Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Neurodermatitis sirkumskripta atau juga dikenal sebagai Liken Simpleks


Kronikus adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai dengan kulit
tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang
kayu.1 Liken simpleks kronikus ini bukanlah suatu proses yang primer, sebaliknya
pasien merasakan gatal pada area kulit tertentu dan menyebabkan adanya trauma
mekanik akibat garukan sehingga timbul likenifikasi.2
Liken simpleks kronikus jarang terjadi pada anak-anak. Puncak insidennya
adalah pada umur antara 30 dan 50 tahun. Liken simpleks kronikus lebih banyak
terjadi pada wanita dibandingkan pria dan dapat ditemui pada semua ras. Namun,
sejumlah ahli mengklaim bahwa liken simpleks kronikus lebih sering pada orang
Asia dan orang Amerika-Afrika. Frekuensi pasti pasien liken simpleks kronikus di
populasi dunia belum diketahui. Dalam suatu penelitian, diperkirakan sekitar 12%
pasien usia lanjut dengan kulit pruritus juga menderita liken simpleks kronikus.2
Keluhan dan gejala dapat mucul dalam waktu hitungan minggu sampai
bertahun-tahun. Keluhan utama yang dirasakan pasien dapat berupa gatal dan
seringkali bersifat paroksismal.1,2 Bentuk lesi dari liken simpleks kronikus pada
awalnya berupa plak eritematosa dan sedikit edematosa, yang lambat laun edema
dan eritema akan menghilang. Pada bagian tengah berskuama dan menebal,
disekitarnya hiperpigmentasi, dan batas tidak jelas.1 Lokasi lesi paling sering
adalah di daerah skapula, samping leher, ekstensor ekstremitas, pergelangan kaki,
dan daerah anogenital. Namun dapat ditemukan juga pada daerah lain terutama
daerah-daerah yang terjangkau oleh tangan.3
Pada pemeriksaan laboratorium tidak ada tes yang spesifik untuk
neurodermatitis sirkumskripta. Pada pasien dengan pruritus generalisata yang
kronik yang diduga disebabkan oleh gangguan metabolik dan gangguan
hematologi, maka pemeriksaan hitung darah harus dilakukan, juga dilakukan tes
fungsi ginjal dan hati, tes fungsi tiroid, elechtroporesis serum, tes zat besi serum,
tes kemampuan pengikatan zat besi (iron binding capacity).4

1
Liken simpleks kronikus bersifat kronik residif dan merupakan kondisi yang
susah diobati karena tingginya resistensi terhadap terapi. Selain itu, ada juga
siklus gatal-garuk yang sangat sulit untuk dihentikan sehingga strategi terapi
selain farmakologik sangat penting. Pemahaman akan peran-peran faktor risiko
dalam penatalaksanaan liken simpleks kronikus sangat dibutuhkan agar dapat
dilaksanakan tatalaksana yang komprehensif dengan menghindari faktor-faktor
risiko selain juga menggunakan terapi farmakologi sebagai terapi.4 Pada
penatalaksanaan harus dicari kemungkinan penyakit yang mendasari, dan
dilakukan pengobatan.1

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. A
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : RT 5 Pal Lima Kel. Pal Lima, Kec. Kota Baru
Pekerjaan : Mahasiswa
Status Pernikahan : Belum Menikah
Suku Bangsa : Melayu
Hobi : Bermain sepak bola

2.2 Anamnesis
(Dilakukan secara Autoanamnesis 23 Juli 2018)

Keluhan Utama :
Bercak kemerahan yang menebal dan disertai rasa gatal pada tungkai bawah
kanan sejak ± 1 tahun yang lalu.

Keluhan Tambahan :
Tidak ada

Riwayat Perjalanan Penyakit:


Sejak ± 1 tahun yang lalu pasien mengaku timbul bercak kemerahan yang
terasa gatal pada tungkai bawah sebelah kanan. Awalnya bintil kemerahan akibat
digigit nyamuk di tungkai bawah kanan. Karena bintil terasa gatal, pasien
menggaruk bintil tersebut terus menerus. Gatal tidak disertai panas ataupun nyeri.
Sejak ± 5 bulan yang lalu gatal dirasakan semakin bertambah sehingga
pasien seringkali tidak tahan dan akhirnya menggaruk-garuk daerah yang gatal
sehingga daerah yang gatal terkadang sampai berdarah. Pasien merasakan daerah
yang gatal lama-kelamaan menjadi luas dan terasa tebal serta bersisik akibat

3
pasien sering menggaruknya. Gatal dan pedih dirasakan hilang timbul, sering
muncul saat tidak ada kegiatan. Pasien mengaku sering menggaruk saat gatal
tersebut muncul. Gatal tidak diperberat dengan berkeringat ataupun bukan akibat
pasien menggunakan detergen untuk mencuci.
Sejak ± 1 minggu terakhir rasa gatal bertambah dan kulit yang menebal
semakin bertambah hingga terasa mengganggu. Kemudian pasien berobat ke
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Raden Mattaher Kota Jambi untuk
keluhannya tersebut.

Riwayat penyakit dahulu :


- Riwayat pernah menderita penyakit yang sama disangkal.
- Riwayat alergi (-)
- Riwayat penyakit ginjal (-)
- Riwayat DM (-)

Riwayat penyakit Keluarga


- Tidak ada yang menderita sakit sama dengan pasien dalam keluarga

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien seorang mahasiswa semester akhir. Pasien tinggal bersama kedua orang
tuanya dan adiknya. Pasien mengaku keluarganya merupakan keluarga yang
sederhana, dengan lingkungan rumah cukup bersih.

2.3 Pemeriksaan Fisik


A. Status Generalis
1. Keadaan umum : baik, tampak sakit ringan
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda-Tanda vital :
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 72x/menit
- RR : 18x/menit
- Suhu : 36,7 C

4
4. Kepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata.
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil
isokor.
- Hidung : Discharge (-/-), tidak ada deviasi septum
- Mulut/gigi : Bibir sianosis (-), lidah tidak kotor, mukosa
hiperemis.
- Telinga : Daun telinga simetris, serumen (+/+) minimal
- Leher : Tidak ada pembesaran KGB

5. Thorax
Paru :
Inspeksi : Dinding dada simetris, jejas (-) retraksi (-/-)
Palpasi : Vokal fremitus paru kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V linea midklavikula sinistra
Perkusi : Batas jantung
Kanan atas SIC II linea parasternal dextra
Kiri atas SIC II linea parasternal sinistra.
Kanan bawah SIC IV linea parasternal dextra
Kiri bawah SIC V linea mid clavicula sinistra
Auskultasi : regular, murmur (-), gallop (-)

6. Abdomen
Inspeksi : Datar, striae (-), distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-), defans muskuler tidak ada
Perkusi : Timpani
7. Genitalia : Tidak diperiksa
8. Ekstremitas

5
a. Superior : Akral hangat, edema (-), sianosis (-), deformitas (-), CRT <
2 detik
b. Inferior : Akral hangat, edema (-), sianosis (-), deformitas (-), CRT <
2 detik

B. Status Dermatologi

(a)
Gambar 2.1. (a) Tungkai Bawah Kanan

Regio : Crural dextra


Lesi : Plak eritematosa, soliter, ukuran 8x4 cm, bentuk tidak teratur,
sirkumskrip, lokalisata, permukaan ditutupi skuama putih berukuran sedang dan
likenifikasi, dan daerah sekitar tidak ada kelainan.

2.4. Pemeriksaan Penunjang


Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

2.5 Diagnosis Banding


No Penyakit Predileksi Ujud Kelainan Kulit
1 Neurodermatitis scalp, tengkuk, samping lesi tampak likenifikasi
sirkumskripta leher, lengan bagian berupa penebalan kulit
ekstensor, pubis, vulva, dengan garis-garis kulit

6
skrotum, perianal, paha yang semakin terlihat,
bagian medial, lutut, terlihat plak dengan
tungkai bawah lateral, ekskoriasi serta sedikit
pergelangan kaki bagian eritematosa (memerah)
depan, dan punggung kaki dan edema. Pada lesi yang
sudah lama, lesi akan
tampak berskuama pada
bagian tengahnya, terjadi
hiperpigmentasi
2 Dermatitis atopik muka, kepala, tengkuk, lipat edema, vesika/ bula, dapat
siku, pergelangan tangan, disertai ekskoriasi. Pada
fosa poplitea. keadaan kronik dapat
terjadi penebalan
kulit/likenifikasi dan
hiperpigmentasi
3 Psoriasis Vulgaris Scalp, tengkuk, makula eritematosa yang
interskapula, lumbosakral, merata berbatas tegas
bagian ekstensor lutut dan dengan skuama tebal
siku, areola, mamaer, diatasnya. Skuama kasar
lipatan mamae, umbilicus, berlapis-lapis, warna putih
punggung kaki dekat transparan, bentuk bulat
pergelangan. atau lonjong, ukuran
bervariasi
4 Liken Planus Permukaan fleksor lesi yang khas berupa
pergelangan tangan, papula kecil, datar,
batang tubuh, kaki, glans poligonal permukaan
penis, medial paha, selaput mengkilap, warna
lendir dan vagina. keunguan, berangulasi
dengan anyaman garis
keabu-abuan (wickham’s
striae) pada
permukaannya. Di atasnya
terdapat skuama halus.

7
2.6 Diagnosis Kerja
Neurodermatitis Sirkumskripta

2.7 Penatalaksanaan
1. Non medikamentosa
- Menghindari garukan pada daerah yang gatal
- Segera keringkan bagian yang mengalami kelainan kulit tersebut
ketika terkena air atau keringat
- Menjaga kebersihan
- Menghindari gigitan serangga
2. Medikamentosa
- Kortikosteroid topikal : Betamethason dipropionat 0,05% cream
dioleskan 2 kali sehari
- Cetirizine tablet 10 mg 1 x 1 tablet

2.8 Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Bonam

2.9 Pemeriksaan Anjuran


- Pemeriksaan histopatologi

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

8
3.1 Definisi
Neurodermatitis sirkumskripta atau juga dikenal dengan liken simplek
kronis adalah penyakit peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip ditandai
dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai
kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang dalam jangka
waktu yang lama karena berbagai rangsangan pruritogenik tertentu pada kulit
sehingga garis kulit tampak lebih menonjol menyerupai kulit batang kayu.
Penyakit ini memiliki predileksi di punggung, leher, dan ekstremitas terutama
pergelangan tangan dan lutut.1-4
Neurodermatitis sirkumskripta merupakan proses yang sekunder ketika
seseorang mengalami sensasi gatal pada daerah kulit yang spesifik dengan atau
tanpa kelainan kulit yang mendasar yang dapat mengakibatkan trauma mekanis
pada kulit yang berakhir dengan likenifikasi.1,2,5

Gambar 3.1. Gambaran likenifikasi pada neurodermatitis sirkuskripta4

3.2 Epidemiologi
Neurodermatitis sirkumskripta atau juga dikenal dengan liken simplek
kronis jarang terjadi pada usia anak- anak, tetapi lebih sering pada usia dewasa

9
keatas, yaitu usia 30-50 tahun. Pada pasien yang memiliki riwayat dermatitis
atopik dapat menderita neurodermatitis sirkumskripta pada onset usia yang lebih
muda, yaitu rata-rata 19 tahun. Wanita lebih sering menderita dari pada pria
dengan insidensi lebih banyak pada kelompok ras Asia dan kelompok ras asli
Amerika.2,3,4

3.3 Etiologi
Penyebab neurodermatitis sirkumskripta belum diketahui secara pasti,
namun diduga pruritus memainkan peranan karena pruritus berasal dari pelepasan
mediator atau aktivitas enzim proteolitik. Neurodermatitis sirkumskripta
ditemukan pada regio yang mudah dijangkau tangan untuk menggaruk. Sensasi
gatal memicu keinginan untuk menggaruk atau menggosok yang dapat
mengakibatkan lesi yang bernilai klinis, namun patofisiologi yang mendasarinya
masih belum diketahui.1,2,3
Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh karena adanya penyakit yang
mendasari, misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma
Hodgkin, hipertiroidia, penyakit kulit seperti dermatitis atopik, gigitan serangga,
dan aspek psikologik dengan tekanan emosi.1
Faktor penyebab dari neurodermatitis sirkumskripta dapat dibagi menjadi
dua, yaitu : 3
1. Faktor Interna
a. Dermatitis Atopik
Asosiasi antara neurodermatitis sirkumskripta dan
gangguan atopik telah banyak dilaporkan, sekitar 26%
sampai 75% pasien dengan dermatitis atopik terkena
neurodermatits sirkumskripta.

10
b. Psikologis
Anxietas telah dilaporkan memiliki prevalensi tertinggi
yang mengakibatkan neurodermatitis sirkumskripta.
Anxietas sebagai bagian dari proses patologis dari lesi yang
berkembang. Telah dirumuskan bahwa neurotransmitter
yang mempengaruhi perasaan, seperti dopamin, serotonin,
atau peptida opioid, memodulasikan persepsi gatal melalui
penurunan jalur spinal.
2. Faktor eksterna
a. Lingkungan
Faktor lingkungan seperti panas dan udara yang kering
dapat berimplikasi dala menyebabkan iritasi yang dapat
menginduksi gatal. Suhu yang tinggi memudahkan
seseorang berkeringat sehingga dpat mencetuskan gatal, hal
ini biasanya menyebabkan neurodermatits sirkumskripta
pada daerah anogenital.
b. Gigitan Serangga
Gigitan seranga dapat meyebabkan reaksi radang dalam
tubuh yang mengakibatkan rasa gatal.

3.4 Patogenesis
Stimulus untuk perkembangan neurodermatitis sirkumskripta adalah
pruritus. Pruritus sebagai dasar dari gangguan kesehatan dapat berhubungan
dengan gangguan kulit, proliferasi dari nervus, dan tekanan emosional. Pruritus
yang memegang peranan penting dapat dibagi dalam dua kategori besar, yaitu
pruritus tanpa lesi dan pruritus dengan lesi. Pasien dengan neurodermatitis
mempunyai gangguan metabolik atau gangguan hematologik. Pruritus tanpa
kelainan kulit dapat ditemukan pada penyakit sistemik, misalnya gagal ginjal
kronik, obstruksi kelenjar biliaris, Hodgkins lymphoma, polisitemia rubra vera,
hipertiroidisme, gluten-sensitive enteropathy, dan infeksi imunodefisiensi.
Pruritus yang disebabkan oleh kelainan kulit yang terpenting adalah dermatitis
atopik, dermatitis kontak alergi, dan gigitan serangga.1,2,3

11
Pada pasien yang memiliki faktor predisposisi, garukan kronik dapat
menimbulkan penebalan dan likenifikasi. Jika tidak diketahui penyebab yang
nyata dari garukan, maka disebut neurodermatitis sirkumskripta. Adanya garukan
yang terus-menerus diduga karena adanya pelepasan mediator dan aktivitas enzim
proteolitik. Walaupun sejumlah peneliti melaporkan bahwa garukan dan gosokan
timbul karena respon dari adanya stress. Adanya sejumlah saraf mengandung
immunoreaktif  CGRP (Calsitonin Gene-Related Peptida) dan SP (Substance
Peptida) meningkat pada dermis. Hal ini ditemukan pada prurigo nodularis, tetapi
tidak pada neurodermatitis sirkumskripta. Sejumlah saraf  menunjukkan
imunoreaktif somatostatin, peptide histidine, isoleucin, galanin, dan neuropeptida
Y, dimana sama pada neurodermatitis sirkumskripta, prurigo nodularis dan kulit
normal. Hal tersebut menimbulkan pemikiran bahwa proliferasi nervus akibat dari
trauma mekanik, seperti garukan dan goresan. SP dan CGRP melepaskan histamin
dari sel mast, dimana akan lebih menambah rasa gatal. Membran sel schwann dan
sel perineurium menunjukkan peningkatan dan p75 nervus growth factor, yang
kemungkinan terjadi akibat dari hyperplasia neural. Pada papilla dermis dan
dibawah dermis alpha-MSH (Melanosit Stimulating Hormon) ditemukan dalam
sel endotel kapiler.1-4

3.5 Gejala Klinis


Gatal yang berat merupakan gejala dari liken simpleks kronik. Penderita
mengeluh gatal sekali, bila timbul malam hari dapat mengganggu tidur. Rasa gatal
memang tidak terus menerus, biasanya pada waktu yang tidak sibuk, bila muncul
sulit ditahan untuk tidak digaruk. Penderita merasa enak bila digaruk, setelah luka
baruhilang rasa gatalnya untuk sementara (karena diganti dengan rasa nyeri).
Keparahan gatal dapat diperburuk dengan berkeringat, suhu atau iritasi dari
pakaian. Gatal juga dapat bertambah parah pada saat terjadi stress psikologis.1,2,4
Tempat yang biasa terjadi liken simpleks kronik adalah di skalp, tengkuk,
samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha
bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian bagian
depan, dan punggung kaki. Neurodermatitis di daerah tengkuk (lichen nuchae)
umumnya hanya pada wanita, berupa plak kecil, di tengah tengkuk atau dapat
meluas hingga ke skalp. Biasanya skuamanya banyak menyerupai psoriasis.5,6,9

12
Gambar 3.2. Daerah predileksi neurodermatitis sirkumskripta4

Pada liken simpleks kronik, penggosokan dan penggarukan yang berulang


menyebabkan terjadinya likenifikasi (penebalan kulit dengan garis-garis kulit
semakin terlihat) plak yang berbatas tegas dengan ekskoriasis, sedikit edematosa,
lambat laun edema dan eritema menghilang. Bagian tengah berskuama dan
menebal, sekitarya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas.
Biasanya, hanya satu plak yang tampak, namun dapat melibatkan lebih dari satu
tempat.1,4
Variasi klinis dapat berupa prurigo nodularis, akibat garukan atau korekan
tangan penderita yang berulang-ulang pada suatu tempat. Lesi berupa nodus
berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi tertutup krusta dan skuama, lambat
laun menjadi keras dan berwarna lebih gelap (hiperpigmentasi).1,2

13
3.6 Diagnosis
Diagnosis untuk liken simpleks kronis dapat ditegakkan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pasien dengan
neurodermatitis sirkumskripta mengeluh merasa gatal pada satu daerah atau lebih.
Sehingga timbul plak yang tebal karena mengalami proses likenifikasi. Biasanya
rasa gatal tersebut muncul pada tengkuk, leher, ekstensor kaki, siku, lutut,
pergelangan kaki. Eritema biasanya muncul pada awal lesi. Rasa gatal muncul
pada saat pasien sedang beristirahat dan hilang saat melakukan aktivitas dan
biasanya gatal timbul intermiten. 2
Pemeriksaan fisis menunjukkan plak yang eritematous, berbatas tegas, dan
terjadi likenifikasi. Terjadi perubahan pigmentasi, yaitu hiperpigmentasi. Pada
pemeriksaan penunjang histopatologi didapatkan adanya hiperkeratosis dengan
area yang parakeratosis, akantosis dengan pemanjangan rate ridges yang irregular,
hipergranulosis dan perluasan dari papil dermis.1,2

3.7 Diagnosis Banding


Kasus-kasus primer yang umumnya menyebabkan likenifikasi adalah :1,2,4,6
1. Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi adalah inflamasi dari kulit yang
diinduksi oleh bahan kimia yang secara langsung merusak kulit
dan oleh sensitifitas spesifik pada kasus. penderita umumnya
mengeluh gatal. Kelainan kulit tergantung pada keparahan
dermatitis dan lokalisasinya. Pada yang akut dimulai dengan
bercak eritematous yang berbatas jelas kemudian diikuti dengan
edema, papulovesikel, vesikel atau bulla. Vesikel atau bulla dapat
pecah menimbulkan erosi dan eksudasi.4,5
2. Psoriasis
Psoriasis merupakan gangguan peradangan kulit yang kronik,
dengan karakteristik plak eritematous, berbatas tegas, berwarna
putih keperakan, skuama yang kasar, berlapis-lapis, transparan,
disertai fenomena tetesan lilin, auspitz dan kobner. Llokasi
terbanyak ditemukan didaerah ekstensor. Penyebabnya belum

14
diketahui secara pasti, tetapi beberapa hipotesa telah mendapatkan
bahwa penyakit ini bersifat autoimun, dan residif.1,4,5
3. Liken Planus
Lesi yang pruritis, erupsi popular yang dikarakteritikkan dengan
warna kemerahan berbentuk polygonal, dan kadang berbatas tegas.
Sering ditemukan pada permukaan fleksor dari ekstremital,
genitalia dan membrane mukus. Mirip dengan reaksi mediasi
imunologis. Liken planus ditandai dengan papul-papul yang
mempunyai warna dan konfigurasi yang khas. Papul-papul
berwarna merah biru, berskuama, dan berbentuk siku-siku.4,5
4. Dermatitis atopi
Peradangan kulit kronis yang residif disertai gatal, yang
umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak. Sering
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan
riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa
papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,
distribusinya di lipatan. Gambaran lesi kulit pada remaja dan
dewasa dapat berupa plak papuler, eritematosa, dan berskuama
atau plak likenifikasi yang gatal.4,5

3.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Tes laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium tidak ada tes yang spesifik untuk
neurodermatitis sirkumskripta. Tetapi walaupun begitu, satu studi
mengemukakan bahwa 25 pasien dengan neurodermatitis sirkumskripta
positif terhadap patch test. Pada dermatitis atopik dan mikosis
fungiodes bisa terjadi likenefikasi generalisata oleh sebab itu
merupakan indikasi untuk melakukan patch test. Pada pasien dengan
pruritus generalisata yang kronik yang diduga disebabkan oleh
gangguan metabolik dan gangguan hematologi, maka pemeriksaan
hitung darah harus dilakukan, juga dilakukan tes fungsi ginjal dan hati,
tes fungsi tiroid, elektroporesis serum, tes zat besi serum, tes

15
kemampuan pengikatan zat besi (iron binding capacity), dan foto dada.
Kadar IgE dapat meningkat pada neurodermatitis yang atopik, tetapi
normal pada neurodermatitis nonatopik. Bisa juga dilakukan
pemeriksaan potassium hydroksida pada pasien liken simpleks genital
untuk mengeleminasi tinea cruris.1,3,6
2. Histopatologi
Gambaran histopatologik neurodermatitis sirkumskripta berupa
ortokeratosis, hipergranulosis, akantosis, dengan rate ridges
memanjang teratur. Bersebukan sel radang limfosit dan histiosit di
sekitar pembuluh darah dermis bagian atas, fibroblas bertambah, dan
kolagen menebal. Pada prurigo nodularis akantosis pada bagian tengah
lebih tebal, menonjol lebih tinggi dari permukaan, sel Schwan
berproliferasi, dan terlihat hiperplasi neural. Kadang terlihat krusta yang
menutup sebagian epidermis.1,3,10

3.9 Penatalaksanaan
Terapi Neurodermatitis Sirkumskripta bertujuan untuk memutus itch-scratch
cycle, karena pada dasarnya tindakan menggaruk lesi yang terasa gatal justru akan
memperberat lesi, dan memperberat gatal yang dirasakan. Penyebab sistemik dari
gatal harus diidentifikasi.1,2,6-8
Hal ini lah yang menyebabkan penatalaksanaan Dermatitis Sirkumskripta
menjadi sangat sulit. Harus dijelaskan berkali-kali untuk tidak menggaruk atau
menggosok lesinya.
a. Kortikosteroid topikal
Kortikosteroid Topikal, sampai saat ini masih merupakan pilihan
pengobatan. Pemberiannya akan lebih efektif jika diaplikasikan
kemudian dibalut dengan perban oklusif kering. Yang menjadi pilihan
adalah kortikosteroid dengan potensi tinggi seperti Clobetassol
Propionat, Diflorasone Diasetat, atau bethamethason
dipropionat.Pemberian kortikosteroid berupa Triamcinolone secara
Intralesi, biasanya sangat efektif (3mg/ml). Namun harus sangat
diperhatikan karena pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan atropi.
1. Clobetasol

16
Topical steroid super poten kelas 1: menekan mitosis dan menambah
sintesis protein yang mengurangi peradangan dan menyebabakan
vasokonstriksi.
2. Betamethasone dipropionate cream 0,05%.

Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid.Bekerja


mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit
polimorfonuklear dan memeperbaiki permeabilitas kapiler.
3. Triamcinolone 0,025 %, 0.1%, 0.5 % or ointment
Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid.Bekerja
mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit
polimorfonuklear dan memeperbaiki permeabilitas kapiler.
4. Fluocinolone cream 0.1 % or 0.05%
Topical kortikosteroid potensi tinggi yang menghambat proliferasi
sel. Mempuyai sifat imonusupresif dan sifat anti peradangan.
b. Obat oral anti anxietas, sedasi dan antidepresi
Obat oral dan anti anxietas dapat dipertimbangkan pada beberapa
pasien. Menurut kebuthan individual, penatalaksanaan dapat dijadwalkan
setiap hari, pada ssat pasien tidur, atau keduanya. Antihistamin seperti
dipenhydramine dan hidroxyzine biasa digunakan. Doxepin dan
clonazepam dapat dipertimbangkan pada beberapa kasus.
Amitriptilin merupakan antidepresi trisiklik. Amitriptilin bekerja
dengan menghambat pengambilan kembali neurotransmiter di otak.
Amitriptilin mempunyai 2 gugus metil, termasuk amin tersier sehingga
lebih resposif terhadap depresi akibat kekurangan serotonin. Senyawa ini
juga mempunyai aktivitas sedatif dan antikolinergik yang cukup kuat.
Obat ini penggunanaya untuk memperbaiki kualitas tidur. Pada
pemberian oral, Amitriptilin diaborpsi dengan baik, kurang lebih 90%
berkaitan dengan protein plasma dan tersebar luas dalam jaringan dan
susunan saraf pusat. Metabolisme di hati berlngsung lambat dan waktu
paruh 10,3-25,3 jam, kemudian diekskresi bersama urin.6,7,9
c. Agen anti pruritus

17
Obat oral dapat mengurangi gatal dengan memblokir efek pelepasan
histamin secara endogen. Gatal berkurang, pasien merasa tenang atau
sedatif dan merangsang untuk tidur. Obat topikal menstabilisasi
membrane neuron dan mencegah inisiasi dan transmisi implus saraf
sehingga memberi aksi anestesi lokal.1,7,8
1. Dipenhidramin
Untuk meringankan gejala pruritus yang disebabkan oleh pelepasan
histamin.
2. Cholorpheniramine
Bekerja sama dengan histamin atau permukaan reseptor H1 pada sel
efektor di pembuluh darah dan traktus respiratori.
3. Hidroxyzine
Reseptor H1 antagonis diperifer. Dapat menekan aktifitas histamin
diregion subkortikal sistem saraf pusat.
4. Klonazepam
Untuk anxietas yang disertai pruritus. Berikatan dengan reseptor-
reseptor di SSP, termasuk sistem limbik dan pembentukan retikular.
Efeknya bisa dimediasi melalui reseptor GABA.

3.10 Prognosis
Prognosis pada pasien LSK adalah baik, pruritus dapat diatasi tetapi dapat
terjadi perubahan ringan seperti jaringan parut dan pigmentasi. Kekambuhan
sangat mungkin terjadi kembali bisa karena stress psikis, udara panas, kelembaban
maupun terjadinya iritasi kulit atau alergi.6,9

18
BAB IV
ANALISIS KASUS

Tn. A datang ke poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Raden Mattaher


dengan keluhan bercak kemerahan yang menebal dan disertai rasa gatal pada
tungkai bawah kanan sejak ± 1 tahun yang lalu. Pasien didiagnosa dengan
neurodermatitis sirkumskripta. Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
Anamnesis didapatkan timbul kemerahan dan kulit menebal yang disertai
rasa gatal pada daerah tungkai bawah kanan sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya
terdapat bintil kecil kemerahan akibat digigit nyamuk dan terasa gatal kemudian
semakin lama semakin meluas karena digaruk. Pasien mengatakan gatal hilang
timbul dan seringkali timbul saat tidak beraktivitas, sehingga pasien lebih sering
menggaruk saat sedang tidak beraktivitas. Secara teori keluhan gatal merupakan
gejala klinis pada neurodermatitis. Garukan akibat rasa gatal menyebabkan kulit
pasien mengalami penebalan atau mengelupas. Gejala tersebut merupakan khas
pada neurodermatitis sirkumskripta.
Pemeriksaan fisik, status dermatologis didapatkan plak eritematosa, soliter,
ukuran 8x4 cm, bentuk tidak teratur, sirkumskrip, lokalisata, permukaan ditutupi
skuama halus sedang dan likenifikasi, dan daerah sekitar tidak ada kelainan.
Diagnosis banding pada kasus ini adalah dermatitis kontak alergi,
neurodermatitis sirkumskripta, dan dermatitis atopik. Penyingkiran diagnosis
banding pada DA (dermatitis atopik) dengan gejala kulit yang biasanya kering,
pucat/redup, jari tangan teraba dingin. penderita DA cenderung bertipe astenik
dengan intelegensia diatas rata-rata, sering merasa cemas, egois, frustasi, atau
tertekan. Gejala gatal hilang timbul sepanjang hari tetapi lebih hebat pada malam
hari. Garukan pada daerah gatal akan menimbulkan kelainan seperti papul,
likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi, eksudasi, dan krusta. faktor turunan
merupakan dasar pertama untuk timbulnya penyakit.
Dermatitis kontak alergi memiliki gejala gatal pada area yang
terpajan/kontak dengan sensitizer/alergen. Pada tipe akut: dimulai dari bercak

19
eritematosa yang berbatas tegas (sirkumskripta), kemudian diikuti oleh edema,
papulovesikel, vesikel, atau bula. Vesikel atau bula yang pecah dapat pecah
kemudian menimbulkan erosi dan eksudasi(basah). DKA di tempat tertentu
misalnya kelopak mata, penis, skrotum, gejala eritema dan edema lebih dominan
daripada vesikel. Pada tipe kronik : kulit terlihat kering, berskuama (bersisik),
papul, likenifikasi, mungkin juga fisur, dan berbatas tidak tegas.
Tatalaksana KIE merupakan terpenting pada pasien ini yaitu jangan
digaruk pada lesi dan usahakan agar lesi tetap kering dari air ataupun keringat.
Pemberian obat topikal yaitu kortikosteroid topikal kuat betamethasone
dipropionate. Obat sistemik diberikan antihistamin untuk mengurangi rasa gatal
yaitu diberikan cetirizine.

20
BAB V
KESIMPULAN

Neurodermatitis sirkumskripta atau juga disebut dengan liken simpleks


kronik merupakan penyakit gatal-gatal lokal yang berlangsung kronik, lesi
disebabkan garukan dan gosokan berulang, dengan gambaran likenifkasi berbatas
tegas. umumnya mengenai orang dewasa, kebanyakan pada umur 30-50 tahun.
lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria. Patofisiologi yang mendasari
penyakit ini tidak diketahui tetapi mungkin melibatkan perubahan pada sistem
saraf yang menerima dan memproses sensasi gatal.
Gatal yang berat merupakan gejala dari liken simplek kronik. Gatal bisa
paroksismal, terus menerus, atau sporadik. Penggosokan dan penggarukan
berulang menyebabkan terjadinya likenifikasi( penebalan kulit dengan garis-garis
kulit semakin terlihat), plak yang berbatas tegas dan ekskoriasi, sedikit edematous,
lambat laun eritema dan edema menghilang, bagian tengah berskuama dan
menebal, sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas. Liken
simplek kronik dapat didiagnosis banding dengan dermatitis atopi, dermatitis
kontak alergi, dan liken planus. Terapi yang dapat diberikan pada liken simplek
kronik adalah steroid topical, antiaxietas, dan antibotik topical bila sudah terjadi
infeksi sekunder.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Sularsito SA, Djuanda Suria. Neurodermatitis sirkumskripta. Dalam


Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
Ketujuh. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 2015:183-
185
2. Schoenfeld J, James WD. Lichen Simplex Chronicus. Medscape. 2017.
Available from www.emedicine.medscape.com (Accesed 6 Mei 2018)
3. Susan Burgin, MD. Numular Eczema and Lichen Simplex Chronic/Prurigo
Nodularis. Dalam: Fitzpatrick TB, Eizen AZ, Woff K, Freedberg IM,
Auten KF, penyunting: Dermatology in general medicine, 7th ed, New
York: Mc Graw Hill. 2008: 158-162.
4. Lotti T, Buggiani G, Prignano F. Prurigo Nodularis and Simplex
Chronicus. Dermatol Ther.2008 Jan-Feb.21(1):42-6.
5. Odom RB, James WD, Berger TG. Atopic dermatitis, eczema, and
noninfectious immunodeficiency disorders. Dalam: Andrew’s Diseases of
The Skin: Clinical Dermatology. 9th ed. Philadelphia: WB Saunders:
2000: 69-94.
6. Hunter John, John Savin. Clinical Dermatology : Eczema and Dermatitis.
3rd Edition. 2002: Blackwell Publishing
7. C.A. Holden & J. Berth-Jones. Lichen Simplex Chronic. Dalam: Rook’s
Text Book of Dermatology. Blackwell Publishing. 2004:17.41-17.43.
8. Dalton, L Julius. Incidence Of Lichen Simplex Chronicus In Orientals And
Caucasians. Canad. M. A. J: Dec. 15, 1956, vol. 75.
9. Rajalakshmi R, Thappa DM, Jaisankar TJ, et al.  Lichen simplex chronicus
of anogenital region: A clinico-etiological study. Indian J Dermatol
Venereol Leprol 2011 Jan-Feb; 77(1):28-36.
10. Muylaert BP, Michalany AO. Lichen Simplex Chronicus on The Scalp:
exuberant clinical, dermoscopic, and histopathological finding. An Bras
Dermatol. 2018;93(1):108-110.

22

Anda mungkin juga menyukai