SERUMEN PROOP
* Nurfitri Novriyanti
UNIVERSITAS JAMBI
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
SERUMEN PROOP
Oleh:
Nurfitri Novriyanti
G1A219014
2021
Preseptor
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Serumen Proop” sebagai
kelengkapan persyaratan dalam mengikuti Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Ratna Sugiati yang telah
meluangkan waktu dan pikirannya sebagai pembimbing sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan. Selanjutnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
dan menambah ilmu bagi para pembaca.
Penulis
BA B I
STATUS PASIEN
Kondisi Rumah :
Rumah pasien merupakan rumah panggung dengan luas yang dihuni oleh
lima orang. Rumah terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 3 kamar
tidur,1 dapur dan 1 kamar mandi. Rumah pasien disertai ventilasi di
bagian depan rumah dan samping rumah, lantai rumah dan dinding
terbuat dari kayu. Pencahayaan alamiah cukup. Penyediaan air bersih
untuk keperluan sehari-hari seperti masak dan mandi dari air PDAM,
sumber listik dari PLN
1.8 Riwayat makan, alergi, obat obatan, perilaku kesehatan dll yang relevan
Riwayat alergi disangkal.
Jarang membersihkan telinga
Membersihkan telinga dengan cotton bud
1.9 Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
a. Keadaan Umum : tampak sakit ringan
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tekanan darah : 100/70mmHg
d. Nadi : 81x/menit
e. Pernafasan : 21x/menit
f. Suhu : 36,8oC
g. SpO2 : 99%
h. Berat badan : 35 kg
i. Tinggi Badan : 138 cm
j. IMT : 19 (normal)
Pemeriksaan Generalisata
1. Kepala Bentuk : Normocephal
Simetri : Simetris
2. Mata Exopthalmus/enopthal : (-)
Kelopak : Normal
Conjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Kornea : Normal
Pupil : Bulat, isokor, RC (+/+)
Lensa : Jernih
Gerakan bola mata : Baik
3. Hidung : tidak dilakukan pemeriksaan
4. Telinga :
Anotia/mikrotia/makroti
- -
a
Keloid - -
Perikondritis - -
Kista - -
Fistel - -
Ott hematoma - -
Atresia - -
Serumen - +
Epidermis prop - -
Korpus alineum - -
Jaringan granulasi - -
Exositosis - -
Osteoma - -
Furunkel - -
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Cor (Jantung)
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra
Perkusi Batas jantung atas: ICS II linea parasternalis sinistra
Batas jantung kanan: ICS IV line parasternalis dextra
Batas jantung kiri: ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultas BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
i
8. Abdomen
Status Lokalisata
Auricula sinistra
Inspeksi : telinga utuh, fistula (-), bengkak (-), merrah (-), serumen
(+) konsistensi kering.
1.10 Pemeriksaan Pe
Tidak dilakukan pemeriksaan
1.13 Manajemen
1. Promotif
Menjelaskan pada pasien mengenai penyakit yang derita mulai dari
penyebab, faktor risiko, perjalanan penyakit, pengobatan,
pencegahan, serta komplikasi dari penyakit ini.
Menjelaskan mengenai tujuan dan manfaat dari pengobatan yang
diberikan kepada pasien.
Menjelaskan kepada pasien mengenai bahaya mengorek telinga.
Menjelaskan kepada pasien pentingnya menjaga kebersihan telinga.
2. Preventif
Hindari mengorek telinga.
Hindari masuknya air ke dalam telinga.
3. Kuratif
Non-medikamentosa
Menghentikan kebiasaan mengorek telinga
Mencegah air masuk ke dalam telinga (menutup telinga dengan
kapas atau kasa pada saat mandi)
Hindari menggunakan cutton bud
Diet makanan yang bergizi
Medikamentosa
Phenol Glyserol tetes telinga 3x2 tetes pada telinga sakit selama 3 hari
4. Rehabilitatif
Memantau penyakit pasien secara rutin. Hal ini dilakukan dengan
kerjasama dari pasien tersebut dengan mengikuti saran dokter untuk
datang berobat secara berkala.
Menyarankan pasien mengkonsumsi obat secara teratur.
Jika keluhan dirasakan kembali segera berobat ke pelayanan medis
terdekat.
2.1Anatomi Telinga
Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan sepertiga bagian luar sedangkan
dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5-3
cm.1
Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
serumen (modifikasi kelenjar keringat dengan kelenjar serumen) dan rambut.
Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga
bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.1
Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari:
Membran timpani, yaitu membran fibrosa tipis yang berwarna kelabu
mutiara. Berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga
dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Membran timpani dibagi
atas dua bagian yaitu bagian atas yang disebut pars flaksida (membran
shrapnell) dan bagian bawah yang disebut pars tensa (membran propria).
Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel
kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti
epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di
tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat
elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian
dalam.
Tulang pendengaran yang terdiri dari maleus, inkus, dan stapes. Tulang
pendengaran ini di dalam telinga tengah saling berhubungan.
Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan
daerah nasofaring dengan telinga tengah.1
Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung
atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani
dengan skala vestibuli. Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak
lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap.1
Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli di sebelah atas, skala
timpani di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) di antaranya. Skala
vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi
endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut
sebagai membran vestibuli (Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media
adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti yang mengandung
organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran.1
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut
membran tektoria, dan pada membran basalis melekat sel rambut luar dan kanalis
corti, yang membentuk organ corti.1
2.2 Serumen
a. Solutio aqueos tersusun atas air yang dapat dengan baik memperbaiki
masalah sumbatan serumen dengan melunakkan serumen.
Komposisi solutio aqueos terdiri dari:
- 10% sodium bikarbonat B.P.C (sodium bicarbonate dan glycerine)
- 3% hidrogen peroksida
- 2% asam asetat
- Kombinasi 0,5% aluminium asetat dan 0,03% benzetonium chloride
b. Solusio organic berfungsi sebagai lubrikan, dan tidak berefek mengubah
integritas keratin skuamosa.
Komposisi dari solutio organic adalah:
- Carbamide peroxide (6,5%) dan glycerine.
- Various organic liquids (propylene glycerol, almond oil, mineral oil,
baby oil, olive oil)
- Cerumol (arachis oil, turpentine, dan dichlobenzene)
- Cerumenex (triethanolamine polypeptides, dan oleate-condensate)
- Docusate, sebagai active ingridient ditentukan pada laxatives
Tindakan serumenolitik dengan menggunakan bahan solusio organik dapat
menimbulkan reaksi sensitivitas seperti dermatitis kontak. Proses pembersihan
serumen yang tidak tuntas dapat menyebabkan timbulnya infeksi jamur, dan akan
timbul komplikasi seperti perforasi bila terdapat otoksisitas.
2. Irigasi (Syringing)
Irigasi merupakan cara yang halus untuk membersihkan liang telinga luar
yaitu dengan cara memasukkan air ke dalam liang telinga, tindakan ini hanya
boleh dilakukan bila membran timpani dalam keadaan utuh dan pernah diperiksa
sebelumnya. Perforasi membran timpani memungkinkan masuknya larutan yang
terkontaminasi ke telinga tengah dan dapat menyebabkan otitis media. Semprotan
air yang terlalu keras ke arah membran timpani yang atrofi dapat menyebabkan
perforasi.
Pada metode irigasi, larutan irigasi dialirkan di kanalis telinga yang sejajar
dengan lantai, kemudian mngambil serumen dan debris dengan larutan irigasi
menggunakan air hangat (37oC), larutan sodium bikarbonat atau cuka bisa
digunakan untuk mencegah infeksi sekunder. Irigasi air dengan menggunakan
spuit logam khusus juga sering dilakukan. Akhir-akhir ini sebagian dokter lebih
memilih suatu alat irigasi yang biasa digunakan pada kedokteran gigi. Dengan
cara liang telinga diluruskan dengan menarik daun telinga ke atas dan ke belakang
dengan pandangan langsung, arus air diarahkan sepanjang dinding superior liang
telinga luar sehingga arus yang kembali mendorong serumen dari belakang.
Dalam melakukan irigasi perlu berhati-hati agar tidak merusak membran
timpani.2,6
Namun, pada sejumlah kasus, sekalipun irigasi telah beberapa kali
dilakukan, pasien masih saja mengeluhkan telinga yang tersumbat dan pada
pemeriksaan masih terdapat sumbatan yang besar. Pada kasus demikian, kadang-
kadang perlu dilakukan tindakan penghisapan. Penghisapan untuk mengeluarkan
serumen yang basah dan untuk mengeringkan liang telinga.2
3. Kuretase
Metode kuretase ini paling sering dilakukan pada orang Asia Timur karena
sebagian besar orang Asia Timur memiliki kotoran telinga jenis kering. Alat-alat
yang membantu dalam membersihkan kanalis akustikus eksternus adalah jerat
kawat, kuret cincin yang tumpul, cunam Hartmann yang halus. Yang penting
pemeriksaan harus dilakukan dengan sentuhan lembut karena liang telinga sangat
sensitif terhadap alat-alat. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau
kuret, apabila dengan cara ini kotoran telinga sulit dikeluarkan, dapat diberikan
karbogliserim 10% terlebih dahulu selama 3 hari untuk melunakkannya.6,7
Selain itu, bisa juga dengan menggunakan aplikator logam berujung kapas.
Massa serumen yang keras harus lebih dahulu dilunakkan sebelum pengangkatan
untuk menghindari trauma. Zat yang dapat digunakan adalah gliserit peroksida
dan dipakai 2-3 hari sebelum dibersihkan. Obat pengencer serumen harus
digunakan hati-hati karena enzim atau bahan kimianya sering dapat mengiritasi
liang telinga dan menyebabkan otitis eksterna.
Pada penderita serumen obturans dianjurkan untuk memeriksakan keadaan
telinganya setiap 6 bulan sekali. Kotoran telinga yang berlebihan harus
dibersihkan dengan beberapa metode dan metode tersebut harus dilakukan oleh
ahlinya karena pembersihan kotoran telinga merupakan prosedur yang rumit.
Apabila prosedur pembersihan tidak benar maka akan mengakibatkan
konsekuensi serius.6
BAB III
ANALISA KASUS
3.1 Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar
Di dalam hubungan diagnosis dan aspek psikologis dikeluarga tidak ada
hubungannya dengan penyakit pasien, karena didalam keluarga pasien
hubungan pasien dengan keluarga baik.
3.4 Analisis kemungkinan faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien
1. Soepardi EA., Iskandar N., Bashiruddin R., Restuti RD. Editor. Buku ajar
ilmu kesehatan telinga hidung tenggorokan kepala dan leher. Edisi
keenam. Cetakan keempat. Jakarta: Balai Pustaka FKUI;2010.
2. George LA., Lawrence RB., Peter AH. Boies buku ajar penyakit THT
(boeis fundamentals of otolaringology). Edisi keenam. Jakarta: EGC;1997.
3. Guest MJ., et al. Impacted cerumen; compotition, production,
epidemiology and management. Diunduh dari URL:
http://qjmed.oxfordjournals.org/cgi/content/full/97/8/477
4. Beatrice FS., Bucolo RC. Earwax, clinical practice. Acta
Otorhinolaryngology Italica;2009.
5. Shah YR., et al. Pharmacie globale (international journal of
comprehensive pharmacy). Cerumen: a waste of human but guard of
auditory. 2011.
6. Dinces EA. Cerumen. Externa otitis. 2011 Mei.
7. Earwax: review and clinical update March 26, 2008. Diunduh dari URL:
http://en.wikipedia.org/wiki/Earwax
28