Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TRANSKULTURAL NURSING
KASUS ABORTUS PADA WANITA SUKU JAWA

Disusun oleh :
Kelompok 2

1. EKA SAPTA SAPUTRA


2. ENI FANANI
3. ERMIYANA
4. FEBY CAHYANDIKA
5. IFAN AFANDI
6. IRMA LUSIANA
7. KHOIRUL ARIFIN
8. LENI NURHAYATI

PRODI S1 KEPERAWATAN KONVERSI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU – LAMPUNG
2018
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang pantas kami ucapkan


kepada Allah SWT yang karena bimbingan-Nya maka kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “ Transkultural Nursing”

Kami ucapkan terima kasih kepada pihak terkait yang telah membantu
kami dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, kami berharap pembaca memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih positif bagi kita.

Pringsewu, November 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Transcultural Nursing.................................................................2
B. Konsep Transcultural Nursing......................................................................3
C. Paradigma Transcultural Nursing.................................................................4
D. Proses Keperawatan Transkultural................................................................6
E. Pengaruh Suku Jawa terhadap keperawatan................................................10

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan...................................................................................................14
B. Saran.............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Setiap wilayah di Indonesia memiliki budaya-budaya masing-masing.
Setiap individu memiliki cara mereka sendiri untuk mempercayai apa yang
telah di ajarkan kepada mereka secara turun-temurun. Begitu pula dengan cara
mereka untuk menjaga kesehatan individu. Bagaimana cara mereka untuk
memandang suatu penyakit dari ajaran yang telah mereka percayai sejak dulu.
Dan bagaimana pula cara mereka mempertahankan kesehatan itu sendiri
menurut cara masing-masing. Sebagai contoh kami mengambil permasalahan
yang terjadi di pulau Jawa. Dari pulau Jawa terdapat berbagai jenis dan
macam budaya akan kesehatan yang berbeda-beda.
Keperawatan Transkultural adalah suatu proses belajar dan pelayanan
keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai
budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (Leininger, 2002).
Tujuan dari transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji,
mengerti dan menggunakan norma pemahaman keperawatan transkultural
dalam meningkatkan kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan.
Asumsinya adalah berdasarkan teori caring, caring adalah esensi dari,
membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan.
Perilaku caring diberikan kepada manusia sejak lahir hingga meninggal
dunia. Human caring merupakan fenomena universal dimana,ekspresi, struktur
polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

B. Rumusan masalah
1. Apakah pengertian dari Transcultural Nursing ?
2. Apakah yang dimaksud Konsep Transcultural Nursing ?
3. Apakah yang di maksud paradigm Transcultural Nursing ?

1
4. Apakah Proses Keperawatan Transkultural ?
5. Apakah Pengaruh Suku Jawa terhadap proses keperawatan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Transcultural Nursing
2. Untuk mengetahui apa yang di maksud Konsep Transcultural Nursing
3. Untuk mengetahui apa yang di maksud paradigm Transcultural Nursing
4. Untuk mengetahui Proses Keperawatan Transkultural
5. Untuk mengetahui Pengaruh Suku Jawa terhadap proses keperawatan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Transcultural Nursing


a. Transcultural
transkultural adalah lintas budaya yang mempunyai efek bahwa
budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain. Atau pertemuan kedua
nilai – nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi sosial.
b. Nursing
Pada kamus Kedokteran Dorland, Nursing diartikan sebagai:
pelayanan yang mendasar atau berguna bagi peningkatan, pemaliharaan,
dan pemulihan kesehatan serta kesejahteraan atau dalam pencegahan
penyakit, misalnya terhadap bayi, oranng sakit atau cedera, atau lainnya
untuk setiap sebab yang tidak mampu menyediakan pelayanan seperti itu
bagi diri mereka sendiri.
c. Transcultural Nursing
Transcultural Nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang
berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya (nilai
budaya yang berbeda, ras yang mempengaruhi
pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada
klien / pasien (Leininger, 1991).
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya
pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang
perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan,
sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan
tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger,
2002).

3
B. Konsep Transcultural Nursing
a. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari
dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berpikir, bertindak dan
mengambil keputusan.
b. Nilai Budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih
diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu
tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.
c. Perbedaan budaya Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan
merupakan bentuk yang optimal daei pemberian asuhan keperawatan,
mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang
dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai
budaya individu, kepercayaan dan tindakantermasuk kepekaan terhadap
lingkungan dari individu yang datang danindividu yang mungkin kembali
lagi (Leininger, 1985).
d. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap
bahwa budayanya adalah yang terbaik di antara budaya-budaya yang
dimiliki oleh orang lain.
e. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya
yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
f. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada
mendiskreditkan asal muasal manusia
g. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi
pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan
kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan
dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan
saling memberikan timbal balik di antara keduanya.
h. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,
dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya
kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk
meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.

4
i. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,
mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada
keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi
kehidupan manusia
j. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui
nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing,
mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok
untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup,
hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
k. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan
untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain
karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada
kelompok lain.

C. Paradigma Transcultural Nursing


Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural
sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam
terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya
terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan
dan keperawatan (Andrew and Boyle, 1995).
a. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki
nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk
menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984)
manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya
pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
b. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam
mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan
merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya
yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan

5
seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari.
Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin
mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang
adaptif (Andrew and Boyle, 1995).
c. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien.
Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien
dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk
lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah
lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti
daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti
rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak
pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah
keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi
individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih
luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus
mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan
tersebut.
Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang
menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik,
seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.

D. Konsep Sehat-Sakit Menurut Orang Jawa


Menurut orang Jawa, sehat adalah keadaan yang seimbang dunia fisik dan
batin. Bahkan, semua itu berakar pada batin. Jika “batin karep ragu nuntuti”
yang artinya batin berkehendak, raga / badan akan megikuti. Sehat dalam
konteks raga berarti “waras”. Apabila seseorang tetap mampu menjalankan
peranan sosialnya sehari-hari, seperti bekerja di ladang, sawah, selalu gairah
bekerja, gairah hidup, kondisi inilah yang dikatakan sehat. Dan ukuran sehat
untuk anak-anak adalah apabila kemauannya untuk makan tetap banyak dan
selalu bergairah untuk bermain.
Untuk menentukan sebab-sebab suatu penyakit ada 2 konsep:

6
1. Konsep personalistik : disebabkan oleh makhluk supernatural (makhluk
gaib, dewa), makhluk bukan manusia (hantu, roh leluhur, roh jahat), dan
manusia (tukang sihir, tukang tenung)
2. Konsep naluralistik : penyebab penyakit bersifat natural dan
mempengaruhi kesehatan tubuh, misalnya karena cuaca, iklim, makanan
racun, bisa, kuman atau kecelakaan.
Penyakit dengan konsep personalistik biasa disebut “ora lumrah” atau
“ora sabaene” (tidak wajar / tidak biasa). Penyembuhannya adalah
berdasarkan pengetahuan secara gaib atau supernatural, misalnya melakukan
upacara dan sesaji. Dilihat dari segi personalistik jenis penyakit ini terdiri dari
kesiku, kebendhu, kewalat, kebisulan, keluban, keguna-guna, atau digawe
wong, kampiran bangsa lelembut dan lain sebagainya. Penyembuhannya dapat
melalui seorang dukun atau “wong tuo”
Pengetian dukun bagi masyarakat Jawa adalah yang pandai atau ahli dalam
mengobati penyakit melalui “Japa Mantera”, yakni doa yang diberikan oleh
dukun pada masyarakat Jawa yang mempunyai nama dan fungsi masing-
masing:
1) Dukun bayi : khusus menangani penyembuhan terhadap penyakit yang
berhubungan dengan kesehatan bayi, dan orang yang hendak melahirkan
2) Dukun pijat / tulang (sangkal putung) : khusus menangani orang yang
sakit terkilir, patah tulang, jatuh atau salah urat
3) Dukun klenik : khusus menangani orang yang terkena guna-guna atau
“digawa uwong”
4) Dukun mantra : khusus menangani orang yang terkena penyakit karena
kemasukan roh halus
5) Dukun hewan : khusus mengbati hewan
Disamping unsur-unsur di atas, ada unsur lain yang mengakibatkan
ketidakseimbangan dalam tubuh, misalnya dingin, panas, angin atau udara
lembab. Hal-hal tersebut di sebut dengan penyakit “Lumrah” atau biasa.
Adapun penyembuhannya dengan model keseimbangan dan keselarasan,
artinya dikembalikan pada keadaan semula sehingga orang sehat kembali.
Di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu hamil yang memasuki kehamilan
8-9 bulan, sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya
kecil dan mudah dilahirkan. Pantangan lainnya:
a. Tidak boleh keluar rumah sembarangan, terutama sore hari
b. Hanya memakan sayuran (dianggap baik), sedangkan ikan, daging, dan
buah-buahan dianggap tidak baik untuk bayi
c. Tidak boleh melilitkan anduk/ kain di leher ibu hamil, agar bayi tidak
terlilit tali pusat

7
d. Tidak boleh minum air terlalu banyak karena bila melahirkan nantinya
akan terlalu banyak air atau anak kembar
e. Pantang makan gula merah/ tebu serta nanas karena dapat membuat perut
ibu hamil sakit
f. Dianjurkan minum air kelapa muda
g. Dianjurkan untuk minum minyak kelapa seiring dengan semakin besarnya
usia kehamilan, terutama usia 9 bulan
h. Dilarang menucapkan beberapa kata-kata pantangan

Konsep Pantangan Bagi orang Jawa


 Aja mangan karo turu, mundhak sirahe dadi gedhe.
[jangan makan sambil tiduran, karena akan membuat kepalanya
membesar]
Kajian: Menurut pakar kesehatan, bahwa sesudah makan dilarang
langsung tidur karena akan memperberat kerja lambung sehingga
menyebabkan lambung mudah terserang penyakit. Perihal jika makan
sambil tiduran dapat menyebabkan kepala menjadi besar hanyalah cara
orangtua menkut-nakuti anaknya agar tidak melanggar pamali tersebut.

 Aja sinambi micara rikala lagi mangan, mundhak disaru dening


wong liya lan nekake kewan galak.
[Jangan berbicara ketika sedang makan, karena berakibat menjadi bahan
gunjingan orang lain atau dapat mendatangkan binatang buas]

Kajian:Selain karena dianggap tidak sopan, ketika makan sambil


berbicara juga dapat membuat seseorang tersedak yang berakibat fatal
yakni kematian. Menurut pandangan Hiromi Shinya melalui bukunya The
Miracle of Enzyme, makan sambil berbicara yang artinya makan sambil
membuka mulut sangat tidak dianjurkan. Karena selain mengakibatkan
kita dapat tersedak, tapi juga makanan akan masuk ke saluran yang salah
dan juga tertelannya udara bersama makanan. Akibat dari tertelannya
udara bersama makanan maka berakibat pada pencernaan yang menjadi
tidak baik. Berdasarkan uraian diatas maka Pamali ini merupakan
pantangan yang layak untuk diikuti, karena pantangan ini tersimpan hal
yang positif dan masuk akal. Perihal tentang “Binatang Buas”, ini
hanyalah simbol bahaya yang akan dihadapi jika melanggar pamali atau
pantangan tersebut.

8
Pantangan dalam Kehamilan
Seperti yang kita tahu, bahwa kehamilan merupakan peristiwa
penting bagi seorang wanita. Terlebih jika kehamilan tersebut merupakan
kehamilan yang pertama, tentu akan sangat berhati-hati dalam masa
kehamilannya. Begitupun yang dialami oleh wanita Jawa, mereka
memiliki pantangan-pantangan yang harus ditaati untuk terhindar dari hal-
hal buruk yang akan terjadi pada kehamilannya dan juga bayi yang ada
dalam kandungannya.

Berbagai Pantangan
Menurut data yang telah dikumpulkan dari beberapa sumber,
bahwa pantangan-pantangan bagi seorang wanita hamil adalah sebagai
berikut:
a. Aja mangan utawa adus ing wayah wengi,mundhak anake
gampang kena sawan.
[Jangan makan atau mandi di waktu malam, karena dapat
menyebabkan si anak kelak bakal mudah terkena sawan].
Tidak boleh makan di waktu malam, karena wanita tersebut akan
rentan dengan penyakit pencernaan. Sedangkan jika tidak boleh mandi
malam, karena wanita tersebut akan mudah terkena penyakit rematik.
Perihal ‘anaknya akan mudah terkena sawan’ hanyalah cara agar
pantangan tersebut tidak dilanggar..
b. Aja mangan urang utawa yuyu.
[Jangan makan udang dan kepiting].
Ada benar dan ada salahnya perihal wanita hamil dilarang
mengkonsumsi ikan lele, udang, dan kepiting. Selama mengkonsumsi
makanan seafood tersebut masih dalam batas yang wajar, tidak akan jadi
masalah.
Namun jika terlalu banyak mengkonsumsi ikan lele, udang, dan
kepiting yang merupakan ikan-ikan berkolesterol tinggi, tentu akan
menjadi masalah untuk kehamilan.
c. Aja mangan kweni lan duren, amarga bisa keguguran.
[Jangan makan buah kweni dan durian, karena bisa keguguran].
Tidak boleh makan buah kweni dan durian, karena kedua buah
tersebut bisa menyebabkan bayi mengalami keguguran.

Pantangan Melahirkan
Ketika masih dalam proses kehamilan, wanita hamil sebaiknya
memanfaatkan moment-moment tersebut untuk merasakan perkembangan

9
bayi dalam kandungannya. Karena tidak semua wanita dapat merasakan
kehamilan dan melahirkan seorang anak di dunia.
Setelah melahirkan, wanita akan memasuki masa nifas yang
berlangsung selama 40 hari. Sehingga wanita Jawa memiliki pantangan-
pantangan yang harus ditaati.
Berikut pantangan-pantangan setelah melahirkan:
 Aja saresmi salawase patang puluh dina.
[Jangan berhubungan badan dengan suami selama empatpuluh hari].
Artinya, seorang wanita dianjurkan agar tidak melakukan hubungan
seks selama 40 hari setelah melahirkan. Karena hal itu akan mengganggu
kesehatannya. Organ vital yang belum sepenuhnya sembuh akan menjadi
lebuh parah lukanya akibat hubungan seks tersebut. Karenanya, suami
hendaklah tidak memaksakan istrinya untuk berhubungan seks. Apabila
pantangan itu dilanggar, maka sang ibu akan berpeluang besar untuk
hamil.
 Aja mangan iwak loh utawa laut, sartane daging pitik.
[Jangan makan ikan air tawar atau laut, dan daging ayam].
Sewaktu luka-luka bekas melahirkan belum sembuh di masa nifas,
seorang wanita dilarang menyantap ikan air tawar dan laut, serta daging
ayam. Karena makanan tersebut justru akan memperparah luka.

E. Kasus Transkultural Nursing Suku Jawa


Kasus Transkultural Nursing
Kasus Transkultural Nursing...

Klien nama Ny.W,30 tahun,Islam,SMP,petani,suku jawa,diagnosis medis


abortus.Klien hamil 12 minggu,klien sangat mengharapkan memiliki
anak.Klien mengeluh mengalami pendarahan dan perut mulas-mulas selama 3
hari.Klien dianjurkan untuk kuratase.Klien memeriksakan kehamilannya di
dukun dan berencana akan melahirkan si sana.Klien mendapati informasi
tentang kehamilan dari mertua.Klien masih percaya pada sihir dan hal-hal
gaib,mereka percaya banyak anak banyak rejeki dan percaya bahwa abortus
merupakan perbuatan dosa.Setelah di diagnosis abortus,klien tidak menerima
dan merencanakan akan berobat kedukun.Mereka menganggap hal itu akibat
ibunya melanggar pantangan dalam menyediakan sesaji.Hubungan

10
kekerabatan yang lebih dominan adalah pihak laki-laki,pola pengambilan
keputusan di pihak laki-laki.Pantangan makanan jantung pisang,gurita,dan air
kelapa sedangkan suaminya pantang memanjat pohon kelapa atau pohon yang
tinggi.Aturan dan kebijakan di atur oleh pemuka agama dan para santri.Ada
tabungan yang sudah di persiapkan oleh keluarga untuk persalinan ini.
2.1 Jelaskan masing-masing komponen di atas,mana saja yang termasuk 7 sub
sistem pengkajian menurut model sunrise leininger?
1. Faktor teknologi

Dari kasus di atas,faktor teknologinya yaitu Ny W di anjurkan untuk


kuratase.Alasannya yaitu karna merupakan salah satu pilihan Ny W
dalam memecahkan masalah kesehatannya.

2. Faktor sosial dan ketertarikan keluarga

Dari kasus di atas,klien yang bernama Ny W,berumur 30 tahun,tipe


keluarganya hubungan kekerabatan yang lebih dominan pihak laki-
laki,hubungan Ny W dengan kepala keluarga adalah suami istri,pola
pengambilan keputusan di pihak laki-laki,Ny W mendapat informasi
tentang kehamilan dari mertua.

3. Faktor agama dan falsafah hidup

Adapun agama yang di anut Ny W adalah islam,status pernikahannya


resmi,cara pandang Ny W terhadap penyakit yaitu di sebabkan oleh
sihir dan hal-hal gaib,Ny W percaya bahwa abortus yang dideritanya
itu akibat ibunya melanggar pantangan dalam menyediakan sesaji,dan
Ny W berobat rencananya ke dukun.

4. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup

Pantangan Ny W yaitu memakan makanan jantung pisang,gurita dan


air kelapa sedangkan suaminya pantang memanjat pohon kelapa atau
pohon yang tinggi,alasannya yaitu jika memakan jantung pisang dapat
membahayakan tinggi kehamilannya,dan jika memakan gurita

11
mungkin dapat menggugurkan kehamilannya karna gurita itu
licin,sedangkan air kelapa memang kehamilan usia muda tidak di
perbolehkan meminum air kelapa.Dan pada suami di larang memanjat
pohon yang tinggi karna takut kehamilannya gugur karna di ibaratkan
jatuh dari pohon.

5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku

Aturan dan kebijakan disana diatur oleh pemuka agama dan para
santri.Alasannya karna di sana memang budayanya seperti
itu,agamanya kental sehingga aturan dan kebijakan di atur oleh
pemuka agama dan para santri.

6. Faktor ekonomi

Pekerjaan Ny W adalah petani,serta ada tabungan yang sudah


dipersiapkan oleh keluarga untuk persalinan ini.Karna ada tabungan
yang telah di persiapkan oleh keluarga sehingga Ny W sudah agak lega
dan senang untuk persiapan kelahirannya.

7. Faktor pendidikan

Tingkat pendidikan Ny W adalah SMP.Dan karna tingkat SMP itu di


negara kita di bawah rata-rata pendidikan yang seharusnya jadi
pandangan Ny W terhadap kesehatan pun tidak sama dengan orang
yang berpendidikan tinggi sehingga dia cendrung lebih memilih
berobat ke dukun dari pada ke medis.

Analisis data dan diagnosis keperawatannya


a. Analisis data
Data
Masalah
Penyebab
Data subyektif

12
· Keluarga mengatakan Ny W sejak 3 hari lalu mengalami pendarahan
dan perut mulas-mulas.
· Keluarga mengatakan bahwa Ny W di diagnosis medis abortus.

Data obyektif
· 3 hari lalu Ny W mengalami pendarahan dan perut mulas-mulas.
· Hasil pemeriksaan medis,Ny W di diagnosis abortus.

Data subyektif
· Keluarga mengatakan Ny W di bawa ke dukun dulu.
· Keluarga mengatakan bahwa Ny W akan di rencanakan melahirkan di
sana.
1.Resiko terjadinya abortus.
2.Resiko terjadinya kesalahan dalam pengobatan di sana.
3.Perubahan pemeliharaan kesehatan Ny W.
4.Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
5.Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.
b. Daftar diagnosis keperawatan
1.Resiko terjadinya abortus berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat keluarga yang sakit.
2.Resiko terjadinya kesalahan dalam pengobatan di sana berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.
3.Perubahan pemeliharaan kesehatan Ny W berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Diagnosis keperawatan:
1.Mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatannya,dari kasus di
atas yang bisa di pertahankan adalah aturan dan kebijakan diatur oleh
pemuka agama dan para santri.
2.Membentuk budaya baru yang sesuai dengan kesehatan,dari kasus di atas
pantangan makanan jantung pisang,gurita dan air kelapa bisa di ganti

13
dengan yang lain,mungkin bisa dengan sayur yang lain dan juga air
kelapa bisa di ganti dengan air biasa.
3.Mengganti budaya yang tidak sesuai dengan kesehatan dengan budaya
yang baru.Dari kasus di atas mungkin budaya berobat ke dukun bisa di
ganti dengan berobat ke medis/dokter.

Rencana keperawatan
A. Cultural care preservation/maintenance
· Identifikasi perbedaan konsep antara perawat dan Ny W tersebut
Perbedaan konsep perawat dan Ny W terletak pada kepercayaan Ny W
yang masih percaya pada sihir dan hal-hal gaib.
· Perawat harus tenang dan tidak terburu-buru berinteraksi dengan Ny
W.Perawat bisa perlahan-lahan untuk berkomunikasi dengan Ny W.
· Lalu perawat bisa mendiskusikan perbedaan budaya yang
dimilikinya dengan Ny W yang masih percaya kepada dukun serta
sihir dan hal-hal gaib.
B. Cultural care accomodation/negotiation
· Perawat bisa menggunakan bahasa yang mudah di pahami oleh Ny W
seperti bahasa sehari-harinya.
· Kemudian dalam perencanaan perawatan perawat bisa melibatkan
keluarga Ny W seperti suami,ibunya atau mertua Ny W.
· Jika konflik tidak terselesaikan,lakukanlah negosiasi dengan Ny W
berdasarkan pengetahuan biomedis perawat tersebut.
C. Cultural care repartening/reconstruction
· Selanjutnya perawat bisa memberikan kesempatan pada Ny W untuk
memahami informasi yang telah diberikan dan melakukannya.
· Lalu tentukan tingkat perbedaan Ny W melihat dirinya dari budaya
kelompoknya sendiri.
· Kemudian gunakan pihak ketiga bila perlu,seperti tetangga atau
kerabat dekat Ny W.

14
· Dan terjemahkan terminologi gejala Ny W tersebut ke dalam bahasa
kesehatan yang mudah dipahami Ny W dan orang tuanya.
· Terakhir berikan informasi pada Ny W tentang sistem pelayanan
kesehatan.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Transkultural adalah lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya
yang satu mempengaruhi budaya yang lain. Atau pertemuan kedua nilai – nilai
budaya yang berbeda melalui proses interaksi sosial.
Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural
sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam
terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya
terhadap empat konsep sentral keperawatan
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan
asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk
matahari terbit (Sunrise Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses
keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan
memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995).
Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

B. Saran
kami sadar bahwa makalah yang kami buat jauh dari kata kempurna, untuk
itu kami meminta saran sehingga kami dapat menyusun makalah yang lebih
bail lagi, demikian yang data kimi samaikan apabila ada kesalahan dalam
penulisan kami mengucapkan permintaan maaf

16
DAFTAR PUSTAKA

Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan), Yayasan IAPK


Padjajaran Bandung, September 1996

Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit
Buku Kedikteran EGC, Tahun 2002

Wilson Lorraine M, Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit), Buku


2, Edisi 4, Tahun 1995

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.


Jakarta: Prima Medika

Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medik

17

Anda mungkin juga menyukai