Anda di halaman 1dari 12

Pengertian Transcultural Nursing

transkultural berasal dari kata trans dan culture, trans berarti alur
perpindahan, jalan lintas atau penghubung. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia; trans berarti melintang , melintas , menembus , melalui.
Culture berarti budaya
Transcultural Nursing adalah suatu keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya
dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Konsep Transcultural Nursing
Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis yang difokuskan pada
prilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan
perilaku sehat dan perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya.
(Leininger, 2002).
2. Konsep dalam Transkultural Nursing
a. Budaya
adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi
serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
b. Nilai budaya
adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkanatau sesuatu tindakan yang
dipertahankan pada suatu waktu tertentu danmelandasi tindakan dan keputusan.
c. Perbedaan budaya
Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yangoptimal dari pemberian asuhan
keperawatan, mengacu pada kemungkinanvariasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan
untuk memberikan asuhanbudaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan
tindakantermasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang
mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
c. Etnosentris
diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. adalah persepsi yang dimiliki oleh
individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik.

e. Etnis
berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan
menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
f. Ras
adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal
manusia
g. Etnografi
adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi
memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan
budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan
orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.
h. Care
adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku
pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik
actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
i. Caring
adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi
kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
j. Cultural Care
berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,kepercayaan dan pola
ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu,
keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan
hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
k. Culturtal imposition
berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan,
praktik dan nilai diatas budaya orang lainkarena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh
perawat lebih tinggi daripada kelompok lain
Konsep Utama Transcultural Nursing:
: perawat memberikan bimbingan dukungan kepada klien untuk meningkatkan kondisi
klien
Caring

: tindakan mendukung, berbentuk aksi atau tindakan

: perawat mempelajari, saling share/berbagi pemahaman tentang kepercayaan dan


budaya klien
Cultural care

: kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, norma/ kepercayaan

Nilai kultur

: keputusan/kelayakan untuk bertindak

pe rbedaan kultur

: berupa variasi-variasi pola nilai yang ada di masyarakat mengenai

keperawatan
Cultural care university : hal-hal umum dalam sistem nilai, norma dan budaya
Etnosentris

:keyakinan ide, nilai, norma, kepercayaan lebih tinggi dari yang lain

Imposion : kecenderungan tenaga kesehatan memaksakan kepercayaan kepada klien


Paradigma Transcultural Nursing
Leininger (2002) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai cara
pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan
yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu:
manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrew and Boyle, 1995).
Manusia /klien
Menurut Leininger (2002), manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan
budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada.
Kesehatan
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya,
terletak pada rentang sehat sakit (Leininger, 2002)
Lingkungan
Lingkungan

didefinisikan

sebagai

keseluruhan

fenomena

yang

mempengaruhi

perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu


totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk
lingkungan yaitu fisik, sosial dan simbolik (Andrew & Boyle, 1995).
Keperawatan
Keperawatan dipandang sebagai suatu ilmu dan kiat yang diberikan kepada klien dengan
berfokus pada prilaku, fungsi dan proses untuk meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan atau pemulihan dari sakit (Andrew & Boyle, 1995). Asuhan keperawatan ditujukan
memandirikan klien sesuai dengan budaya klien.
Aplikasi Transcultural Nursing dalam Asuhan Keperawatan

Terlaksananya asuhan keperawatan transkultural sangat ditentukan oleh pemahaman


pengetahuan perawat pelaksana tentang teori asuhan keperawatan transkultural, karena
pengetahuan yang dimiliki tersebut akan mengklarifikasi fenomena, mengarahkan dan
menjawab fenomena yang dijumpai pada diri klien dan keluarganya.
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan terhadap respon adaptif dan maladaptif untuk memenuhi kebutuhan
dasar yang tepat sesuai dengan latar belakang budayanya.
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada Leiningers Sunrise
models dalam teori keperawatan transkultural Leininger yaitu :
- faktor teknologi
- faktor agama dan falsafah hidup
- faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan
- faktor nilai-nilai budayan dan gaya hidup
- faktor kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku
- faktor ekonomi
- faktor pendidikan
2. Diagnosa keperawatan
Respon klien yang ditegakkan oleh perawat dengan cara mengidentifikasi budaya yang
mendukung kesehatan, budaya yang menurut klien pantang untuk dilanggar, dan budaya yang
bertentangan dengan kesehatannya.
Terdapat tiga diagnosa keperawatan transkultural yang sering ditegakkan yaitu:
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur
2. Gangguan interksi sosial berhubungan dengan disorientasi sosiokultural
3. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini
3. Perencanaan
Perencanaan dan implementasi keperawatan transkultural menawarkan tiga strategi sebagai
pedoman Leininger (1984) ; Andrew & Boyle, 1995 yaitu :
a. Perlindungan/mempertahankan budaya (Cultural care preservation/maintenance)

b.Bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi/menegosiasi


budaya (Cultural care accommodation/negotiations)
c.Apabila budaya klien kurang mendukung kesehatan mengubah dan mengganti budaya
klien dan keluarganya (Cultural care repartening/recontruction).
Apabila budaya klien bertentangan dengan kesehatan, perawat perlu melakukan 3 hal
dibawah ini:
1.Cultural care preservation/maintenance
a. Identifikasi perbedaan konsep
b. Bersikap tenang
c. Mendiskusikan kesenjangan budaya
2. Cultural care accomodation/negotiation
a. Gunakan bahasa yang mudah
b. Libatkan keluarga
c. Lakukan negosiasi
3. Cultual care repartening/reconstruction
a. Beri kesempatan
b. Tentukan tingkat perbedaan
c. Gunakan pihak ketiga
d. Terjemahkan terminologi>>> jangan menggunakan istilah medis saat berkomunikasi
dengan pasien
e. Berikan informasi
4. Implementasi
Bila budaya klien dengan perawat berbeda maka perawat dan klien mencoba
memahami budaya masing-masing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi
persamaan dan perbedaan budaya yang pada akhirnya akan memperkaya budaya mereka,
sehingga akan terjadi tenggang rasa terhadap budaya masing-masing.
Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak tidak percaya
pada klien yang akan mengakibatkan hubungan perawat-klien yang bersifat terapeutik
terganggu.

5. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang
mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak
sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat
bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
Kesimpulan
1. Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang
difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, meningkatkan
perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya.
2. Pengkajian asuhan keperawatan dalam konteks budaya sangat diperlukan untuk
menjembatani perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh perawat dengan klien.
3. Diagnosa keperawatan dapat mengidentifikasi tindakan yang dibutuhkan untuk
mempertahankan budaya, membentuk budaya baru atau bahkan mengganti budaya
yang tidak sesuai dengan kesehatan.
4. Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak dapat begitu saja
dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar belakang budaya klien
sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien.
5. Evaluasi asuhan keperawatan transkultural melekat erat dengan perencanaan dan
pelaksanaan proses asuhan keperawatan transkultural.

Daftar Puastaka
Akhmadi. 2011. "Konsep Keperawatan Transkultural (Madeleine Leininger)".
Lecture/Class. Gadjah Mada University. Unpublished.

BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam menjalankan tugas sebagai perawat, banyak perubahan-perubahan yang ada baik di
lingkungan maupun klien. Perawat harus menghadapi berbagai perubahan di era globalisasi
ini termasuk segi pelayanan kesehatannya. Perpindahan penduduk menuntut perawat agar
dapat menyesuaikan diri dengan budayanya dan sesuai dengan teori-teori yang dipelajari.
Dalam ilmu keperawatan, banyak sekali teori-teori yang mendasari ilmu tersebut. Termasuk
salah satunya teori yang mendasari bagaimana sikap perawat dalam menerapkan asuhan
keperawatan. Salah satu teori yang diaplikasikan dalam asuhan keperawatan adalah
teori Leininger tentang transcultural nursing.
Dalam teori ini transcultural nursing
didefinisikan sebagai area yang luas dalam keperawatan yang fokusnya dalam komparatif
studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing
care, dan nilai sehat sakit, kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan
ilmu dan humanistik body of knowledge untuk kultur yang universal dalam keperawatan.
Dalam hal ini diharapkan adanya kesadaran terhadap perbedaan kultur berarti perawat yang
profesional memiliki pengetahuan dan praktik berdasarkan kultur secara konsep perencanaan
dalam praktik keperawatan. Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk
mengembangkan sains dan keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan
pada kultur yang spesifik dan kultur yang universal. Kultur yang spesifik adalah kultur
dengan nilai-nilai dan norma spesifik yang dimiliki oleh kelompok tertentu. Kultur yang
universal adalah nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan dilakukan hampir semua
kultur (Leininger, 1979). Leininger mengembangkan teorinya dari perbedaan kultur dan
universal berdasarkan kepercayaan bahwa masyarakat dengan perbedaan kultur dapat
menjadi sumber informasi dan menentukan jenis perawatan yang diinginkan, karena kultur
adalah pola kehidupan masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dan tindakan.
Cultur care adalah teori yang holistik karena meletakan di dalamnya ukuran dari totalitas
kehidupan manusia dan berada selamanya, termasuk sosial struktur, pandangan dunia, nilai
kultural, ekspresi bahasa, dan etnik serta sistem profesional.
1.2

Identifikasi Masalah
a.
Definisi transcultural nursing b.
Tujuan penggunaan keperawatan transkultural c.
Konsep transkultural nursing d.
Paradigma transkultural nursing e.
Proses transkultural nursing f.
Tren dan Isu transkultural nursing
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan dan untuk memberi informasi tentang apa
yang dimaksud dengan transkultural nursing melalui definisi yang dijabarkan, konsep-konsep
yang ada serta hal yang terjadi yang berhubungan dengan transkultural nursing.
1.4
Metode penulisan
Menjabarkan secara keseluruhan tentang transkultural nursing dalam proses keperawatan.
1.5
Sistematika Penulisan
Bab satu terdiri dari lima sub bab. Pertama adalah latar belakang yang menjelaskan tentang
transkultural nursing secara luas. Kedua adalah identifikasi masalah yang menjelaskan
tentang apa saja yang akan dibahas dalam makalah ini berkaitan dengan transkultural nursing.
Ketiga adalah tujuan penulisan yang menjelaskan tentang apa tujuan kami membuat makalah
ini. Keempat adalah metode penulisan yang berisi tentang metode yang digunakan untuk
membuat makalah ini. Bagian yag kelima adalah sistematika penulisan yang berisi tentang
apa saja isi yang terdapat dalam makalah ini. Bab kedua terdiri dari enam sub bab. Pertama
adalah menjelaskan tentang pengertian dari transkultural nursing. Kedua menjelaskan tentang
tujuan penggunaan transkultural nursing dalam praktik keperawatan. Ketiga menjelaskan
tentang konsep dari transkultural nursing. Keempat menjelaskan tentang paradigma
transkultural nursing. Kelima adalah proses bagaimana praktek transkultural nursing
diterapkan. Terakhir menjelaskan tentang tren dan isu seputar transkultural nursing. Bab
ketiga yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

PENGARUH TRANSKULTURAL NURSING TERHADAP


KEPERAWATAN
Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan kesehatan
transkultural adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah
laku manusia dalam kaitan dengan kesehatannya . Dengan mengidentifikasi
praktik kesehatan dalam berbagai budaya ( kultur ), baik di masa lampau
maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan persamaan . Lininger
berpendapat , kombinasi pengetahuan tentang pola praktik transkultural

dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya


pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai kultur.
MACAM-MACAM TRANSKULTURAL DI INDONESIA
Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat
sederhana , pengetahuan tradisional . Dalam masyarakat tradisional , sistem
pengobatan tradisional ini adalah pranata sosial yang harus dipelajari dengan
cara yang sama seperti mempelajari pranata social umumnya dan bahwa
praktek pengobatan asli ( tradisional ) adalah rasional dilihat dari sudut
kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat.
Beberapa hal yang berhubungan dengan kesehatan (sehat sakit) menurut
budaya budaya yang ada di Indonesia diantaranya adalah :
Untuk menentukan sebab sebab suatu penyakit ada dua konsep , yaitu
konsep personalistik dan konsep naluralistik.
Dalam konsep personalistik , penyakit disebabkan oleh makhluk supernatural
( makhluk gaib , dewa ) , makhluk yang bukan manusia ( hantu , roh leluhur ,
roh jahat ) dan manusia ( tukang sihir , tukang tenung ) . Penyakit ini
dikatakan tidak wajar / tidak biasa. Penyembuhannya adalah berdasarkan
pengetahuan secara gaib atau supernatural , misalnya melakukan upacara dan
sesaji. Penyembuhan dapat melalui seorang dukun atau wong tuo .
Ada beberapa kategori dukun pada masyarakat Jawa yang mempunyai
nama dan fungsi masing masing :
a. Dukun bayi : khusus menangani penyembuhan terhadap penyakit yang
berhubungan dengan kesehatan bayi , dan orang yang hendak melahirkan.
b. Dukun pijat / tulang (sangkal putung) : Khusus menangani orang yang
sakit terkilir , patah tulang , jatuh atau salah urat.
c. Dukun klenik : khusus menangani orang yang terkena guna guna.
d. Dukun mantra : khusus menangani orang yang terkena penyakit karena
kemasukan roh halus.
e. Dukun hewan : khusus mengobati hewan.
Sedangkan konsep naturalistik , penyebab penyakit bersifat natural dan
mempengaruhi kesehatan tubuh , misalnya karena cuaca , iklim , makanan
racun , bisa , kuman atau kecelakaan . Di samping itu ada unsur lain yang
mengakibatkan ketidakseimbangan dalam tubuh , misalnya dingin , panas ,
angin atau udara lembab .Oleh orang Jawa hal ini disebut dengan penyakit
biasa.
Adapun penyembuhannya dengan model keseimbangan dan keselarasan ,
artinya dikembalikan pada keadaan semula sehingga orang sehat kembali .
Adapun beberapa contoh pengobatan tradisional masyarakat jawa yang
tidak terlepas dari tumbuhan dan buah buahan yang bersifat alami adalah
:
Daun dadap sebagai penurun panas dengan cara ditempelkan di dahi.
Temulawak untuk mengobati sakit kuning dengan cara di parut , diperas
dan airnya diminum 2 kali sehari satu sendok makan , dapat ditambah sedikit
gula batu dan dapat juga digunakan sebagai penambah nafsu makan.

Akar ilalang untuk menyembuhkan penyakit hepatitis B.


Mahkota dewa untuk menurunkan tekanan darah tinggi , yakni dengan
dikeringkan terlebih dahulu lalu diseduh seperti teh dan diminum seperlunya.
Brotowali sebagai obat untuk menghilangkan rasa nyeri , peredam panas ,
dan penambah nafsu makan.
Jagung muda ( yang harus merupakan hasil curian = berhubungan dengan
kepercayaan ) berguna untuk menyembuhkan penyakit cacar dengan cara
dioleskan dibagian yang terkena cacar.
Daun sirih untuk membersihkan vagina.
Lidah buaya untuk kesuburan rambut.
Cicak dan tokek untuk menghilangkan gatal gatal.
Mandi air garam untuk menghilangkan sawan.
Daun simbung dan daun kaki kuda untuk menyembuhkan influenza.
Jahe untuk menurunkan demam / panas , biasanya dengan diseduh lalu
diminum ataupun dengan diparut dan detempelkan di ibu jari kaki.
Air kelapa hijau dengan madu lebah untuk menyembuhkan sakit kuning
yaitu dengan cara 1 kelapa cukup untuk satu hari , daging kelapa muda dapat
dimakan sekaligus , tidak boleh kelapa yang sudah tua.
Budaya Sunda
a. Sakit Demam
Keluhan demam ditandai dengan badan terasa pegal pegal , menggigil ,
kadang kadang bibir biru . Penyebab demam adalah udara kotor ,
menghisap debu kotor . pergantian cuaca , kondisi badan lemah , kehujanan ,
kepanasan cukup lama , dan keletihan . Pencegahan demam adalah dengan
menjaga kebersihan udara yang dihisap , makan teratur , olahraga cukup ,
tidur cukup , minum cukup , kalau badan masih panas / berkeringat jangan
langsung mandi , jangan kehujanan dan banyak makan sayuran atau buah .
Pengobatan sendiri demam dapat dilakukan dengan obat tradisional , yaitu
kompres badan dengan tumbukan daun melinjo , daun cabe atau daun
singkong , atau dapat juga dengan obat warung yaitu Paramek atau Puyer
bintang tujuh nomor 16.
b. Keluhan Batuk
Batuk TBC , yaitu batuk yang sampai mengeluarkan darah dari mulut , batuk
biasa, dan batuk yang terus menerus dengan suaranya melengking dengan
gejala tenggorokan gatal , terkadang hidung rapet , dan kepala sakit .
Penyebab batuk TBC adalah karena orang tersebut menderita penyakit TBC
paru , sedangkan batuk biasa atau batuk bangkong adalah menghisap debu
dari tanah kering yang baru tertimpa hujan , alergi salah satu makanan ,
makanan basi , masuk angin, makan makanan yang digoreng dengan minyak
yang tidak baik , atau tersedak makanan / keselek . Pencegahan batuk
dilakukan dengan menjaga badan agar jangan kedinganan , jangan makan
makanan basi , tidak kebanyakan minum es , menghindari makanan yang
merangsang tenggorokan , atau menyebabkan alergi . Pengobatan sendiri
batuk dapat dilakukan dengan obat warung misalnya konidin atau oikadryl .
Bila batuk ringan dapt minum obat tradisional yaitu air perasan jeruk nipis
dicampur kecap , daun sirih 5 lembar diseduh dengan air hangat setengah

gelas atau rebusan jahe dengan gula merah.


c. Sakit Pilek
Keluhan pilek ringan, yaitu hidung tersumbat atau berair , dan pilek berat
yaitu pilek yang disertai sakit kepala , demam , badan terasa pegal dan
tenggorokan kering . Penyebab pilek adalah kehujanan menghisap debu
kotor , menghisap asap rokok , menghisap air , pencegahan pilek adalah
jangan kehujanan , kalau badan berkeringat jangan langsung mandi , apabila
muka terasa panas, jangan mandi langsung minum obat , banyak minum air
dan istirahat . Pengobatan sendiri , pilek dapat dilakukan dengan obat warung
yaitu mixagrib diminum 3x sehari sampai keluhannya hilang . Dapat juga
digunakan obat tradisional untuk mengurangi keluhan , misalnya minyak
kelapa dioleskan di kanan dan kiri hidung.
d. Sakit Panas
Sakit panas adalah sakit yang menyebabkan sekujur tubuh seseorang terasa
panas biasanya yang disertai. Untuk mengobatinya , orang sunda biasa
dengan menggunakan labu yang diparut, kemudian dibungkus kain dan di
kompreskan ke tubuh orang yang sakit panas tersebut hingga panasnya turun.
Selain itu juga bisa dengan menggunakan kompres air dingin.
Budaya Batak
Bagi orang batak , di samping penyakit alamiah , ada juga beberapa tipe
spesifik penyakit supernatural , yaitu :
- Jika mata seseorang bengkak ,orang tersebut diyakini telah melakukan
perbuatan yang tidak baik ( mis : mengintip ) . Cara mengatasinya agar
matanya tersebut sembuh adalah dengan mengoleskan air sirih.
- Nama tidak cocok dengan dirinya ( keberatan nama ) sehingga membuat
orang tersebut sakit.
Cara mengobatinya dengan mengganti nama tersebut dengan nama yang lain ,
yang lebih cocok dan didoakan serta diadakan jamuan adat bersama keluarga.
- Ada juga orang batak sakit karena tarhirim
Mis : seorang bapak menjanjikan akan memberi mainan buat anaknya ,
tetapi janji tersebut tidak ditepati . Karena janji tersebut tidak ditepati , si
anak bisa menjadi sakit.
- Jika ada orang batak menderita penyakit kusta , maka orang tersebut
dianggap telah menerima kutukan dari para leluhur dan diasingkan dalam
pergaulan masyarakat.
Di samping itu , dalam budaya batak dikenal adanya kitab pengobatan
Di dalam kehidupan Si raja Batak dahulu ilmu pengobatan telah ada , mulai
sejak dalam kandungan sampai melahirkan. Obat-obatan tersebut antara
lain:
1. Obat mulai dari kandungan sampai melahirkan
2. Dappol Siburuk ( obat urut dan tulang )
3. Biji sirintak (Untuk mengobati sakit mata)

4. Tawar mulajadi (Mengobati penyakit kulit yang sampai membusuk)


Beberapa contoh pengobatan tradisional lainnya yang dilakukan oleh orang
batak adalah :
- Jika ada orang batak yang menderita penyakit gondok , maka cara
pengobatannya dengan menggunakan belau.
- Apabila ada orang batak yang menderita penyakit panas ( demam )
biasanya pengobatannya dengan cara menyelimutinya dengan selimut / kain
yang tebal
Budaya Flores
Damianus Wera orang Flores satu ini punya karunia yang sangat langka .
Dami dikenal sebagai penyembuh alternative unik.
Menurut Dami ada tiga jenis penyakit yang dikeluhkan para pasien :
Pertama , jenis penyakit nonmedis atau santet / guna guna .
Kedua , penyakit medis seperti jantung koroner, tumor , kanker , dll.
Ketiga , sakit psikologis mis : banyak utang , stress, dll.
Dami mengingatkan kunci sehat itu sebenarnya ada di pikiran yang sehat .
Sebaliknya , pikiran yang ruwet , penuh beban dan tekanan , justru memicu
munculnya penyakit dalam tubuh manusia

Dami mempunyai 7 metode untuk mengatasi penyakit :


1. Berdoa.
2. Air
3. Kapsul ajaib
4. Pijat refleksi 5. Suntik.
6. Telur ayam ( kampung ) dan gelas
7. Operasi / bedah
Bawang merah : untuk mengobati batuk , yakni dengan cara dihancurkan
(dikunyah ) lalu dibungkus dengan sepotong kain , kemudian ditempelkan di
tenggorokan . Cara ini baik diterapkan pada waktu sebelum tidur malam.
Daun sirih :untuk mengobati orang yang mimisan , yaitu dengan digulung
kemudian disumbatkan ke lubang hidung yang keluar darah.
Daun papaya yang masih muda : untuk menghentikan keluarnya darah
dari bagian tubuh yang luka , yaitu dengan dikunyah sampai halus kemudian
ditempelkan di bagian yang luka tersebut.

Anda mungkin juga menyukai