Disusun Oleh :
Risma Yanti
NIM : 1800001027
Tingkat 2
B. Anatomi tulang
Secara garis besar tulang dibagi menjadi enam :
1. Tulang panjang (long bone), misalnya tibia, fibula, ulna, dan humerus.
Daerah batas disebut diafisis dan daerah yang berdekatan dengan garis
epifisis disebut metafisis. Di daerah ini sangat sering di temukan adanya
kelainan atau penyakit karena daerah ini merupakan daerah metabolik yang
aktif dan banyak mengandung pembuluh darah. Kerusakan atau kelainan
perkembangan pada daerah lempeng epifisis akan menyebabkan kelainan
pertumbuhan tulang.
2. Tulang pendek ( short bone), misalnya tulang-tulang karpal.
3. Tulang pipih (flat bone), misalnya tulang parietal, iga, skapula, dan pelvis.
4. Tulang tak beraturan (iregular bone), misalnya tulang vertebra.
5. Tulang sesamoid misalnya tulang patela.
6. Tulang sutura (sutural bone), ada di atap tengkorak.
Berdasarkan histologi, pertumbuhan tulang terbagi menjadi 2 jenis :
a. Tulang imatur (non-lamelar bone, woven bone, fiber bone), terbentuk pada
perkembangan embroinal dan tidak terlihat lagi pada usia 1 tahun. Tulang
imatur mengandung jaringan kolagen.
b. Tulanng matur (mature bone, lamelar bone), ada dua jenis, yaitu tulang
kortikal (cortical bone, dense bone, compact bone) dan tulang trabikular
(cancellous bone, trabecular bone, spongiosa)
E. Etiologi
F. Patofisiologi
I. Komplikasi
Komplikasi amputasi meliputi pendarahan, infeksi, dan kerusakan kulit.
Karena ada pembuluh dasar yang dipotong, dapat terjadi perdarahan masif.
Infeksi merupakan infeksi pada semua pembedahan; dengan peredaran darah
buruk atau kontaminasi luka setelah amputasi traumatika, risiko infeksi
meningkat. Penyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat prostesis dapat
menyababkan kerusakan kulit.
J. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto rongent untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang.
2. Led peninggian mengidentifikasi respon inflamasi
3. Pemeriksaan biopsy untuk menilai hasil biopsy dari kemungkinan keganasan
jaringan yang diambil.
4. Kultur luka mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab
5. Angiografi dan pemeriksaan aliran darah mengevaluasi perubahan
sirkulasi/perfusi jaringan dan membantu memperkirakan potensial
penyembuhan jaringan setelah amputasi.
K. Penatalaksanaan
Tujuan utama pembedahan adalah mencapai penyembuhan luka amputasi
dan menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit
yang sehat . pada lansia mungkin mengalami kelembatan penyembuhan luka
karena nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan lainnya. Percepatan
penyembuhan dapat dilakukan dengan penanganan yang lembut terhadap sisa
tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan balutan kompres lunak (rigid)
dan menggunakan teknik aseptik dalam perawatan luka untuk menghindari
infeksi.
1. Balutan rigid tertutup
Balutan rigid adalah balutan yang menggunakan plaster of paris yang
dipasang waktu dikamar operasi. Pada waktu memasang balutan ini harus
direncanakan apakah penderita harus imobilisasi atau tidak dan
pemasangan dilengkapi tempat memasang ekstensi prosthesis sementara
(pylon) dan kaki buatan. Balutan ini sering digunakan untuk
mendapatkan kompresi yang merata, menyangga jaringan lunak dan
mengontrol nyeri dan mencegah kontraktur. Kaoskaki steril dipasang
pada sisi steril dan bantalan dipasang pada daerah peka tekanan. Sisa
tungkai (punting) kemudian dibalut dengan gips elastic yang ketika
mengeras akan memberikan tekanan yang merata. Hati-hati jangan
sampai menjerat pembuluh darah. Gips diganti sekitar 10-14 hari. Bila
terjadi peningkatan suhu tubuh, nyeri berat atau gips mulai longgar harus
segara diganti.
2. Balutan lunak
Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila
diperlukan inspeksi berkala sisa tungkai (puntung) sesuai kebutuhan.
Bidai imobilisasi dapat dibalutkan pada balutan. Hematoma puntung
dikontrol dengan alat drainase luka untuk meminimalkan infeksi.
3. Amputasi bertahap
Amputasi bertahap dilakukan bila ada gangren atau infeksi. Pertama-
tama dilakukan amputasi guillotine untuk mengangkat semua jaringan
nekrosis dan sepsis. Luka didebridemen dan dibiarkan mengering. Jika
dalam beberapa hari infeksi telah terkontrol dank lien telah stabil,
dilakukan amputasi definitife dengan penutupan kulit.
4. Protesis
Kadang diberikan pada hari pertama pasca bedah sehingga latihan segera
dapat dimulai. Keuntungan menggunakan protesis sementara adalah
membiasakan klien menggunakan protesis sedini mungkin. Kadang
protesis darurat baru diberikan setelah satu minggu luka sembuh. Pada
amputasi, untuk penyakit pembuluh darah proteis sementara diberikan
setelah 4 minggu. Protesis ini bertujuan untuk mengganti bagian
ekstremitas yang hilang. Artinya defek system musculoskeletal harus
diatasi, temasuk defek faal. Pada ekstremitas bawah, tujuan protesis ini
sebagian besar dapat dicapai. Sebaliknya untuk ekstremitas atas tujuan itu
sulit dicapai, bahkan dengan tangan miolektrik canggih yang bekerja atas
sinyal miolektrik dari otot biseps dan triseps.
L. Pencegahan
b. Pengkajian Fisik
2. Post Operasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre Operasi
a. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan, krisis situasi.
b. Nyeri (akut) berhubungan dengan cedera fisik/jaringan trauma saraf.
c. Berduka antisipasi (anticipated grieving) berhubungan dengan kehilangan
akibat amputasi.
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan
berhubungan dengan salah satu interprestasi informasi, kurang terpajan
informasi, dan kesulitan mengingat.
2. Post Operasi
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka insisi sekunder
terhadap amputasi
b. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder
terhadap amputasi
c. Resiko komplikasi : infeksi, hemoragi, kontraktur, emboli lemak
berhubungan dengan amputasi.
d. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan aliran darah vena/arterial; edema jaringan; pembentukan
hematoma
e. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan ekstremitas.
Intervensi Rasional
Kriteria Hasil : Menyatakan nyeri hilang, tampak rileks dan mampu
tidur/beristirahat dengan tepat.
Intervensi Rasional
Ajarkan dan anjurkan teknik relaksasi Untuk mengurangi nyeri secara mandiri.
distraksi
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
2. Post Operasi
Intervensi Rasional
Ajarkan dan anjurkan teknik relaksasi Untuk mengurangi nyeri secara mandiri.
distraksi
Observasi keadaan luka Untuk mengetahui tingkat luka yang
menyebabkan nyeri.
Kolaborasi dalam pemberian analgetik Analgetik dapat mengurangi nyeri
Intervensi Rasional
Kriteria Hasil : Tidak terjadi infeksi, tidak terjadi hemoragi, tidak ditemukan
adanya emboli.
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Awasi tanda-tanda vital, palpasi nadi indikasi umum status sirkulasi dan
perifer, perhatikan kekuatan dan keadekuatan perfusi.
kesamaan.
Lakukan pengkajian neurovaskuler edema jaringan pasca operasi,
periodik, contoh sensasi, gerakan, pembentukan hematoma, atau balutan
nadi, warna kulit5 dan suhu. terlalu ketat dapat mengganggu sirkulasi
pada puttung, mengakibatkan nekrosis
jaringan.
Intervensi Rasional
Lakukan/bantu rentang gerak pada sendi klien dengan penyakit degenarasi sendi
yang tak sakit. dapat secara tepat kehilangan fungsi
sendi selama periode pembatasan
aktivitas.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.A DENGAN GANGGUAN
SISTEM MUSKULOSKETELAL : AMPUTASI
DI RUANG X RSUD X
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Kawin
Tanggal Masuk : 19 April 2020
Tanggal Operasi : 21 April 2020
Tanggal Pengkajian : 21 April 2020
Dx. Medis : Amputasi Femur 1/3 Distal Dextra
Alamat : Ds. X Purwakarta RT. x RW. X
2. Pengkajian
a. Alasan utama datang ke RS :
Klien datang ke RS tanggal 19 April 2020 pukul 22.30 WIB diantar oleh
keluarga dengan keluhan luka sudah ada gangren dan mengeluarkan bau yang
tidak sedap.
b. Riwayat penyakit saat ini :
± 1 bulan yang lalu, klien mengalami patah tulang di paha dextra dan dibawa
ke RSUD. X dan di rujuk ke RSMH untuk dilakukan amputasi tetapi klien
tidak mau dan takut, akhirnya klien berobat ke dukun kampung dan diberi
ramuan obat-obatan berupa daun-daunan. Kemudian di bawa ke puskesmas
dan dirujuk kembali ke RSUD. X . Keadaan luka klien sudah busuk berwarna
hitam karena nekrosis dan nyeri hebta dengan skala 10 (skala numerik derajat
berat ) sudah terjadi infeksi dan peningkatan suhu tubuh ( 40 o C ). Pada
tanggal 21 April 2020 pukul 10.00 WIB dilakukan operasi. ± 2 jam setelah
operasi klien mengeluh nyeri hebat pada kaki kanan yang di amputasi, dengan
skala nyeri 8 (skala numerik derajat berat), klien belum bisa menerima dengan
keadaan tubuhnya yang sekarang.
c. Keluhan utama saat pengkajian :
Klien mengeluh kaki kanan terasa nyeri terutama pada saat luka post operasi
dipegang, dengan skala nyeri 8 (skala numerik derajat berat).
d. Riwayat kesehatan lalu :
Klien mengalami kecelakaan ± 1 bulan yang lalu sehingga terjadi fraktur
femur 1/3 distal dextra terbuka dan klien menyangkal ada riwayat penyakit
degeneratif seperti : hipertensi, diabetes mellitus.
e. Riwayat kesehatan keluarga :
Klien menyangkal di keluarga ada riwayat hipertensi, dan diabetes mellitus.
f. Riwayat pengobatan dan alergi :
Klien tidak ada riwayat alergi terhadap obat apapun
3. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum
Sakit/ Nyeri : sakit di daerah luka operasi dengan skala nyeri 8 (skala
numerik derajat berat ) terutama kalau lukanya di pegang/
ganti perban.
Sikap : menangis, gelisah menahan sakit
Kesadaran : compos mentis
Tanda tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/m
RR : 20 x/m
T : 37o C
Masalah Keperawatan : Nyeri
b. Data Sistemik
a. Sistem Persepsi Sensorik
Pendegaran : klien dapat mendengar suara
Penglihatan : klien dapat melihat benda, orang
Pengecap, penghidu: klien dapat merasakan makanan
Peraba : klien dapat merasakan rabaan/ rangsangan
Masalah keperawatan : tidak ada
b. Sistem Penglihatan
Nyeri tekan : tidak ada
Virus : klien mampu membaca dengan jarak 30 cm
Lapang pandang : normal
Bentuk : simetris
Alis : pertumbuhan rambut : sempurna
Konjungtiva : palpebra : anemis terpasang transfusi darah 1
kolf
Sclera : warna : putih OD/OS
Reflek : ada OD/OS
Pupil : isokor diameter normal ( 3 mm)
Respon cahaya : (+) pada OD/OS
Masalah keperawatan : tidak ada
c. Sistem Pernafasan
Frekuensi : 20 x/menit
Infeksi :
Bentuk dada simetris kanan dan kiri, tidak ada sumbatan pada jalan
nafas, statis, dinamis
Palpasi :
Tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan
Perkusi :
Sonor di paru kanan mulai ICS II kebawah redup hati di ICS V ke
bawah, sonor di paru kiri mulai ICS II kebawah dan redup jantung di
ICS IV ke bawah.
Auskultasi :
Suara nafas vesikuler di paru kanan dan kiri
Masalah keperawatan : tidak ada
d. Sistem Kardiovaskuler
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Akral : 370C
Denyut nadi : 84 x/menit
Inpeksi :
Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi :
Ictus cordis teraba
Perkusi :
Batas atas : ICS II
Batas kanan : LPS dekstra
Batas kiri : 4,7,10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ICS
IV, V, dan VIII.
Auskultasi :
Irama jantung teratur, tidak ada bunyi jantung tambahan
Masalah keperawatan : tidak ada
h. Sistem Integumen
Warna kulit : kemerahan di sekitar luka
Turgor : elastis
Luka :
- post operasi pada tungkai dextra
- keadaan luka tertutup perban
- panjang : 17 cm lebar : 2 cm
- Heating : 7 buah
Memar : tidak ada
- Klien mengatakan nyeri pada daerah yang dipotong
- Klien tampak meringis menahan nyeri sambil memegang paha
kanannya skala nyeri 8 ( berat ), nyeri bertambah saat bagian sekitar
luka tersentuh dengan skala nyeri 10 ( berat ).
Masalah keperawatan : - Nyeri
- Resti infeksi
- Kerusakan integritas kulit
i. Sistem Eliminasi
Urine : 1200 cc / 24 jam
Warna : kekuning-kuningan
Frek. BAK : 2x / hr
Masalah Keperawatan : tidak ada
4. Data penunjang
Laboratorium tgl 20 April 2020 : Hasilnya
No. Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1. Ureum 18 mg/dl 10-50 mg/dl
2. Creatinin 0,5 mg/dl Po 0,6-1,1mg/dl
3. Hb 7,4 gr/dl P 12-16gr/dl
4. Ht 22 vol/% P 37-42 vol/%
5. Leukosit 8.900 / mm3 5000-10000/mm3
6. LED 96 mm/jam P < 15 mm/jam
7. Trombosit 16.8000 /mm3 150.000-400.000/mm3
8. Waktu perdarahan 4 menit 1-7 menit
9. Waktu pembekuan 10 menit 5.15 enit
Analisis Data
Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan kulit
2. Gangguan Citra Diri b/d aspek biopsikal, kehilangan bagian tubuhnya
3. Resti Infeksi b/d terputusnya kontinuitas jaringan kulit
4. Kerusakan Mobilitas Fisik b/d kehilangan bagian tubuhnya, nyeri
Intervensi Keperawatan
6. Membantu adaptasi
6. Berkolaborasi selanjutnya dan
dengan ahli rehabilitasi rehabilitasi
medik
7. Membantu adaptasi
selanjutnya dan
7. Berkolaborasi rehabilitasi mental
dengan psikologi klien
3. Resti Infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV 1. Untuk
b/d keperawatan diharapkan mengetahui keadaan
terputusnya dalam waktu 1 X 6 jam umum pasien
kontinuitas infeksi tidak terjadi dengan 2. Kaji tanda – tanda
jaringan kriteria hasil : infeksi seperti color, 2. mengetahui
kulit. - Klien mengatakan colour, dolor, rubor dan keadaan luka
tidak sakit di daerah tumor
luka operasi
- Luka tampak kering 3. Mencuci tangan 3. mencegah
- Tidak ada pus sebelum dan sesudah terjadinya infeksi
- TD : 120/80 mmHg melakukan tindakkan
- N : 60 - 100 x/m
4. mempercepat
- RR : 16 - 24 x/m 4. lakukan Perawatan proses penyembuhan
luka dengan tehnik septik luka
- T : 37 oC
dan aseptik
- Tidak terjadi tanda- 5. mencegah
5. Ciptakan terjadinya kontaminasi
tanda infeksi :
lingukungan yang nyaman silang
rubor seperti batasi pengunjung
6. mencegah
dolor 6. Berkolaborasi terjadinya infeksi
calor dengan dokter dalam
pemberian obat antibiotik
tomor
fungsiolaesa
4 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1.Bantu pasien dalam 1. meningkatkan
mobilitas keperawatan diharapkan melakukan aktifitas dari kemandirian pasien
fisik b/d dalam waktu 1 X 6 jam klien tidur keduduk dalam melakukan
kehilangan dapat melakukan aktifitas
bagian tubuh mobilitasfisik dengan kriteria 2.Libatkan anggota keluarga
hasil : dalam memenuhi kebuthan 2. menghindari
- Klien mau klien kecelakaan yang tidak
melakukan aktifitas diinginkan
secara mandiri
- Luka tanpak kering 3.Jelaskan dan beri
- Rentang gerak aktif dukungan kepada klien 3. meningkatkan
- Mampu melakukan bahwa klien mampu untuk kemandirian klien
aktifitas sehari-hari beraktivitas secara mandiri dalam memenuhi
seperti makan, walaupun klien kehilangan aktivitas
minum, mandi, bab, bagian tubuhnya.
bak, duduk, berdiri
4.Berkolaborasi dengan tim
fisioterapi
4. Meningkatkan
kemampuan klien
dalam beraktivitas
Implementasi & Evaluasi Keperawatan
No Diagnosa Tanggal/ Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan jam
1 Nyeri b/d 1. Mengukur TTV saat ganti S : Klien mengatakan nyeri
perban pada daerah yang dipotong
terputusnya
O:
kontinuitas 2. Mengukur skala nyeri, - Klien tampak meringis
durasi, frekuensi menahan nyeri sambil
jaringan kulit.
memegang paha
3. Memberikan bantal pada kanannya
tempat tidur pasien - skala nyeri 8, nyeri
bertambah saat bagian
4. Mengajarkan klien tarik sekitar luka tersentuh.
nafas dalam, dan mengajak - klien tampak gelisah menahan
21 April klien untuk bercerita tentang sakit
2020 keluarganya - TD : 120/80 mmHg
- N :84 x/m
5. Memberikan injeksi - RR : 20 x/m
tramadol - T : 37 oC
GCS E: 4 V:5 M: 6
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
Diteruskan
3 Resti Infeksi b/d 1. Mengukur TTV S:
terputusnya - klien mengatakan
kontinuitas 2. Melihat tanda – tanda
jaringan kulit. infeksi pada luka sakit di daerah luka
operasi
3. Mencuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan
tindakkan O:
- terdapat luka operasi
- luka tampak
4. Melakukan perawatan luka
21 April dengan tehnik septik dan kemerahan
2020 aseptik - luka tampak basah
5. Menciptakan lingukungan - TD : 120/80 mmHg
yang nyaman seperti batasi - N :84 x/m
pengunjung
- RR : 20 x/m
6. Memberikan obat - T : 37 oC
cefotaxime
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
4 Kerusakan 1. Membantu pasien dalam S :
mobilitas fisik b/d melakukan aktifitas dari - klien mengatakan tidak mau
kehilangan bagian tidur keduduk beraktifitas karena sakit di
tubuh daerah luka operasi
2. Melibatkan anggota O :
keluarga dalam memenuhi - terdapat luka operasi
kebutuhan klien - rentang gerak terbatas
21 April kemampuan memenuhi
2020 3. Jelaskan dan beri dukungan aktivitas sehari-hari dibantu
kepada klien bahwa klien keluarga seperti makan,
mampu untuk beraktivitas minum, mandi, BAK,
secara mandiri walaupun A : masalah belum
klien kehilangan bagian teratasi
tubuhnya. P : intervensi
dilanjutkan