TRANSKULTURAL NURSING
Dosen Pengampuh
DI SUSUN OLEH:
FAKULTAS KESEHATAN
MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Teori keperawatan atau konsep model dalam keperawatan merupakan teori yang
mendasari bagaimana seorang perawat dalam mengaplikasikan praktik keperawatan,
beberapa teori diantaranya adalah teori adaptasi dari roy, teori komunikasi terapeutik
dari peplau, teorigoal atteccment dari bety newman dan sebagainya. Leininger’s konsep
model yang dikenal dengan sunrise modelnya merupakan salah satu teori yang
diap;ikasikan dalam praktik keperawatan.
Teori leininger berasal dari ilmu antropologi, tapi konsep ini relevan untuk keperawatan.
Leininger mendefinisikan “Transkultural nursing” sebagai area yang luas dalam
keperawatan yang mana berfokus dalam komparatif studi dan analisis perbedaan kultur
dan subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing care, dan nilai sehat sakit,
kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistic
body of knowledge untuk kultur yang universal dalam keperawatan.
Aplikasi teori dalam transkultural dalam keperawatan diharapkan adanya kesadaran dan
apresiasi terhadap perbeaan kultur. Hal ini berarti perawat yang professional memiliki
pengetahuan dan praktek yang berdasarkan kultur secara konsep petencanaan dan untuk
praktik keperawatn. Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk
mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik
keperawatan pada kultur yang spesifik dan universal kultur yang spesifik adalah kultur
dengan nilai-nilai dan norma spesifik yang dimiliki oleh kelompok laen. Kultur yang
universal adalah nilai-nilai dan norma – norma yang diyakini dan dilakukan hamper
semua kultur seperti budaya minum the dapat membuat tubuh sehat (leininger, 2002).
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Transkultural nursing adalah suatu area atau wilayah keilmuan budaya pada proses
dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya
dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit di dasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untukmemberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (leininger 2002) .
Transkultural keperawatan adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang di fokuskan
pada perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau
meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar
budaya (laininger, 1984).
Keperawatan lintas budaya m erupakan bidang studi dan praktik formal yang berfokus
pada analisis komparatif budaya dan sub budaya di dunia dalam kaitanya dengan
keperawatan kultural, kepercayaan tentang kesehatan dan penyakit, nilai-nilai dan praktik
yang bertujuan untuk menggunakan pengetahuan ini dalam memberikan perawatan sesuai
budaya tertentu atau sesuai budaya universal kepada semua orang (Leininger,1978).
Keperawatan lintas budaya memberikan kerangka budaya kerja untuk memenuhi kebutuhan
keperawatan kesehatan dari kelompok dengan latar budaya beraneka ragam.
Jika pemahaman mengenai latar belakang etnik, budaya, dan agama yang berbeda
antar klien baik, maka akan dapat meningkatkan pemberian asuhan keeperawatan secara
efektif.
a. Subkultur
Sebuah subkultur biasanya terdiri dari orang-orang yang mempunyai suatu identitas
yang berbeda. Namun masih dihubungkan dengan suatu kelompok yang lebih besar.
b. Enkultural
Enkultural digunakan untuk mendeskripsikan orang yang menggabungkan
(persilangan) dua budaya, gaya hidup, dan nilai-nilai (Giger & Davidhizar, 1999).
Keanekaragaman menunjuk pada fakta atau status yang menjadikan perbedaan.
Diantaranya, ras, jenis kelamin, orientasi seksual, etnik kebudayaan, status ekonomi-
sosial, tingkat pendidikan, dan lain-lain.
c. Akulturasi
Proses akulturasi terjadi saat seseorang beradaptasi dengan ciri budaya lain. Anggota
dari sebuah kelompok budaya yang tidak dominan seringnya terpaksa belajar
kebudayaan baru untuk bertahan. Hal ini juga dapat didefinisikan sebagai perubahan
pola kebudayaan terhadap masyarakat dominannya (Spector, 2000).
d. Asimilasi
Asimilasi merupakan proses seorang individu berkembang identitas kebudayaannya.
Asimilasi berarti menjadi seperti anggota dari kebudayaan yang dominan. Beberapa
aspeknya, seperti tingkah laku, kewarganegaraan, ciri perkawinan, dan sebagainya. Di
sini, seseorang atau kelompok kehilangan beberapa kebudayaan aslinya untuk kemudian
membentuk kebudayaan baru bersama dengan yang lain. Hal ini ditujukan untuk
membentuk interaksi yang baik.
1. Ras
2. Prasangka
3. Stereotipe
Stereotipe adalah menyamakan seluruh anggota dari sebuah kebudayaan atau
kelompok etnik bahwa mereka semua mirip/ sama. Stereotipe mungkin berdasarkan
penyamaan yang ditemukan pada penelitian atau mungkin tidak berhubungan dengan
kenyataan. Di sini, perawat harus tahu bahwa tidak semua orang dari kelompok tertentu
memiliki kepercayaan kesehatan yang sama, praktik dan nilai yang sama pula.
4. Diskriminasi
Diskriminasi merupakan pembedaan perlakuan individu atau kelompok berdasarkan
kategori, seperti ras, etnik, jenis kelamin, dan kelas sosial. Terjadi jika seseorang
bertindak merugikan atau menyangkal hak pokok individu lain atau lebih.
5. Culture Shock
Culture shock adalah suatu guncangan atau ketidaknyamanan yang terjadi sebagai
respons atas pergantian/ perpindahan dari satu kebudayaan ke kebudayaan lain. Ini
terjadi jika seseorang pindah dari satu lokasi geografi ke lokasi lain atau berimigrasi ke
negara baru.
Salah satu cara untuk menganalisis keyakinan adalah dengan menggunakan heritage
consistensy. Heritage consistensy dikembangkan oleh Estes dan Zitzaw (1980). Teori ini
menggambarkan tingkat gaya hidup yang mencerminkan konteks kultural (Potter &
Perry, 2009). Hal ini memungkinkan kita mengkaji keyakinan tentang kesehatan dengan
menentukan ikatannya dengan keyakinan tradisionalnya.
6. Budaya
menggambarkan sifat nonfisik, seperti keyakinan, sikap atau adat-istiadat suatu
masyarakat yang diturunkan dari generasi ke generasi selanjutnya. Budaya merupakan
kumpulan keyakinan, kebiasaan, praktik, kesukaan, norma, adat-istiadat, ketidaksukaan
dan ritual yang dipelajari dari keluarga selama sosialiasasi bertahun-tahun (Potter &
Perry, 2009). Di dalam budaya tidak hanya terbatas pada komunikasi lisan, tetapi juga
yang lain. Contoh, cara membuat kontak mata, menyentuh tubuh, dan memegang
tangan.
7. Etnisitas
Etnisitas adalah rasa identitas diri yang berkaitan dengan kelompok kultur sosial
umum dan warisan budaya (Potter & Perry, 2009). Karakteristik dari suatu etnik
mencakup bahasa dan dialek, status perpindahan, suku bangsa, dan kepercayaan serta
praktek religius. Sehingga, etnisitas sangat kompleks, sukar dipahami dan didefinisikan
dengan kurang jelas.
8. Religi
Religi adalah keyakinan dalam suatu kekuatan sifat ketuhanan atau di luar kekuatan
manusia yang harus dipatuhi dan diibadatkan sebagai pencipta dan pengatur alam
semesta ((Abramsom, 1980) dalam Fundamental Keperawatan). Nilai religi berfungsi
untuk mengklarifikasi etnisitas lebih jauh.
Klien berasal dari budaya yang berbeda. Di dalamnya mencakup latar belakang etnis,
keagamaan, dan budaya. Konsistensi warisan budaya ini membantu cara pemahaman
terhadap klien bagaimana mereka menginterpretasikan kesehatan atau penyakit dengan
cara modern atau tradisional.
9. Kontrol Lingkungan
Mengacu pada kemampuan dari anggota kelompok kultural tertentu untuk
merencanakan aktivitas yang mengontrol sifat dan faktor keturunan langsung (Giger &
Davidhizar, 1995). Di dalamnya mencakup keyakinan tradisional tentang kesehatan dan
penyakit, pengobatan tradisional dan penggunaan penyembuh tradisional.
Sehingga,fenomena ini berperan penting dalam cara klien berespons terhadap
pengalaman yang berhubungan dengan kesehatan.
10. Variasi Biologis
Seseorang dari satu kelompok kultural pasti mempunyai variasi biologis berbeda
dengan kelompok kultural lainnya. Beberapa contoh signifikan yang dapat dijadikan
pertimbangan, yaitu: Struktur dan bentuk tubuh, Warna kulit, Variasi enzimatik dan
genetik, Kerentanan terhadap penyakit Variasi nutrisi.
11. Organisasi Sosial
Lingkungan sosial tempat seseorang dibesarkan dan bertempat tinggal berperan
penting dalam perkembangan dan identitas kultural mereka. Proses sosialisasi ini
menjadi suatu bagian warisan yang diturunkan dan mengacu pada unit keluarga dan
organisasi kelompok sosial yang dapat diidentifikasi oleh klien.
12. Komunikasi
Perbedaan bahasa antara perawat dengan klien menjadi hal terpenting dalam
memberikan asuhan keperawatan. Perbedaan ini akan berpengaruh pada setiap aspek
dan tahapan asuhan keperawatan. Ketidakberhasilan berkomunikasi secara efektif akan
membuat penundaan dalam diagnosis dan tindakan terhadap klien. Bahkan bisa lebih
dari itu. Perawat tidak seharusnya menganggap klien dapat memahami apa yang sudah
diucapkannya. Istilah-istilah medis harus dijelaskan dengan jelas dan terang terutama
klien yang mempunyai keterbatasan ketrampilan dalam bahasa perawat.
13. Ruang
Ruang personal di sini mencakup perilaku individu dan sikap yang ditujukan pada
ruang di sekitar mereka. Teritorialitas merupakan suatu sikap yang ditujukan pada area
seseorang yang diklaim dan dipertahankan atau reaksi emosional ketika orang-orang lain
memasuki area tersebut. Keduanya ini dipengaruhi oleh budaya. Perawat harus berusaha
menghargai teritorial klien. Ruang personal ini banyak berhubungan dengan aktivitas
keperawatan dan perawat harus sensitif terhadap respons klien berkenaan dengan ruang
personal ini. Misalnya, saat memberikan asuhan keperawatan yang mengharuskan
perawat menyentuh tubuh klien.
14. Orientasi Waktu
Orientasi waktu berbeda antara kelompok satu dengan yang lain. Perawat yang
mempunyai sikap yang berhubungan dengan waktu mungkin menemukan kesulitan
untuk memahami dan merencanakan asuhan keperawatan terhadap klien yang
mempunyai orientasi waktu yang berbeda. Perbadaan orientasi waktu dapat menjadi hal
penting dalam perawatan kesehatan, seperti perencanaan jangka panjang dan penjelasan
tentang jadwal medikasi. Misalnya, penjelasan pentingnya keteraturan minum obat pada
penderita tekanan darah tinggi.
Dari banyak penjelasan di atas, asuhan keperawatan transkultural memang sangatlah
kompleks. Sebelum kita membuat perencanaan dan tindakan perawatan, kita perlu
mengetahui konsep, prinsip, fenomena, dan faktor-faktor lain yang dapat dijadikan
pertimbangan yang berhubungan dengan budaya ini. Diharapkan, setelah kita
mengetahuinya, kelak asuhan keperawatan yang kita berikan terhadap klien akan efektif
dan berlangsung dengan lancar
1. Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu:
a. Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih ataumendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanankesehatan. Perawat perlu mengkaji :
persepsi sehat sakit, kebiasaanberobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari
bantuankesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi kliententang
penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasipermasalahan kesehatan saat
ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yangamat realistis bagi
para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yangsangat kuat untuk menempatkan
kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang
harus dikaji oleh perawatadalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang
klienterhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama
yangberdampak positif terhadap kesehatan.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segalasesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhankeperawatan lintas budaya (Andrew and
Boyle, 1995). Yang perlu dikajipada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang
berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu,
carapembayaran untuk klien yang dirawat.
Komunikasi verbal
Terdiri dari pola komunikasi, nada, kecepatan berbeda dalam buday. Untuk orang
Afrika Amerika, menjelaskan dengan nada mungkin cepat dan keras dan konfrontasi.
Untuk Wropa Amerika nada lambat, tekanan suara tidak menantang dan rendah diri.
Asian tipenya berkata lembut dan tidak menantang saat percakapan. Diskusi masalah
pribadi dengan orang asing adalah kurang disukai oleh orang afrika amerika, Arabian,
Sedangkan Asian akan selalu menghargai pertanyaan tentang anggota keluarganya.
Contoh lain, orang afrika amerika percaya doa untuk mempromosikan kesehatan dan
dapat tercapai. Asia, Eropa tengah dan Amerika latin berusaha menjaga harga diri
dengan keseluruhannya (tidak dapat dinilai dengan uang). Perawat memerlukan
kepekaan untuk mencegah penghinaan atau tidak sengaja kurang sopan pada klien.
Komunikasi nonverbal
Ini disebut bahwa banyak tindakan daripada banyak bicara dan ini mingkin
khususnya benar ketika komunikasi berbeda budaya. Komunikasi nonverbal dapat
diartikan sebagai disengaja atau tidak disengaja menggunakan sentuhan, jarak, ruang,
isyarat tubuh dan waktu untuk mengartikan komunikasi. Pesan ini mungkin
mengindikasikan persetujuan, status, emosi dan kekuatan. Komunikasi efektif
mempertimbangkan tidak hanya kata yang di ucapkan tetapi nuansa nonverbal.
Sentuhan
Sentuhan artinya komunikasi nonverbal. Jumlah dan tipe sentuhan mungkin berbeda
di hubungkan jenis kelamin, umur, factor social ekonomi dan pilihan individu. Sentuhan
untuk penyerangan dan kemarahan .contohnya menepuk bahu dari belakang
mengindikasikan persetujuan dan penerimaan dalam beberapa buday sementara
sentuhan di budaya lain sangat tidak pantas dan tidak disetujui oleh muslim. Mexican
dan Amerika asli percaya sentuhan adalah sakti dan dapat menyembuhkan. Di Vietnam
sentuhan mungkin menimbulkan kecemasan karena melepaskan jiwa dari tubuh.
Jarak
Jarak yang jauh dan tempat tinggi mempengaruhi pesan yang disampaikan ke orang
lain. Jauhnya tempat berbeda tiap budaya didasari jenis kelamin dan jenis lainnya.
Kekeluargaan dan kepercayaan mungkin selalu menentukan jarak yang nyaman.
2. Hambatan Semantik
Gangguan semantic menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau
ideasecara efektif. Defenisi semantic adlah studi atas pengertian, yang diungkapkan
lewat bahasa. Suatu pesan yang kurang jelas, akan tetapi menjadi tidak jelas
bagaimanapun bainya transmisi.
Untuk menghindarimis-komunikasi semacam ini, seorangan komunikator memilih
kata-kata yang tepat dan sesuai dengan karakteristik komunikasinya, serta melihan dan
mempertimnbangkan,kemungkinan dan penafsiran yang berbeda terhadap kata-kata
yang diginakan.
3. Hambatan Manusiawi
Hambatan jenis ini muncul dari masalah-masalah pribadi yang dihadapi oleh
orang-orang yang terlibat dalam komunikasi, baik komunikator maupun komunikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Transkultural nursing merupakan keilmuan budaya pada proses belajar dan praktek
keperawatan yang fokus yang memandang perbedaan dan kesamaan diantaranya budaya
dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan. Transkultural nursing mempunyai konsep yang terdiri dari
budaya, nialai budaya, etnis, ras. Transkultural nursing juga terdapat media komunikasi
seperti komunikasi verbal dan komunikasi non verbal.
B. Saran
Seorang perawat yang profesional sebelum memberikan pengkajian terhadap klien yang
berbeda budaya harus mengetahui budaya dari klien tersebut agar tidak terjadi kesalahan
pemahaman perawat terhadap tingkah laku klien maupun kesalah pahaman klien
terhadap tindakan yang diberikan oleh perawat kepada klien.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
repository.uinjkt.ac.id/dspace/.../1/RAYUNI%20FIRANIKA-FKIK.pdf
s1-keperawatan.umm.ac.id/files/.../TRANSKULTURAL%20NURSING.pdf
https://munzahry.wordpress.com/transcultural-nursing/
Barbara, Kozier . (2010) Fundamental Keperawatan, konsep, proses, & praktik, Jakarta:
EGC
Potter & Perry. (2006) Fundamental Keperawatan, konsep, proses, & praktik, Jakarta : buku
Kedokteran EGC
Potter & Perry, (2005), buku ajar Fundamental Keperawatan; Konsep,Proses dan Praktik,
Ed 4, Jakarta : EGC.