Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH KEMPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR


PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERKEMIHAN
Dosen Pengampu :
Ns. Aditiya Rahman S.Kep

Disusun Oleh :
Risma Yanti (1800001027)
Tingkat II (DUA)

AKADEMI KEPERAWATAN RS. EFARINA


PURWAKARTA
2020
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERKEMIHAN

Pengertian
Pemeriksaan yang dilakukan untuk memastikan adanya gangguan pada system
perkemihan

Tujuan :
1. Mengetahui keadaan fungsi system perkemihan;
2. Mengetahui ada tidaknya kelainan system perkemihan;
3. Menentukan diagnosis pasien dengan penyakit atau masalah pada system
perkemihan.

Indikasi :
1. Pasien dengan suspect gagal ginjal
2. Pasien dengan suspect kelainan system perkemihan
3. Pasien dengan gangguan system perkemihan lain

Peralatan :
1. Handscoen bersih 1 buah
2. Stetoskop 1 buah

Prosedur :
A. Tahap Prainteraksi
1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat

B. Persiapan Pasien
1. Berisalam, perkenalkan diri dan panggil pasien sesuai dengan identitas
2. Jelaskan pada pasien tentang prosedur yang akan dilakukan

3. Jaga privasi pasien


4. Atur posisi pasien pada posisi supinasi/ duduk/ sesuai kondisi pasien
5. Keadaan umum : status mental (orientasi, prilaku, GCS)
6. Berat Badan
7. Tanda- tandaVital : ( TekananDarah, Nadi,Respirasi, suhu)
C. Tahap Orientasi
1. Inspeksi
a. Kulit dan membrane mukosa, catat warna, turgor, tekstur dan pengeluaran
keringat.

b. Mulut : kulit dan membrane mukosa yang pucat, indikasi gangguan ginjal
yang menyebabkan anemia, stomatitis, napasbauamonia.

c. Wajah : moon face


d. Abdomen
Pasien posisi terlentang, catat ukuran, kesimestrisan, adanya massa atau
pembengkakan, kembung, tampakekskorasi, memar, tekstur kulit kasar atau
kering. Penurunan turgor kulit merupakan indikasi dehidrasi, edema, indikasi
retensi dan penumpukan cairan. Pembesaran atau tidak simetris ,indikasi
hernia atau adanya massa, nyeri permukaan indikasidisfungsi renal. Distensi
atau perut yang nyeri menetap, distensi, kulit mengkilap atau tegang.

e.Meatus Urinary
Laki-laki :posisi duduk atau berdiri, tekan ujung gland penis dengan memakai
sarung tangan untuk membuka meatus urinary
Wanita :posisi dorsal litotomi , buka labia denganmemakaisarungtangan,
perhatikan meatus urinary.

2. Auskultasi
Gunakan diafragma stetoskop untuk mengauskultasi bagian atas sudut
kostovetebral dan kuadran atas abdomen. Jika terdengar bunyi bruit ( bising) pada
aorta abdomen dan arterirenalis, maka indikasi adanya gangguan aliran darah ke
ginjal ( stenosis arteriginjal)
3. Palpasi
PalpasiGinjal
 Posisikan pasien terlentang, dan buka abdomen dari prosesussi foideus sampai
ke simfisis pubis.
 Berdiri di sisi kanan pasien, letakkan tangan kiri dibawah punggung, ditengah
antara tepi kostal bawah dan puncak iliaka.

 kemudian, letakkan tangan kanan diatas abdomen pasien, tepat diatas posisi
tangan kiri. Tekuk sedikit kearah tepikostal.

 Untuk mempalpasi tepi kanan bawah ginjal kiri, tekan ujung-ujung jari kanan
sekitar 4 cm di atas puncak iliaka kanan pada garis midinguinal; tekankan
ujung-ujung jari kiri keatas dalam sudut kosta vertebral.
 Berikan instruksi kepada pasien untuk menarik napas dalams ehingga bagian
bawah ginjal kanan dapat bergerak kebawah diantara kedua tangan. Jika ginjal
bergerak, perhatikan bentuk dan ukuran dari ginjal. Normalnya, ginjal terasa
lembut, padat keras dan tidak elastis.
 Tanyakan kepada pasien apakah tindakan yang dilakukan menimbulkan rasa
tidak nyaman.
 Unuk mengkaji ginjal kiri, pindahlah kesisi kiri pasien dan posisi kan tangan
seperti yang digambarkan diatas, tetapi dengan perubahan berikut :letakkan
tangan kanan 5cm diatas puncak iliaka kiri.
 Kemudian beritekanan dengan keduatangan pada saat pasien berinhalasi. Jika
ginjal kiri dapat dipalpasi, bandingkan dengan ginjal kanan. Normalnya, ginjal
tersebut harus memilik iukuran yang sama.
 Palpasi Kandung Kemih
 Cari tepi kandung kemih dengan menekan kedalam garis tengah sekitar 2,5
sampai 5 cm diatas simfisis pubis. Setelah kandung kemih terpalpasi, catat
ukuran, lokasinya, serta periksa adanya benolan, massa, dan nyeritekan.
 Kandung kemih normalnya terasa keras dan relative lembut. (Ingatlah bahwa
kandung kemih orang dewasa mungkin tidak dapat dipalpasi). Selama palpasi
dalam, pasien dapat melaporkan adanya urgensi untuk berkemih/ sebuah
respon yang normal.

4. Perkusi
Perkusi Ginjal
 Posisikan pasien duduk tegak, perkusi setiap sudut kosta vertebral (sudut di
atas setiap ginjal yang tepinya dibentuk oleh kurva lateral dan kebawah dari
iga terbawah dan kolumna spinalis).
 Untuk melakukan perkusi menengah, letakkan telapak tangan kiri diatas
sudut kosta vertebral, dan dengan perlahan pukul telapak tangan dengan
kepalan tangan kanan.
 Untuk melakukan perkusi tumpul, dengan perlahan pukulkan kepalan tangan
kanan diatas setiap sudut kostavertebral. Selama perkusi, pasien normal akan
merasakan sensasi seperti dipukul atau ditekan, tetapi tidak ada yeritekan.
Perkusi Kandung Kemih
 Kemudian, gunakan perkusi menengah, perkusi area diatas kandung kemih,
dimulai 5 cm diatas simfisis pubis.
 Untuk mendeteksi perbedaan bunyi, perkusi kearah dasar kandung kemih.
 Perkusi normalnya menghasilkan bunyi timpani. (Diatas kandung kemih berisi
urin, perkusi menghasilkan bunyi pekak).

D. TahapTerminasi
1. Mengevaluasi tindakan yang baru dilakukan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Merapikan alat
4. Mencuci tangan

Dokumentasi
1. Catat semua tindakan yang telah dilakukan
2. Catat hasil pengkajian dan respon pasien
3. Dokumentasikan evaluasi tindakan SOAP
4. Tanda tangan dan nama perawat

Anda mungkin juga menyukai