Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

SISTEM PERKEMIHAN

DOSEN PENGAMPUH :

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK

 FITRI NIM : A.22.14.018


 ANISA MAGFIRA NIM : A.22.14.007
 NURUL HIKMA NIM : A.22.14.040
 ERNA HUMAIRAH NIM : A.22.14.017
 ASMI SUMIDAR NIM : A.22.14.008
 ASRATUL WAFIA NIM : A.22.14.009
 ISRA TUL JANNAH NIM : A.22.14.022
 NUR AFIFAH BADRIYAH NIM : A.22.14.031

PRODI S1 KEPERAWATAN

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


1. Gambar Anatomi Sistem Perkemihan
2. Pengkajian fisik sistem perkemihan
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana
terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat
yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih
dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh
larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Pemeriksaan fisik merupakan komponen pengkajian kesehatan yang
bersifat obyektif. Terhadap empat teknik pengkajian yang secara
universal diterima untuk digunakan selama pemeriksaan fisik:
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Teknik-teknik ini
digunakan sebagai bingkai kerja yang menfokuskan pada indera
penglihatan, pendengaran, sentuhan, dan penciuman. Data
dikumpulkan berdasarkan semua indera tersebut secara simultan untuk
membentuk informasi yang koheren. Teknik-teknik tersebut secara
keseluruhan disebut sebagai observasi/pengamatan, dan harus
dilakukan sesuai dengan urutan di atas, dan setiap teknik akan
menambah data yang telah diperoleh sebelumnya. Dua perkecualian
untuk aturan ini, yaitu jika usia pasien atau tingkat keparahan gejala
memerlukan pemeriksaan ekstra dan ketika abdomen yang diperiksa.
Umum: status kesehatan secara umum: lemah, letarghi.
Tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu
tubuh.
A. Inspeksi
Yaitu melihat dan mengevaluasi pasien secara visual dan
merupakan metode tertua yang digunakan untuk mengkaji/menilai
pasien. Secara formal, pemeriksaan menggunakan indera
penglihatan berkonsentrasi untuk melihat pasien secara seksama,
pasien dan tanpa terburu-buru, sejak detik pertama bertemu,
dengan cara memperoleh riwayat pasien dan, terutama sepanjang
pemeriksaan fisik dilakukan.
 Kaji daerah abdomen kiri dan kanan perhatikan
simetris/sama atau tidak kedua bagian
 Kaji kebiasaan pola BAK, output/jumlah urine 24 jam,
warna,kekeruhan dan ada/tidaknya sadimen
 Kaji keluhan gangguan frekuensi BAK, adanya dysuria dan
hematuria (serta riwayat infeksi saluran kemih)
 Inspeksi penggunaan catheter
 Kaji kembali riwayat pengobatan dan pengkajian diagnostik
yang terkait dengan sistem perkemihan

2
 (penampilan umum, asites, edema,ekstremitas dan wajah,
corak dan warna kulit, warna urine, pemeriksaan mata,
stomatitis, benjolan/massa/jaringan perut bekas
pembedahan) kelainan pada penis.
 Pasien pada wanita: jumlah dan tipe persalinan, infeksi
vagina, keputihan, iritasi, penggunaan kontrasepsi.
 Adanya riwayat penyakit menular seksual
 Penggunaan obat (setiap obat yang didapat dibeli di
bebas/resep)
 Riwayat merokok
 Riwayat penggunaan obat-obatan dan alkohol.

Rasa nyeri

 Nyeri tidak selalu terdapat pada penyakit ginjal meskipun


umumnya ditemukan pada keadaan lebih akut. Rasa nyeri
akibat penyakit ginjal biasanya disebabkan oleh obstruksi
dan distensi mendadak kapsula renal yang terjadi
kemudian. Nyeri ginjal biasanya dapat dirasakan sebagai
rasa sakit yang tumpul. Rasa sakit atau nyeri ini dapat
menjalar sampai ke umbilikus.
 Kelainan ureter: akan menimbulkan rasa nyeri didaerah
punggung yang menjalar ke abdomen, paha bagian atas,
testis atau labium.
 Nyeri dibagian pinggang yang menjalar sampai ke
abdomen bawah epigastrium dan sering disertai
mual,muntah, serta ileus pralitik dapat menunjukkan
adanya kolik renal, cloudy urine

Perubahan pada eliminasi urin (mikturisi)

 Eliminasi urin atau mikturisi biasanya terjadi tanpa nyeri


dengan frekuensi lima hingga enam kali dan kadang-
kadang sekali pada malam hari. Kadang-kadang individu
membentuk dan mengeluarkan urin sebanyak 1200 hingga
1500 ml dalam waktu 24 jam (masalah umum adalah
keluhan sering kencing, rasa ingin kencing, disuria, kencing
yang sulit di mulai, inkontinesia, poliuria, oliguria, dan
hematuria).
B. Palpasi
Untuk mengetahui adanya pembesaran pada ginjal:

3
 Keadaan yang penting diperhatikan sewaktu pemeriksaan:
cahaya ruangan cukup baik, pasien rileks, pakaian harus
terbuka

Untuk mendapatkan relaksasi dari pasien adalah:

 VU harus kosong
 Pasien harus posisi tidur menggunakan bantal
 Kedua tangan disamping atau dilipat di atas dada
 Telapak tangan px harus hangat, kuku pendek, menggesek-
gesekkan tangan membuat telapak tangan hangat
 Lakukan px perlahan-lahan, hindari gerakan yang cepat dan
tidak diinginkan
 Jika perlu ajak bicara pasien
 Jika pasien pengeli dan sensitif mulailah palpasi dengan
tangan pasien sendiri dibawah tangan px kemudian
menggantikan tangan pasien
 Perhatikan hasil px dengan memperhatikan raut muka dan
emosi pasien
 Untuk melakukan palpasi ginjal kanan:
Posisi ini disebelah kanan pasien: tangan kiri diletakan di
belakang penderita, paralel pada costa ke -12, ujung jari
menyentuh sudut costovertebral (angkat untuk mendorong
ginja kedepan). Tangan kanan diletakkan dengan lembut
pada kuadran kanan atas dilateral otot rectus, minta pasien
menarik nafas dalam, pada puncak inspirasi tekan tangan
kanan dalam-dalam dibawah arcus aorta untuk menangkap
ginjal di antara kedua tangan (tentukan ukuran, nyeri tekan
pasien diminta membuang nafas dan berhenti napas,
lepaskan tangan kanan, dan rasakan bagaimana ginjal
kembali waktu ekspirasi. Jika teraba tentukan ukuran, nyeri
tekan).
 Dilanjutkan palpasi ginjal kiri: pindah di sebelah kiri
penderita, tangan kanan untuk menyangga dan mengangkat
dari belakang tangan kiri diletakkan dengan lembut pada
kuadran kiri atas di lateral otot rectus, minta pasien menarik
nafas dalam, pada puncak inspirasi tekan tangan kiri dalam-
dalam di bawah arcus aorta untuk menangkap ginjal di
antar kedua tangan (normalnya jarang teraba).
 Palpasi:perinsipnya seperti menangkap ginjal di area
costovertebralis.dari bawah dan atas yang samping kiri di

4
tengah ke axilla. Pasien instrusikan tarik nafas (pernafasan
perut->tarik nafas, gembungkan perut) lalu lepaskan. Jika
dilepas terasa ada aliran ginjal dari atas ke bawah turun
maka terjadi udema/pembesaran ginjal. Jika terjadi 2 ginjal
maka terjadi CRF.
Palpasi kandung kemih: palpasi di daerah VU, jika
terjadi gelembungan/kandungan kemih penuh maka
terjadi sumbatan volume naik.
Nyeri tekanan, adanya massa pada ginja, palpasi skrotum,
pitting edema.
C. Perkusi
Ginjal
 Atur posisi pasien duduk membelakangi pemeriksaan.
 Letakkan telapak tangan tidak dominan pada sudut
kostovertebral (CVA), lakukan perkusi atau tumbukan di
atas telapak tangan dengan menggunakan kepalan tangan
dominan.
 Ulangi prosedur untuk ginjal kanan.

Tenderness dan nyeri padaperkusi CVA merupakan indikasi


gloerulonefritis atau glemorulonefrosis.

Kandungan kemih

 Perkusi area diatas kandungan kemih, dimulai 5cm diatas


simfisis
 Untuk mendeteksi perbedaan bunyi, perkusi kearah dasar
kandung kemih.
 Jika berisi urin menghasilkan bunyi pekak.
D. Auskultasi
Untuk mendengarkan bruid posisi: di atas pusar 2-3 jari lalu
geser ke arah kiri 2/3 jari, lalu dengarkan, letak arteri renalisnya
(jarang ada pasien yang arteri renalnya terdengar bruid saat terjadi
stenosis). Gunakan diafragma/bel stetoskop untuk mengauskultasi
bagian atas sudut kostovertebral dan kuadran atas abdomen. Jika
terdengar bunyi (bising) pada aorta abdomen dan arteri renalis,
maka indikasi adanya gangguan aliran darah ke ginjal (stenosis
ateri ginjal).

Anda mungkin juga menyukai