PENDAHULUAN
1
Liken simpleks kronikus bersifat kronik residif dan merupakan kondisi yang
susah diobati karena tingginya resistensi terhadap terapi. Selain itu, ada juga
siklus gatal-garuk yang sangat sulit untuk dihentikan sehingga strategi terapi
selain farmakologik sangat penting. Pemahaman akan peran-peran faktor risiko
dalam penatalaksanaan liken simpleks kronikus sangat dibutuhkan agar dapat
dilaksanakan tatalaksana yang komprehensif dengan menghindari faktor-faktor
risiko selain juga menggunakan terapi farmakologi sebagai terapi.4 Pada
penatalaksanaan harus dicari kemungkinan penyakit yang mendasari, dan
dilakukan pengobatan.1
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
(Dilakukan secara Autoanamnesis 23 Juli 2018)
Keluhan Utama :
Bercak kemerahan yang menebal dan disertai rasa gatal pada tungkai bawah
kanan sejak ± 1 tahun yang lalu.
Keluhan Tambahan :
Tidak ada
3
pasien sering menggaruknya. Gatal dan pedih dirasakan hilang timbul, sering
muncul saat tidak ada kegiatan. Pasien mengaku sering menggaruk saat gatal
tersebut muncul. Gatal tidak diperberat dengan berkeringat ataupun bukan akibat
pasien menggunakan detergen untuk mencuci.
Sejak ± 1 minggu terakhir rasa gatal bertambah dan kulit yang menebal
semakin bertambah hingga terasa mengganggu. Kemudian pasien berobat ke
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Raden Mattaher Kota Jambi untuk
keluhannya tersebut.
4
4. Kepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata.
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil
isokor.
- Hidung : Discharge (-/-), tidak ada deviasi septum
- Mulut/gigi : Bibir sianosis (-), lidah tidak kotor, mukosa
hiperemis.
- Telinga : Daun telinga simetris, serumen (+/+) minimal
- Leher : Tidak ada pembesaran KGB
5. Thorax
Paru :
Inspeksi : Dinding dada simetris, jejas (-) retraksi (-/-)
Palpasi : Vokal fremitus paru kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V linea midklavikula sinistra
Perkusi : Batas jantung
Kanan atas SIC II linea parasternal dextra
Kiri atas SIC II linea parasternal sinistra.
Kanan bawah SIC IV linea parasternal dextra
Kiri bawah SIC V linea mid clavicula sinistra
Auskultasi : regular, murmur (-), gallop (-)
6. Abdomen
Inspeksi : Datar, striae (-), distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-), defans muskuler tidak ada
Perkusi : Timpani
7. Genitalia : Tidak diperiksa
8. Ekstremitas
5
a. Superior : Akral hangat, edema (-), sianosis (-), deformitas (-), CRT <
2 detik
b. Inferior : Akral hangat, edema (-), sianosis (-), deformitas (-), CRT <
2 detik
B. Status Dermatologi
(a)
Gambar 2.1. (a) Tungkai Bawah Kanan
6
skrotum, perianal, paha yang semakin terlihat,
bagian medial, lutut, terlihat plak dengan
tungkai bawah lateral, ekskoriasi serta sedikit
pergelangan kaki bagian eritematosa (memerah)
depan, dan punggung kaki dan edema. Pada lesi yang
sudah lama, lesi akan
tampak berskuama pada
bagian tengahnya, terjadi
hiperpigmentasi
2 Dermatitis atopik muka, kepala, tengkuk, lipat edema, vesika/ bula, dapat
siku, pergelangan tangan, disertai ekskoriasi. Pada
fosa poplitea. keadaan kronik dapat
terjadi penebalan
kulit/likenifikasi dan
hiperpigmentasi
3 Psoriasis Vulgaris Scalp, tengkuk, makula eritematosa yang
interskapula, lumbosakral, merata berbatas tegas
bagian ekstensor lutut dan dengan skuama tebal
siku, areola, mamaer, diatasnya. Skuama kasar
lipatan mamae, umbilicus, berlapis-lapis, warna putih
punggung kaki dekat transparan, bentuk bulat
pergelangan. atau lonjong, ukuran
bervariasi
4 Liken Planus Permukaan fleksor lesi yang khas berupa
pergelangan tangan, papula kecil, datar,
batang tubuh, kaki, glans poligonal permukaan
penis, medial paha, selaput mengkilap, warna
lendir dan vagina. keunguan, berangulasi
dengan anyaman garis
keabu-abuan (wickham’s
striae) pada
permukaannya. Di atasnya
terdapat skuama halus.
7
2.6 Diagnosis Kerja
Neurodermatitis Sirkumskripta
2.7 Penatalaksanaan
1. Non medikamentosa
- Menghindari garukan pada daerah yang gatal
- Segera keringkan bagian yang mengalami kelainan kulit tersebut
ketika terkena air atau keringat
- Menjaga kebersihan
- Menghindari gigitan serangga
2. Medikamentosa
- Kortikosteroid topikal : Betamethason dipropionat 0,05% cream
dioleskan 2 kali sehari
- Cetirizine tablet 10 mg 1 x 1 tablet
2.8 Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
8
3.1 Definisi
Neurodermatitis sirkumskripta atau juga dikenal dengan liken simplek
kronis adalah penyakit peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip ditandai
dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai
kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang dalam jangka
waktu yang lama karena berbagai rangsangan pruritogenik tertentu pada kulit
sehingga garis kulit tampak lebih menonjol menyerupai kulit batang kayu.
Penyakit ini memiliki predileksi di punggung, leher, dan ekstremitas terutama
pergelangan tangan dan lutut.1-4
Neurodermatitis sirkumskripta merupakan proses yang sekunder ketika
seseorang mengalami sensasi gatal pada daerah kulit yang spesifik dengan atau
tanpa kelainan kulit yang mendasar yang dapat mengakibatkan trauma mekanis
pada kulit yang berakhir dengan likenifikasi.1,2,5
3.2 Epidemiologi
Neurodermatitis sirkumskripta atau juga dikenal dengan liken simplek
kronis jarang terjadi pada usia anak- anak, tetapi lebih sering pada usia dewasa
9
keatas, yaitu usia 30-50 tahun. Pada pasien yang memiliki riwayat dermatitis
atopik dapat menderita neurodermatitis sirkumskripta pada onset usia yang lebih
muda, yaitu rata-rata 19 tahun. Wanita lebih sering menderita dari pada pria
dengan insidensi lebih banyak pada kelompok ras Asia dan kelompok ras asli
Amerika.2,3,4
3.3 Etiologi
Penyebab neurodermatitis sirkumskripta belum diketahui secara pasti,
namun diduga pruritus memainkan peranan karena pruritus berasal dari pelepasan
mediator atau aktivitas enzim proteolitik. Neurodermatitis sirkumskripta
ditemukan pada regio yang mudah dijangkau tangan untuk menggaruk. Sensasi
gatal memicu keinginan untuk menggaruk atau menggosok yang dapat
mengakibatkan lesi yang bernilai klinis, namun patofisiologi yang mendasarinya
masih belum diketahui.1,2,3
Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh karena adanya penyakit yang
mendasari, misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma
Hodgkin, hipertiroidia, penyakit kulit seperti dermatitis atopik, gigitan serangga,
dan aspek psikologik dengan tekanan emosi.1
Faktor penyebab dari neurodermatitis sirkumskripta dapat dibagi menjadi
dua, yaitu : 3
1. Faktor Interna
a. Dermatitis Atopik
Asosiasi antara neurodermatitis sirkumskripta dan
gangguan atopik telah banyak dilaporkan, sekitar 26%
sampai 75% pasien dengan dermatitis atopik terkena
neurodermatits sirkumskripta.
10
b. Psikologis
Anxietas telah dilaporkan memiliki prevalensi tertinggi
yang mengakibatkan neurodermatitis sirkumskripta.
Anxietas sebagai bagian dari proses patologis dari lesi yang
berkembang. Telah dirumuskan bahwa neurotransmitter
yang mempengaruhi perasaan, seperti dopamin, serotonin,
atau peptida opioid, memodulasikan persepsi gatal melalui
penurunan jalur spinal.
2. Faktor eksterna
a. Lingkungan
Faktor lingkungan seperti panas dan udara yang kering
dapat berimplikasi dala menyebabkan iritasi yang dapat
menginduksi gatal. Suhu yang tinggi memudahkan
seseorang berkeringat sehingga dpat mencetuskan gatal, hal
ini biasanya menyebabkan neurodermatits sirkumskripta
pada daerah anogenital.
b. Gigitan Serangga
Gigitan seranga dapat meyebabkan reaksi radang dalam
tubuh yang mengakibatkan rasa gatal.
3.4 Patogenesis
Stimulus untuk perkembangan neurodermatitis sirkumskripta adalah
pruritus. Pruritus sebagai dasar dari gangguan kesehatan dapat berhubungan
dengan gangguan kulit, proliferasi dari nervus, dan tekanan emosional. Pruritus
yang memegang peranan penting dapat dibagi dalam dua kategori besar, yaitu
pruritus tanpa lesi dan pruritus dengan lesi. Pasien dengan neurodermatitis
mempunyai gangguan metabolik atau gangguan hematologik. Pruritus tanpa
kelainan kulit dapat ditemukan pada penyakit sistemik, misalnya gagal ginjal
kronik, obstruksi kelenjar biliaris, Hodgkins lymphoma, polisitemia rubra vera,
hipertiroidisme, gluten-sensitive enteropathy, dan infeksi imunodefisiensi.
Pruritus yang disebabkan oleh kelainan kulit yang terpenting adalah dermatitis
atopik, dermatitis kontak alergi, dan gigitan serangga.1,2,3
11
Pada pasien yang memiliki faktor predisposisi, garukan kronik dapat
menimbulkan penebalan dan likenifikasi. Jika tidak diketahui penyebab yang
nyata dari garukan, maka disebut neurodermatitis sirkumskripta. Adanya garukan
yang terus-menerus diduga karena adanya pelepasan mediator dan aktivitas enzim
proteolitik. Walaupun sejumlah peneliti melaporkan bahwa garukan dan gosokan
timbul karena respon dari adanya stress. Adanya sejumlah saraf mengandung
immunoreaktif CGRP (Calsitonin Gene-Related Peptida) dan SP (Substance
Peptida) meningkat pada dermis. Hal ini ditemukan pada prurigo nodularis, tetapi
tidak pada neurodermatitis sirkumskripta. Sejumlah saraf menunjukkan
imunoreaktif somatostatin, peptide histidine, isoleucin, galanin, dan neuropeptida
Y, dimana sama pada neurodermatitis sirkumskripta, prurigo nodularis dan kulit
normal. Hal tersebut menimbulkan pemikiran bahwa proliferasi nervus akibat dari
trauma mekanik, seperti garukan dan goresan. SP dan CGRP melepaskan histamin
dari sel mast, dimana akan lebih menambah rasa gatal. Membran sel schwann dan
sel perineurium menunjukkan peningkatan dan p75 nervus growth factor, yang
kemungkinan terjadi akibat dari hyperplasia neural. Pada papilla dermis dan
dibawah dermis alpha-MSH (Melanosit Stimulating Hormon) ditemukan dalam
sel endotel kapiler.1-4
12
Gambar 3.2. Daerah predileksi neurodermatitis sirkumskripta4
13
3.6 Diagnosis
Diagnosis untuk liken simpleks kronis dapat ditegakkan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pasien dengan
neurodermatitis sirkumskripta mengeluh merasa gatal pada satu daerah atau lebih.
Sehingga timbul plak yang tebal karena mengalami proses likenifikasi. Biasanya
rasa gatal tersebut muncul pada tengkuk, leher, ekstensor kaki, siku, lutut,
pergelangan kaki. Eritema biasanya muncul pada awal lesi. Rasa gatal muncul
pada saat pasien sedang beristirahat dan hilang saat melakukan aktivitas dan
biasanya gatal timbul intermiten. 2
Pemeriksaan fisis menunjukkan plak yang eritematous, berbatas tegas, dan
terjadi likenifikasi. Terjadi perubahan pigmentasi, yaitu hiperpigmentasi. Pada
pemeriksaan penunjang histopatologi didapatkan adanya hiperkeratosis dengan
area yang parakeratosis, akantosis dengan pemanjangan rate ridges yang irregular,
hipergranulosis dan perluasan dari papil dermis.1,2
14
diketahui secara pasti, tetapi beberapa hipotesa telah mendapatkan
bahwa penyakit ini bersifat autoimun, dan residif.1,4,5
3. Liken Planus
Lesi yang pruritis, erupsi popular yang dikarakteritikkan dengan
warna kemerahan berbentuk polygonal, dan kadang berbatas tegas.
Sering ditemukan pada permukaan fleksor dari ekstremital,
genitalia dan membrane mukus. Mirip dengan reaksi mediasi
imunologis. Liken planus ditandai dengan papul-papul yang
mempunyai warna dan konfigurasi yang khas. Papul-papul
berwarna merah biru, berskuama, dan berbentuk siku-siku.4,5
4. Dermatitis atopi
Peradangan kulit kronis yang residif disertai gatal, yang
umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak. Sering
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan
riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa
papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,
distribusinya di lipatan. Gambaran lesi kulit pada remaja dan
dewasa dapat berupa plak papuler, eritematosa, dan berskuama
atau plak likenifikasi yang gatal.4,5
15
kemampuan pengikatan zat besi (iron binding capacity), dan foto dada.
Kadar IgE dapat meningkat pada neurodermatitis yang atopik, tetapi
normal pada neurodermatitis nonatopik. Bisa juga dilakukan
pemeriksaan potassium hydroksida pada pasien liken simpleks genital
untuk mengeleminasi tinea cruris.1,3,6
2. Histopatologi
Gambaran histopatologik neurodermatitis sirkumskripta berupa
ortokeratosis, hipergranulosis, akantosis, dengan rate ridges
memanjang teratur. Bersebukan sel radang limfosit dan histiosit di
sekitar pembuluh darah dermis bagian atas, fibroblas bertambah, dan
kolagen menebal. Pada prurigo nodularis akantosis pada bagian tengah
lebih tebal, menonjol lebih tinggi dari permukaan, sel Schwan
berproliferasi, dan terlihat hiperplasi neural. Kadang terlihat krusta yang
menutup sebagian epidermis.1,3,10
3.9 Penatalaksanaan
Terapi Neurodermatitis Sirkumskripta bertujuan untuk memutus itch-scratch
cycle, karena pada dasarnya tindakan menggaruk lesi yang terasa gatal justru akan
memperberat lesi, dan memperberat gatal yang dirasakan. Penyebab sistemik dari
gatal harus diidentifikasi.1,2,6-8
Hal ini lah yang menyebabkan penatalaksanaan Dermatitis Sirkumskripta
menjadi sangat sulit. Harus dijelaskan berkali-kali untuk tidak menggaruk atau
menggosok lesinya.
a. Kortikosteroid topikal
Kortikosteroid Topikal, sampai saat ini masih merupakan pilihan
pengobatan. Pemberiannya akan lebih efektif jika diaplikasikan
kemudian dibalut dengan perban oklusif kering. Yang menjadi pilihan
adalah kortikosteroid dengan potensi tinggi seperti Clobetassol
Propionat, Diflorasone Diasetat, atau bethamethason
dipropionat.Pemberian kortikosteroid berupa Triamcinolone secara
Intralesi, biasanya sangat efektif (3mg/ml). Namun harus sangat
diperhatikan karena pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan atropi.
1. Clobetasol
16
Topical steroid super poten kelas 1: menekan mitosis dan menambah
sintesis protein yang mengurangi peradangan dan menyebabakan
vasokonstriksi.
2. Betamethasone dipropionate cream 0,05%.
17
Obat oral dapat mengurangi gatal dengan memblokir efek pelepasan
histamin secara endogen. Gatal berkurang, pasien merasa tenang atau
sedatif dan merangsang untuk tidur. Obat topikal menstabilisasi
membrane neuron dan mencegah inisiasi dan transmisi implus saraf
sehingga memberi aksi anestesi lokal.1,7,8
1. Dipenhidramin
Untuk meringankan gejala pruritus yang disebabkan oleh pelepasan
histamin.
2. Cholorpheniramine
Bekerja sama dengan histamin atau permukaan reseptor H1 pada sel
efektor di pembuluh darah dan traktus respiratori.
3. Hidroxyzine
Reseptor H1 antagonis diperifer. Dapat menekan aktifitas histamin
diregion subkortikal sistem saraf pusat.
4. Klonazepam
Untuk anxietas yang disertai pruritus. Berikatan dengan reseptor-
reseptor di SSP, termasuk sistem limbik dan pembentukan retikular.
Efeknya bisa dimediasi melalui reseptor GABA.
3.10 Prognosis
Prognosis pada pasien LSK adalah baik, pruritus dapat diatasi tetapi dapat
terjadi perubahan ringan seperti jaringan parut dan pigmentasi. Kekambuhan
sangat mungkin terjadi kembali bisa karena stress psikis, udara panas, kelembaban
maupun terjadinya iritasi kulit atau alergi.6,9
18
BAB IV
ANALISIS KASUS
19
eritematosa yang berbatas tegas (sirkumskripta), kemudian diikuti oleh edema,
papulovesikel, vesikel, atau bula. Vesikel atau bula yang pecah dapat pecah
kemudian menimbulkan erosi dan eksudasi(basah). DKA di tempat tertentu
misalnya kelopak mata, penis, skrotum, gejala eritema dan edema lebih dominan
daripada vesikel. Pada tipe kronik : kulit terlihat kering, berskuama (bersisik),
papul, likenifikasi, mungkin juga fisur, dan berbatas tidak tegas.
Tatalaksana KIE merupakan terpenting pada pasien ini yaitu jangan
digaruk pada lesi dan usahakan agar lesi tetap kering dari air ataupun keringat.
Pemberian obat topikal yaitu kortikosteroid topikal kuat betamethasone
dipropionate. Obat sistemik diberikan antihistamin untuk mengurangi rasa gatal
yaitu diberikan cetirizine.
20
BAB V
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
22