Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul Erisipelas dengan baik. Tidak lupa pula penulis
mengucapkan terima kasih kepada dr. Dame Ria Pangaribuan, Sp.KK yang telah
membimbing penulis dalam usahanya untuk menyelesaikan laporan kasus ini.
Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
tugas ini.
Tidak ada gading yang tak retak, termasuk laporan kasus ini yang tidak
luput dari kesalahan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang berguna untuk
kesempurnaan penulisan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini bermanfaat
bagi yang membacanya dan bermanfaat pula bagi penulis.

Pematang Siantar, 14 Desember 2015

Selvia Gandasari Silalahi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................4
2.1 DEFINISI........................................................................................................4
2.2 ETIOLOGI.....................................................................................................5
2.3 PATOGENESIS..............................................................................................6
2.4 GEJALA KLINIS...........................................................................................6
2.5 DIAGNOSIS...................................................................................................7
2.6 DIAGNOSIS BANDING................................................................................8
2.7 PENATALAKSANAAN...............................................................................10
2.8 PROGNOSIS.................................................................................................11
BAB III STATUS PASIEN........................................................................................12
BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................15
4.1 RESUME.......................................................................................................15
4.2 DISKUSI.......................................................................................................16
BAB V KESIMPULAN.............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................18

BAB I
PENDAHULUAN

Erisipelas adalah suatu jenis selulitis kutaneus superfisial yang ditandai


dengan keterlibatan pembuluh limfatik pada kulit. Ia disebabkan oleh bakteri
Streptococcus b-hemolytic grup A.
Erisipelas dapat terjadi pada semua usia, bangsa dan ras, namun paling sering
ditemukan pada bayi, anak dan usia lanjut. Erisipelas biasanya terjadi pada wajah dan
kaki. Gejala utamanya ialah eritema berwarna merah cerah dan berbatas tegas serta
disertai gejala konstitusi.
Erisipelas ditandai dengan eritema lokal, panas, bengkak dan memiliki batas
tepi yang sedikit meninggi dan berbatas tegas. Pada mulanya disertai dengan gejala
prodromal seperti malaise, menggigil, demam tinggi, sakit kepala, muntah dan sakit
sendi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

DEFINISI
Erisipelas adalah suatu jenis selulitis kutaneus superfisial yang
ditandai dengan keterlibatan pembuluh limfatik pada kulit. Ia disebabkan oleh
bakteri Streptococcus b-hemolytic grup A dan jarang disebabkan oleh S.
aureus. Pada bayi yang baru lahir, bakteri Streptococcus b-hemolytic grup B
bisa menyebabkan erisipelas. Limfaedema, vena stasis, dan obesitas
merupakan faktor resiko pada pasien dewasa.1
Kata erisipelas berasal dari bahasa latin kuno, dan diperkirakan
merupakan gabungan dari dua kata, yaitu dari bahasa yunani erythros yang
berarti kemerahan dan dari bahasa latin pella yang berarti kulit. Erisipelas
dapat terjadi pada semua usia, bangsa dan ras, namun paling sering ditemukan
pada bayi, anak dan usia lanjut. Erisipelas biasanya terjadi pada wajah dan
kaki. Gejala utamanya ialah eritema berwarna merah cerah dan berbatas tegas
serta disertai gejala konstitusi. Pada zaman dahulu, erisipelas dikenali dengan
nama St. Antonys fire dan ignis sacer. Ia ditandai dengan eritema lokal, panas,
bengkak dan memiliki batas tepi yang sedikit meninggi dan berbatas tegas.
Pada mulanya disertai dengan gejala prodromal seperti malaise, menggigil,
demam tinggi, sakit kepala, muntah dan sakit sendi.2,3

2.2

ETIOLOGI
Erisipelas pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh bakteri
Streptococcus b-hemolytic grup A, Staphylococcus aureus, dan gabungan
bakteri anaerobik fakultatif, bakteri gram positif dan bakteri gram negatif
seperti Clostridia. Erisipelas jarang disebabkan oleh Streptococcus grup C dan
G. Bakteri Streptococcus B hemolytic grup B bisa menginfeksi bayi baru lahir
yang biasanya disebabkan oleh penyakit erisipelas abdomen atau perianal
pada wanita setelah baru melahirkan.1,2,3,4

2.3

PATOGENESIS
Pada awalnya, erisepelas terjadi akibat inokulasi bakteri pada daerah
trauma pada kulit. Selain itu, faktor lokal seperti insufisiensi vena, ulkus,
peradangan pada kulit, infeksi dermatofita, gigitan serangga dan operasi bisa
menjadi port of the entry penyakit ini. Bakteri streptokokus merupakan
penyebab umum terjadinya erisipelas. Infeksi pada wajah biasanya
disebabkan oleh bakteri streptokokus grup A, sedangkan infeksi pada kaki
disebabkan oleh bakteri streptokokus non-grup A. Bakteri ini menghasilkan
toksin sehingga menimbulkan reaksi inflamasi pada kulit yang ditandai
dengan bercak berwarna merah cerah, plak edematous dan bulla.2 Erisipelas
pada wajah berawal dari bercak merah unilateral dan kemudian terus-menerus
menyebar melewati hidung sampai ke sisi sebelahnya sehingga menjadi
simetris. Nasofaring mungkin menjadi port of the entry erisipelas pada wajah
bila disertai dengan riwayat streptokokal faringitis. Pada erisipelas di daerah
extremitas inferior, pasien mengeluh adanya pembesaran kelenjar limfatik
femoral dan disertai demam.1

2.4

GEJALA KLINIS
Terdapat gejala-gejala konstitusi seperti: demam, malaise, flu,
menggigil, nyeri kepala, muntah dan nyeri sendi.3,5,6 Kelainan kulit yang
utama adalah eritema yang berwarna merah cerah, berbatas tegas dan
pinggirnya meninggi dengan tanda radang akut. Dapat disertai edema, vesikel
dan bulla dan terdapat leukositosis.5
Lesi pada kulit bervariasi dari permukaan yang bersisik halus sampai
ke inflamasi berat yang disertai vesikel dan bulla. Erupsi lesi berawal dari satu
titik dan dapat menyebar ke area sekitarnya. Pada tahap awal, kulit tampak
kemerahan, panas, terasa sakit dan bengkak. Kemudian kemerahan berbatas
tegas dengan bagian tepi meninggi yang dapat dirasakan saat di palpasi
dengan jari. Pada beberapa kasus, vesikel dan bulla berisi cairan seropurulen.
Pembengkakan nodus limfe di sekitar infeksi sering ditemukan. Bagian yang
paling sering terkena adalah kaki dan wajah.. Pada kaki, sering ditemukan
edema dan lesi bulla. Biasanya inflamasi pada wajah bermula dari pipi dekat
hidung atau di depan cuping telinga dan kemudian menyebar ke kulit kepala.
Infeksi biasanya terjadi bilateral dan ia jarang disebabkan oleh trauma. 7

2.5

DIAGNOSIS
a. Anamnesis 1
Keluhanan utama : bercak kemerah-merahan pada kulit wajah dan/atau
kaki disertai rasa nyeri.
Keluhan lain : bercak eritem pada daerah wajah, awalnya unilateral
lama-kelamaan menjadi bilateral atau diawali dengan bercak eritem di
tungkai bawah yang sebelumnya dirasakan nyeri di area lipatan paha.
Disertai gejala-gejala konstritusi seperti demam, malaise, flu,
menggigil, sakit kepala, muntah dan nyeri sendi.

Riwayat penyakit : faringitis, ulkus kronis pada kaki, infeksi akibat


penjepitan tali pusat yang tidak steril pada bayi
Riwayat pengobatan : pernah dioperasi
Faktor resiko : vena statis, obesitas, limfaedema
b. Pemeriksaan fisis 4
Inspeksi : bercak merah bilateral pada pada pipi dan kaki, bekas
garukan dan abrasi, bekas luka, dan pembesaran kelenjar limfatik
femoral.
Effloresensi : eritema yang berwarna merah cerah, berbatas tegas dan
pinggirnya meninggi. Sering disertai udem, vesikel dan bulla yang
berisi cairan seropurulen.
c. Pemeriksaan penunjang 3
Bakteri dapat di indentifikasi melalui pemeriksaan biopsi kulit dan
kultur. Spesimen untuk kultur bisa diambil dari apusan tenggorokan,
darah dan cairan seropurulen pada lesi. Pada pemeriksaan darah rutin
menunjukkan adanya polimorfonuklear leukositosis, meningkatnya
laju endap darah (LED) dan juga meningkatnya C-reaktif protein.

Gambar 1. Erisipelas. Bercak kemarahan


Gambar 2. Erisipelas. Bercak eritem pada
pada tungkai bawah yang disertai rasa
kedua
pipi yang berbatas tegas. Pasien disertai
1
nyeri yang batas tegas.
rasa
nyeri, demam dan menggigil. 1
2.6 DIAGNOSIS BANDING
a. Selulitis
Selulitis terjadi pada lapisan dermis dan subkutan. Etiologi paling
sering disebabkan oleh S. pyogens, S.aureus dan GAS. Selain itu, bakteri
streptokokus grup B juga bisa menyerang bayi dan bakteri basil gram
negatif bisa menyerang orang dengan tingkat imun yang rendah. Tinea
pedis biasanya menjadi port of the entry infeksi penyakit ini. Selulitis

mempunyai gejala yang sama dengan erisipelas yaitu eritema dan sakit,
tetapi dapat dibedakan dengan batas lesi yang tidak tegas, terjadi di
lapisan yang lebih dalam, permukaan lebih keras dan ada krepitasi saat
dipalpasi. Selulitis dapat berkembang menjadi bulla dan nekrosis sehingga
mengakibatkan penggelupasan dan erosi lapisan epidermal yang luas.1

Gambar 4. Selulitis pada ekstremitas


bawah tampak eritema dengan vesikelvesikel yang sudah pecah.3
Gambar 3. Selulitis pada ekstremitas
bawah disertai
bengkak,
b. Dermatitis
Kontak
Alergi melepuh dan
berkrusta.
Dermatitis kontak 1 alergi merupakan

presentasi

dari

respon

hipersensitivitas type IV terhadap lebih 3700 jenis zat kimia eksogen.


Gejala gejala klinis akan muncul segera setelah terekspos oleh alergen.
Fase akut ditandai dengan eritema, permukaan menonjol dan plak bersisik.
Penderita dermatitis kontak alergi biasanya dalam keadaan normal dan
tidak ditemukan tanda-tanda patologis pada pemeriksaan lab. 8

Gambar 5. DKA pada wajah disebabkan


oleh reaksi positif terhadap balsem. 8

Gambar 6. DKA pada jari disebabkan oleh


pajanan terhadap pekerjaan. 8

2.7

PENATALAKSANAAN
Pada erisipelas di daerah kaki, istirahatkan tungkai bawah dan kaki
yang diserang ditinggikan. Pengobatan sistemik ialah antibiotik, topikal
diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik.5
Penicilline merupakan obat antibiotik pilihan utama dan memberikan
respon sangat bagus untuk penyembuhan erisipelas. Pemberian obat harus
disesuaikan dengan kondisi penyakitnya :
a. Infeksi sedang 5
- Procaine penicillin (penicillin G) 600,00 IU i.m 1-2x setiap hari
- Penicillin V 250 mg p.o 4-6x setiap hari
- Jika suspek terjadi infeksi staphylococcus, berikan dicloxacillin 500-

1000 mg p.o
Jika pasien alergi Penicillin, berikan erythromycin 500 mg p.o atau

clindamycin 150 300 mg p.o


b. Infeksi berat 5
- Rawat inap, lakukan kultur dan tes sensitivitas, konsultasi penyakit
-

infeksi
Penicillin G 10,000,000 IU i.v
Jika suspek terjadi infeksi staphylococcus, berikan nafcillin 500-1000

mg i.v atau flucloxacillin 1 g i.v


Jika pasien alergi penicillin, berikan vancomycin 1.0-1.5 g i.v setiap
hari

Obat Topikal2 :

Kompres dengan Sodium Chloride 0,9 %.

Salep atau krim antibiotika, misalnya: Natrium Fusidat, Mupirocin,


Garamycin, Gentamycin.

2.8

PROGNOSIS
Prognosis pasien erisipelas adalah bagus. Komplikasi dari infeksi tidak
menyebabkan kematian dan kebanyakan kasus infeksi dapat diatasi dengan
terapi antibiotik. Bagaimanapun, infeksi ini masih sering kambuh pada pasien
yang memiliki faktor predisposisi.2 Jika tidak diobati akan ia menjalar ke
sekitarnya terutama ke proksimal. Kalau sering residif di tempat yang sama,
dapat terjadi elephantiasis.6

BAB III
STATUS PASIEN

A.

Identitas Pasien

Nama

: Marnala Sibuea

Umur

: 49

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Kristen

10

Pekerjaan

: PNS

Alamat

: Jl. M. Siregar P. Siantar

B.

Anamnesis Pasien

Keluhan utama

: Timbul gelembung berisi cairan yang terasa gatal


didaerah mata kaki dan pergelangan kaki sebelah kanan
yang dialami sejak 1 minggu yang lalu.

Telaah

: Awalnya terdapat luka di mata kaki sebelah kanan.


Setelah luka sembuh, bekas luka terasa gatal, kemudian
digaruk.Lama kelamaan timbul

demam dan

merasa nyeri. Os mengkonsumsi paracetamol, ctm, dan


ciprofloksasin namun tidak berkurang. Akhirnya os
berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Dr.
Djasamen Saragih.
RPO

Paracetamol, CTM, Ciprofloksasin

RPT

RPK

C.

Status Dermatologi
Ruam

: Bula diatas dasar yang eritematosa

Lokasi

: Mata kaki dan pergelangan kaki kanan bagian


belakang

Diagnosis Banding

: 1. Erisipelas
2. Selulitis
3. Dermatitis Kontak Alergi

Diagnosis Sementara : Selulitis

11

Gambar Ruam :
Kunjungan tanggal 7 Desember 2015

Kunjungan tanggal 14 Desember 2015

12

Terapi
-

Asam Mefenamat 500 mg 3x1

Cefadroxil 500 mg 3x1

Kompres NaCl 0,9%

Fusidic Acid ( Fuson cream)

13

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1

RESUME

Seorang perempuan, Marnala Sibuea berusia 49 tahun dating ke Poliklinik


Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar dengan
keluhan timbul gelembung berisi cairan yang terasa gatal didaerah mata kaki
dan pergelangan kaki sebelah kanan yang dialami sejak 1 minggu yang lalu.

Awalnya terdapat luka di mata kaki sebelah kanan. Setelah luka sembuh,
bekas luka terasa gatal, kemudian digaruk.Lama kelamaan timbul demam
dan merasa nyeri. Os mengkonsumsi paracetamol, ctm, dan ciprofloksasin
namun tidak berkurang. Akhirnya os berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUD Dr. Djasamen Saragih.

Pada pemeriksaan status dermatologis ditemukan bula diatas dasar yang


eritematosa.

Lokasi ruam terdapat di mata kaki dan pergelangan kaki kanan bagian
belakang.

Pasien didiagnosis dengan Erisipelas dan diberikan pengobatan berupa Asam


mefenamat 500 mg 3x1, Cefadroxil 500 mg 3x1, Kompres NaCl 0,9%, dan
Fusidic Acid (Fuson cream).

14

4.2

DISKUSI

Pasien mengeluhkan timbul gelembung berisi cairan yang didahului dengan


trauma didaerah mata kaki dan pergelangan kaki Hal ini sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa terjadinya erisipelas biasanya didahului oleh
trauma karena itu biasanya tempat predileksinya di tungkai bawah. Trauma
menyebabkan perlukaan pada kulit yang menyebabkan Streptokokus
menginfeksi daerah tersebut yang akhirnya menyebabkan erisipelas.

Pasien mengeluhkan demam Hal ini sesuai dengan gejala konstitusi dari
erysipelas yaitu demam. Demam disebabkan oleh reaksi infeksi yang terjadi
akibat peningkatan thermostat di hipotalamus sebagai reaksi homeostasis
tubuh untuk melawan infeksi.

Pasien mengeluhkan gatal dan nyeri Hal ini disebabkan oleh pengeluaran
histamin sebagai mediator inflamasi serta rasa nyeri juga disebabkan oleh
reaksi inflamasi.

Pengobatan yang diberikan adalah Asam mefenamat sebagai analgetik,


Cefadroxil dan Fusidic Acid sebagai antibiotik, dan NaCl 0,9% sebagai
desinfektan.

15

BAB V
KESIMPULAN

Erisipelas adalah suatu jenis selulitis kutaneus superfisial yang disebabkan oleh
bakteri Streptococcus b-hemolytic grup A.

Kelainan kulit yang utama adalah eritema yang berwarna merah cerah, berbatas
tegas dan pinggirnya meninggi, dapat disertai edema, vesikel dan bulla dan
terdapat leukositosis disertai gejala konstitusi seperti demam, malaise, flu,
menggigil, nyeri kepala, muntah dan nyeri sendi

Diagnosis ditegakkan dari anamnesis berupa timbulnya gelembung di daerah


tungkai bawah disertai rasa nyeri dan gejala konstitusi berupa demam. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan bula diatas dasar yang eritema.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa biopsi kulit dan kultur. Serta
pemeriksaan

darah

rutin

yang

menunjukkan

adanya

polimorfonuklear

leukositosis, meningkatnya laju endap darah (LED) dan juga meningkatnya Creaktif protein.

Pengobatan yang diberikan pada erisipelas adalah Asam mefenamat sebagai


analgetik, Cefadroxil dan Fusidic Acid sebagai antibiotik, dan NaCl 0,9% sebagai
desinfektan.

Prognosis pasien erisipelas baik jika ditangani dengan cepat dan tepat. Jika tidak
diobati akan ia menjalar ke sekitarnya terutama ke proksimal.

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Saavedra A,Weinberg AN, Swartz MN, Johnson RA. Chapter 179 Soft Tissue
Infections : Erysipelas, Cellulitis, Gangrenous Cellulitis, and Myonecrosis.
Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatricks Dermatology in General
Medicine. 7th Ed. McGraw Hill Medical. United State of America. 2008.
P.1720-1722
2. Davis L. Medscape Drugs, Diseases & Procedures Reference : Erysipelas.
http://emedicine.medscape.com/article/1052445-overview . 2012.

3. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews disease of Skin Clinical
Dermatology. 10th Ed. Elsevier. Canada. 2000. P.260-261
4. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rooks Textbook of Dermatology.
8th Ed. Wiley Blackwell. United Kingdom. 2007. P.30.17- 30.20
5. Gawkrodger D. Dermatology An Illustrated Colour Text. 3rd Ed. Churchill
Livingstone. China. 2002. P.45
6. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi Kedua. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1993. P.48-49
7. Sterry W, Paus R, Burgdorf W. Thieme Clinical Companions Dermatology.
Thieme. New York. 2006. P.82
8. Cohen DE, Jacob SE. Chapter 13 Allergic Contact Dermatitis. Wolff K,
Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7 th Ed.
McGraw Hill Medical. United State of America. 2008. P.136-140

17

Anda mungkin juga menyukai