilan keputusan
- Patriakal adalah dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak
suami
- Matriakal adalah dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak
istri

7. Tahap Perkembangan Keluarga


Secara garis besar, pasangan yang sudah menikah dapat dikatakan
menjadi suatu keluarga apabila telah lahir anak pertama dari pernikahan
tersebut. Seiring dengan pertumbuhan anak mereka, maka keluarga tersebut
juga akan semakin tumbuh dewasa karena adanya peran penyesuaian yang
terjadi pada pasangan tersebut. Penyesuaian peran tersebut dimulai saat
anak masih bayi hingga anak tumbuh dewasa, yang pada akhirnya akan
membuat keluarga sendiri dan meninggalkan rumah mereka, dan orang tua
pun juga semakin bertambah tua sampai meninggal dunia.
Ketika anak kedua, ketiga, dan seterusnya lahir maka keluarga
tersebut akan mengalami pengulangan. Pengulangan tersebut dalam artian
mereka beradaptasi ulang karena adanya anggota keluarga baru yang belum
mereka kenali (Agustiani, 2016).

8. Asuhan Keperawatan Transkultural Dalam Proses Keperawatan


Keluarga
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan
pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar
belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan atau
memberdayakan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang

9
digunakan dalam asuhan keperawatan adalah pengelolaan asuhan
keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
a. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang
budaya klien (Giger andDavidhizar, 1995). Pengkajian dirancang
berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu :
- Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk
memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam
pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit,
kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan
mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan
alternative dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan
teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
- Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical
factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan
pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama
memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan
kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri.
Faktor agama yang dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut,
status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit,
cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif bagi
kesehatan.
- Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor yaitu :
nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir,
jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
- Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)

10
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan
ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk.
Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang
dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan
makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi
sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
- Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal
factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah
segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam
asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995).
Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan
yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga
yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
- Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-
sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar
segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat
diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan
yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya
asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar
anggota keluarga.
- Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien
dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini.
Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya
didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu
tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai
dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini
adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta

11
kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang
pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui
intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga
diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial
berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam
pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini. Potensi
penggunaan obat herbal yang diyakini dan terbukti secara ilmiah.
c. Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural
adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan.
Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan
pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar
belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman
yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle,
1995) yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya
klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya
klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah
budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan
kesehatan.
 Cultural care preservation/maintenance
- Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
- Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan
klien
- Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan
perawat
 Cultural care accomodation/negotiation
- Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien

12
- Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
- Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan
klien dan standar etik
 Cultural care repartening/reconstruction
- Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya
- Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok
- Gunakan pihak ketiga bila perlu
- Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa
kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua
- Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan
kesehatan

Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya


masing-masing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi
persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya
budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien
maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik
antara perawat dengan klien akan terganggu.

d. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan
kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat
bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat
diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang
budaya klien.

9. Pengertian Keperawatan Gerontik


Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional
yang berlandaskan ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang bersifat

13
komprehensif yang terdiri dari bio-psiko-soso-spirutual dan kultural yang
holistik, ditujukan kepada klien lanjut usia, baik kelompok dan masyarakat.
adapun arti lain dari (kozier, 1987) keperawatan gerontik adalah praktek
keperawatam yang berkaitan denga penyakit pada proses penuaan.
sedangkan menurut lueckerotte (2000) keperawatan gerontik adalah suatu
ilmu yang mempelajari cara menangani pada lansia yang berfokus pada
pengkajian kesejatan , perencanaan, implementasi dan evaluasi.

10. Tujuan Keperawatan Gerontik


Adapun tujuan dari gerontologi adalah (Maryam, 2008):
a. Membantu individu lanjut usia memahami adanya perubahan pada
dirinya berkaitan dengan proses penuaan
b. Mempertahankan, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan
lanjut usia baik jasmani, rohani, maupun social secara optimal
c. Memotivasi dan menggerakkan masyarakat dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan lanjut usia
d. Memenuhi kebutuhan lanjut usia sehari-hari
e. Mengembalikan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari
f. Mempercepat pemulihan atau penyembuhan penyakit
g. Meningkatkan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia
dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, sesuai dengan
keberadaannya dalam masyarakat
Tujuan dari geriatrik menurut Maryam (2008) adalah sebagai berikut:
a. Mempertahankan derajat kesehatan pada lanjut usia pada taraf yang
setinggi-tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan
b. Memelihara kondisi kesehatan dengan akticitas fisik dan mental
c. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan
menegakkan diagnosis yang tepat dan dini bila mereka menemukan
kelainan tertentu
d. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lanjut usia yang
menderita suatu penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan

14
kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara
kemandirian secara maksimal)
e. Bila para lanjut usia sudah tidak dapat disembuhkan dan bila mereka
sudah sampai pada stadium terminal, ilmu ini mengajarkan untuk tetap
memberi bantuan yang simpatik dan perawatan dengan penuh
pengertian (dalam akhir hidupnya, memberi bantuan moral dan
perhatian yang maksimal sehingga kematiannya berlangsung dengan
tenang).
Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia,
mempertahankan fungsi tubuh, serta membantu lansia menghadapi kematian
dengan tenang dan damai melalui ilmu dan teknik keperawatan gerontik
(Maryam,2008)

11. Fungsi Perawat Gerontik


Perawat memiliki banyak fungsi dalam memberikan pelayanan
prima dalam bidang gerontik. Menurut Eliopoulus (2005), fungsi dari
perawat gerontologi adalah :
1. Guide persons of all ages toward a healthy aging process
(membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang
sehat)
2. Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua)
3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same
(menghormati hak orang yang lebih tua dan memastikan yang lain
melakukan hal yang sama)
4. Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan
mendorong kualitas pelayanan)
5. Notice and reduce risks to health and well being (memerhatikan serta
menguragi resiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan)
6. Teach and support caregives (mendidik dan mendorong pemberi
pelayanan kesehatan)
7. Open channels for continued growth (membuka kesempatan untuk
pertumbuhan selanjutnya)

15
8. Listen and support (mendengarkan dan member dukungan)
9. Offer optimism, encouragement and hope (memberikan semangat,
dukungan, dan harapan)
10. Generate, support, use, and participate in research (menghasilkan,
mendukung, menggunakan, dan berpartisipasi dalam penelitian)
11. Implement restorative and rehabilitative measures (melakukan
perawatan restorative dan rehabilitative)
12. Coordinate and managed care (mengoordinasi dan mengatur
perawatan)
13. Asses, plan, implement, and evaluate care in an individualized, holistic
maner (mengkaji, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
perawatan individu dan perawatan secara menyeluruh)
14. Link service with needs (memberikan pelayanan sesuai kebutuhan)
15. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality
(membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli
dibidangnya)
16. Understand the unique physical, emotical, social, spiritual aspect of
each other (saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, social,
dan spiritual)
17. Recognize and encourage the appropriate management of ethical
concern (mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai
dengan tempatnya bekerja)
18. Support and comfort through the dying process (memberikan dukungan
dan kenyamanan dalam menghadapi proses kematian)

12. Peran Perawat Gerontik


Peran perawat genotik secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi 2 bagian, yaitu peran secara umum dan peran spesialis:
a. Peran Secara Umum
Menurut Hess, Touhy, dan Jett (2005) Peran secara umum dapat
digambarkan pada berbagai setting, seperti rumah sakit, rumah, nursing

16
home, komunitas dengan menyediakan perawatan kepada individu dan
keluarganya.
b. Peran Secara Spesialis
Untuk peran secara spesialis ini juga terbagi menjadi 2 macam,
yaitu:
- Perawat Gerontik Spesialis Klinis / Gerontological Clinical Nurse
Specialist (CNS)
Peran CNS sendiri yaitu perawat klinis secara langsung.
Pendidik, manajer perawat, advokat, manajemen kasus, dan
peneliti dalam perencanaan perawatan atau meningkatkan kualitas
perawatan bagi klien lansia dan keluarganya pada setting rumah
sakit, fasilitas perawatan jangka panjang, outreach programs, serta
independent consultant.
- Perawat Gerontik Pelaksana / Geriatric Nurse Practitioner (GNP)
Peran perawat GNP sendiri yaitu diantaranya memenuhi
kebutuhan klien pada daerah pedalaman; melakukan intervensi
untuk promosi Kesehatan, mempertahankan dan mengembalikan
status Kesehatan klien, manajemen kasus, dan advokat pada
setting klinik ambulatori, fasilitas jangka panjang, dan
independent practice.

13. Masalah Kesehatan Pada Lansia


Masalah kesehatan yang terjadi pada lansia biasanya disebut
sindroma geriatri atau kumpulan dari beberapa gejala dalam masalah
kesehatan yang sering dikeluhkan oleh para lansia. Masalah penyakit lansia
ini berbeda dengan masalah penyakit orang dewasa, ada beberapa gejala
yang terjadi pada permasalahan kesehatan lansia yaitu :
a. Infection (Infeksi)
Lansia biasanya memiliki beberapa penyakit dan muncul dalam
waktu yang bersamaan, mulai kesulitan untuk berkomunikasi secara
lancar sehingga sulit mengetahui tanda-tanda infeksi sedini mungkin.

17
Tanda-tanda muncul nya infeksi disertai dengan meningkatnya suhu
badan, dan tanda inilah yang tidak muncul pada lansia.
b. Immobility (Kurang Bergerak)
Penyebab dari kurangnya pergerakan karena otot yang kaku,
lemah, masalah pada psikisnya, mengalami depresi, dan pasti ada rasa
nyeri yang dialami. Komplikasi timbul karena ada luka pada bagian
tertentu dan mengalami penekanan secara terus menerus hingga timbul
lecet yang mengakibatkan infeksi pada organ tubuhnya.
c. Impairement of hearing, vision, and smell (Gangguan pada
pendengaran, penglihatan, dan penciuman)
Gangguan pendengaran dan penglihatan umum terjadi pada lansia,
karena adanya masalah kesehatan seperti gangguan refraksi, HT, DM,
katarak, dll. Karena itulah lansia sulit berkomunikasi dan harus
menggunakan alat bantu dengar dan kacamata.
d. Inanition (Malnutrisi)
Kurangnya asupan makanan sebanyak 25% terjadi pada lansia
diumur 40-70 tahun. Hal ini dipengaruhi karena perubahan rasa pada
indera pengecap, penciuman, gangguan pada usus, dan kesulitan
mengunyah karena sudah ada beberapa gigi yang kropos seiring
berjalannya waktu. Selain itu gangguan psikologis karena depresi
(kehilangan orang yang dicintai/pasangan hidup) dan sosial (mengurus
dirinya sendiri) juga dapat mempengaruhi nafsu makan.
e. Iatrogenic (Penyakit yang timbul karena mengkonsumsi obat-obatan)
Dikarenakan lansia dapat memiliki penyakit dalam waktu yang
bersamaan, membuat mereka harus mengkonsumsi obat-obatan yang
banyak. Karena terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan juga
berpotensi timbulnya penyakit lain yang membuat lansia harus lebih
banyak mengkonsumsi obat.
f. Immuno-defficiency (Penurunan sistem kekebalan tubuh)
Menurun nya sistem kekebalan tubuh pada lansia karena adanya
penyakit yang di derita, sehingga badan menjadi mudah sakit, lemah,
nafsu makan berkurang, dan penggunaan obat-obatan juga berpengaruh.

18
g. Impaction (Sulit BAB)
Kurangnya pergerakan, kurang asupan makanan, tidak adanya
vitamin di dalam tubuh, kurang minum, dan obat-obatan tertentu
membuat lansia kesulitan untuk membuang air besar. Karena usus yang
kosong membuat isi usus menjadi tertahan, kotoran di usus pun menjadi
kering dan mengalami pengerasan, juga dapat membuat penyumbatan
di dalam usus (Admin UHAMKA).

14. Mitos Pada Lansia


Mitos dan stereotip seputar lansia, Menurut Nugroho (2000) mitos
dan stereotip seputar lansia antara lain:
a. Mitos kedamaian dan ketenangan
Lansia terkadang bisa menikmati hidupnya dengan santai dari hasil
kerjanya dan usahanya di waktu muda dan dewasanya. Setiap
guncangan di kehidupannya seakan sudah terlewati dengan
berhasil.Tetapi pada kenyataannya, masih banyak ditemui lansia stress
dikarenakan miskin, keluhan dan semua penderitaannya yang
disebabkan dari penyakitnya. Lanjut usia juga terkadang mengalami
depresi, kekhawatiran, paranoid dan masalah psikotik
b. Mitos konservatif dan kemunduran
Konservatif sendiri artinya kolot, bersikap mempertahankan
kebiasaan, tradisi, dan keadaan yang berlaku.Lansia beranggapan tidak
kreativ, menolak akan inovasi, berorientasi ke masa silam, kembali ke
masa kanak-kanak, susah berubah, keras kepala, dan cerewet. Tetapi
pada kenyataannya, tidak semua lansia bersikap dan mempunyai pikiran
demikian.
c. Mitos berpenyakitan
Proses menua sering dikaitkan dengan datangnya berbagai
penyakit sebagai penderitaan lansia. Proses menua menjadikan lansia
mengalami penurunan di metabolisme dan daya tahan tubuhnya,
sehingga lansia sering terjadi sakit.Tetapi kenyataanya, penyakit saat ini
banyak cara untuk disembuhkan dan dikontrol. Selain itu, lanjut usia

19
yang sering menjaga kebugaran tubuhnya bisa menghambat proses
menua itu sendiri.
d. Mitos senilitas
Orang sering memandang lansia sebagai orang yang sering
mengalami pikun karena adanya kerusakan pada otaknya dan bagian
lainnya. Tetapi kenyataannya, lansia mengalami proses menua yang
disertai dengan adanya kerusakan pada otaknya (masih banyak yang
tetap cerdas dan sehat dan bisa bermanfaat bagi orang lain).
e. Mitos tidak jatuh cinta
Orang lain sering menganggap lansia sudah tidak bisa merasakan
jatuh cinta dan tertarik dengan lawan jenis. Kenyataannya, perasaan
masing-masing orang berbeda-beda dan terkadang sering berubah dan
perasaan untuk jatuh cinta tidak akan terhenti dikarenakan hanya
bertambah tuanya seseorang.
f. Mitos aseksualitas
Terdapat pandangan lansia mengalami penurunan pada hubungan
seks, dorongan, minat, kebutuhan, gairah dan kekuatan dalam
hubunganseks berkurang. Pada kenyataannya, kehidupan seksualitas
seorang lansia menunjukkan bahwa baik-baik saja dan masih ada
gairah. Hanya saja frekuensi dalam melakukan hubungan seks menurun
seiring bertambahnya usia. Dibuktikan bahwa banyaknya lanjut usia
yang menikah lagi.
g. Mitos ketidakproduktifan
Lansia dipandang sebagai tidak produktif lagi. Tetapi
kenyataannya,banyak lansia yang mencapai kematangan, kemantapan,
dan produktivitas mental maupun material.Sebagai perawat harus
menyadari mitos-mitos yang seperti dijelaskan diatas dalam
memberikan asuhan keperawatan, karena banyak juga lansia yang
sesuai dengan mitos dan sebagian juga tidak mengalaminya
(Maryam,dkk, 2008)

20
15. Pendekatan Pada Lansia
a. Pendekatan Fisik
Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan
fisik melalui perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadian yang
dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ
tubuh, tingkat kesehatan yang masih dapat dicapai dan dikembangkan,
dan penyakit yang dapat dicegah atau progresifitas penyakitnya.
Pendekatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi 2
bagian:
- Klien lansia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang
masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam
kebutuhannya sehari-hari ia masih mampu melakukannya sendiri.
- Klien lansia yang pasif, keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan
atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia
ini, terutama yang berkaitan dengan kebersihan perseorangan
untuk mempertahankan kesehatan.
b. Pendekatan Psikologis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lansia. Perawat dapat berperan sebagai
pendukung terhadap segala sesuatu yang asing, penampung rahasia
pribadi dan sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran
dan ketelitian dalam memberi kesempatan dan waktu yang cukup
banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar lansia merasa
puas. Perawat harus selalu memegang prinsip triple S yaitu sabar,
simpatik dan service. Bila ingin mengubah tingkah laku dan pandangan
mereka terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan
dan bertahap.
c. Pendekatan Sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu
upaya perawat dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi
kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama klien lansia
berarti menciptakan sosialisasi. Pendekatan sosial ini merupakan

21
pegangan bagi perawat bahwa lansia adalah makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya, perawat dapat
menciptakan hubungan sosial, baik antar lania maupun lansia dengan
perawat. Perawat memberi kesempatan seluas-luasnya kepada lansia
untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi. Lansia perlu
dimotivasi untuk membaca surat kabar dan majalah.

16. Hubungan Sosial Budaya Dengan Lansia


Sikap budaya terhadap warga usia lanjut mempunyai implikasi yang
dalam terhadap kesejahteraan fisik maupun mental mereka. Pada
masyarakat tradisional warga usia lanjut ditempatkan pada kedudukan yang
terhormat, sebagai Pinisepuh atau Ketua Adat dengan tugas sosial tertentu
sesuai adat istiadatnya, sehingga warga usia lanjut dalam masyarakat ini
masih terus memperlihatkan perhatian dan partisipasinya dalam masalah -
masalah kemasyarakatan. Hal ini secara tidak langsung berpengaruh
kondusif bagi pemeliharaan kesehatan fisik maupun mental mereka.
Sebaliknya struktur kehidupan masyarakat modern sulit memberikan
peran fungsional kepada warga usia lanjut, posisi mereka berganti menjadi
sekedar peran formal, kehilangan pengakuan akan kapasitas dan
kemandiriannya. Keadaan ini menyebabkan warga usia lanjut dalam
masyarakat modern menjadi lebih rentan terhadap tema - tema kehilangan
dalam perjalanan hidupnya. Era globalisasi pada saat ini membawa
konsekuensi pergeseran budaya yang cepat dan terus – menerus , membuat
nilai - nilai tradisional sulit beradaptasi. Warga usia lanjut yang hidup pada
masa sekarang, seolah-olah dituntut untuk mampu hidup dalam dua dunia
yakni : kebudayaan pada masa lalu yang telah membentuk sebagian aspek
dari kepribadian mereka dan masa kekinian yang menuntut mereka untuk
dapat adaptasi perilaku. Keadaan ini merupakan ancaman bagi integritas
egonya, dan potensial mencetuskan berbagai masalah kejiwaan.

22
17. Perspektif Transkultural Keperawatan Dalam Keperawatan
Komunitas
Proses keperawatan komunitas juga memperhatikan adanya
perbedaan budaya di masing-masing daerah, karena hal itu Leininger (1978)
mendefinisikan transkultural di keperawatan sebagai: “bidang kemanusiaan
dan pengetahuan pada studi formal dan praktik dalam keperawatan yang
difokuskan pada perbedaan studi budaya yang melihat adanya perbedaan
dan kesamaan dalam perawatan, kesehatan, dan pola penyakit didasari atas
nilai-nilai budaya, kepercayaan dan praktik budaya yang berbeda di dunia,
dan menggunakan pengetahuan untuk memberikan pengaruh budaya yang
spesifik pada masyarakat.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang didiami oleh berbagai
macam suku bangsa dengan budaya berbeda satu dengan yang lainnya.
Setiap budaya tentunya memiliki masalah kesehatan dan cara
menyelesaikan masalah kesehatan yang unik. Selain itu, telah
dicanangkannya MEA dan globalisasi juga turut membuat penting bagi
perawat untuk mempelajari kompetensi budaya, terlebih dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan kesehatan komunitas.
Budaya suatu komunitas terbentuk dari interaksi antara komunitas
tersebut dengan lingkungannya. Budaya menggambarkan cara seseorang
mempersepsikan sesuatu, bertingkah laku, dan menilai sesuatu yang ada di
sekitar mereka, sehingga budaya juga menentukan perilaku kesehatan
seseorang. Oleh karena itu, untuk memberikan asuhan keperawatan yang
tepat dan berkualitas pada suatu komunitas, maka perawat harus memahami
budaya komunitas tersebut.
Leininger dengan teorinya transcultural nursing menggagas bahwa
proses asuhan keperawatan untuk mempertahankan/meningkatkan perilaku
sehat atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang
budaya klien. Asuhan keperawatan komunitas dengan pendekatan
transcultural memungkinkan perawat sebagai petugas kesehatan mengelola
secara utuh elemen-elemen pelayanan kesehatan di komunitas, termasuk
mengelola hambatan atau tantangan di tingkat institusional. Kompetensi

23
budaya yangharus dikuasai oleh perawat kesehatan komunitas antara lain,
culturalawareness, knowledge, skill, encounters, dan desire (Anderson &Mc
Farlane, 2011). Adapun hal-hal yang dipercayai sebagai suatu kebudayaan
dimasyarakat atau komunitas sebagai berikut :
a. Kepercayaan Kuno
Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan
masyarakat sederhana, pengetahuan tradisional . Dalam masyarakat
tradisional , sistem pengobatan tradisional ini adalah pranata sosial
yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti mempelajari
pranata social umumnya dan bahwa praktek pengobatan asli
(tradisional) adalah rasional dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku
mengenai sebab akibat. Beberapa hal yang berhubungan dengan
kesehatan (sehat-sakit) menurut budaya- budaya yang ada di Indonesia
diantaranya adalah :
- Budaya Jawa
Menurut orang Jawa, “sehat“ adalah keadaan yang
seimbang dunia fisik dan batin. Bahkan, semua itu berakar pada
batin. Jika “batin karep ragu nututi“, artinya batin berkehendak ,
raga/badan akan mengikuti. Sehat dalam konteks raga berarti
“waras“. Apabila seseorang tetap mampu menjalankan peranan
sosialnya sehari-hari, misalnya bekerja di ladang, sawah, selalu
gairah bekerja, gairah hidup, kondisi inilah yang dikatakan sehat.
Dan ukuran sehat untuk anak-anak adalah apabila kemauannya
untuk makan tetap banyak dan selalu bergairah main.
- Budaya Sunda
Konsep sehat sakit tidak hanya mencakup aspek fisik saja ,
tetapi juga bersifat sosial budaya . Istilah lokal yang biasa dipakai
oleh masyarakat Jawa Barat ( orang sunda ) adalah muriang untuk
demam , nyerisirah untuk sakit kepala , yohgoy untuk batuk dan
salesma untuk pilek / flu. Penyebab sakit umumnya karena
lingkungan , kecuali batuk juga karena kuman . Pencegahan sakit
umumnya dengan menghindari penyebabnya. Pengobatan sakit

24
umumnya menggunakan obat yang terdapat di warung obat yang
ada di desa tersebut , sebagian kecil menggunakan obat tradisional.
Pengobatan sendiri sifatnya sementara , yaitu penanggulangan
pertama sebelum berobat ke puskesmas atau mantri.
Menurut orang sunda , orang sehat adalah mereka yang
makan terasa enak walaupun dengan lauk seadanya, dapat tidur
nyenyak dan tidak ada yang dikeluhkan , sedangkan sakit adalah
apabila badan terasa sakit , panas atau makan terasa pahit , kalau
anak kecil sakit biasanya rewel , sering menangis, dan serba
salah/gelisah . Dalam bahasa sunda orang sehat disebut cageur,
sedangkan orang sakit disebut gering.
Ada beberapa perbedaan antara sakit ringan dan sakit berat.
Orang disebut sakit ringan apabila masih dapat berjalan kaki ,
masih dapat bekerja, masih dapat makan-minum dan dapat sembuh
dengan minum obat atau obat tradisional yang dibeli di warung .
Orang disebut sakit berat , apabila badan terasa lemas, tidak dapat
melakukan kegiatan sehari-hari, sulit tidur, berat badan menurun,
harus berobat ke dokter/puskesmas, apabila menjalani rawat inap
memerlukan biaya mahal.Pengertian Sehat Sakit
b. Praktik Pengobatan
Pengobatan sakit umumnya menggunakan obat yang
terdapat di warung. obat yang ada di desa tertentu, sebagian kecil
menggunakan obat tradisional. Masyarakat melakukan pengobatan
sendiri dengan alasan sakit ringan, hemat biaya dan hemat waktu.
Pengobatan sendiri sifatnya sementara, yaitu penanggulanan
pertama sebelum berobat ke puskesmas atau Mantri. Tindakan
Pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan masih rendah karena
umumnya masyarakat membeli obat secara eceran sehingga tidak
dapat memaca keterangan yang tercantum pada setiap kemasan
obat.

25
BAB III
PENUTUP

Peran perawat transkultural menjembatani antara sistem perawat yang


dilakukan oleh masyarakat awam dengan perawatan profesional melalui asuhan
keperawatan. Keperawatan lintas budaya merupakan bidang studi dan praktik
formal yang berfokus pada analisis komparatif budaya dan sub budaya di dunia
dalam kaitanya dengan keperawatan kultural, kepercayaan tentang kesehatan dan
penyakit, nilai-nilai dan praktik yang bertujuan untuk menggunakan pengetahuan
ini dalam memberikan perawatan sesuai budaya tertentu atau sesuai budaya
universal kepada semua orang (Leininger,1978). Keperawatan lintas budaya
memberikan kerangka budaya kerja untuk memenuhi kebutuhan keperawatan
kesehatan dari kelompok dengan latar budaya beraneka ragam.
Keperawatan gerontik adalah praktek keperawatam yang berkaitan denga
penyakit pada proses penuaan. sedangkan menurut lueckerotte (2000)
keperawatan gerontik adalah suatu ilmu yang mempelajari cara menangani pada
lansia yang berfokus pada pengkajian kesejatan , perencanaan, implementasi dan
evaluasi. Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia,
mempertahankan fungsi tubuh, serta membantu lansia menghadapi kematian
dengan tenang dan damai melalui ilmu dan teknik keperawatan gerontik
(Maryam,2008)
Sikap budaya terhadap warga usia lanjut mempunyai implikasi yang dalam
terhadap kesejahteraan fisik maupun mental mereka. Pada masyarakat tradisional
warga usia lanjut ditempatkan pada kedudukan yang terhormat, sebagai Pinisepuh
atau Ketua Adat dengan tugas sosial tertentu sesuai adat istiadatnya, sehingga
warga usia lanjut dalam masyarakat ini masih terus memperlihatkan perhatian dan
partisipasinya dalam masalah - masalah kemasyarakatan. Hal ini secara tidak
langsung berpengaruh kondusif bagi pemeliharaan kesehatan fisik maupun mental
mereka.
Proses keperawatan komunitas juga memperhatikan adanya perbedaan
budaya di masing-masing daerah, karena hal itu Leininger (1978) mendefinisikan
transkultural di keperawatan sebagai: “bidang kemanusiaan dan pengetahuan pada

26
studi formal dan praktik dalam keperawatan yang difokuskan pada perbedaan
studi budaya yang melihat adanya perbedaan dan kesamaan dalam perawatan,
kesehatan, dan pola penyakit didasari atas nilai-nilai budaya, kepercayaan dan
praktik budaya yang berbeda di dunia, dan menggunakan pengetahuan untuk
memberikan pengaruh budaya yang spesifik pada masyarakat.

27
DAFTAR PUSTAKA

Admin UHAMKA. Masalah Kesehatan Pada Lansia. Diakses dari


https://onlinelearning.uhamka.ac.id/pluginfile.php/432620/mod_resource/c
ontent/2/MASALAH%20KESEHATAN%20PENDUDUK%20LANJUT
%20USIA.pdf Pada hari Selasa, 21 September 2021 Pukul 12.23 WIB
Adminku, 2016, Keperawatan Gerontik, Institut Kesehatan Helvetia,
http://d3keperawatan.helvetia.ac.id/2016/11/16/keperawatan-gerontik/ ,
diakses pada Selasa, 21 September 2021 pukul 01.54 WIB
Agustiani, Hendriati. 2016. Dalam E-Jurnal : Tahapan Perkembangan Keluarga.
Diakses dari https://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2016/04/TAHAPAN-PERKEMBANGAN-
KELUARGA_HENDRIATI-A.pdf Pada Selasa, 21 Agustus 2021 Pukul
09.45 WIB
Andrewes 1992. Buku Keperawatan Transcultural.
http://repository.akperykyjogja.ac.id/102/1/Buku%20Keperawatan%20Tra
nskultural%20Lengkap.pdf di akses pada 21 september 2021 pada pukul
08; 25 wib.
Anggraini.D.2015.Keperawatan
Genetik.http://dinnyanggraini.mahasiswa.unimus.ac.id/2015/11/18/kepera
watan-gerontik/.Diakses Pada 20 September 2021 Pada pukul 21.17 WIB)
Amira VWP.2018.Karya Tulis Ilmiah Gambaran Kualitas Hidup Lanjut Usia Di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Magetan).Diakses Pada 20
September 2021 Pada pukul 21.30 WIB.
Awla,Syahriyatul (2018). Peran Keluarga (Nuclear Family dan Extented Famuly)
Dalam Pengembangan Literasi Dini Anak Di Paud Surabaya. Di akses
pada tanggal 20 September 2022. Link : https://repository.unair.ac.id
Lestri, I, dkk, 2015, Pengaruh Gadget Pada Interaksi Sosial Dalam Keluarga,
Prosiding Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Hal. 206, Vol. 2
No. 2, Doi: https://doi.org/10.24198/jppm.v2i2.13280 , diakses pada
Selasa, 21 September 2021 pukul 01.40 WIB

28
Maryam 2008.keperawatan genetic, http:/unimus.ac.id/keperawatan-
gerontik/tujuan/ diakses pada 21 september 20021 pada pukul 10:30 wib.
MM, Adilopa. 2019. BAB II Tinjauan Pustaka Konsep Keluarga dan Dukungan
Keluarga. http://eprints.umpo.ac.id/5425/3/BAB%20II.pdf. diakses pada
tanggal 21 September 2021 pukul 12.12 WIB.
Mulia, Madepan. 2018. Dalam Adi Husada Nursing Jurnal, Vol 4, No.2 :
Pelaksanaan Tugas Keluarga Di Bidang Kesehatan : Mengenal Masalah
Hipertensi Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Kelurahan
Timbangan Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir. Diakses
dari file:///C:/Users/Asus/Downloads/119-1-248-1-10-20190327.pdf Pada
hari Selasa, 21 September 2021 Pukul 11.00 WIB
MZ Rahmadhani (2019). Hubungan Sosial Dengan Kejadian Stress Pada Lansia
di Panti Sosial. Diakses pada 21 September 2021. link :
https://journal.umkt.ac.id
S, Rejeki. 2012. HERBAL dan KESEHATAN REPRODUKSI PEREMPUAN
(Suatu Pendekatan Transkultural dalam Praktik Keperawatan
Maternitas).
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1351055&val=
426&title=HERBAL%20dan%20KESEHATAN%20REPRODUKSI%20P
EREMPUAN%20Suatu%20Pendekatan%20Transkultural%20dalam%20P
raktik%20Keperawatan%20Maternitas. Diakses pada tanggal 21
September 2021 pukul 17.20 WIB
Siti Nurkholifah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Gerontik. Jakarta :
P2M2
S Nur (2016).Keperawatan Gerontik. Diakses pada tanggal 20 September 2021.
Link : http://bppsdmk.kemkes.go.id
UNIMUS. Konsep Keluarga. http://digilib.unimus.ac. Diakses Pada 20 September
2021 Pada pukul 21.00 WIB.

29

Anda mungkin juga menyukai