Anda di halaman 1dari 36

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

Dosen Pengampu : Ns. Aditya Rahman S.Kep

Disusun Oleh :
Risma Yanti
NIM : 1800001027
Tingkat 2

AKADEMI KEPERAWATAN RS. EFARINA PURWAKARTA


Jln. Bungursari No.1 Cibening Purwakarta Jawa Barat
Tahun 2020
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh mengurus
pergerakan. Komponen utama sistem muskuloskeletal adalah jaringan ikat.
Sistem ini terdiri atas tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa, dan
jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
1. Embriologi Tulang
Pengetahuan tentang pembentukan, pertumbuhan, dan maturasi tulang
merupakan dasar asuhan keperawan sistem muskuloskeletal. Pembentukan
dan perkembangan merupakan suatu proses morfologik yang unik serta
melibatkan perubahan biokimia.
Perkembangan tulang terjadi melalui dua tahap, yaitu:
a. Pada minggu ke-5 perkembangan embrio, tulang rawan terbentuk dari
prakartilago. Ada 3 jenis tulang rawan, yaitu tulang rawan hialin,
tulang rawan fibrin, dan tulang rawan elastis.
b. Selain minggu ke-7 perkembangan embrio, tulang akan terbentuk
melalui dua cara, yaitu:
1) Secara langsung. Pada proses ini tulang akan terbentuk secara
langsung dari membran tulang dalam bentuk lembaran, misalnya
pada tulang muka, pelvis, skapula, dan tulang tengkorak.
merupakan rangka dari trabekula tulang yang penyebaranya
secara radial.
2) Secara tidak langsung. Pada proses ini tulang terbentuk dari
tulang rawan. Proses penulangan tulang rawan terjadi melalui 2
cara, yaitu:
a) Osifikasi sentral.
b) Osifikasi perifer.
2. Tulang sebagai struktur dan organ
Tulang membentuk rangka penujnang dan pelindung bagi tubuh dan
menjadi tempat melekatnya otot- otot yang menggerakan kerangka tubuh.
Tulang adalah jaringan yang berstruktur dengan baik dan mempunyai 5
fungsi utama yaitu :
a. Membentuk kerangka badan
b. Sebagai pengumpul dan tempat melekat otot
c. Sebagai bagian dan tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat
dalam seprti otak, sumsum tulangbelakang, jantung, dan paru-paru
d. Sebagai tempat mengatur dan deposit kalsium, fosfat, magnesium, dan
garam
3. Pertumbuhan tulang
Pertumbuhan interstisial tidak dapat terjadi didalam tulang. Oleh karena
itu, pertumbuhan interstisial terjadi melalui proses oksivikasi indro kondal
pada tulang rawan. Pada dua lokasi pertumbuhan tulang rawan pada tulang
panjang yaitu:
a. Tulang rawan artikuler. Pertumbuhna tulang panjang terjadi pada daerah
tulang rawan artikuler dan merupakan tempat satu satunya bagi tulang
untuk bertumbuh pada daerah epifisis.
b. Tulang rawan lempeng epifisis. Tulang rawan lempeng epifisis
merupakan kemungkinan metafisis dan diafisis untuk bertumbuh
memanjang. Pada daerah pertumbuhan ini terjadi keseimbangan antara
dua proses, yaitu:
1) Proses prtumbuhan. Adanya pertumbuhan intertsisial tulang
rawan dari lemoeng epifisis memungkingkan terjadinya
penebalan tulang .
2) Proses klasifikasi. Kematian dan penggatian tulang rawan pada
daerah permukaan metafisis terjadi melalui proses osifikasi.

B. Anatomi tulang
Secara garis besar tulang dibagi menjadi enam :
1. Tulang panjang (long bone), misalnya tibia, fibula, ulna, dan humerus.
Daerah batas disebut diafisis dan daerah yang berdekatan dengan garis
epifisis disebut metafisis. Di daerah ini sangat sering di temukan adanya
kelainan atau penyakit karena daerah ini merupakan daerah metabolik yang
aktif dan banyak mengandung pembuluh darah. Kerusakan atau kelainan
perkembangan pada daerah lempeng epifisis akan menyebabkan kelainan
pertumbuhan tulang.
2. Tulang pendek ( short bone), misalnya tulang-tulang karpal.
3. Tulang pipih (flat bone), misalnya tulang parietal, iga, skapula, dan pelvis.
4. Tulang tak beraturan (iregular bone), misalnya tulang vertebra.
5. Tulang sesamoid misalnya tulang patela.
6. Tulang sutura (sutural bone), ada di atap tengkorak.
Berdasarkan histologi, pertumbuhan tulang terbagi menjadi 2 jenis :
a. Tulang imatur (non-lamelar bone, woven bone, fiber bone), terbentuk pada
perkembangan embroinal dan tidak terlihat lagi pada usia 1 tahun. Tulang
imatur mengandung jaringan kolagen.
b. Tulanng matur (mature bone, lamelar bone), ada dua jenis, yaitu tulang
kortikal (cortical bone, dense bone, compact bone) dan tulang trabikular
(cancellous bone, trabecular bone, spongiosa)

C. Fisiologi sel tulang


Tulang adalahsuatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel :
osteoblas, osteosit, dan osteoklas.
1. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe 1 dan
proteoglikan sebagai matris tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses
yang disebut osifikasi . Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan
osteoid,osteoblas menyekresikan sejumlah besar fosfatase alkali yang
memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat
kedalam matriks tulang. Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki aliran
darah sehingga kadar fosfatase alkali didalam daerah dapat menjadi indikator
yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah jadi indikator yang
baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau
pada kasus metastasis kanker ketulang.
2. Osteosit adalah sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan
untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
3. Osteoklat adalah sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan
matriks tulang dapat diabsorpsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit,
osteoklas mengikis tulang. Sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang
memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang
sehingga kalsium dan fosfat terlepas kedalam aliran darah.
D. Definisi Amputasi

Amputasi berasal dari kata “amputare“ yang kurang lebih diartikan


“pancung“. Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh
sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang
dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi
pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan
tekhnik lain atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan
tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat
menimbulkan komplikasi infeksi. Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang
melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persarafan,
sistem muskuloskeletal dan sisem cardiovaskuler.
Adapun pengertian amputasi menurut LeMone (2008) Amputasi adalah
pemotongan sebagian atau seluruh dari anggota ekstremitas. Amputasi
merupakan tidakan dari proses yang akut, seperti kejadian kecelakaan atau
kondisi yang kronik, misalnya penyakit pembuluh perifer, diabetes mellitus
Hal yang sama diungkapkan juga oleh Lukman dan Ningsih (2009),
amputasi adalah pengangkatan/pemotongan/pembuangan sebagian anggota
tubuh/gerak yang disebabkan oleh adanya trauma, gangguan peredaran darah,
osteomeilitis, dan kanker tulang melalui proses pembedahan.

E. Etiologi

Indikasi utama bedah amputasi adalah :


1. Iskemia. Karena penyakit vaskularisasi perifer (sering terjadi sebagai gejala
sisa diabetes militus), gangrene, tumor ganas, infeksi dan arterosklerosis.
Penyakit vaskularisasi perifer merupakan penyebab tertinggi amputasi
ekstremitas bawah (Smeltzer,2002).
2. Trauma. Dapat diakibatkan karena perang, kecelakaan thermal injury seperti
luka bakar, cedera remuk dan sebagainya.
Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi :
1. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
2. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
3. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
4. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
5. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
6. Deformitas organ.
7. Trauma

F. Patofisiologi

Penyakit pembuluh darah perifer merupakan pemnyebab terbesar dari


amputasi anggota gerak bagian bawah. Biasanya penyebab dari penyakit
pembuluh darah perifer adalah hipertensi, diabetes, hiperlipidemia. Penderita
neuropati perifer terutama klien dengan diabetes melitus mempunyai resiko untuk
amputasi. Pada neuropati perifer biasanya kehilangan sensor untuk merasakan
adanya luka dan infeksi. Tidak terawatnya luka dapat infeksi dapat menyebabkan
terjadinya gangren dan membutuhkan tindakan amputasi.
Insiden amputasi paling tinggi terjadi pada laki-laki usia muda. Biasanya
amputasi di indikasikan karena kecelakaan kendaraan terutama motor, atau
kecelakaan penggunaan mesin saat bekerja. Kejadian ini juga dapat terjadi pada
orang dewasa namun presentasinya lebih sedikit dibanding dengan kalangan
muda. Amputasi di indikasikan bagi klien dengan gangguan aliran darah baik
akut maupun kronis. Pada situasi trauma akut, dimana anggota tubuhnya terputus
sebagian atau seluruhnya akan mengalami kematian jaringan. Walaupun
replantasi jari, bagian tubuh yang kecil, atau seluruh anggota tubuh sukses. Pada
proses penyakit kronik,sirkulasi mengalami gangguan sehingga terjadi kebocoran
protein pada intersisium sehingga terjadi edema. Edema menambah resiko
terjadinya cedera dan penurunan sirkulasi. Ulkus yang ada menjadi berkembang
karena terinfeksi yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan yang membuat
bakteri mudah berkembangbiak. Infeksi yang terus bertumbuh membahayakan
sirkulasi selanjutnya dan akhirnya memicu gangren, dan dibutuhkan tindakan
amputasi (LeMone, 2008).
Selain dari data diatas, penyebab atau faktor predisposisi terjadinya amputasi
diantaranya ialah terjadinya fraktur multiple organ tubuh yang yangt tidak
mungkin dapat diperbaiki, kehancuran jaringan kuli yang tidak mungkin
diperbaiki, gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat, infeksi yang
berat atau berisiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya, ada tumor pada
organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif, deformitas organ (Bararah
dan Jauhar, 2013).
G. Manifestasi Klinis
1. Kehilangan anggota gerak (ektremitas atas atau bawah)
2. Nyeri pada bagian yang diamputasi yang berasal dari neuroma ujung saraf
yang dekat dengan permukaan.
3. Edema yang apabila tidak ditangani menyebabkan hiperplasia varikosa
dengankeronitis.
4. Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal atau aterom)
5. Busitis (terbentuk bursa tekanan antara penonjolan tulang dan kulit)
6. Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan furunkulitis.
7. Sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti proses kehilangan.

H. Jenis – jenis amputasi


1. Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :
a. Amputasi selektif/terencana. Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit
yang terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik serta terpantau
secara terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan
alternatif terakhir.
b. Amputasi akibat trauma. Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat
trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah
memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum
klien.
c. Amputasi darurat. Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim
kesehatan. Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang
cepat seperti pada trauma dengan patah tulang multiple dan
kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
2. Jenis amputasi yang dikenal adalah :
a. Amputasi terbuka. Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang
berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.
Amputasi terbuka dilakukan pada luka yang kotor, seperti luka perang
atau infeksi berat antara lain gangrene, dibuat sayatan dikulit secara
sirkuler sedangkan otot dipotong sedikit proximal dari sayatan kulit dan
digergaji sedikit proximal dari otot.
b. Amputasi tertutup. Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih
memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang
dibuat dengan memotong kurang lebih 5 sentimeter dibawah potongan
otot dan tulang. Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan
selanjutnya meliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi,
menjaga kekuatan otot/mencegah kontraktur, mempertahankan intaks
jaringan, dan persiapan untuk penggunaan protese ( mungkin ). Amputasi
tertutup dibuat flap kulit yang direncanakan luas dan bentuknya secara
teliti untuk memperoleh kulit penutup ujung putung yang baik dengan
lokasi bekas pembedahan
3. Tingkatan Amputasi
a. Estremitas atas. Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan
kanan atau kiri. Hal ini berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperti
makan, minum, mandi, berpakaian dan aktivitas yang lainnya yang
melibatkan tangan. Ekstremitas atas, terdiri dari : telapak, pergelangan
tangan, lengan bawah, siku dan lengan atas.
b. Ekstremitas bawah. Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua
atau sebagian dari jari-jari kaki yang menimbulkan penurunan seminimal
mungkin kemampuannya. Ekstremitas bawah terdiri dari : jari kaki dan
kaki, proksimal sendi pergelangan kaki, tungkai bawah, tungkai atas,
sendi panggul, lutut, hemipeivektomi. Adapun amputasi yang sering
terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi dua letak amputasi yaitu :
1) Amputasi dibawah lutut (below knee amputation).Ada 2 metode
pada amputasi jenis ini yaitu amputasi pada nonischemic limb dan
inschemic limb.
2) Amputasi diatas lutut Amputasi ini memegang angka penyembuhan
tertinggi pada pasien dengan penyakit vaskuler perifer.
3) Nekrosis. Pada keadaan nekrosis biasanya dilakukan dulu terapi
konservatif, bila tidak berhasil dilakukan reamputasi dengan level
yang lebih tinggi.
4) Kontraktur. Kontraktur sendi dapat dicegah dengan mengatur letak
stump amputasi serta melakukan latihan sedini mungkin. Terjadinya
kontraktur sendi karena sendi terlalu lama diistirahatkan atau tidak di
gerakkan.
5) Neuroma. Terjadi pada ujung-ujung saraf yang dipotong terlalu
rendah sehinggamelengket dengan kulit ujung stump. Hal ini dapat
dicegah dengan memotong saraf lebih proximal dari stump sehingga
tertanam di dalam otot.
6) Phantom sensation. Hampir selalu terjadi dimana penderita
merasakan masih utuhnya ekstremitas tersebut disertai rasa nyeri.
Hal ini dapat diatasi dengan obat-obatan, stimulasi terhadap saraf
dan juga dengan cara kombinasi.

I. Komplikasi
Komplikasi amputasi meliputi pendarahan, infeksi, dan kerusakan kulit.
Karena ada pembuluh dasar yang dipotong, dapat terjadi perdarahan masif.
Infeksi merupakan infeksi pada semua pembedahan; dengan peredaran darah
buruk atau kontaminasi luka setelah amputasi traumatika, risiko infeksi
meningkat. Penyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat prostesis dapat
menyababkan kerusakan kulit.

J. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto rongent untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang.
2. Led peninggian mengidentifikasi respon inflamasi
3. Pemeriksaan biopsy untuk menilai hasil biopsy dari kemungkinan keganasan
jaringan yang diambil.
4. Kultur luka mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab
5. Angiografi dan pemeriksaan aliran darah mengevaluasi perubahan
sirkulasi/perfusi jaringan dan membantu memperkirakan potensial
penyembuhan jaringan setelah amputasi.

K. Penatalaksanaan
Tujuan utama pembedahan adalah mencapai penyembuhan luka amputasi
dan menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit
yang sehat . pada lansia mungkin mengalami kelembatan penyembuhan luka
karena nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan lainnya. Percepatan
penyembuhan dapat dilakukan dengan penanganan yang lembut terhadap sisa
tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan balutan kompres lunak (rigid)
dan menggunakan teknik aseptik dalam perawatan luka untuk menghindari
infeksi.
1. Balutan rigid tertutup
Balutan rigid adalah balutan yang menggunakan plaster of paris yang
dipasang waktu dikamar operasi. Pada waktu memasang balutan ini harus
direncanakan apakah penderita harus imobilisasi atau tidak dan
pemasangan dilengkapi tempat memasang ekstensi prosthesis sementara
(pylon) dan kaki buatan. Balutan ini sering digunakan untuk
mendapatkan kompresi yang merata, menyangga jaringan lunak dan
mengontrol nyeri dan mencegah kontraktur. Kaoskaki steril dipasang
pada sisi steril dan bantalan dipasang pada daerah peka tekanan. Sisa
tungkai (punting) kemudian dibalut dengan gips elastic yang ketika
mengeras akan memberikan tekanan yang merata. Hati-hati jangan
sampai menjerat pembuluh darah. Gips diganti sekitar 10-14 hari. Bila
terjadi peningkatan suhu tubuh, nyeri berat atau gips mulai longgar harus
segara diganti.
2. Balutan lunak
Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila
diperlukan inspeksi berkala sisa tungkai (puntung) sesuai kebutuhan.
Bidai imobilisasi dapat dibalutkan pada balutan. Hematoma puntung
dikontrol dengan alat drainase luka untuk meminimalkan infeksi.
3. Amputasi bertahap
Amputasi bertahap dilakukan bila ada gangren atau infeksi. Pertama-
tama dilakukan amputasi guillotine untuk mengangkat semua jaringan
nekrosis dan sepsis. Luka didebridemen dan dibiarkan mengering. Jika
dalam beberapa hari infeksi telah terkontrol dank lien telah stabil,
dilakukan amputasi definitife dengan penutupan kulit.
4. Protesis
Kadang diberikan pada hari pertama pasca bedah sehingga latihan segera
dapat dimulai. Keuntungan menggunakan protesis sementara adalah
membiasakan klien menggunakan protesis sedini mungkin. Kadang
protesis darurat baru diberikan setelah satu minggu luka sembuh. Pada
amputasi, untuk penyakit pembuluh darah proteis sementara diberikan
setelah 4 minggu. Protesis ini bertujuan untuk mengganti bagian
ekstremitas yang hilang. Artinya defek system musculoskeletal harus
diatasi, temasuk defek faal. Pada ekstremitas bawah, tujuan protesis ini
sebagian besar dapat dicapai. Sebaliknya untuk ekstremitas atas tujuan itu
sulit dicapai, bahkan dengan tangan miolektrik canggih yang bekerja atas
sinyal miolektrik dari otot biseps dan triseps.

L. Pencegahan

1. Mengajarkan klien tentang hidup sehat


2. Pemeriksaan kesehatan teratur untuk deteksi penyakit diabetes melitus, dan
mengajarkan perawatan kaki
3. Memberitahu kebiasaan berkendara yang aman
4. Memberitahu tentang penggunaan mesin industri dengan prinsip K-3

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM


MUSKULOSKELETAL

PENGKAJIAN PRE OPERASI DAN POST OPERASI


1. Pre Operasi
Mempersiapkan kondisi fisik dan psikologis klien dalam menghadapi kegiatan
operasi. Pada tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang berkaitan dengan
kondisi fisik khususnya yang berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk menjalani
operasi.

a. Pengkajian Riwayat Kesehatan

Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang


mungkin dapat mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya penyakit
diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru.
Perawat juga mengkaji riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.

b. Pengkajian Fisik

Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum


kondisi tubuh klien secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan
operasi manakala tindakan amputasi merupakan tindakan
terencana/selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi tubuh sebaik
mungkin manakala merupakan trauma/ tindakan darurat.
Kondisi fisik yang harus dikaji :
1) Sistem Integumen:
Kulit secara umum: Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau
tingkat hidrasi.
Lokasi amputasi : Lokasi amputasi mungkin mengalami peradangan
akut atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan progesif.
Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi terhadap terjadinya stasis
vena atau gangguan venus return.
2) Sistem Cardiovaskuler :
Cardiac reserve : Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat
dilakukan pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator
fungsi jantung.
Pembuluh darah : Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui
penilaian terhadap elastisitas pembuluh darah.
3) Sistem Respirasi :
Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai adanya sianosis,
riwayat gangguan nafas.
4) Sistem Urinari :
Mengkaji jumlah urine 24 jam. Mengkaji adanya perubahan warna, BJ
urine.
Cairan dan elektrolit : Mengkaji tingkat hidrasi. Memonitor intake dan
output cairan.
5) Sistem Neurologis :
Mengkaji tingkat kesadaran klien. Mengkaji sistem persyarafan,
khususnya sistem motorik dan sensorik daerah yang akan diamputasi.
6) Sistem Muskuloskeletal :
Mengkaji kemampuan otot kontralateral.

c. Pengkajian Psikologis, Sosial, Spiritual

Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian


pada kondisi psikologis ( respon emosi ) klien yaitu adanya kemungkinan
terjadi kecemasan pada klien melalui penilaian klien terhadap amputasi
yang akan dilakukan, penerimaan klien pada amputasi dan dampak
amputasi terhadap gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat
operasi itu sendiri. Disamping itu juga dilakukan pengkajian yang
mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang mungkin timbul. Perawat
melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan memperhatikan
tingkatr persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri klien
dengan meninjau persepsi klien terhadap perilaku yang telah
dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh klien
sendiri, pandangan klien terhadap rendah diri antisipasif, gangguan
penampilan peran dan gangguan identitas.
Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara
seksama dan bersama-sama dengan klien melakukan pemilihan tujuan
tindakan dan pemilihan koping konstruktif. Adanya masalah kesehatan
yang timbul secara umum seperti terjadinya gangguan fungsi jantung dan
sebagainya perlu didiskusikan dengan klien setelah klien benar-benar siap
untuk menjalani operasi amputasi itu sendiri. Kesadaran yang penuh pada
diri klien untuk berusaha berbuat yang terbaik bagi kesehatan dirinya,
sehingga memungkinkan bagi perawat untuk melakukan tindakan
intervensi dalam mengatasi masalah umum pada saat pre operatif.

d. Laboratorik Tindakan pengkajian dilakukan juga dengan penilaian secara


laboratorik atau melalui pemeriksaan penunjang lain secara rutin dilakukan
pada klien yang akan dioperasi yang meliputi penilaian terhadap fungsi
paru, fungsi ginjal, fungsi hepar dan fungsi jantung.
e. Pemeriksaan diagnostik
1) Foto rontgen untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang.
2) CT Scan dilakukan untuk mengidentifikasi lesi neoplastik,
osteomeilitis, pembentukan hematoma.
3) Angiografi dan pemeriksaan aliran untuk mengevaluasi
perubahan sirkulasi/ perfusi jaringan dan membantu memperkirakan
potensi penyembuhan jaringan setelah amputasi.
4) Ultrasound Doppler, Flowmetri Doppler, dilakukan untuk mengkaji
dan mengukur aliran darah.
5) Tekanan O2 transkutaneus memberikan peta pada area perfusi
paling besar dan paling kecil dalam keterlibatan ekstremitas.
6) Termografi untuk mengukur perbedaan suhu pada tungkai iskemik di
dua sisi, dari jaringan kutaneus ke tengah tulang. Perbedaan yang
rendah antara dua pembacaan, makin besar untuk sembuh.
7) Plestimografi dilakukan untuk mengukur TD segmental bawah
terhadap ekstremitas bawah mengevaluasi aliran darah arterial.
8) LED mengukur peningkatan mengidentifikasi respon inflamasi.
9) Kultur luka mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab.
10) Biopsi mengonfirmasi diagnosis massa benigna/maligna.
11) Hitung darah lengkap/differensial untuk mengetahui peninggiann
dan pergeseran ke kiri diduga proses infeksi.

2. Post Operasi

a. Pada masa post operatif, perawat harus berusaha untuk mempertahankan


tanda-tanda vital, karena pada amputasi khususnya amputasi ekstremitas
bawah diatas lutut merupakan tindakan yang mengancam jiwa. yang perlu
diperhatikan selain tanda-tanda vital klien adalah, daerah luka, adanya
nyeri, dan kondisi yang menimbulkan depresi. Perawat melakukan
pengkajian tanda-tanda vital selama klien belum sadar secara rutin dan
tetap mempertahankan kepatenan jalas nafas, mempertahankan
oksigenisasi jaringan, memenuhi kebutuhan cairan darah yang hilang
selama operasi dan mencegah injuri.
b. Daerah luka diperhatikan secara khusus untuk mengidentifikasi adanya
perdarahan masif atau kemungkinan balutan yang basah, terlepas atau
terlalu ketat, selang drainase benar-benar tertutup. Kaji kemungkinan
saluran drain tersumbat oleh clot darah. Awal masa postoperatif, perawat
lebih memfokuskan tindakan perawatan secara umum yaitu menstabilkan
kondisi klien dan mempertahankan kondisi optimum klien.
c. Perawat bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien,
khususnya yang dapat menyebabkan gangguan atau mengancam kehidupan
klien. Berikutnya fokus perawatan lebih ditekankan pada peningkatan
kemampuan klien untuk membentuk pola hidup yang baru serta
mempercepat penyembuhan luka.
d. Mengatasi adanya nyeri yang dapat timbul pada klien seperti nyeri
panthom limb dimana klien merasakan seolah-olah nyeri terjadi pada
daerah yang sudah hilang akibat amputasi. Kondisi ini dapat menimbulkan
adanya depresi pada klien karena membuat klien seolah-olah merasa ‘tidak
sehat akal’ karena merasakan nyeri pada daerah yang sudah hilang. dalam
masalah ini perawat harus membantu klien mengidentifikasi nyeri dan
menyatakan bahwa apa yang dirasakan oleh klien benar adanya.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre Operasi
a. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan, krisis situasi.
b. Nyeri (akut) berhubungan dengan cedera fisik/jaringan trauma saraf.
c. Berduka antisipasi (anticipated grieving) berhubungan dengan kehilangan
akibat amputasi.
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan
berhubungan dengan salah satu interprestasi informasi, kurang terpajan
informasi, dan kesulitan mengingat.
2. Post Operasi
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka insisi sekunder
terhadap amputasi
b. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder
terhadap amputasi
c. Resiko komplikasi : infeksi, hemoragi, kontraktur, emboli lemak
berhubungan dengan amputasi.
d. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan aliran darah vena/arterial; edema jaringan; pembentukan
hematoma
e. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan ekstremitas.

FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL


1. Pre Operasi

Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan, ksisis situasi

Tujuan : Kecemasan pada klien dapat berkurang.


Kriteria Hasil : tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai dengan
dapat ditangani, mengakui dan mendiskusikan rasa takut, menunjukkan rentang
respon yang tepat.

Intervensi Rasional

Memberikan bantuan secara fisik dan Secara psikologis meningkatkan rasa


psikologis, memberikan dukungan aman dan meningkatkan rasa saling
moral. percaya.

Menerangkan prosedur operasi dengan Meningkatkan/memperbaiki


sebaik-baiknya. pengetahuann/persepsi klien.

Mengatur waktu kusus dengan klien Meningkatkan rasa aman dan


untuk mendiskusikan tentang memungkinkan klien melakukan
kecemasan klien. komunikasi secara lebih terbuka dan
akurat.

Dorong klien menggunakan manajemen Membantu memfokuskan kembali


stress seperti nafas dalam, bimbingan perhatian, meningkatan relaksasi, dan
imajinasi, visualisasi. dapat meningkatkan kemampuan
koping.

Diagnosa : Nyeri (akut) berhubungan dengan cedera fisik/jaringan dan trauma


saraf.

Tujuan : nyeri dapat berkurang atau hilang

Kriteria Hasil : Menyatakan nyeri hilang, tampak rileks dan mampu         
tidur/beristirahat dengan tepat.

Intervensi Rasional

Kaji nyeri sesuai PQRST membantu dalam evaluasi kebutuhan


dan keefektifan intervensi.

Ajarkan dan anjurkan teknik relaksasi Untuk mengurangi nyeri secara mandiri.
distraksi

Observasi keadaan luka Untuk mengetahui tingkat luka yang


menyebabkan nyeri.

Kolaborasi dalam pemberian analgetik Analgetik dapat mengurangi nyeri

Observasi keluhan nyeri local/kemajuan Dapat mengindikasikan adanya sindrom


yang tak hilang dengan analgetik. kompartemen khususnya cedera
traumatik.

Diagnosa : Ketakutan terantisipasi yang (anticipated grieving) berhubungan


dengan kehilangan akibat amputasi

Tujuan : klien dapat mendemonstrasikan kesadaran akan dampak pembedahan


pada citra diri.

Kriteria Hasil : Mengungkapkan perasaan bebas, tidak takut, menyatakan


perlunya membuat penilaian akan gaya hidup yang baru.

Intervensi Rasional

Anjurkan klien untuk mengungkapkan Mengurangi rasa tertekan pada diri


perasaan tentang dampak pembedahan klien, menghindarkan  depresi,
terhadap gaya hidup. meningkatkan dukungan mental.

Berikan informasi yang adekuat dan Membantu klien menggapai penerimaan


rasional tentang alasan pemilihan terhadap kondisinya melalui teknik
tindakan amputasi. rasionalisasi.
Berikan informasi bahwa amputasi Meningkatkan dukungan mental.
merupakan tindakan untuk memperbaiki
kondisi klien dan merupakan langkah
awal untuk menghindari
ketidakmampuan atau kondisi yang
lebih parah.  
Fasilitasi klien bertemu dengan orang strategi untuk meningkatkan adaptasi
dengan amputasi yang telah berhasil terhadap perubahan citra diri.
dalam penerimaan terhadap situasi
amputasi.

Diagnosa : Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan


berhubungan dengan salah satu interprestasi informasi, kurang terpajan
informasi, dan kesulitan mengingat,

Tujuan : menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan     pengobatan,


melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam    program pengobatan.

Intervensi Rasional

Kaji ulang proses penyakit/prosedur memberikan dasar pengetahuan di mana


bedah dan harapan klien yang akan klien dapat membuat pilihan
datang. berdasarkan informasi.

Tunjukkan cara perawatan prostese, dorong pemasangan yang tepat/pas,


tekankan pentingnya pemeliharaan mengurangi resiko komplikasi
secara rutin. dan memperpanjang pengguan prostese

Berikan penjelasan mengenai kondisi, memberikan pengertian dan pemahaman


prognosis, dan pengobatan. keepada klien.

2. Post Operasi

Diagnosa : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi bedah


sekunder amputasi

Tujuan : nyeri dapat hilang atau berkurang

Kriteria Hasil : Menyatakan nyeri hilang, ekspresi wajah rileks.

Intervensi Rasional

Kaji nyeri sesuai PQRST membantu dalam evaluasi kebutuhan


dan keefektifan            intervensi.

Ajarkan dan anjurkan teknik relaksasi Untuk mengurangi nyeri secara mandiri.
distraksi
Observasi keadaan luka Untuk mengetahui tingkat luka yang
menyebabkan nyeri.
Kolaborasi dalam pemberian analgetik Analgetik dapat mengurangi nyeri

Observasi keluhan nyeri local/kemajuan dapat mengindikasikan adanya sindrom


yang tak hilang dengan analgetik. kompartemen khususnya cedera
traumatik.
Diagnosa : Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra
tubuh sekunder amputasi.

Tujuan : mendemonstrasikan penerimaan diri pada situasi yang baru.

Kriteria Hasil : Menyatakan penerimaan terhadap situasi diri, mengenali dan


menyatu dengan perubahan dalam konsep diri yang akurat tanpa harga diri negatif,
membuat rencana untuk melanjutkan gaya hidup.

Intervensi Rasional

Validasi masalah yang dialami klien. Meninjau perkembangan klien.

Libatkan klien dalam melakukan Mendorong antisipasi meningkatkan


perawatan diri yang langsung. adaptasi pada perubahan citra tubuh.

Berikan dukungan moral. Meningkatkan status mental.

Hadirkan orang yang pernah amputasi Meningkatkan status mental.


yang telah menerima diri.

Diagnosa : Resiko tinggi terhadap komplikasi: infeksi, hemoragi, kontraktur,


emboli lemak berhubungan denganamputasi.

Tujuan : tidak terjadi komplikasi.

Kriteria Hasil : Tidak terjadi infeksi, tidak terjadi hemoragi, tidak ditemukan
adanya emboli.

Intervensi Rasional

Pertahankan teknik antiseptik bila meminimalkan kesempatan introduksi


mengganti balutan/merawat luka. bakteri.

Inpseksi balutan dan luka, perhatikan deteksi dini terjadinya infeksi


karakteristik drainase. memberikan kesempatan untuk
intervensi tepat waktu dan mencegah
komplikasi lebih serius.

Buka puntung terhadap udara, mempertahankan kebersihan,


pencucian dengan sabun ringan dan air meminimalkan kontaminasi kulit dan
setelah pembalutan dikontraindikasikan. meningkatkan penyembuhan kulit yang
lunak/rapuh.
Awasi tanda-tanda vital. peningkatan suhu, takikardia, dapat
menunjukkan terjadinya sepsis.

Diagnosa :  Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan


dengan penurunan aliran darah vena/arterial; edema jaringan; pembentukan
hematoma.

Tujuan : perubahan perfusi jaringan perifer tidak terjadi.

Kriteria Hasil : mempertahankan perfusi jaringan adekuat dibuktikan dengan nadi


perifer teraba, kulit hangat/kering, dan penyembuhan luka tepat waktu.

Intervensi Rasional

Awasi tanda-tanda vital, palpasi nadi indikasi umum status sirkulasi dan
perifer, perhatikan kekuatan dan keadekuatan perfusi.
kesamaan.
Lakukan pengkajian neurovaskuler edema jaringan pasca operasi,
periodik, contoh sensasi, gerakan,    pembentukan hematoma, atau balutan
nadi, warna kulit5 dan suhu. terlalu ketat dapat mengganggu sirkulasi
pada puttung, mengakibatkan nekrosis
jaringan.

Inspeksi alat balutan/drainase, kehilangan darah terus menerus


perhatikan jumlah dan karakteristik mengindikasikan kebutuhan untuk
balutan. tambahan cairan penggantian cairan dan
evaluasi untuk gangguan koagulasi atau
intervensi bedah untuk ligasi
pendarahan.

Diagnosa :  Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan


ekstremitas.

Tujuan : peningkatan mobilitas fisik pada tingkat yang paling mungkin.

Kriteria Hasil : mempertahankan posisi fungsi, dibuktikan oleh tidak adanya


kontraktur. Menunjukkan peningkatan kekuatan dan fungsi sendi serta tungkai
yang sakit.

Intervensi Rasional

Pertahankan tirah baring awal dengan memberikan waktu stabilisasi prostese


sendi yang sakit pada posisi yang dan pemulihan efek anestasi,
dianjurkan dan tubuh dalam kesejajaran. menurunkan risiko cedera.

Batasi penggunaan posisi fleksi panggul lama dapat


semifowler/tinggi, bila diindikasikan. meregangkan/dislokasi prostese baru.

Berikan penguatan posisitif terhadap meningkatkan perilaku posistif, dan


upaya-upaya. mendorong   keterlibatan terapi.

Lakukan/bantu rentang gerak pada sendi klien dengan penyakit degenarasi sendi
yang tak sakit. dapat secara tepat kehilangan fungsi
sendi selama periode pembatasan
aktivitas.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.A DENGAN GANGGUAN
SISTEM MUSKULOSKETELAL : AMPUTASI
DI RUANG X RSUD X
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Kawin
Tanggal Masuk : 19 April 2020
Tanggal Operasi : 21 April 2020
Tanggal Pengkajian : 21 April 2020
Dx. Medis : Amputasi Femur 1/3 Distal Dextra
Alamat : Ds. X Purwakarta RT. x RW. X

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. B
Umur : 45 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani

2. Pengkajian
a. Alasan utama datang ke RS :
Klien datang ke RS tanggal 19 April 2020 pukul 22.30 WIB diantar oleh
keluarga dengan keluhan luka sudah ada gangren dan mengeluarkan bau yang
tidak sedap.
b. Riwayat penyakit saat ini :
± 1 bulan yang lalu, klien mengalami patah tulang di paha dextra dan dibawa
ke RSUD. X dan di rujuk ke RSMH untuk dilakukan amputasi tetapi klien
tidak mau dan takut, akhirnya klien berobat ke dukun kampung dan diberi
ramuan obat-obatan berupa daun-daunan. Kemudian di bawa ke puskesmas
dan dirujuk kembali ke RSUD. X . Keadaan luka klien sudah busuk berwarna
hitam karena nekrosis dan nyeri hebta dengan skala 10 (skala numerik derajat
berat ) sudah terjadi infeksi dan peningkatan suhu tubuh ( 40 o C ). Pada
tanggal 21 April 2020 pukul 10.00 WIB dilakukan operasi. ± 2 jam setelah
operasi klien mengeluh nyeri hebat pada kaki kanan yang di amputasi, dengan
skala nyeri 8 (skala numerik derajat berat), klien belum bisa menerima dengan
keadaan tubuhnya yang sekarang.
c. Keluhan utama saat pengkajian :
Klien mengeluh kaki kanan terasa nyeri terutama pada saat luka post operasi
dipegang, dengan skala nyeri 8 (skala numerik derajat berat).
d. Riwayat kesehatan lalu :
Klien mengalami kecelakaan ± 1 bulan yang lalu sehingga terjadi fraktur
femur 1/3 distal dextra terbuka dan klien menyangkal ada riwayat penyakit
degeneratif seperti : hipertensi, diabetes mellitus.
e. Riwayat kesehatan keluarga :
Klien menyangkal di keluarga ada riwayat hipertensi, dan diabetes mellitus.
f. Riwayat pengobatan dan alergi :
Klien tidak ada riwayat alergi terhadap obat apapun
3. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum
Sakit/ Nyeri : sakit di daerah luka operasi dengan skala nyeri 8 (skala
numerik derajat berat ) terutama kalau lukanya di pegang/
ganti perban.
Sikap : menangis, gelisah menahan sakit
Kesadaran : compos mentis
Tanda tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/m
RR : 20 x/m
T : 37o C
Masalah Keperawatan : Nyeri

b. Data Sistemik
a. Sistem Persepsi Sensorik
Pendegaran : klien dapat mendengar suara
Penglihatan : klien dapat melihat benda, orang
Pengecap, penghidu: klien dapat merasakan makanan
Peraba : klien dapat merasakan rabaan/ rangsangan
Masalah keperawatan : tidak ada
b. Sistem Penglihatan
Nyeri tekan : tidak ada
Virus : klien mampu membaca dengan jarak 30 cm
Lapang pandang : normal
Bentuk : simetris
Alis : pertumbuhan rambut : sempurna
Konjungtiva : palpebra : anemis terpasang transfusi darah 1
kolf
Sclera : warna : putih OD/OS
Reflek : ada OD/OS
Pupil : isokor diameter normal ( 3 mm)
Respon cahaya : (+) pada OD/OS
Masalah keperawatan : tidak ada
c. Sistem Pernafasan
Frekuensi : 20 x/menit
Infeksi :
Bentuk dada simetris kanan dan kiri, tidak ada sumbatan pada jalan
nafas, statis, dinamis

Palpasi :
Tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan

Perkusi :
Sonor di paru kanan mulai ICS II kebawah redup hati di ICS V ke
bawah, sonor di paru kiri mulai ICS II kebawah dan redup jantung di
ICS IV ke bawah.

Auskultasi :
Suara nafas vesikuler di paru kanan dan kiri
Masalah keperawatan : tidak ada

d. Sistem Kardiovaskuler
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Akral : 370C
Denyut nadi : 84 x/menit
Inpeksi :
Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi :
Ictus cordis teraba

Perkusi :
Batas atas : ICS II
Batas kanan : LPS dekstra
Batas kiri : 4,7,10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ICS
IV, V, dan VIII.

Auskultasi :
Irama jantung teratur, tidak ada bunyi jantung tambahan
Masalah keperawatan : tidak ada

e. Sistem Saraf Pusat


Kesadaran : compos mentis
GCS : E : 4 M : 6 V : 5 = 15
Masalah keperawatan : Tidak ada
f. Sistem GastroIntestinal
Nafsu makan : Tidak ada perubahan, napsu makan ada
Diet : TKTP dan cara pemberian : makan biasa
Porsi makan : klien menghabiskan porsi makan yang
diberikan
Keluhan : Tidak ada
Bibir : mukosa bibir lembab
Kemampuan mengunyah : klien dapat mengunyah makanan tanpa
keluhan
Mulut dan tenggorokan : tidak ada gangguan
Kemmpuan menelan : mampu menelan
BAK : sejak post op klien belum BAB
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
g. Sistem Muskulo skelektal
Rentang gerak : terbatas, ekstremitas dekstra bawah klien di
amputasi, klien tidak bisa berjalan.
Kemampuan memenuhi : aktivitas dibantu keluarga aktivitas
sehari-hari seperti makan, minum, mandi,
BAK, BAB
Genggaman tangan : sebelah kiri kuat, kanan kuat
Otot kaki : sebelah kiri lemah, kanan (-)
Akral : 370C
Masalah keperawatan : Kerusakan mobilitas fisik

h. Sistem Integumen
Warna kulit : kemerahan di sekitar luka
Turgor : elastis
Luka :
- post operasi pada tungkai dextra
- keadaan luka tertutup perban
- panjang : 17 cm lebar : 2 cm
- Heating : 7 buah
Memar : tidak ada
- Klien mengatakan nyeri pada daerah yang dipotong
- Klien tampak meringis menahan nyeri sambil memegang paha
kanannya skala nyeri 8 ( berat ), nyeri bertambah saat bagian sekitar
luka tersentuh dengan skala nyeri 10 ( berat ).
Masalah keperawatan : - Nyeri
- Resti infeksi
- Kerusakan integritas kulit
i. Sistem Eliminasi
Urine : 1200 cc / 24 jam
Warna : kekuning-kuningan
Frek. BAK : 2x / hr
Masalah Keperawatan : tidak ada

4. Data penunjang
Laboratorium tgl 20 April 2020 : Hasilnya
No. Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1. Ureum 18 mg/dl 10-50 mg/dl
2. Creatinin 0,5 mg/dl Po 0,6-1,1mg/dl
3. Hb 7,4 gr/dl P 12-16gr/dl
4. Ht 22 vol/% P 37-42 vol/%
5. Leukosit 8.900 / mm3 5000-10000/mm3
6. LED 96 mm/jam P < 15 mm/jam
7. Trombosit 16.8000 /mm3 150.000-400.000/mm3
8. Waktu perdarahan 4 menit 1-7 menit
9. Waktu pembekuan 10 menit 5.15 enit

5. Terapi yang diberikan 21 April 2020


No Terapi Indikasi / Golongan Dosis
1. IVFD RL gtt 20 x/menit
2. Tramadol Analgetik 2 ampul drip Rl
3. Cefotaxime Antibiotik 2x1 gram
4. Perawatan luka Hygiene 1x1 hari
5. Transfusi Darah 1 kolf

6. Pengkajian Masalah Psikologis, Sosio, Budaya Dan Spiritual


Psikologis
a. Klien mengatakan tidak percaya dengan keadaannya sekarang, klien
mengatakan malu bila kakinya yang dipotong dilihat orang jadi klien selalu
menyembunyikannya dengan cara diselimuti.
b. Klien mengatakan dirinya tidak berguna lagi karena tidak bisa membantu
pekerjaan rumah tangga yang biasa dia lakukan
c. Klien mengatakan dirinya sekarang pasti akan merepoti keluarganya
d. Klien juga menanyakan alat yang cocok untuk dipakai setelah pulang
dari RS nanti.
Masalah Keperawatan : Gangguan harga diri / citra diri
Sosial
Aktivitas dan peran klien dimasyarakat cukup baik, dan sekarang klien merasa
cemas akan keadaannya yang sekarang.
Budaya
Klien masih percaya dengan pengobatan tradisional ( dukun ).
Spiritual
Klien beragama islam dan keluarga klien berdoa untuk kesembuhan klien agar
cepat sembuh.

Analisis Data

No. Data Etiologi Masalah


1. DS : Faktor Etiologi Nyeri b/d
- Klien mengatakan nyeri trauma
terputusnya
pada daerah yang
Tindakan pembedahan ( Amputasi ) kontinuitas
dipotong
jaringan kulit
Terputusnya kontiunitas jaringan
DO :
-Klien tampak
Kerusakan integritas kulit
meringis menahan
Menstimulasi neurotransmiter BPH
nyeri sambil
memegang paha Pengeluaran neuro transmiter BPH
kanannya skala
Medula spinalis
nyeri 8, nyeri
Korteks serebri
bertambah saat
bagian sekitar luka SSP
tersentuh.
Nyeri
- klien tampak gelisah
menahan sakit
- TD : 120/80
mmHg
- N :84 x/m
- RR : 20 x/m
- T : 37 oC
- GCS E: 4 V:5
M: 6
2. DS: Gangguan citra
Faktor Etiologi tubuh
- Klien mengatakan tidak trauma
percaya dengan
Tindakan pembedahan ( Amputasi )
keadaannya sekarang,
Kehilangan angota tubuh
- klien mengatakan malu
bila kakinya yang Gangguan citra tubuh
dipotong dilihat orang
jadi klien selalu
disembunyikan dengan
cara diselimuti.
- Klien mengatakan dirinya
tidak berguna lagi
karena tidak bisa
membantu pekerjaan
rumah tangga yang
biasa dia lakukan
- Klien mengatakan
dirinya sekarang pasti
akan merepoti
keluarganya
- Klien juga menanyakan
alat yang cocok untuk
dipakai setelah pulang
dari RS nanti.
DO :
- klien tampak
kurang kooperatif
- klien tampak
mudah emosional
3. DS : Resti Infeksi /
- klien Faktor Etiologi Kerusakan
trauma Integritas Kulit
mengatakan sakit di
daerah luka operasi Tindakan pembedahan ( Amputasi )

Terputusnya kontiunitas jaringan


DO :
- terdapat luka
Kerusakan integritas kulit
operasi
Media berkembang biaknya kuman
- luka tampak
kemerahan Port de entry kuman
- luka tampak
Resti Infeksi
basah
- TD : 120/80
mmHg
- N :84 x/m
- RR : 20 x/m
- T : 37 oC
4. DS :
- klien Faktor Etiologi Kerusakan
trauma Mobilitas Fisik
mengatakan tidak
mau beraktifitas Tindakan pembedahan ( Amputasi )
karena sakit di daerah
Kehilangan angota tubuh
luka operasi
Kelemahan Otot
DO :
Kerusakan Mobilitas Fisik
- terdapat luka
operasi
- rentang gerak
terbatas
- kemampuan
memenuhi aktivitas
sehari-hari dibantu
keluarga seperti
makan, minum,
mandi, BAK, BAB

Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan kulit
2. Gangguan Citra Diri b/d aspek biopsikal, kehilangan bagian tubuhnya
3. Resti Infeksi b/d terputusnya kontinuitas jaringan kulit
4. Kerusakan Mobilitas Fisik b/d kehilangan bagian tubuhnya, nyeri

Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


. keperawata
n
1. Nyeri b/d Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV 1. Mengetahui
keadaan umum pasien
terputusnya keperawatan diharapkan
kontinuitas dalam waktu 1 X 6 jam 2. Monitor karakteristik 2. Untuk
nyeri ( skala, mengetahui tingkatan
jaringan kulit diharapkan nyeri hilang atau
frekuansi, durasi ) nyeri dan
terkontrol dengan kriteria mengintervensi
selanjutnya
hasil :
3. Letakkan kepala dengan
- Kesadaran compos posisi agak ditinggikan 3. Menurunkan
dalam posisi anatomis / tekanan arteri dengan
mentis
semifowler meningkatkan drainase
- GCS 15 dan meningkatkan
sirkulasi serebral
- TD : 120/80 mmHg
4. Lakukan teknik
- N: 60-80/mnt manajemen nyeri seperti 4. Memfokuskan
teknik relaksasi, kembali perhatian,
- RR 16-24/ mnt
distraksi meningkatkan relaksasi
- T: 360C dapat meningkatkan
mekanisme koping,
- Klien tampak tenang
mengurangi rasa nyeri.
- Klien tidak menangis
5. Kolaborasi dengan 5. Menurunkan rasa
lagi
dokter dalam pemberian nyeri
- Klien tidak nyeri lagi analgetik
dengan skala nyeri :
0-1 ( ringan )
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Dorong ekspesi 1. Ekspresi emosi
ketakutan, perasaan membantu pasien
Citra Diri keperawatan diharapkan
negatif, dan kehilangan mulai menerima
b/d aspek dalam waktu 1x6 jam bagian tubuh kenyataan dan
biopsikal, diharapkan gangguan citra realitas hidup tanpa
tungkai
kehilangan diri klien tidak terjadi dengan
2. Jelaskan kepada 2. Memberikan
bagian kriteria hasil :
pasien dan keluarga kesempatan untuk
tubuhnya. - KU baik bahwa klien dapat menanyakan dan
beraktivitas dengan mengasimililasi
- Klien bisa menerima
menggunakan alat bantu informasi dan mulai
keadaan dirinya seperti tongkat menerima perubahan
- Klien bisa gambaran diri dan
fungsi, dan dapat
bersosialisasi dengan membantu
keluarga, teman penyembuhan
- Klien mempunyai 3. Libatkan keluarga 3. Dukungan yang
dalam memberikan cukup dari orang
rasa percaya diri
dukungan emosional terdekat dan teman
- Klien merasa dapat membantu
keadaannya tidak proses rehabilitasi
akan merepotkan
4. Meningkatkan
4. Bantu klien dalam kemandirian dan
keluarganya
melakukan aktivitas meningkatkan
- Klien mengerti alat sehari-hari seperti duduk, perasaan harga diri
makan, minum
yang bisa dia pakai
untuk beraktivitas
5. Dukungan yang
cukup dari orang
5. Minta kepada
terdekat dan teman
keluarga agar tidak
dapat membantu
menjauhi klien
proses rehabilitasi
dan klien merasa
kehadirannya dapat
diterima

6. Membantu adaptasi
6. Berkolaborasi selanjutnya dan
dengan ahli rehabilitasi rehabilitasi
medik
7. Membantu adaptasi
selanjutnya dan
7. Berkolaborasi rehabilitasi mental
dengan psikologi klien
3. Resti Infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV 1. Untuk
b/d keperawatan diharapkan mengetahui keadaan
terputusnya dalam waktu 1 X 6 jam umum pasien
kontinuitas infeksi tidak terjadi dengan 2. Kaji tanda – tanda
jaringan kriteria hasil : infeksi seperti color, 2. mengetahui
kulit. - Klien mengatakan colour, dolor, rubor dan keadaan luka
tidak sakit di daerah tumor
luka operasi
- Luka tampak kering 3. Mencuci tangan 3. mencegah
- Tidak ada pus sebelum dan sesudah terjadinya infeksi
- TD : 120/80 mmHg melakukan tindakkan
- N : 60 - 100 x/m
4. mempercepat
- RR : 16 - 24 x/m 4. lakukan Perawatan proses penyembuhan
luka dengan tehnik septik luka
- T : 37 oC
dan aseptik
- Tidak terjadi tanda- 5. mencegah
5. Ciptakan terjadinya kontaminasi
tanda infeksi :
lingukungan yang nyaman silang
 rubor seperti batasi pengunjung
6. mencegah
 dolor 6. Berkolaborasi terjadinya infeksi
 calor dengan dokter dalam
pemberian obat antibiotik
 tomor
 fungsiolaesa
4 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1.Bantu pasien dalam 1. meningkatkan
mobilitas keperawatan diharapkan melakukan aktifitas dari kemandirian pasien
fisik b/d dalam waktu 1 X 6 jam klien tidur keduduk dalam melakukan
kehilangan dapat melakukan aktifitas
bagian tubuh mobilitasfisik dengan kriteria 2.Libatkan anggota keluarga
hasil : dalam memenuhi kebuthan 2. menghindari
- Klien mau klien kecelakaan yang tidak
melakukan aktifitas diinginkan
secara mandiri
- Luka tanpak kering 3.Jelaskan dan beri
- Rentang gerak aktif dukungan kepada klien 3. meningkatkan
- Mampu melakukan bahwa klien mampu untuk kemandirian klien
aktifitas sehari-hari beraktivitas secara mandiri dalam memenuhi
seperti makan, walaupun klien kehilangan aktivitas
minum, mandi, bab, bagian tubuhnya.
bak, duduk, berdiri
4.Berkolaborasi dengan tim
fisioterapi
4. Meningkatkan
kemampuan klien
dalam beraktivitas
Implementasi & Evaluasi Keperawatan
No Diagnosa Tanggal/ Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan jam
1 Nyeri b/d 1. Mengukur TTV saat ganti S : Klien mengatakan nyeri
perban pada daerah yang dipotong
terputusnya
O:
kontinuitas 2. Mengukur skala nyeri, - Klien tampak meringis
durasi, frekuensi menahan nyeri sambil
jaringan kulit.
memegang paha
3. Memberikan bantal pada kanannya
tempat tidur pasien - skala nyeri 8, nyeri
bertambah saat bagian
4. Mengajarkan klien tarik sekitar luka tersentuh.
nafas dalam, dan mengajak - klien tampak gelisah menahan
21 April klien untuk bercerita tentang sakit
2020 keluarganya - TD : 120/80 mmHg
- N :84 x/m
5. Memberikan injeksi - RR : 20 x/m
tramadol - T : 37 oC
GCS E: 4 V:5 M: 6

A : Masalah belum
teratasi

P : Intervensi
dilanjutkan

2 Gangguan Citra 21 April 1. Mendorong klien untuk S:


2020 mengungkapkan - Klien mengatakan tidak
Diri b/d aspek
perasaannya mengenai percaya dengan keadaannya
biopsikal, keadaannya sekarang sekarang,
- klien mengatakan malu
kehilangan bagian
2. Memberikan penjelasan kakinya dipotong dilihat
tubuhnya. kepada keluarga dan klien orang jadi klien selalu
bahwa klien bisa disembunyikan dengan cara
menggunakan tongkat untuk diselimuti.
beraktivitas - Klien mengatakan dirinya tidak
berguna lagi karena tidak bisa
3. Melibatkan keluarga dalam membantu pekerjaan rumah
memberikan dukungan tangga yang biasa dia lakukan
emosional sehingga akan merepotkan
keluarganya
4. Membantu klien dalam - Klien juga menanyakan alat
melakukan aktivitas sehari- yang cocok untuk dipakai
hari seperti duduk, makan, setelah pulang dari RS nanti
minum
5. Meminta kepada keluarga O :
agar tidak menjauhi klien - klien tampak kurang
kooperatif
- klien tampak mudah
emosional

A : masalah belum
teratasi

P : intervensi
Diteruskan
3 Resti Infeksi b/d 1. Mengukur TTV S:
terputusnya - klien mengatakan
kontinuitas 2. Melihat tanda – tanda
jaringan kulit. infeksi pada luka sakit di daerah luka
operasi
3. Mencuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan
tindakkan O:
- terdapat luka operasi
- luka tampak
4. Melakukan perawatan luka
21 April dengan tehnik septik dan kemerahan
2020 aseptik - luka tampak basah
5. Menciptakan lingukungan - TD : 120/80 mmHg
yang nyaman seperti batasi - N :84 x/m
pengunjung
- RR : 20 x/m
6. Memberikan obat - T : 37 oC
cefotaxime
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
4 Kerusakan 1. Membantu pasien dalam S :
mobilitas fisik b/d melakukan aktifitas dari - klien mengatakan tidak mau
kehilangan bagian tidur keduduk beraktifitas karena sakit di
tubuh daerah luka operasi
2. Melibatkan anggota O :
keluarga dalam memenuhi - terdapat luka operasi
kebutuhan klien - rentang gerak terbatas
21 April kemampuan memenuhi
2020 3. Jelaskan dan beri dukungan aktivitas sehari-hari dibantu
kepada klien bahwa klien keluarga seperti makan,
mampu untuk beraktivitas minum, mandi, BAK,
secara mandiri walaupun A : masalah belum
klien kehilangan bagian teratasi
tubuhnya. P : intervensi
dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai