Disusun Oleh:
Kelompok 4B PSIK 2020
1. Radhiva Risqyta Ramadhan 11201040000079
2. Rahmadhita Putri Setyawati 11201040000080
3. Risma Sepia Dewi 11201040000081
4. Sulai Baitul Islmiah 11201040000082
5. Syalsa Afifah 11201040000083
6. Tazkia Zahra Adelina 11201040000084
7. Adistya Intan Savitri 11201040000085
8. Mita Lovi Mauludia 11201040000086
9. Nadila Ulfa Hidayah 11201040000087
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 26
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
n. Apa Mitos Pada Lansia?
o. Bagaimana Pendekatan Pada Lansia?
p. Bagaimana Hubungan Sosial Budaya Dengan Lansia?
q. Bagaimana Perspektif Transkultural Keperawatan Dalam Keperawatan
Komunitas?
1.3 Tujuan
a. Untuk Mengetahui Keperawatan Transkultural Dan Globalisasi Dalam
Pelayanan Kesehatan
b. Untuk Mengetahui Definisi Keluarga
c. Untuk Mengetahui Tipe Atau Bentuk Keluarga
d. Untuk Mengetahui Peranan Keluarga
e. Untuk Mengetahui Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
f. Untuk Mengetahui Struktur Keluarga
g. Untuk Mengetahui Tahap Perkembangan Keluarga
h. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Transkultural Dalam Proses
Keperawatan Keluarga
i. Untuk Mengetahui Pengertian Keperawatan Gerontik
j. Untuk Mengetahui Tujuan Keperawatan Gerontik
k. Untuk Mengetahui Fungsi Perawat Gerontik
l. Untuk Mengetahui Peran Perawat Gerontik
m. Untuk Mengetahui Masalah Kesehatan Pada Lansia
n. Untuk Mengetahui Mitos Pada Lansia
o. Untuk Mengetahui Pendekatan Pada Lansia
p. Untuk Mengetahui Hubungan Sosial Budaya Dengan Lansia
q. Untuk Mengetahui Perspektif Transkultural Keperawatan Dalam
Keperawatan Komunitas
2
BAB II
ISI
3
Diperlukan program pendidikan yang berkelanjutan guna
menyadarkan perawat akan nilai, kepercayaan dan praktek yang
berlandaskan kepada budaya mereka sendiri, meningkatkan dasar
pengetahuan tentang kesehatan berkaitan dengan budaya tertentu serta
praktek orang lain yang akan di jumpai.
b. Lingkungan Akademis
Program sarjana muda dan sarjana mengalami kemajuan
menandakan konsep budaya dalam kurikulum keperawatan, pengajaran
harus difokuskan pada pengkajian kulturologi, variasi biokultural dalam
kesehatan dan penyakit, perbedaan kultural dalam komunikasi,
kepercayaan beragama, nutrisi, aspek perawatan dan sebagainya,
memadukan konsep budaya dalam kurikulum mencakup permainan
simulasi, latihan klarifikasi nilai, kelompok pertemuan untuk
membangkitkan kesadaran dan pengalaman.
c. Bidang Penelitian
Dibutuhkan studi lintas budaya di bidang penelitian dasar dan
penelitian terapan, lembaga penyandang dana dan yayasan harus di
dorong untuk mendukung studi lingkungan budaya yang menekankan
metode penelitian kualitatif penggabungan metode kuantitatif dan
kualitatif menghasilkan data yang bermanfaat untuk mencapai hasil
optimal.
2. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok orang yang diikat oleh perkawinan
atau darah, yang biasanya meliputi ayah, ibu, dan anak atau anak-anak.
Keluarga juga dapat diartikan sebagai kelompok sosial yang pertama dalam
kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia
sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya (W.A
Gerungan,200:194) .
4
3. Tipe atau Bentuk Keluarga
DeMenurut Khairuddin (1997) Tipe atau bentuk keluarga yaitu
keluarga inti, ,keluarga batih (nuclear family) dan keluarga luas (extented
family) diartikan berdasarkan dekat atau erat hubungannya bukan diartikan
dari sedikit atau banyaknya keluarga. keluarga batih merupakan keluarga
atau kelompok yang terdiri ayah, ibu dan anak-anak yang belum dewasa
maupun belum kawin sedangkan keluarga luas (extented family) adalah
satuan keluatga yang meliputi lebih dari satu generasi yang dimana lebih
luas daripada keluarga batih yang ditambah kakek, nenek, paman, bibi,
keponakan dan saudara-saudara lainnya. Tipe Keluarga dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Pengelompokan Secara Tradisional
Secara Tradisional, Tipe Keluarga dapat dikelompokkan dalam 2
macam, yaitu:
- Nuclear Family (Keluarga Inti) adalah keluarga yang hanya terdiri
dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau
adopsi atau keduanya.
- Extended Family (Keluarga Besar) adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah,
seperti kakek, nenek, paman, dan bibi.
b. Pengelompokan Secara Modern
Dipengaruhi oleh semakin berkembangnya peran individu dan
meningkatnya rasa individualism, maka tipe keluarga Modern dapat
dikelompokkan menjadi beberapa macam, diantaranya :
- Tradisional Nuclear adalah keluarga inti (Ayah, Ibu dan Anak)
yang tinggal dalam satu rumah yang ditetapkan oleh sanksi-sanksi
legal dalam suatu ikatan perkawinan, dimana salah satu atau
keduanya dapat bekerja di luar rumah.
- Niddle Age/Aging Couple adalah suatu keluarga dimana suami
sebagai pencari uang dan istri di rmah atau kedua-duanya bekerja
di rumah, sedangkan anak-anak sudah meninggalkan rumah karena
sekolah/menikah/meniti karier.
5
- Dyadic Nuclear adalah suatu keluarga dimana suami-istri sudah
berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satunya
bekerja di luar umah.
- Single Parent adalah keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua
sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya
dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
- Dual Carrier adalah keluarga dengan suami – istri yang kedua-duanya
orang karier dan tanpa memiliki anak.
- Three Generation adalah keluarga yang terdiri atas tiga generasi atau
lebih yang tinggal dalam satu rumah.
- Comunal adalah keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari dua
pasangan suamiistri atau lebih yang monogamy berikut anak-anaknya
dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
- Cohibing Couple/Keluarga Kabitas/Cahabitation adalah keluarga
dengan dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa ikatan
perkawinan.
- Composite /Keluarga Berkomposisi adalah sebuah keluarga dengan
perkawinan poligami dan hidup/tinggal secara bersama-sama dalam
satu rumah.
- Gay and Lesbian Family adalah keluarga yang dibentuk oleh pasangan
yang berjenis kelamin sama.
4. Peranan Keluarga
Menurut (Friedman, 1998), ada beberapa peran dalam keluarga, yaitu :
a. Peran formal
Peran parental, Nye dan Gecas (1976) mengidentifikasi 8 peran
dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan istri-
ibu.
- Peran sebagai provider (penyedia)
- Peran sebagai pengatur rumah tangga.
- Peran perawat anak
- Peran sosialisasi anak.
6
- Peran rekreasi.
- Peran persaudaraan (kinship) atau memelihara hubungan
keluarga paternal dan maternal.
- Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan efektif pasangan).
- Peran seksual.
Peran perkawinaan
Minuchin (1974) menekankan pentingnya hubungan peran
suami atau istri yaitu kebutuhan bagi pasangan untuk memelihara
suatu hubungan perkawinan kokoh. Anak-anak terutama dapat
mempengaruhi hubungan perkawinan, menciptakan situasi dimana
suami dan istri membentuk suatu koalisi dengan anak. Memelihara
suatu hubungan perkawinan yang memuaskan merupakan salah
satu tugas perkembangan yang vital dari keluarga.
b. Peran informal
- Pengharmonis : menengahi perbedaan yang terdapat diantara para
anggota, menghibur dan menyatukan kembali perbedaan pendapat.
- Inisiator – kontributor : mengemukakan dan mengajukan ide-ide
baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan
kelompok.
- Pendamai (compromiser) : merupakan salah satu bagian dari
konflik dan ketidaksepakatan, pendamai menyatakan kesalahan
posisi dan mengakui kesalahannya, atau menawarkan penyelesaian
"setengah jalan".
- Perawat keluarga : orang yang terpanggil untuk merawat dan
mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkannya.
- Koordinator keluarga : mengorganisasi dan merencanakan
kegiatan-kegiatan keluarga, berfungsi - mengangkat keterikatan /
keakraban.
7
perawatan keluarga yang terbagi dalam 5 tugas keluarga tentang kesehatan,
yaitu :
1. Mengenali masalah kesehatan yang ada pada keluarga
2. Mengambil keputusan dalam menentukan tindakan yang tepat dalam
bidang kesehatan untuk keluarga
3. Merawat anggota keluarga yang tengah mengalami masalah pada
kesehatan
4. Memodifikasi lingkungan keluarga agar kesehatan keluarga dapat
terjamin
5. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dengan sebaik-baiknya
untuk keluarga.
Menurut Mubarak (2010), 5 tugas diatas sangatlah penting untuk
diterapkan di dalam suatu keluarga, supaya dapat melakukan upaya
pencegahan atau mengatasi masalah kesehatan keluarga. Contohnya pada
lansia, akibat proses penuaan yang dialami oleh individu tersebut maka
perlu adanya penanganan terhadap penyakit degenerative yang biasa dialami
oleh lansia, karena akan timbul kecacatan (Mulia, 2018).
6. Struktur Keluarga
Struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang bagaimana
suatu keluarga itu melaksanakan fungsinya dalam masyarakat. adapun
macam-macam struktur keluarga diantaranya adalah :
a. Menurut Agapito (2012) Dominasi jalur hubungan darat
- Patrilineal adalah keluarga yang berhubungan atau keluarga sedarah
dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi disusun melalui
jalur garis keturunan ayah. Suku-suku di Indonesia rata-rata
menggunakan struktur keluarga patrilineal.
- Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi yang dihubungkan atau disusun
melalui jalur garis keturunan ibu. Suku Padang merupakan salah satu
contoh suku yang menggunakan struktur keluarga matrilineal.
8
b. Menurut Makhfludi, Efendy (2009) dominasi keberadaan tempat
tinggal
- Patrilokal adalah keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang
tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak suami.
- Matrilokal adalah keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang
tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak istri.
c. Menurut makhfludi, Efendy (2009) dominasi pengambilan keputusan
- Patriakal adalah dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak
suami
- Matriakal adalah dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak
istri
9
digunakan dalam asuhan keperawatan adalah pengelolaan asuhan
keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
a. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang
budaya klien (Giger andDavidhizar, 1995). Pengkajian dirancang
berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu :
- Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk
memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam
pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit,
kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan
mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan
alternative dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan
teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
- Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical
factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan
pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama
memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan
kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri.
Faktor agama yang dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut,
status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit,
cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif bagi
kesehatan.
- Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor yaitu :
nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir,
jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
- Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
10
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan
ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk.
Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang
dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan
makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi
sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
- Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal
factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah
segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam
asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995).
Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan
yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga
yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
- Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-
sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar
segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat
diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan
yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya
asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar
anggota keluarga.
- Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien
dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini.
Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya
didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu
tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai
dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini
adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta
11
kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang
pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui
intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga
diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial
berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam
pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini. Potensi
penggunaan obat herbal yang diyakini dan terbukti secara ilmiah.
c. Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural
adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan.
Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan
pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar
belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman
yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle,
1995) yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya
klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya
klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah
budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan
kesehatan.
Cultural care preservation/maintenance
- Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
- Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan
klien
- Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan
perawat
Cultural care accomodation/negotiation
- Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
12
- Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
- Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan
klien dan standar etik
Cultural care repartening/reconstruction
- Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya
- Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok
- Gunakan pihak ketiga bila perlu
- Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa
kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua
- Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan
kesehatan
d. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan
kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat
bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat
diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang
budaya klien.
13
komprehensif yang terdiri dari bio-psiko-soso-spirutual dan kultural yang
holistik, ditujukan kepada klien lanjut usia, baik kelompok dan masyarakat.
adapun arti lain dari (kozier, 1987) keperawatan gerontik adalah praktek
keperawatam yang berkaitan denga penyakit pada proses penuaan.
sedangkan menurut lueckerotte (2000) keperawatan gerontik adalah suatu
ilmu yang mempelajari cara menangani pada lansia yang berfokus pada
pengkajian kesejatan , perencanaan, implementasi dan evaluasi.
14
kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara
kemandirian secara maksimal)
e. Bila para lanjut usia sudah tidak dapat disembuhkan dan bila mereka
sudah sampai pada stadium terminal, ilmu ini mengajarkan untuk tetap
memberi bantuan yang simpatik dan perawatan dengan penuh
pengertian (dalam akhir hidupnya, memberi bantuan moral dan
perhatian yang maksimal sehingga kematiannya berlangsung dengan
tenang).
Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia,
mempertahankan fungsi tubuh, serta membantu lansia menghadapi kematian
dengan tenang dan damai melalui ilmu dan teknik keperawatan gerontik
(Maryam,2008)
15
8. Listen and support (mendengarkan dan member dukungan)
9. Offer optimism, encouragement and hope (memberikan semangat,
dukungan, dan harapan)
10. Generate, support, use, and participate in research (menghasilkan,
mendukung, menggunakan, dan berpartisipasi dalam penelitian)
11. Implement restorative and rehabilitative measures (melakukan
perawatan restorative dan rehabilitative)
12. Coordinate and managed care (mengoordinasi dan mengatur
perawatan)
13. Asses, plan, implement, and evaluate care in an individualized, holistic
maner (mengkaji, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
perawatan individu dan perawatan secara menyeluruh)
14. Link service with needs (memberikan pelayanan sesuai kebutuhan)
15. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality
(membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli
dibidangnya)
16. Understand the unique physical, emotical, social, spiritual aspect of
each other (saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, social,
dan spiritual)
17. Recognize and encourage the appropriate management of ethical
concern (mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai
dengan tempatnya bekerja)
18. Support and comfort through the dying process (memberikan dukungan
dan kenyamanan dalam menghadapi proses kematian)
16
home, komunitas dengan menyediakan perawatan kepada individu dan
keluarganya.
b. Peran Secara Spesialis
Untuk peran secara spesialis ini juga terbagi menjadi 2 macam,
yaitu:
- Perawat Gerontik Spesialis Klinis / Gerontological Clinical Nurse
Specialist (CNS)
Peran CNS sendiri yaitu perawat klinis secara langsung.
Pendidik, manajer perawat, advokat, manajemen kasus, dan
peneliti dalam perencanaan perawatan atau meningkatkan kualitas
perawatan bagi klien lansia dan keluarganya pada setting rumah
sakit, fasilitas perawatan jangka panjang, outreach programs, serta
independent consultant.
- Perawat Gerontik Pelaksana / Geriatric Nurse Practitioner (GNP)
Peran perawat GNP sendiri yaitu diantaranya memenuhi
kebutuhan klien pada daerah pedalaman; melakukan intervensi
untuk promosi Kesehatan, mempertahankan dan mengembalikan
status Kesehatan klien, manajemen kasus, dan advokat pada
setting klinik ambulatori, fasilitas jangka panjang, dan
independent practice.
17
Tanda-tanda muncul nya infeksi disertai dengan meningkatnya suhu
badan, dan tanda inilah yang tidak muncul pada lansia.
b. Immobility (Kurang Bergerak)
Penyebab dari kurangnya pergerakan karena otot yang kaku,
lemah, masalah pada psikisnya, mengalami depresi, dan pasti ada rasa
nyeri yang dialami. Komplikasi timbul karena ada luka pada bagian
tertentu dan mengalami penekanan secara terus menerus hingga timbul
lecet yang mengakibatkan infeksi pada organ tubuhnya.
c. Impairement of hearing, vision, and smell (Gangguan pada
pendengaran, penglihatan, dan penciuman)
Gangguan pendengaran dan penglihatan umum terjadi pada lansia,
karena adanya masalah kesehatan seperti gangguan refraksi, HT, DM,
katarak, dll. Karena itulah lansia sulit berkomunikasi dan harus
menggunakan alat bantu dengar dan kacamata.
d. Inanition (Malnutrisi)
Kurangnya asupan makanan sebanyak 25% terjadi pada lansia
diumur 40-70 tahun. Hal ini dipengaruhi karena perubahan rasa pada
indera pengecap, penciuman, gangguan pada usus, dan kesulitan
mengunyah karena sudah ada beberapa gigi yang kropos seiring
berjalannya waktu. Selain itu gangguan psikologis karena depresi
(kehilangan orang yang dicintai/pasangan hidup) dan sosial (mengurus
dirinya sendiri) juga dapat mempengaruhi nafsu makan.
e. Iatrogenic (Penyakit yang timbul karena mengkonsumsi obat-obatan)
Dikarenakan lansia dapat memiliki penyakit dalam waktu yang
bersamaan, membuat mereka harus mengkonsumsi obat-obatan yang
banyak. Karena terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan juga
berpotensi timbulnya penyakit lain yang membuat lansia harus lebih
banyak mengkonsumsi obat.
f. Immuno-defficiency (Penurunan sistem kekebalan tubuh)
Menurun nya sistem kekebalan tubuh pada lansia karena adanya
penyakit yang di derita, sehingga badan menjadi mudah sakit, lemah,
nafsu makan berkurang, dan penggunaan obat-obatan juga berpengaruh.
18
g. Impaction (Sulit BAB)
Kurangnya pergerakan, kurang asupan makanan, tidak adanya
vitamin di dalam tubuh, kurang minum, dan obat-obatan tertentu
membuat lansia kesulitan untuk membuang air besar. Karena usus yang
kosong membuat isi usus menjadi tertahan, kotoran di usus pun menjadi
kering dan mengalami pengerasan, juga dapat membuat penyumbatan
di dalam usus (Admin UHAMKA).
19
yang sering menjaga kebugaran tubuhnya bisa menghambat proses
menua itu sendiri.
d. Mitos senilitas
Orang sering memandang lansia sebagai orang yang sering
mengalami pikun karena adanya kerusakan pada otaknya dan bagian
lainnya. Tetapi kenyataannya, lansia mengalami proses menua yang
disertai dengan adanya kerusakan pada otaknya (masih banyak yang
tetap cerdas dan sehat dan bisa bermanfaat bagi orang lain).
e. Mitos tidak jatuh cinta
Orang lain sering menganggap lansia sudah tidak bisa merasakan
jatuh cinta dan tertarik dengan lawan jenis. Kenyataannya, perasaan
masing-masing orang berbeda-beda dan terkadang sering berubah dan
perasaan untuk jatuh cinta tidak akan terhenti dikarenakan hanya
bertambah tuanya seseorang.
f. Mitos aseksualitas
Terdapat pandangan lansia mengalami penurunan pada hubungan
seks, dorongan, minat, kebutuhan, gairah dan kekuatan dalam
hubunganseks berkurang. Pada kenyataannya, kehidupan seksualitas
seorang lansia menunjukkan bahwa baik-baik saja dan masih ada
gairah. Hanya saja frekuensi dalam melakukan hubungan seks menurun
seiring bertambahnya usia. Dibuktikan bahwa banyaknya lanjut usia
yang menikah lagi.
g. Mitos ketidakproduktifan
Lansia dipandang sebagai tidak produktif lagi. Tetapi
kenyataannya,banyak lansia yang mencapai kematangan, kemantapan,
dan produktivitas mental maupun material.Sebagai perawat harus
menyadari mitos-mitos yang seperti dijelaskan diatas dalam
memberikan asuhan keperawatan, karena banyak juga lansia yang
sesuai dengan mitos dan sebagian juga tidak mengalaminya
(Maryam,dkk, 2008)
20
15. Pendekatan Pada Lansia
a. Pendekatan Fisik
Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan
fisik melalui perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadian yang
dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ
tubuh, tingkat kesehatan yang masih dapat dicapai dan dikembangkan,
dan penyakit yang dapat dicegah atau progresifitas penyakitnya.
Pendekatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi 2
bagian:
- Klien lansia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang
masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam
kebutuhannya sehari-hari ia masih mampu melakukannya sendiri.
- Klien lansia yang pasif, keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan
atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia
ini, terutama yang berkaitan dengan kebersihan perseorangan
untuk mempertahankan kesehatan.
b. Pendekatan Psikologis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lansia. Perawat dapat berperan sebagai
pendukung terhadap segala sesuatu yang asing, penampung rahasia
pribadi dan sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran
dan ketelitian dalam memberi kesempatan dan waktu yang cukup
banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar lansia merasa
puas. Perawat harus selalu memegang prinsip triple S yaitu sabar,
simpatik dan service. Bila ingin mengubah tingkah laku dan pandangan
mereka terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan
dan bertahap.
c. Pendekatan Sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu
upaya perawat dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi
kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama klien lansia
berarti menciptakan sosialisasi. Pendekatan sosial ini merupakan
21
pegangan bagi perawat bahwa lansia adalah makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya, perawat dapat
menciptakan hubungan sosial, baik antar lania maupun lansia dengan
perawat. Perawat memberi kesempatan seluas-luasnya kepada lansia
untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi. Lansia perlu
dimotivasi untuk membaca surat kabar dan majalah.
22
17. Perspektif Transkultural Keperawatan Dalam Keperawatan
Komunitas
Proses keperawatan komunitas juga memperhatikan adanya
perbedaan budaya di masing-masing daerah, karena hal itu Leininger (1978)
mendefinisikan transkultural di keperawatan sebagai: “bidang kemanusiaan
dan pengetahuan pada studi formal dan praktik dalam keperawatan yang
difokuskan pada perbedaan studi budaya yang melihat adanya perbedaan
dan kesamaan dalam perawatan, kesehatan, dan pola penyakit didasari atas
nilai-nilai budaya, kepercayaan dan praktik budaya yang berbeda di dunia,
dan menggunakan pengetahuan untuk memberikan pengaruh budaya yang
spesifik pada masyarakat.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang didiami oleh berbagai
macam suku bangsa dengan budaya berbeda satu dengan yang lainnya.
Setiap budaya tentunya memiliki masalah kesehatan dan cara
menyelesaikan masalah kesehatan yang unik. Selain itu, telah
dicanangkannya MEA dan globalisasi juga turut membuat penting bagi
perawat untuk mempelajari kompetensi budaya, terlebih dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan kesehatan komunitas.
Budaya suatu komunitas terbentuk dari interaksi antara komunitas
tersebut dengan lingkungannya. Budaya menggambarkan cara seseorang
mempersepsikan sesuatu, bertingkah laku, dan menilai sesuatu yang ada di
sekitar mereka, sehingga budaya juga menentukan perilaku kesehatan
seseorang. Oleh karena itu, untuk memberikan asuhan keperawatan yang
tepat dan berkualitas pada suatu komunitas, maka perawat harus memahami
budaya komunitas tersebut.
Leininger dengan teorinya transcultural nursing menggagas bahwa
proses asuhan keperawatan untuk mempertahankan/meningkatkan perilaku
sehat atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang
budaya klien. Asuhan keperawatan komunitas dengan pendekatan
transcultural memungkinkan perawat sebagai petugas kesehatan mengelola
secara utuh elemen-elemen pelayanan kesehatan di komunitas, termasuk
mengelola hambatan atau tantangan di tingkat institusional. Kompetensi
23
budaya yangharus dikuasai oleh perawat kesehatan komunitas antara lain,
culturalawareness, knowledge, skill, encounters, dan desire (Anderson &Mc
Farlane, 2011). Adapun hal-hal yang dipercayai sebagai suatu kebudayaan
dimasyarakat atau komunitas sebagai berikut :
a. Kepercayaan Kuno
Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan
masyarakat sederhana, pengetahuan tradisional . Dalam masyarakat
tradisional , sistem pengobatan tradisional ini adalah pranata sosial
yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti mempelajari
pranata social umumnya dan bahwa praktek pengobatan asli
(tradisional) adalah rasional dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku
mengenai sebab akibat. Beberapa hal yang berhubungan dengan
kesehatan (sehat-sakit) menurut budaya- budaya yang ada di Indonesia
diantaranya adalah :
- Budaya Jawa
Menurut orang Jawa, “sehat“ adalah keadaan yang
seimbang dunia fisik dan batin. Bahkan, semua itu berakar pada
batin. Jika “batin karep ragu nututi“, artinya batin berkehendak ,
raga/badan akan mengikuti. Sehat dalam konteks raga berarti
“waras“. Apabila seseorang tetap mampu menjalankan peranan
sosialnya sehari-hari, misalnya bekerja di ladang, sawah, selalu
gairah bekerja, gairah hidup, kondisi inilah yang dikatakan sehat.
Dan ukuran sehat untuk anak-anak adalah apabila kemauannya
untuk makan tetap banyak dan selalu bergairah main.
- Budaya Sunda
Konsep sehat sakit tidak hanya mencakup aspek fisik saja ,
tetapi juga bersifat sosial budaya . Istilah lokal yang biasa dipakai
oleh masyarakat Jawa Barat ( orang sunda ) adalah muriang untuk
demam , nyerisirah untuk sakit kepala , yohgoy untuk batuk dan
salesma untuk pilek / flu. Penyebab sakit umumnya karena
lingkungan , kecuali batuk juga karena kuman . Pencegahan sakit
umumnya dengan menghindari penyebabnya. Pengobatan sakit
24
umumnya menggunakan obat yang terdapat di warung obat yang
ada di desa tersebut , sebagian kecil menggunakan obat tradisional.
Pengobatan sendiri sifatnya sementara , yaitu penanggulangan
pertama sebelum berobat ke puskesmas atau mantri.
Menurut orang sunda , orang sehat adalah mereka yang
makan terasa enak walaupun dengan lauk seadanya, dapat tidur
nyenyak dan tidak ada yang dikeluhkan , sedangkan sakit adalah
apabila badan terasa sakit , panas atau makan terasa pahit , kalau
anak kecil sakit biasanya rewel , sering menangis, dan serba
salah/gelisah . Dalam bahasa sunda orang sehat disebut cageur,
sedangkan orang sakit disebut gering.
Ada beberapa perbedaan antara sakit ringan dan sakit berat.
Orang disebut sakit ringan apabila masih dapat berjalan kaki ,
masih dapat bekerja, masih dapat makan-minum dan dapat sembuh
dengan minum obat atau obat tradisional yang dibeli di warung .
Orang disebut sakit berat , apabila badan terasa lemas, tidak dapat
melakukan kegiatan sehari-hari, sulit tidur, berat badan menurun,
harus berobat ke dokter/puskesmas, apabila menjalani rawat inap
memerlukan biaya mahal.Pengertian Sehat Sakit
b. Praktik Pengobatan
Pengobatan sakit umumnya menggunakan obat yang
terdapat di warung. obat yang ada di desa tertentu, sebagian kecil
menggunakan obat tradisional. Masyarakat melakukan pengobatan
sendiri dengan alasan sakit ringan, hemat biaya dan hemat waktu.
Pengobatan sendiri sifatnya sementara, yaitu penanggulanan
pertama sebelum berobat ke puskesmas atau Mantri. Tindakan
Pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan masih rendah karena
umumnya masyarakat membeli obat secara eceran sehingga tidak
dapat memaca keterangan yang tercantum pada setiap kemasan
obat.
25
BAB III
PENUTUP
26
studi formal dan praktik dalam keperawatan yang difokuskan pada perbedaan
studi budaya yang melihat adanya perbedaan dan kesamaan dalam perawatan,
kesehatan, dan pola penyakit didasari atas nilai-nilai budaya, kepercayaan dan
praktik budaya yang berbeda di dunia, dan menggunakan pengetahuan untuk
memberikan pengaruh budaya yang spesifik pada masyarakat.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
Maryam 2008.keperawatan genetic, http:/unimus.ac.id/keperawatan-
gerontik/tujuan/ diakses pada 21 september 20021 pada pukul 10:30 wib.
MM, Adilopa. 2019. BAB II Tinjauan Pustaka Konsep Keluarga dan Dukungan
Keluarga. http://eprints.umpo.ac.id/5425/3/BAB%20II.pdf. diakses pada
tanggal 21 September 2021 pukul 12.12 WIB.
Mulia, Madepan. 2018. Dalam Adi Husada Nursing Jurnal, Vol 4, No.2 :
Pelaksanaan Tugas Keluarga Di Bidang Kesehatan : Mengenal Masalah
Hipertensi Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Kelurahan
Timbangan Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir. Diakses
dari file:///C:/Users/Asus/Downloads/119-1-248-1-10-20190327.pdf Pada
hari Selasa, 21 September 2021 Pukul 11.00 WIB
MZ Rahmadhani (2019). Hubungan Sosial Dengan Kejadian Stress Pada Lansia
di Panti Sosial. Diakses pada 21 September 2021. link :
https://journal.umkt.ac.id
S, Rejeki. 2012. HERBAL dan KESEHATAN REPRODUKSI PEREMPUAN
(Suatu Pendekatan Transkultural dalam Praktik Keperawatan
Maternitas).
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1351055&val=
426&title=HERBAL%20dan%20KESEHATAN%20REPRODUKSI%20P
EREMPUAN%20Suatu%20Pendekatan%20Transkultural%20dalam%20P
raktik%20Keperawatan%20Maternitas. Diakses pada tanggal 21
September 2021 pukul 17.20 WIB
Siti Nurkholifah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Gerontik. Jakarta :
P2M2
S Nur (2016).Keperawatan Gerontik. Diakses pada tanggal 20 September 2021.
Link : http://bppsdmk.kemkes.go.id
UNIMUS. Konsep Keluarga. http://digilib.unimus.ac. Diakses Pada 20 September
2021 Pada pukul 21.00 WIB.
29