Anda di halaman 1dari 10

PENUNTUN SKILL LAB-1

ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK


PADA PENYAKIT SISTEM URINARIA
BLOK URINARY SYSTEM
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UHKBPN
Disusun Oleh :
dr. Leonardo Basa Dairi, SpPD-KGEH
dr. Herryanto Lumbantobing, SpPD, Finasim, KGEH
dr. Rismauli Doloksaribu, SpPD

I. PENDAHULUAN
Anamnesis atau medical history taking merupakan cara untuk mendapatkan keterangan dan datadata klinis tentang keadaan penyakit seorang pasien melalui tanya jawab lisan (verbal). Dalam
hal ini ditanya keluhan serta keterangan lain yang dialami atau dirasakan oleh pasien tersebut.
Evaluasi pasien khususnya pada tahap awal harus dilakukan dengan seksama dan dapat
dipercaya untuk mendapatkan keterangan-keterangan objektif mengenai hal-hal yang berkenaan
dengan penyakit dan gejala yang dirasakan oleh pasien tersebut. Untuk melakukan pendekatan,
maka dokter sebagai pemeriksa harus lebih dahulu mengetahui dan mengenal gejala-gejala klinis
dan tanda-tanda gangguan setiap sistem organ tubuh manusia, yang dalam hal ini adalah sistem
perkemihan dengan melakukan. pendekatan secara sistematis. Selain daripada itu, untuk
mendapatkan keterangan-keterangan yang objektif harus pula dijalin kepercayaan dan sikap
serasi timbal balik antara pemeriksa sebagai dokter dengan pasien sebagai orang yang mencari
pertolongan medis. Perlu pula untuk mengupayakan pengertian yang tepat atas ungkapan,
pernyataan serta keluhan-keluhan pasien secara objektif.
Perlu diketahui bahwa seorang pasien penyakit sistem perkemihan tidak selalu mempunyai
keluhan pada saat pemeriksaan dilakukan. Dalam hal ini pemeriksa harus tetap waspada terhadap
gejala-gejala yang mungkin ada, dan usahakanlah agar keluhan yang disampaikan dapat
menggambarkan riwayat penyakit secara kronologis.
Pemeriksaan fisik merupakan prosedur pemeriksaan untuk memperoleh data mengenai
keadaan fisik pasien dalam membantu menegakkan diagnosis dan menentukan kondisi pasien,
dan selanjutnya menentukan pengobatan yang tepat berkenaan dengan diagnosis yang
ditegakkan. Prosedur pemeriksaan fisik terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Untuk lebih memahami perlu diketahui anatomi dari sistem perkemihan (Gambar 1)..
ANAMNESIS
A. Riwayat Penyakit
Keluhan-keluhan pasien penyakit sistem perkemihan sering berupa :
1. Gangguan miksi
Perlu ditanyakan apakah penderita mengeluh adanya perubahan frekuensi miksiatau sebentarsebentar,mau bak (frekuensi), rasa ingin bak (urgensi), pancaranurine pollakisuria, nyeri saat bak
(disuria), nokturia, inkontinensia urine danhematuria.Pada keadaan normal, bak siang hari lebih
banyak dibanding malam hari. Nokturiadapat disebabkan variasi bak pada siang hari karena
berbagai penyakit ginjal, iritasimukosa kandung kemih, atau uretra akibat peradangan saluran
kemih bagian bawah, yang perlu dibedakan dengan poliuria akibat gangguan fungsi
konsentrasiurine karena kerusakan ginjal, diuretik, diuretik osmotik (glukosa, mannitol) dan

lain-lain.Untuk

lebih

mudah

memahaminya

adalah

gejala

iritatif

berupa

urgensi,

frekuensi,nokturia, dan inkontinensia tipe urgensi (bak yang tidak tertahankan segera
setelahtimbul perasaan mau bak), sedangkan gejala obstruktif berupa bak terputusputus(hesitancy), aliran urine lemah, mengejan untuk bak, lama bak berkepanjangan,perasaan tak
tuntas setelah bak, retensi urine.
2. Perubahan volume urine
Dapat berupa poliuria (> 1,5 l), oliguria )300-400 cc. atau anuria (< 100 cc)/24jam..
3. Rasa sakit
Dapat ditemukan rasa sakit pada daerah pinggang, kandung kemih, prostat, uretra,dan perineum.
Rasa sakit yang khas berupa
- kolik renal/ginjal : rasa sakit berupa serang-serangan yang dimulai dari daerahlumbal yaitu
pada angulus kostovertebrae dan menjalar ke abdomen bagianbawah, sela paha, testis (pada
pria) atau labia (pada wanita), tungkai atas, perineum dan glans penis,yang dapat disertaimual,
muntah dan berkeringat, yangbertambah sakitnya dengan gerakan tubuh. Selaindaripada
itu,diantara serangankolik didapati perasaan tidak enak pada daerah pinggang. Terjadinya
kolik ginjal akibat pengeluaran benda padat seperti batu, darah, pusdari ureter atauuretra.
Kolik ginjal harus dibedakan dengan kelainan otot dan atautulang pada daerah pinggang
dengan melakukan anamnesis yang cermat.
- Nyeri yang berasal dari ginjal dapat berupa rasa pegal, atau nyeri pinggang, ataunyeri perut,
akibat peregangan kapsul dan jaringan disekitar ginjal, yang dapatterjadi pada nefritis akut,
obstruksi, batu ginjal, trombosis vena atau emboli.
- Nyeri berupa kolik ureter, umumnya karena batu ginjal (nefrolithiasis), bekuandarah,
pus,obstruksi parsial, nekrosis papila, nyeri hilang timbul dan biasanyadirasakan di pinggang,
menjalar ke perut dan dapat meluas sampai ke paha,skrotum atau labia.
- Strangulasi : perasaan sakit yang hebat sewaktu buang air kecil tetes demi tetes.
- Rasa sakit seperti terbakar selama atau akhir buang air kecil merupakan tanda darisistitis atau
uretritis.
4. Gejala-gejala umum :
a. Edema : terutama pada kelopak mata, muka didapati pada nefritis akut, edema anasarka
(seluruh tubuh) sering disebabkan karena sindroma nefrotik, pada gagal ginjal karena
penumpukan cairan, asupan garam yang berlebihan, pemakaian obat-obatan seperti estrogen,
antihipertensi, penghentian diuretik, dan perlu disingkirkan edema karena penyakit jantung, hati,
dan pembendungan vena setempat (deep vein thrombosis/DVT).
b. Gagal ginjal : pada gagal ginjal akut umumnya ditemukan keluhan anuria atau oliguria,
kecuali pada fase permulaan didapati poliuria, sedangkan pada yang kronik ditemukan
polakisuria atau oliguria. Juga didapati uremia dengan keluhan anemia, rasa lekas lelah, lesu,
anoreksia, mual, muntah, dehidrasi, overhidrasi, diare, parestesia, gangguan sensorik, impotensi
pernafasan Kussmaul (cepat dan dalam) akibat asidosis metabolik, sering merupakan gejala dari
gagal ginjal.
c. Sindroma glomerulo1vaskuler (glomerulonefritis dan vaskulitis) : keluhan umumnya berupa
edema pada muka, tungkai atau seluruh tubuh. Bak berwarna merah atau berdarah, bak
berkurang jumlahnya, dengan atau tanpa hipertensi. Sering didahului dengan infeksi streptokok
2-4 minggu sebelumnya.
d.Gejala-gejala akibat hipertensi.

B.Riwayat penyakit terdahulu


Apakah pernah mengalami tindakan kateterisasi pada sistem perkemihan, mengeluarkan batu,
buang air kecil keruh atau berdarah, penyakit venerik, serangan kolik, operasi, infeksi kulit,
alergi, faringitis dan tonsilitis, hipertensi, riwayat kehamilan, dan lain-lain untuk mencari etiologi
penyakit.
Kelainan organ yang diakibatkan oleh komplikasi penyakit ginjal dan hipertensi seperti angina
pektoris, strok.
C.Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada diantara keluarga yang menderita penyakit ginjal, tbc, batu saluran kemih,
pirai/gout, polikistik, DM, dan lain-lain perlu dicari untuk mengetahui etiologi penyakit
penderita.
D.Riwayat pemakaian obat
Evaluasi obat yang telah atau sedang digunakan, terutama yang nefrotoksik seperti antibiotik,
analgesik.
E.Pemeriksaan Fisik
Kepala : kelopak mata/muka: edema anemia
Leher : TVJ
Thorax :
Jantung :pembesaran jantung,
Tanda-tanda gagal jantung kanan

Tanda-tanda gagal jantung kiri


Tanda-tanda perikarditis.

Paru : tanda-tanda edema paru (ronkhi basah basal, krepitasi dan lain-lain)
Abdomen : 4 kuadran (lihat gambar 2)
Inspeksi :Striae,rash/bercak perdarahan.
Palpasi : turgor kurang, hidronefrosis, ren mobilis.
Perkusi : asites.
Auskultasi : bruit/bising sistolik dan diastolik arteri renalis, pada sebelah kiri
kanan atas umbilikus (lihat gambar 3).
Punggung :
Nyeri ketok pada angulus kostovertebrae (tapping pain) (lihat gambar 4).
Anggota gerak :
Uremic frost.
Edema pretibiae parese/paralisa refleks APR/KPR
refleks patologis.
Nadi Perifer : palpasi arteri perifer, bandingkan kiri dengan kanan, pada lengan
dan tungkai.
Rectal touche/colokdubur
Funduskopi :
F.TEKNIK PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERKEMIHAN
1.Teknik Palpasi ginjal
- Penderita berbaring dengan satu bantal.
- Pemeriksa berdiri disebelah kanan pasien.
- Telapak tangan kiri pemeriksa diletakkan di bawah pinggang kiri pasien dengan ujung jari
menahan muskulus erektor spinae dan telapak tangan kanan pada abdomenbagian kiri dengan
arah ujung jari pada pinggir kosta. Demikian juga identik untukpalpasi ginjal kanan.

- Pasien disuruh bernafas dalam dan dilakukan sedikit tekanan dengan kedua telapaktangan pada
akhir inspirasi (ballotement) (lihat gambar 5).
-Jika ginjal teraba maka terasa suatu gerakan massa kebulat-bulatan dengan konsistensi yang
padat diantara kedua telapak tangan pemeriksa (lihat gambar 6) .
2.Teknik palpasi kandung kemih/vesica urinaria
-Jika terjadi distensi kandung kemih, maka tampak suatu pembengkakan yang bulatatau
piriformis di atas dinding perut bagian bawah, yang menyebar ke atas kadangsampai umbilikus.
(lihat gambar 7)
-Pinggir atasnya ditentukan dengan palpasi dan perkusi.
-Kandung kemih yang mengalami distensi akibat urine tidak dapat keluar (vol blaas)harus
dibedakan dengan tumor kandung kemih, uterus gravida dan kista ovarium,dengan cara
memasang kateter pada saluran kemih dan jika pembengkakan tadimengecil setelah urine ke luar
dari kateter maka hal ini berarti vol blaas.
3. Teknik Pemeriksaan Tapping Pain
- Nyeri ureteral bermanifestasi sebagai nyeri pada tulang belakang sebagai akibatperegangan
kapsul ginjal dan kolik, spasme pelvis renalis, dan otot ureteral menjalar dari sudut
kostovertebrae melalui abdomen ke daerah genital. Pada pria, nyeriberasal dari bagian atas ureter
biasanya dirasakan pada testis ipsilateral (sepihak)sedangkan nyeri ureteral dihantarkan ke
dinding skrotum. Pada wanita, nyeri ureteral dihantarkan ke labium sisi ipsilateral.
- Cara melakukannya : penderita membelakangi pemeriksa dan pemeriksa mengetukdengan sisi
tangannya pada sudut kostovertebra penderita dan terasa nyeri yangmenjalar ke daerah genital
(lihat gambar 4). .
4.Teknik Funduskopi (hanya sekedar mengetahui).
-Mata yang akan diperiksa diteteskan dengan midriatikum (zat yang dapat mendilata sikan
pupil), setelah 15 menit dengan alat funduskopi melalui pupil mata dapatdilihat retina.
-Hasil penilaian adalah sebagai berikut :
Keith Wagener (KW) I : arteriolae lebih menebal dan lumen menyempit, refleks cahaya lebih
kuat. Didapati pada hipertensi jinak.
KW II : Arteriolae lebih menebal, lumen lebih sempit, crossing phenomena (persilangan
arteriolae dan venula), kelihatan venula tertekan. Didapati pada hipertensijinak.
KW III : Seperti pada KW II dengan lumen arteri lebih sempit, adanya exudat cotton wool, dan
perdarahan yang kelihatan seperti nyala api (flame shape). Didapati padahipertensi maligna
KW IV : seperti pada KW III tetapi lebih luas dan berat dan disertai edema dari optic disc.
Didapatipadahipertensimaligna.

II.RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN


Waktu
20 menit

Aktivitas Belajar Mengajar


Introduksi pada kelas besar :

Keterangan
Nara sumber

1.Pemutaran film tentang anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien dengan penyakit/gangguan sistem
perkemihan (10 menit)

10 menit

2.Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari film


yang diputar (10 menit).
Demonstrasi pada kelas besar oleh nara sumber de - Nara sumber
ngan simulasi pasien (mahasiswa).
Narasumber memperlihatkan tata cara anamnesis
dan pemeriksaan fisik pasien yang benar.
TAHAP 1. OBSERVASI
Memperhatikan pasien saat masuk ruang periksa,
pancaran wajah pasien, cara berjalan, penampilan
fisik, interaksi dengan pasien, cara bicara, perilaku
serta memperhatikan pendamping yang menyertai
pasien, interaksi pasien dengan pendamping.
TAHAP 2. ANAMNESE PRIBADI
1. Menanyakan identitas pasien.
2. Menanyakan keluhan utama dan keluhan tambahan.
3. Riwayat penyakit terdahulu, kebiasaan hidup yang
ada hubungan dengan penyakitnya, riwayat pema kaian obat sebelumnya. .
4. Riwayat keluarga yang menderita penyakit seperti
ini dan riwayat perkawinannya.
5. Riwayat sosioekonomi: kehidupan bermasyarakat,
riwayat pekerjaan, gizi, status ekonomi pasien,
suasana dan lingkungan hidup dalam rumah.
6. Mencatat hal-hal yang penting dari anamnesis.

20-30 menit

TAHAP 3. PEMERIKSAAN FISIK


Kepala : kelopak mata/muka edema anemia
Leher : TVJ
Thorax :
Jantung :pembesaran jantung, tanda-tanda gagal
jantung kiri tanda-tanda perikarditis.
Paru : tanda-tanda edema paru, ronkhi basah
basal, krepitasi dan lain-lain.
Abdomen :
Inspeksi :Striae,rash/bercak perdarahan.
Palpasi : turgor kurang, hidronefrosis, ren
mobilis..
Perkusi : asites.
Auskultasi : bruit/bising sistolik dan diastolik
arteri renalis, pada sebelah kiri kanan atas, umbilikus.
Punggung :
Nyeri ketok/tekn pada angulus kostovertebrae
(tapping pain).
Anggotagerak :
Uremic frost.
Edema pretibiae, parese/paralisa, refleks
APR/KPR, refleks patologis.
Nadi Perifer : palpasi arteri perifer, bandingkan
kiri dengan kanan, pada lengan dan tungkai.
Coaching : Mahasiswa/i dibagi menjadi kelompok Instruktur
kecil (1 kelompok terdiri dari 9 orang), melakukan Mahasiswa.
simulasi secara bergantian (2-3 orang) dengan
dibimbing oleh instruktur. Kepada mahasiswa/i
diberikan 1 kasus. pasien simulasi akan diperankan

oleh sesama mahasiswa/i.


10 menit tiap Self Practice : Mahasiswa/i melakukan anamnesis Instruktur
mahasiswa/i sendiri dan pemeriksaan fisik secara bergantian dari Mahasiswa.
(+ 90 menit) kasus simulasi yang diberikan dan diamati serta
dinilai oleh instruktur dengan menggunakan lembar
pengamatan yang ada. Pada akhir diskusi, instruktur
memberikan kesimpulan dari kasus tersebut.
III.PEDOMAN INSTRUKTUR
1. Instruktur harus mengetahui dan menguasai kasus simulasi yang akan ditampilkan.
2. Instruktur harus dapat membimbing dan mengarahkan mahasiswa/i.melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang benar sesuai dengan kasus yang diberikan.
3. Instruktur harus dapat memberikan penilaian kepada mahasiswa/i.yang dibimbingnya berdasarkan yang tercantum dalam lembar pengamatan.
4. Instruktur harus dapat menjelaskan kesimpulan akhir dari kasus simulasi yang di berikan.
IV.PELAKSANAAN
1. Setiap kegiatan ketrampilan klinis dilaksanakan dalam waktu + 150 menit.
2. Jadwal kegiatan disesuaikan dengan jadwal yang ditentukan untuk ketrampilan klinis blok sistem perkemihan.
3. Tempat pelaksanaan ruang skills lab.
4. Sarana yang diperlukan :
a. Alat audiovisual.
b. Materi audiovisual.
c. Pensil/pulpen.
d. Formulir anamnesis.
e. Materi anamnesis tentang sistem perkemihan
f. Tempat tidur periksa
f. Stetoskop dan tensimeter
V. KEPUSTAKAAN
1. Mc Glynn TJ, Burnside JW. Adams Diagnosis Fisik. Edisi 17 (terjemahan) Ed.
Lukmanto H. Cetakan 1. EGC. 1990, hal. 290-3..
2. Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK USU. Diagnosa Fisik. Edisi II. Ed. Nasution HH
et al. L984, hal. 162-70.
3. Delp MH, Manning RT. Diagnosis Fisik. Edisi IX (terjemahan) Ed. Dharma A.
Cetakan 1. EGC. 1981, hal. 439-43..
VI. KASUS SIMULASI WAWANCARA DAN PEMERIKSAAN FISIK DOKTER
DENGAN PASIEN PADA PENYAKIT SISTEM PERKEMIHAN
Kasus : Infeksi saluran kemih (ISK).
Seorang pria P, pria, usia 50 tahun, wiraswasta, datang berobat ke poliklinik suatu rumah sakit
dengan keluhan buang air kecil tidak lancar, yang dialaminya sejak beberapa hari yang lalu.
Tugas.
Lakukanlah anamnesis dan pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan keluhan buang air kecil
tak lancar tersebut dan tentukanlah penyebabnya serta kemungkinan-kemungkinan yang dapat
menjadi penyebabnya.

VII. LEMBAR PENGAMATAN ANAMNESIS PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN


DENGAN SISTEM PERKEMIHAN
NO

LANGKAHTUGAS

PENGAMATAN
0

1
2
3

4.

8
9

10

11
12
13
14
15.
16

17

TAHAP I : ANAMNESIS
Memperkenalkan diri dan menanyakan identitas
pasien
Menanyakan keluhan utama
Menelaah keluhan utama pasien (OLD CARTS) :
- Kapan mulai terjadi ?
- Lokasi ?
- Berapa lama terjadi ?
- Karakteristik (terus menerus atau hilang timbul) ?
- Yang memperingan dan memperberat ?
- Seberapa sering terjadi?
- Tingkat keparahan keluhan ?
Menelaah keluhan tambahan :
- Apakah ada perubahan pola BAK (frekuensi, lama
bak, urgensi, hesitancy, inkontinensia urine,
disuria, mengejan sewaktu bak, bak menetes-netes,
bak seperti rasa terbakar, retensi urine, pancaran
urine, nokturia).
- Apakah ada perubahan volume dan warna urine
(anuria, oliguria, poliuria, pollakisuria, hematuria,
bak keruh atau keluar batu).
- Apakah disertai rasa nyeri, lokasi, penjalaran, ciri
rasa nyeri, faktor-faktor yang memperberat atau
meringankan rasa nyeri.
- Apakah selama ini pasien mudah lelah dan sesak
nafas jika melakukan aktivitas fisik?
- Apakah pasien sering mengalami jantung berdebardebar, mual, muntah, berkeringat.
Menelaah riwayat penyakit terdahulu dan riwayat
pemakaian obat sebelumnya.
Menelaah riwayat kebiasaan hidup.
TAHAP II : PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : kelopak mata/muka (edema/anemia)
Thorax :
Batas-batas jantung, ronkhi, murmur.
Abdomen :
- Inspeksi : pembesaran abdomen.
Teknik Palpasi ginjal
- Penderita berbaring dengan satu bantal.
- Pemeriksa berdiri disebelah kanan pasien.
- Palpasi ginjal dengan 2 tangan : Telapak tangan kiri
pemeriksa diletakkan di bawah pinggang kiri pasien
dengan ujung jari menahan muskulus erektor spinae
dan telapak tangan kanan pada abdomen bagian kiri
dengan arah ujung jari pada pinggir kosta. Demikian
juga untuk palpasi ginjal kanan.
- Palpasi ginjal dengan ballotement : Pasien disuruh
bernafas dalam dan dilakukan sedikit tekanan
dengan kedua telapaktangan pada akhir inspirasi.
(Jika ginjal teraba maka terasa suatu gerakan massa
kebulat-bulatan dengan konsistensi yang padat
diantara kedua telapak tangan pemeriksa)
Teknik palpasi kandung kemih/vesica urinaria
Apakah ada distensi kandung kemih (pembengkakan
yang bulat atau piriformis di atas dinding perut
bagian bawah, yang menyebar ke atas kadang sampai
umbilikus)

18

- Perkusi : asites.
- Auskultasi : bruit/bising sistolik dan diastolik
arteri renali (pada sebelah kiri kanan atas,
umbilikus)

16

Pinggang :
Nyeri ketok pada angulus kostovertebrae (tapping
pain).
Membuat kesimpulan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik sistem perkemihan yang dilakukan

17
Note:

0
1
2

= mahasiswa tidak melakukan


= mahasiswa melakukan tidak sempurna
= mahasiswa melakukan sempurna
Instruktor

GAMBAR-GAMBAR

Gambar 1.Anatomi dari saluran kemih

Gambar 2. Empat kuadran dari abdomen

Gambar 3. Lokalisasi mendengar bruit arteri renalis/arteri ginjal.

Gambar 4. Cara memeriksa tapping pain

Gambar 5. Cara palpasi ginjal dengan ballotement

Gambar 6. Palpasi ginjal dengan menggunakan dua tangan

Gambar 7. Kandung kemih yang penuh berisi urine.

Anda mungkin juga menyukai