Anda di halaman 1dari 10

Nama : Risma Yanti

NIM : 1800001027

Tingkat : II (DUA)
Mata Kuliah : Antropologi

1. Definisi Keperawatan Transkultural

Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses


belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).

Perilaku caring adalah bagian dari keperawatan yang membedakan, mendominasi


serta mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan caring adalah tindakan yang
dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku ini
seharusnya sudah tertanam di dalam diri manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan
pertumbuhan, masa pertahanan sampai individu tersebut meninggal. Hal ini tetap ikut
berkembang dengan seturut jalannya perkembangan manusia tersebut.

Keperawatan transkultural merupakan istilah yang sering digunakan dalam cross-


cultural atau lintas budaya, intercultural atau antar budaya, dan multikultural atau banyak
budaya (Andrews,1999). Leininger merupakan ahli antropologi keperawatan sejak
pertengahan lima puluhan yang merencanakan bahwa transkultural nursing merupaer
mendefinisikan “transkultural Nursing"kan area formal yang harus diaplikasikan dalam
praktik keperawatan (leininger,1999;McFarland,2002).

Leininger mendefinisikan”transkultural Nursing” sebagai area yang luas dalam


keperawatan yang mana berfokus pada komparatif studi dan analisis perbedaan kultur
dan subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing care dan nilai sehat-sakit,
kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistic
body of knowledge untuk kultur yang spesifik dan kultur yang universasl dalam
keperawatan (Andrews and Boyle,1997: Leininger dan McFarland,2002). Tujuan dari
transkultural dalam keperawatan adalah kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan
kultur. Selain itu juga untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam keperawatan yang
humanis sehingga terbentuk praktik keperawatan sesuai dengan kultur dan universal
(leininger,1978).

2. Peran Dan Fungsi Transkultural


Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu . Oleh sebab itu ,
penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat ( Pasien ) .
Misalnya kebiasaan hidup sehari – hari , seperti tidur , makan , kebersihan diri , pekerjaan
, pergaulan social , praktik kesehatan , pendidikan anak , ekspresi perasaan , hubungan
kekeluargaaan , peranan masing – masing orang menurut umur . Kultur juga terbagi
dalam sub – kultur . Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya
mengaanut pandangan keompok kultur yang lebih besar atau member makna yang
berbeda . Kebiasaan hidup juga saling berkaitan dengan kebiasaan cultural.
Nilai – nilai budaya Timur , menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat
pelayanan dari dokter pria . Dalam beberapa setting , lebih mudah menerima pelayanan
kesehatan pre-natal dari dokter wanita dan bidan . Hal ini menunjukkan bahwa budaya
Timur masih kental dengan hal – hal yang dianggap tabu.
Dalam tahun – tahun terakhir ini , makin ditekankan pentingknya pengaruh kultur
terhadap pelayanan perawatan . Perawatan Transkultural merupakan bidang yang relative
baru ; ia berfokus pada studi perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya tentang
kesehatan dan hubungannya dengan perawatannya . Leininger ( 1991 ) mengatakan
bahwa transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan
perbedaan maupun kesamaan nilai – nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda ras , yang
mempengaruhi pada seseorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada
pasien. Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan praktik budaya yang ditujukan
untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional) . Caring practices adalah kegiatan
perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan kesehatan.
Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan kesehatan transkultural
adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam
kaitan dengan kesehatannya . Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai
budaya ( kultur ) , baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul
persamaan – persamaan . Lininger berpendapat , kombinasi pengetahuan tentang pola
praktik transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya
pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai kultur.

3. Konsep Keperawatan Transkultural

Leininger (2002), beberapa asumsi yang mendasari konsep transkultural berasal


dari hasil penelitian kualitatif tentang kultur, yang kemudian teori ini dipakai sebagai
pedoman untuk mencari culture care yang akan diaplikasikan.

a. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan
polanya bervariasi diantara culture satu tempat dengan tempat yang lainnya.

b. Caring act dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan
kepada individu secara utuh. Perilaku caring semestinya diberikan pada manusia sejak
lahir , masa perkembangan , masa pertumbuhan , masa pertahanan sampai dikala
meninggal.

c. Caring adalah esensi dari keperawatan dan membedakan, mendominasi serta


mempersatukan tindakan keperawatan. Keperawatan adalah fenomena transkultural
dimana perawat berinteraksi dengan klien, staff dan kelompok lain.

d. Identifikasi universal dan nonuniversal kultur dan perilaku caring profesional,


kepercayaan dan praktek adalah esensi untuk menemukan epistemology dan ontology
sebagai dasar dari ilmu keperawatan.

e. Culture adalah berkenaan dengan mempelajari, membagi dan transmisi nilai, kepercayaan
norma dan praktek kehidupan dari sebuah kelompok yang dapat terjadi tuntunan dalam
berfikir, mengambil keputusan, bertindak dan berbahasa.

f. Cultural care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,


kepercayaan dan pola ekspresi yang mana membimbing, mendukung atau memberi
kesempatan individu lain atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan,
meningkatkan kondisi kehidupan atau kematian serta keterbatasan.
g. Nilai kultur berkenaan dengan keputusan/kelayakan yang lebih tinggi atau jalan yang
diinginkan untuk bertindak atau segala sesuatu yang diketahui yang mana biasanya
bertahan dengan kultur pada periode tertentu.

h. Perbedaan kultur dalam keperawatan adalahvariasidari pengertian pola, nilai atau simbol
dari perawatan,kesehatan atau untuk meningkatkan kondisi manusia, jalan kehidupan
atau untuk kematian.

i. Culture care universality berkenaan dengan hal umum, merupakan bentuk dari
pemahaman terhadap pola, nilai atau simbol dari perawatanyang mana kiltur
mempengaruhi kesehatan atau memperbaiki kondisi manusia.

j. Etnosentris adalah kepercayaan yang mana satu ide yang dimiliki, kepercayaan dan
prakteknya lebih tinggi untuk kultur yang lain.

k. Cultural imposition berkenaan dengan kecendrungantenaga kesehatan untuk memaksakan


kepercayaan, praktik dan nilai diatas kultur lain karena mereka percaya bahwa ide
mereka lebih tinggi dari pada kelompok lain.

4. Dasar-Dasar Keperawatan Transkultural

Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi
dari keperawatan,membedakan, mendominasi serta mempersatukan
tindakankeperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya
diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa
pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal.
Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan
dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan
fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur
satu tempat dengan tempat lainnya.

5. Paradigma Transkultural Nursing

Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural sebagai cara


pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan
yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan
(Andrew and Boyle, 1995), yaitu :

a. Manusia

Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan
norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan
pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk
mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and
Davidhizar, 1995).

b. Sehat

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi


kehidupannya, terletak pada rentang sehat dan sakit. Kesehatan merupakan suatu
keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan
memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari.
Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan
sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).

c. Lingkungan

Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi


perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu
totalitas kehidupandimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga
bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan
alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman
padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak
pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur
sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam
masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur
dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah
keseluruhan bentuk dan simbol yangmenyebabkan individu atau kelompok merasa
bersatu seperti musik, seni, iwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
d. Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien.
Strategi yang digunakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan(Leininger, 1991)
adalah :

6. Proses Keperawatan Transkultural

Teori yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan


keperawatandalam konteks budaya menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan
oleh perawatsebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien
(Andrew andBoyle,1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai
tahap pengkajian, diagnosakeperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

a. Pengkajian

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi


masalah kesehatanklien sesuai dengan latar belakang budaya klien. Pengkajian
dirancang berdasarkan 7komponen yang ada yaitu :

1) Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors).


Agama adalahsuatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi parapemeluknya. Agama memberikan motivasi yang
sangat kuat untuk menempatkankebenaran di atas segalanya, bahkan
diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yangharus dikaji oleh perawat
adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandangklien terhadap
penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yangberdampak
positif terhadap kesehatan.

2) Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors).


Perawat pada tahapini harus mengkaji faktor-faktor : nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempattanggal lahir, jenis kelamin,
status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalamkeluarga, dan
hubungan klien dengan kepala keluarga.

3) Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)

Nilai-nilai budaya adalahsesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan


oleh penganut budaya yang dianggap baikatau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifatpenerapan terbatas pada
penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor iniadalah :posisi
dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan,kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakitberkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.

4) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors).
Kebijakan danperaturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan
lintas budaya (Andrew andBoyle, 1995).Yang perlu dikaji pada tahap ini
adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitandengan jam berkunjung,
jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, carapembayaran untuk
klien yang dirawat.

5) Faktor ekonomi (economical factors).

Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkansumber-sumber


material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera
sembuh.Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya :
pekerjaan klien, sumberbiaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh
keluarga, biaya dari sumber lainmisalnya asuransi, penggantian biaya dari
kantor atau patungan antar anggotakeluarga.

6) Faktor pendidikan (educational factors)

Tentang pengalaman sakitnya sehingga tidakterulang kembali.


Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien
dalammenempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klienmaka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti
ilmiah yang rasional danindividu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengankondisi kesehatannya. Hal yang perlu
dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikanklien, jenis pendidikan
serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri.

b. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang


budayanya yang dapatdicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar,1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan
yang sering ditegakkan dalam asuhankeperawatan transkultural yaitu :

1) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur.

2) Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural.


3) Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.

c. Perencanaan dan Pelaksanaan

Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah


suatu proseskeperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu
proses memilihstrategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan
yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (GigerandDavidhizar, 1995). Ada
tiga pedoman yangditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew
andBoyle, 1995) yaitu :

1) Mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak


bertentangandengan kesehatan

2) Mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan


kesehatandan

3) Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan


dengankesehatan.

a) Cultural care preservation/maintenance

 Identifikasi perbedaan konsep antaraklien dan perawat


tentang proses melahirkan dan perawatan bayi

 Bersikaptenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi


dengan klien

 Mendiskusikankesenjangan budaya yang dimiliki klien dan


perawat

b) Cultural care accomodation/negotiation

 Gunakan bahasa yang mudahdipahami oleh klien

 Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan

 Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi


dimana kesepakatanberdasarkan pengetahuan biomedis,
pandangan klien dan standar etik.

c) Cultural care repartening/reconstruction

 Beri kesempatan pada klien untukmemahami informasi


yang diberikan dan melaksanakannya.
 Tentukan tingkatperbedaan pasien melihat dirinya dari
budaya kelompok

 Gunakan pihakketiga bila perlu.

 Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam


bahasakesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan
keluarga.

 Berikan informasipada klien tentang sistem pelayanan


kesehatan.

Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya


masing-masing melaluiproses akulturasi, yaitu proses
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya
yangakhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila
perawat tidak memahami budayaklien maka akan timbul rasa
tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara
perawatdengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien
amat mendasari efektifitaskeberhasilan menciptakan hubungan
perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

d. Evaluasi

Asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan


kliententang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi
budaya klienyang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya
baru yang mungkinsangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien.
Melalui evaluasi dapat diketahuiasuhan keperawatan yang sesuai dengan latar
belakang budaya klien.

7. Contoh Transkultural Dalam Keperawatan


Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup

Pantangan Ny W yaitu memakan makanan jantung pisang,gurita dan air kelapa


sedangkan suaminya pantang memanjat pohon kelapa atau pohon yang tinggi, alasannya
yaitu jika memakan jantung pisang dapat membahayakan tinggi kehamilannya, dan jika
memakan gurita mungkin dapat menggugurkan kehamilannya karna gurita itu licin,
sedangkan air kelapa memang kehamilan usia muda tidak di perbolehkan meminum air
kelapa. Dan pada suami di larang memanjat pohon yang tinggi karena takut
kehamilannya gugur karna di ibaratkan jatuh dari pohon.

Klien nama Ny.W,30 tahun, beragama Islam, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan
petani, suku jawa, diagnosis medis abortus. Klien hamil 12 minggu, klien sangat
mengharapkan memiliki anak. Klien mengeluh mengalami pendarahan dan perut mulas-
mulas selama 3 hari. Klien dianjurkan untuk kuratase. Klien memeriksakan kehamilannya
di dukun dan berencana akan melahirkan di sana. Klien mendapat informasi tentang
kehamilan dari mertua. Klien masih percaya pada sihir dan hal-hal gaib, mereka percaya
banyak anak banyak rejeki dan percaya bahwa abortus merupakan perbuatan dosa.
Setelah di diagnosis abortus, klien tidak menerima dan merencanakan akan berobat ke
dukun. Mereka menganggap hal itu akibat ibunya melanggar pantangan dalam
menyediakan sesaji. Hubungan kekerabatan yang lebih dominan adalah pihak laki-laki,
pola pengambilan keputusan di pihak laki-laki. Pantangan makanan jantung pisang,
gurita, dan air kelapa sedangkan suaminya pantang memanjat pohon kelapa atau pohon
yang tinggi. Aturan dan kebijakan di atur oleh pemuka agama dan para santri. Ada
tabungan yang sudah di persiapkan oleh keluarga untuk persalinan ini.

Anda mungkin juga menyukai