Anda di halaman 1dari 13

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT


Bag./SMF Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin FK UNISA Palu / RSU
Anutapura

STATUS PENDERITA

Diagnosis : PSORIASIS

Nama : Fanky Fazdianki Ramadhan

NIM : 15 19 777 14 351

Pembimbing : dr. Diani Nurdin. M.Kes, Sp.KK


1. Nama : Tn. Z
Umur : 34 Tahun
Alamat : Jl. Pulau samosir
Status Perkawinan : Menikah

2. Anamnesis : Autoanamnesis
Keluhan Utama : Bercak kemerahan di lutut kiri dan ibu jari kaki
kanan dan punggung
Anamnesis Terpimpin :
Penderita mengeluh terdapat bercak berwarna keputihan semenjak
satu tahun yang lalu. Bercak putih muncul di lutut kiri pasien. Bercak
pertama kali muncul berwarna merah dan berukuran kecil kemudian tanpa
disadari bercak bertambah besar dan ditutupi sisik berwarna putih. Pasien
juga mengaku muncul bercak yang sama di ibu jari kaki kanan. Pasien
mengaku tidak tahu kapan tepatnya bercak di ibu jari kaki kanannya
muncul tetapi pasien mengatakan bercak itu belum ada saat keluhan di
lutut kirinya muncul. Pasien juga mengaku terdapat rasa gatal pada lutut
kiri. Pasien mengaku merasa sedikit gatal bersamaan dengan munculnya
bercak. Rasa gatal dirasakan pada lutut kiri. Rasa gatal muncul
sewaktu-waktu. Gata dikatakan tidak sampai menganggu aktivitas atau
saat beristirahat. Awalnya gatal muncul secara tiba-tiba di lutut kiri
terutama saat beristirahat dan menghilang dengan sendiri beberapa jam
kemudian. Rasa gatal dikatakan tidak memberat pada saat berkeringat
dan dirasakan sedikit membaik apabila digaruk. Pasien mengaku saat
menggaruk kadang-kadang hingga mengkelupas dan terlihat bintik-bintik
berwarna merah. Pasien menyangkal ada rasa nyeri dan panas pada
daerah bercak di kakinya. Pasien juga menyangkal adanya riwayat
demam, riwayat kontak dengan bahan tertentu, ataupun riwayat
alergi.

3. Status Pasien
Keadaan Umum : Sakit (Sedang) ; Kesadaran : Compos Mentis
Gizi (Cukup) Higiene (Sedang)
Tanda Vital : Tensi: 120/80 mm/Hg ; Nadi: 110 x/mnt ;
Pernapasan: 25 x/mnt ; Suhu: 36,8 oC
Kepala : Sklera : Ikterus (-)
Konjungtiva : Anemia (-)
Bibir : Sianosis (-)
Jantung / Paru : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Edema -/-, Akral Hangat +/+
Kelenjar Limfa : Tidak dilakukan pemeriksaan

Status Lokalis : Terdapat lesi pada lutu kiri dan kanan sesuai
dengan status dermatologi.

4. Status Dermatologi
Lokasi : lutut kanan, digiti I kaki kanan dan lutut kiri.
Efloresensi : plak eritema batas tegas bentuk bulat sampai
lonjong dengan diameter 1,5 – 3,5 cm,
terdapat skuama kasar berwarna putih
diatasnya. Fenomena tetesan lilin (+).

5. Laboratorium
Kerokan : Fenomena tetesan lilin
Dan lain-lain :-

6. Resume :
Penderita laki-laki, 39 tahun, dikeluhkan timbul bercak keputihan
pada lutut kiri dan ibu jari kaki kanan sejak 1 tahun yang lalu, awal
gejala muncul bercak kemerahan di lutut kanan kemudian bercak
tersebut muncul pada lutut kiri, terasa sedikit gatal. Ibu dan adik
pasien mengeluh keluhan yang sama seperti pasien yaitu
ada bercak keputihan yang terasa sedikit gatal. Riwayat
pengobatan dapat dibawa ke puskesmas dan sekarang rutin kontrol
di poliklinik Kulit dan Kelamin RSU Singaraja. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan statust presen dan general dalam batas
normal.Pada status dermatologi didapatkan pada ibu jari kaki
kanan, lutut kanan dan kiriterdapat effloresensi plak eritema batas
tegas bentuk bulat sampai lonjong dengan diameter 1,5 – 3,5 cm,
terdapat skuama kasar berwarna putih diatasnya, ditemukan
fenomena tetesan lilin.

7. Diagnosis Banding : Dermatitis Seboroik

8. Diagnosis : Psoriasis

9. Diskusi :

PSORIASIS

A. DEFINISI
Psoriasis merupakan kelainan kulit yang termasuk golongan
dermatosis eritroskuamosa dengan gambaran lesi kulit yang khas
berupa plak kemerahan dengan skuama berwarna. Penyakit ini
merupakan inflamasi kronis yang multisistemik dan tidak menular.
Pasien dengan psoriasis memiliki predisposisi penyakit genetik
dengan daerah predileksi meliputi kulit pada bagian siku, lutut,
kepala, lumbosakral, celah intergluteal, dan glans penis.
Penyebabnya masih belum jelas, biasanya lebih banyak mengenai
usia dewasa muda, frekuensi pria dan wanita hampir sama. Insiden
pada orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit
berwarna. Meskipun penyakit ini tidak menyebabkan kematian,
tetapi menyebabkan gangguan kosmetik, terlebih-lebih mengingat
perjalannya menahun dan residif. Psoriasis adalah peradangan
kulit yang bersifat kronik dengan karakteristik berupa plak
eritematosa berbatas tegas, skuama kasar, berlapis dan berwarna
putih keperakan terutama pada siku, lutut, SCALP, punggung,
umbilikus dan lumbal.

B. ETIOPATOGENESIS
Penyebab pasti Psoriasis Vulgaris adalah belum jelas.
Faktor yang diduga menimbulkan penyakit ini antara lain
genetik, imunologik, dan beberapa faktor pencetus lainnya
seperti stres psikis, infeksi lokal, truma, gangguan metabolik, obat,
juga alkohol dan merokok. Kepustakaan menunujukan bahwa
seseorang dengan orang tua tidak menderita psoriasis, resiko
untuk mengalami psoriasis adalah sebesar 12%, sedangkan jika
salah seorang orang tuanya menderita psoriasis, resiko
seseorang untuk menderita psoriasis meningkat menjadi 34% -
39% dan jika kedua orang tua menderita penyakit ini maka
probalitasnya menjadi 60%. Secara imunologik, psoriasis
merupakan reaksi imun kompleks yang melibatkan komponen sel
inflamatori berupa elemen innate immune system dan adaptive
immune systems disertai dengan adanya proliferasi dan
diferensiasi sel keratinosit. Aktivasi antigen presenting cells
mengakibatkan perkembangan sel T yang akan segera bermigrasi
menuju sel kulit yang terlibat. Pada hiperparakeratosis epidermal
yang terjadi, terdapat angiogenesis yang menyebabkan
abnormalitas kapiler pada lapisan dermis bagian atas, infiltrate
limfositik, serta adanya perubahan histopatologi yang ditandai
dengan influks neutrofil yang akan membentuk abses steril pada
epidermis (abses Munro). Pada psoriasis terjadi perubahan
morfologik dan kerusakan sel epidermis akan menimbulkan
akumulasi sel monosit dan limfosit pada puncak papil dermis dan
didalam stratum basalis sehingga menyebabkan pembesaran dan
pemanjangan papil dermis. Sel epidermodermal bertambah
luas, lipatan di lapisan bawah stratum spinosum bertambah
banyak. Proses ini menyebabkan pertumbuhan kulit lebih cepat dan
masa pertukaran kulit menjadi lebih pendek dari normalnya 28 hari
menjadi 3-4 hari. Stratum granulosum tidak terbentuk dan di dalam
stratum korneum terjadi parakeratosis. Stres psikis merupakan
faktor pencetus utama, selain itu trauma (fenomena Kobner,
garukan, pembedahan) dapat menyebabkan terjadinya lesi
psoriasis di tempat yang terkena. Khusus faktor pencetus dari
Scalp Psoriasis adalah garukan pada kulit kepala, cara menyisir
rambut dan bahan bahan iritan misalnya cat rambut maupun bahan
kosmetik rambut lainnya, sehingga predileksi Scalp Psoriasis pada
umumnya pada daerah perbatasan kulit kepala yang berambut dan
tidak berambut misalnya didahi, kepala belakang dan post auricular
Obat-obatan yang dapat menyebabkan eksaserbasi adalah beta-
adrenergic blocking agents, litium, anti malaria, IFN α dan γ, ACE
inhibitor dan penghentian mendadak kortikosteroid sistemik.
Gangguan metabolik seperti hipokalemia dan dialisis juga dapat
menjadi faktor pencetus. Infeksi lokal, khususnya oleh
Streptococcus, dikatakan dapat mencetuskan kumatnya Scalp
Psoriasis. Paparan terhadap sinar matahari dapat menjadi faktor
pencetus, walaupun pada 10% kasus memberikan keuntungan.
C. GEJALA KLINIS
Pada penderita psoriasis keadaan umum tidak dipengaruhi, kecuali
pada psoriasis yang menjadi eritroderma. Sebagian penderita
mengeluh gatal ringan. Tempat predileksinya pada skalp,
perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas
bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah
lumbosakral. Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang
meninggi (plak) dengan skuama diatasnya. Eritema sirkumskrip
dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering eritema
yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama
berlapis-lapis,kasar dan berwarna putih seperti mika, serta
transparan. Besar kelainan bervariasi: lentikuler, numular atau
plakat, dapat berkonfluensi. Pada psoriasis terdapat fenomena
tetesan lilin (kaarsvlek phenomena), Auspitz dan Kobner
(isomorfik). Kedua fenomena yang disebut lebih dahulu diangggap
khas, sedangkan ynag terakhir tak khas, hanya kira-kira 47% yang
positif dan didapati pula pada penyakit lain, misalnya liken planus
dan veruka plana juvenilis. Pada fenomena tetesan lilin ialah
skuama dikerok, maka akan timbul garis-garis putih pada goresan
seperti lilin yang digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias.
Sedangkan pada fenomena Auspitz tampak serum atau darah
berbintik-bintik yang disebabkan oleh papilomatosis yaitu dengan
dikerok terus secara hati-hati sampai ke dasar skuama. Truma
pada kulit penderita psoriasis misalnya garukan, dapat
menyebabkan kelainan psoriasis dan disebut fenomena Kobner
yang timbul kira-kira setelah 3 minggu.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan histopatologi didapatkan gambaran
hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis, papilomatosis dan
hilangnya stratum granulosum. Pada stratum spinosum terdapat
kelompok leukosit yang disebut dengan abses Munro dan
ditemukan pula papilomatosis dan vasodilatasi subepidermis.
Pemeriksaan darah rutin juga kadang dilakukan untuk mencari
penyakit infeksi, pemeriksaan gula darah, kolesterol untuk penyakit
diabetes mellitus.

E. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan gambaran klinis yang
khas, yaitu makulo-papula eritema dengan batas tegas, ditutup
skuama kasar, putih mengkilat seperti perak, disertai adanya
fenomena bercak lilin dan tanda Auspitz. Bila gambaran klinis
kurang jelas, dilakukan pemeriksaan histopatologi. Derajat
penyakit ditentukan dengan menggunakan psoriasis area severity
index (PASI). PASI dihitung dengan menilai area tubuh yang berisi
lesi dan intensitas lesi (dengan menilai warna, ketebalan, dan
penglupasan) dimana psoriasis diklasifikasi menjadi tiga yakni:

 Psoriasis ringan: PASI < 8, luas lesi <5% dari permukaan kulit

 Psoriasis sedang: PASI 8-12, luas lesi 5-20% dari permukaan kulit

 Psoriasis berat: PASI >12, luas lesi >20%, komplikasi pustular


psoriasis, mengenai telapak tangan dan kaki, tidak responsif
dengan kortikosterid
topical.

F. DIAGNOSIS BANDING
Ada beberapa diagnosis banding dari psoriasis. Pada stadium
penyembuhan dari psoriasis dapat terjadi eritema yang hanya
terdapat pada pinggir lesi yang menyerupai dermatofitosis. Hal ini
dapat dibedakan dari keluhan yakni pada dermatofitosis pasien
merasa sangat gatal dan ditemukan hifa pada pemeriksaan
mikroskopik. Sifilis stadium II dapat juga menyerupai psoriasis dan
disebut sebagai sifilis psoriasiforis. Pada sifilis terdapat coitus
suspectus, pembesaran getah bening menyeluruh, dan tes
serologik yang positif. Lesi psoriasis juga menyerupai lesi dermatitis
seboroik, tetapi pada dermatitis seboroik skwama akan tampak
berminyak dan berwarna kekuningan. Selain itu predileksi terjadi
pada daerah seboroik.

10. Terapi
Dalam kepustakaan terdapat banyak cara pengobatan. Pengobatan
psoriasis ada 2 macam meliputi pengobatan topikal dan sistemik.
Pengobatan Topikal diindikasikan pada psoriasis ringan dan
sedang. Sediaan topikal yang digunakan antara lain:
 Salep campuran asam salisilat 3-5% dan tar (LCD 3-5%)
 Antralin 0.2-0.6% salep/krim. Mempunyai efek antiinflamasi
dan menghambat proliferasi keratinosit. Efek sampingnya
adalah bersifat iritasi dan mewarnai kulit dan pakaian.
 Kortikosteroid topikal potensi sedang hingga tinggi sebagai anti
inflamasi dan anti mitosis. Jika telah terjadi perbaikan potensinya
dan frekuensinya dikurangi.
 Kalsipotriol krim
Pengobatan sistemik diindikasi pada psoriasi berat. Sediaan untuk
pengobatan sistemik antara lain:
 Metrotreksat 7.5-25 mg p.o/minggu selama 4-6 minggu
 Retinoid berupa acitretin 0.3-1 mg/kg/hari selama 2-4 bulan
Pengobatan sistemik dapat dikombinasi dengan fototerapi dengan
menggunakan narrow band UVB atau broad band UVB atau
menggunakan foto kemoterapi memakai psoralen (PUVA).
Antihistamin dapat diberikan untuk pengobatan simptomatik yakni
untuk mengurangi rasa gatal dan steroid sistemik hanya digunakan
apabila terjadi eritroderma atau psoriasis pustola generalisata.
Selain itu dilakukan juga eksplorasi untuk mencari infeksi lokal atau
sistemik. Apabila ditemukan maka infeksinya diobati. Pasien juga
perlu diedukasi untuk mengurangi stres atau mengurangi trauma
fisik dengan mengenakan bantalan pada daerah yang sering
terbentur atau mengalami truma tekan.

11. Prognosis
Meskipun psoriasis tidak menyebabkan kematian, tetapi bersifat
kronis dan residif. Belum ada cara yang efektif dan memberi
penyembuhan yang sempurna.

Lampiran Foto Pasien :

Anda mungkin juga menyukai