SERUMEN PROP
Fiona Mazka
dr. Yunaldi, Sp.THT-KL **
1
LEMBAR PENGESAHAN
CLINIC REPORT SESSION
SERUMEN PROP
Oleh :
Fiona Mazka
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
mengatakan pasien yang sering membersihkan telinga dengan menggunakan
cotton bud, akan menekan serumen ke arah membran timpani, sehingga membuat
pengeluaran semakin sulit, akibatnya serumen akan terakumulasi hingga akhirnya
menyebabkan sumbatan pada telinga.
4
BAB II
LAPORAN KASUS
Umur : 62 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
Pendidikan : S1
Keluhan Utama
Pasien datang ke RSUD Raden Mattaher Jambi dengan keluhan Telinga kanan
terasa penuh sejak ± 3 hari yang lalu.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien mengeluh telinga sebelah kanan terasa penuh sejak ± 3 hari SMRS.
Keluhan terjadi secara bertahap dan menetap. kadang telinga terasa berdenyut,
pendengaran telinga kanan yang sedikit menurun dan pasien kadang merasakan
gatal. Riwayat mengorek telinga dengan cotton buds (-) berenang (-). Keluhan
lain seperti demam, kepala terasa berputar, mual muntah, telinga terasa
berdenging, terasa gatal, atau keluar cairan dari telinga disangkal. Riwayat trauma
dan telinga tertampar sebelumnya disangkal.
. Riwayat trauma dan telinga tertampar sebelumnya disangkal. Keluhan
pada hidung seperti sering terasa tersumbat, sering keluar ingus, sering bersin-
bersin, sering terasa nyeri pada sekitar wajah atau kepala, perdarahan dari hidung,
atau tidak bisa mencium disangkal, serta keluhan pada tenggorok seperti nyeri
5
tenggorok, nyeri menelan, sulit menelan, terasa banyak dahak atau terasa ada yang
mengganjal di tenggorok, suara serak, atau sering batuk disangkal.
Riwayat Pengobatan
Riwayat anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien
disangkal. Riwayat anggota keluarga alergi, asma, sinusitis, diabetes mellitus, dan
hipertensi disangkal.
6
2.3 PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : compos mentis
Pernapasan : 20 x/i
Suhu : 36,2 °C
Nadi : 80 x/i
TD : 120/80 mmHg
Anemia : -/-
Sianosis : -/-
Retraksi suprasternal :-
a) Telinga
7
Korpus alineum - -
Jaringan granulasi - -
Exositosis - -
Osteoma - -
Furunkel - -
Membrana Timpani Kanan Kiri
Hiperemis Tertutup serumen -
Retraksi Tertutup serumen -
Bulging Tertutup serumen -
Atropi Tertutup serumen -
Perforasi Tertutup serumen -
Bula Tertutup serumen -
Sekret Tertutup serumen -
ReflekCahaya Tertutup serumen Arah jam 7
Retro-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Pre-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
8
b) Hidung
9
Konka superior
Adenoid
Massa tumor
Fossa rossenmuller
Transiluminasi
Kanan Kiri
Sinus
Sinus Maksilaris Terang Terang
Sinus Frontalis Terang Terang
c) Mulut
d) Faring
10
Dekstra : tonsil T1
Tonsil
Sinistra : tonsil T1
Plika posterior Hiperemis (-)
Mukosa orofaring Hiperemis (-), granula (-)
e) Laringoskopi indirect
11
Area supraclavicula Dbn Dbn
2.5 DIAGNOSIS
Serumen Prop AD
2. kolesteatom
2.7 TERAPI
ekstraksi serumen dengan suction
12
Monitoring pasca irigasi dengan menggunakan otoskop
Membrana Timpani Kanan Kiri
Hiperemis - -
Retraksi - -
Bulging - -
Atropi - -
Perforasi - -
Bula - -
Sekret - -
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
berbentuk huruf S, denga rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,
sedangkan duapertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya
kira-kira 2 ½ - 3 cm.5
Pada sepertiga kulit bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh
kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar
serumen.5
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat obliq terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida (membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran
Propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan dari
epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti
14
epitel mukosa saluran nafas. Pars tensa memeliki satu lapisan lagi di tengan yaitu
lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan
secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.5
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut
sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) ke arah
bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk
membran timpani kanan.5
Telinga dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung
atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani
dengan skala vestibuli.Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak
lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang
koklea tampak skala vestibuli disebelah atas, skala timpani disebelah bawah dan
skala media dianataranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa,
sedangkan skala media berisis endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di
perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar
15
skala vestibuli disebut sebagian membran vestibuli sedangkan dasar skala media
adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti yang mengandung
organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran.5
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut
membran tektoria, dan pada membran basalis melekat sel rambut luar dan kanalis
corti, yang membentuk organ corti.5
3.2 Fisiologi Pendengaran
16
bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan depolarisasi sel
rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus
auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.3,5
17
dalam sebuah kanal yang tidak normal (sebuah osteoma tunggal atau beberapa
exostoses. Penyakit infeksi dan penyakit kulit(misalnya, otitis eksterna, eksim)
dapat ditemukan di saluran telinga, serta manifestasi dari penyakit sistemik
(misalnya, lupus eritematosus sistemik, penyakit Crohn, sindrom Sjogren).
Gangguan ini cenderung menyebabkan kelebihan pengelupasan kulit kanal dan
atrofi atau hipertrofi dari kelenjar sebaceous dan ceruminous.
b. Penyempitan saluran telinga
Setiap individu memiliki bentuk telinga yang berbeda-beda. Di dalam bagian
telinga dalam terdapat sebuah saluran yang disebut kanal yang bentuknya
berkelok-kelok dan sempit. Kanal ini berfungsi sebagai jalan dari hantaran suara
dan juga aliran untuk keluarnya serumen. Dengan kondisi anatomi yang berkelok
dan sempit cendrung mengakibatkan penumpukan serumen. Tumor jaringan yang
berada dalam atau di sekitar saluran telinga juga menyebabkan penyempitan
serumen. Selain itu, rambut telinga yang berlebihan juga dapat menjebak serumen
di liang telinga. Sumber lain obstruksi adala hruntuhnya tulang rawan yang
membentuk lateral sepertiga dari saluran telinga(misalnya, trauma).
c. Kegagalan migrasi epitel
Sebagai bagian dari proses penuaan, kelenjar pada kulit saluran liang telinga
cenderung atrofi, menghasilkan serumen lebih keras, kurang cairan yang
bermigrasi jauh lebih lambat keluar dari saluran telinga. Selain itu, perubahan
kronis kulit saluran telinga dapat menyebabkan hilangnya pola migrasi normal
dari epitel. Migrasi epiteldan penghapusan serumen di liang telinga juga dapat
terjadi sebagai akibat dari benda asing yang ditempatkan diliang telinga(misalnya,
kapas). Kapas-tipped aplikator (misalnya, Q-tips, cotton buds)
cenderungmendorong serumen lebih ke dalam saluran telinga dan dari waktu ke
waktu dapat menyebabkan obstruksi lengkap dalam beberapa individu. Alat bantu
dengar, telinga busi, dan berenang juga menghalangi saluran telinga dan, dengan
penggunaan jangka panjang, juga merupakan salah satu penyebab akumulasi
serumen.
18
d. Over produksi
Beberapa individu menghasilkan volume serumen yang berlebihan sehingga
akan membatasi kemampuan telinga untuk mendengar.
Serumen atau sering disebut dengan kotoran telinga tidak memiliki efek
negative terhadap kesehatan telinga dan tidak perlu dibersihkan secara rutin.
Tetapi jika serumen yang dihasilkan oleh telinga berlebihan sehingga
menimbulkan gejala seperti nyeri, berdenging, gatal, rasa penuh, vertigo dan
gangguan pendengaran perlu dilakukannya tindakan pengobatan seperti
cerumenolytics, irigasi dan kuretase yang dilakukan oleh ahlinya.13,15
Serumen yang sudah menyumbat atau serumen obturans ini dapat
menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri akibat serumen prop timbul apabila serumen
keras menekan saraf sensoris yang ada di dinding liang telinga. Persarafan
sensoris untuk aurikula dan canalis akustikus eksternus berasal dari persarafan
kranialais dan kutaneus dengan kontribusi dari cabang aurikulotemporal N.
Trigeminus (V), N. Fasialis (VII) dan N. Vagus (X) dan juga N. Aurikularis
magna dari pleksus servikalis (C 2-3).
Telinga berdenging terjadi aktivitas elektrik pada area auditorius yang
menimbulkan perasaan adanya bunyi, namun impuls yang ada bukan berasal dari
bunyi eksternal yang ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber impuls
abnormal di dalam tubuh penderita sendiri. Impuls abnormal itu dapat
ditimbulkan oleh berbagai kelainan pada telinga. Tinitus dapat terjadi dalam
berbagai intensitas seperti tinitus dengan nada rendah, seperti bergemuruh atau
tinitus dengan nada tinggi, seperti berdengung. Tinitus biasanya dihubungkan
dengan tuli sensorineural dan gangguan konduksi. Tinitus yang disebabkan oleh
gangguan konduksi biasanya dengan bunyi nada rendah. Tinitus dengan nada
rendah terjadi akibat sumbatan serumen pada liang telinga, tumor, tuba katar,
otitis media dan otosklerosis.5
19
Serumen juga bisa menyebabkan vertigo, dimana terjadi karena gangguan
pada nervus vestibuler, dimana terjadi iritasi pada alat keseimbangan dan
hubungan-hubungan dengan sentralnya akan menimbulkan vertigo, yang
selanjutnya akan mengakibatkan gangguan kesimbangan pada posisi berjalan atau
berdiri, serta cenderung untuk jatuh. Keluhan vertigo dapat disebabkan oleh
berbagai gangguan seperti pada sistem okuler (gangguan otot mata, diplopia,
oftalmoplegia), sistem akustik (obstruksi telinga, infeksi labirin, otitis media,
mastoiditis, perdarahandi dalam labirin dan kolesteatoma), sitemik (penyakit
jantung, arteriosklerosis, hipertensi, anemia, diabetes) dan neurologis (tumor
neurinoma akustik, aneurisma, akakhnoiditis).
Pada proses mendengar, ada proses dimana suara tersebut dihantarkan lewat
udara dan tulang pendengaran, dan melalui saraf rangsangan suara ini dihantarkan
ke otak. Pada kasus serumen obturans terjadi hambatan pada hantaran suara yang
berakibat pada penurunan pendengaran. Selain itu penurunan pendengaran bisa
juga disebabkan karena adanya edema kulit liang telinga, sekret yang purulen atau
serous, penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, adanya
keratin yang deskuamasi, rambut telinga berlebihan, serumen, debris dan obat-
obatan yang digunakan kedalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan
peredaman hantaran suara yang disebut dengan tuli konduktif.4,5
Untuk mengetahui penurunan pendengaran dapat dilakukan tes pendengaran
dengan memakai garputala dan dari hasil pemeriksaan dapat diketahui jenis
ketulian apakah tuli konduktif atau tuli sensorineural.
3.3.3 Diagnosis
Pada pemeriksaan dengan otoskopi dapat terlihat adanya obstruksi liang
telinga oleh material berwarna kuning kecoklatan atau kehitaman. Konsistensi
dari serumen dapat bervariasi. Evaluasi adanya perforasi membran timpani
dan riwayat fraktur tulang temporal atau pembedahan telinga.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan antara lain dengan garpu tala untuk
mengevaluasi apakah terdapat gangguan pendengaran berupa tuli konduktif.
20
3.3.5 Penatalaksanaan Serumen
Mengeluarkan serumen
Serumen dapat dibersihkan sesuai dengan konsistensinya. Serumen yang
lembik, dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas. Serumen
yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret. Mengeluarkan serumen dapat
dilakukan dengan beberapa metode yaitu: cerumenolytics, irigasi atau dengan
kuretase.16 Pada metode irigasi dan kuretase sebaiknya menggunakan lampu
kepala dan speculum sederhana.3
1. Cerumenolytics Agents
Pada pasien penderita serumen tipe kering dan keras biasanya diperlukan
tindakan cerumenolytics yang bertujuan untuk melembutkan serumen sebelum
dikeluarkan. Proses ini akan tercapai dengan menggunakan larutan yang bersifat
cerumenolytics agen yang digunakan pada liang telinga.8Terdapat 2 jenis bahan
yang sering digunakan dalam proses cerumenolytics yaitu aquoes dan organic.8
Solutio aquoes tersusun atas air yang dapat dengan baik memperbaiki
masalah sumbatan serumen dengan melunakan serumen. Komposisi
solutio aqueos terdiri dari:
- 10% Sodium bicarbonate B.P.C (sodium bicarbonate dan
glycerine)
- 3% hidrogen peroksida
- 2% asam asetat
21
- Kombinasi 0,5% aluminium asetat dan 0,03%
benzetonium chloride.
Solusio organic berfungsi sebagai lubrikan, dan tidak berefek mengubah
intergitas keratin skuamosa. Komposisi dari solutio organic adalah:
- Carbamide peroxide (6,5%) dan glycerine
- Various organic liquids (propylene glycerol, almond oil,
mineral oil, baby oil, olive oil)
- Cerumol (arachis oil, turpentine, dan dichlobenzene)
- Cerumenex (Triethanolamine, polypeptides, dan oleate-
condensate)
- Docusate, sebagai active ingredient ditentukan pada
laxatives
Tindakan cerumenolytics dengan menggunakan bahan solutio organic
dapat menimbulkan reaksi sensitivitas seperti dermatitis kontak. Proses
membersihkan yang tidak sempurna dapat menyebabkan timbulnya infeksi
jamur dan akan timbul komplikasi seperti perforasi bila terdapat otoksisitas.
2. Irigasi ((syringing))
Irigasi merupakan cara halus untuk membersihkan liang telinga, tetapi
hanya boleh dilakukan bila membran timpani pernah diperiksa seblumnya.
Perforasi membran memungkinkan masuknya larutan yang terkontaminasi ke
telinga tengah dan dapat menyebabkab otitis media.
Semprotan air yang terlalu keras ke arah membran timpani yang atrofi dapat
menyebabkan perforasi. Liang telinga dapat diirigasi dengan alat suntik atau yang
lebih mudah dengan botol irigasi yang diberi tekanan. Liang telinga diluruskan
dengan menarik daun telinga ke atas dan belakang.
Dengan pandangan langsung, arus air diarahkan sepanjang dinding superior liang
telinga,sehingga arus yang kembali akan mendorong serumen dari belakang. Air
yang keluar ditampung dalam pasu yang dipegang erat di bawah telinga. Bantuan
seorang asisten sangat membantu dalam mengerjakan prosedur ini.12
22
Gambar 3.4 cara membersihkan liang telinga (irigasi- menyemprotkan air kearah
superior liang telinga)
Namun pada sejumlah kasus, sekalipun irigasi telah beberapa kali
dilakukan, pasien masih saja mengeluhkan telinga yang tersumbat dan pada
pemeriksaan masih terdapat sumbatan yang besar. Pada kasus demikian, kadang-
kadang perlu dilakukan tindakan penghisapan. Penghisapan untuk mengeluarkan
serumen yang basah dan untuk mengeringkan liang telinga.3,12
3. Kuretase
23
Gambar: Metode Kuretase untuk mengambil Serumen
Cara:
- Mula-mula serumen dan lapisan epitel yang mengalami deskuamasi
dilepaskan dari kulit lliang telinga. (yang penting pada tahap ini harus
dilakukan dengan sentuhan lembut, karna liang telinga sangat sensitif
terhadap alat-alat)
- Dinding posterior dan superior liang telinga kurang sensitif sehingga
penglepasan paling baik dikerjakan di daerah ini.
- Kemudian serumen yang lepas ini dipegang dengan cunam dan ditarik
keluar. 12
Selain itu bisa juga dengan menggunakan aplikator logam berujung kapas.
Massa serumen yang keras harus lebih dahulu dilunakkan sebelum pengangkatan
untuk menghindari trauma. Zat yang dapat digunakan adalah gliserit peroksida
dan dipakai 2-3 hari sebelum dibersihkan. Obat pengencer serumen harus
digunakan dengan hati-hati, karena enzim atau bahan kimianya sering dapat
mengiritasi liang telinga dan menyebabkan otitis eksterna.12
24
Gambar: Memasang kapas pada ujung aplikator dengan memutar
aplikator
4. Metode Suction
Bila serumen pasien sedikit, lunak ataupun cair dapat digunakan suction
hisap kotoran hingga bersih.
25
BAB IV
ANALISA KASUS
Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan pada Tn.M umur 62 tahun,
diketahui bahwa datang ke poliklinik THT RSUD Raden Mattaher Jambi dengan
keluhan utama telinga kanan terasa penuh ± sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga
mengatakan tidak ada cairan yang keluar dari telinganya dan tidak ada riwayat
trauma sebelumnya.. Riwayat pengobatan ada, dimana sebelumnya 3 bulan yang
lalu pasien pernah berobat dan telah dilakukan pengeluaran serumen sehingga
keluhan berkurang, namun keluhan kembali muncul 3 hari yang lalu. Riwayat
penyakit dahulu os pernah mengalami hal serupa 1 tahun yang lalu dan riwayat
penyakit keluarga tidak ada. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik terhadap Ny.
RS sehingga didapat hasil terdapat serumen pada telinga kanan yang menutup
membran timpani dan tes penala dengan interpretasi tuli konduktif telinga kanan.
Hal tersebut diatas sesuai dengan gejala klinis dari serumen prop yaitu
dengan keluhan utama telinga kanan terasa penuh, pasien mengeluhkan telinga
kiri terasa berdengung pendengaran sedikit berkurang. Keluhan telinga terasa
penuh ini bisa disebabkan oleh adanya gumpalan serumen pada liang telinga.
Berdasarkan teori, gejala serumen prop anatara lain rasa penuh dengan penurunan
pendengaran (tuli konduktif). Beberapa pasien mengeluhkan adanya nyeri telinga,
gatal, vertigo atau tinnitus.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum dalam batas normal.
Pada pemeriksaan otoskopi pada telinga kanan ditemukan serumen di kanalis,
sehingga membrana timpani sulit dinilai. Sedangkan liang telinga kiri normal
dengan serumen minimal dan membran timpani tampak utuh, refleks cahaya
membran timpani kiri terlihat di jam 7 . Dari pemeriksaan garpu tala didapatkan
tuli konduktif telinga kanan. Hal ini sesuai teori, bahwa pemeriksaan dengan
otoskopi dapat terlihat adanya obstruksi liang telinga oleh material berwarna
kuning kecoklatan atau kehitaman. Konsistensi dari serumen dapat bervariasi.
Serumen dapat menyebabkan penurunan pendengaran
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik maka dapat disimpulkan Ny.RS
menderita serumen prop pada telinga kiri.
26
Penatalaksanaan pada pasien ini dilakukan ekstraksi serumen dengan cara
suction. Berdasarkan teori penghapusan serumen bisa dilakukan dengan beberapa
metode yaitu metode cerumenolytics agent, irigasi dan suction, kuretase. Serumen
yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret, apabila dengan cara ini kotoran
telinga sulit dikeluarkan, dapat diberikan karbogliserin 10% terlebih dahulu
selama 3 hari untuk melunakkannya.
Pada pasien di edukasi agar tidak mengorek telinga dengan cotton bud.
Karena cotton bud justru semakin mendorong kotoran telinga ke arah dalam liang
telinga. Secara teori, serumen dapat keluar sendiri dari liang telinga akibat migrasi
epitel kulit yang bergerak dari arah membran timpani menuju ke luar serta dibantu
oleh gerakan rahang sewaktu mengunyah.
27
BAB V
KESIMPULAN
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Herawati, dr. Sri: Rukmini, dr. Sri. Anatomi telinga. Dalam buku ajar ilmu
penyakit telinga hidung dan tenggorokan. Jakarta: EGC. 2000.
2. Tanto C, dkk. Kapita Selekta Kedokteran.Ed IV. Jilid II. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI. 2014. 1025.
3. Boies R. Lawrence, Adam L. George. Penyakit Telinga Tengah dan
Mastoid. Alih bahasa : Wijaya Caroline. BOIES Buku Ajar Penyakit THT.
Edisi ke-6. Jakarta : EGC, 1997. Hal 76-77
4. Swart, Mark H. Buku ajar diagnostik fisik. Edisi kesatu. Jakarta: EGC.
1995. hal 123-
5. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Editor. Buku ajar
ilmu kesehatan telinga hidung tenggorokan kepala dan leher. Edisi
ketujuh. Jakarta: balai pustaka FKUI. 2012
6. J. F., Guest M.J. Greener, Robinson A. C., Impacted Cerumen:
compotition, production, epidemiology and management. Available at
Retrieved from http://qjmed.oxfordjournals.org/cgi/content/full/97/8/477
7. Pray W. Steven, earwax: Shoult it be removed?. Posted june 6th, 2005,
availavleat retrived from http://www.medscape.com/viewarticle/504788
8. Hawkw, Michael, Update on cerumen and ceruminolytics. Posted january
8th,2002.Available at retrived from http:// www.encyclopedia.com/doc
/IGI-90869479.html
9. Carl V F Wyk,et all. Cerumen Impact Removal. Posted Mar 25th, 2016,
availavleat retrived from http://www. emedicine. Medscape .com/article
/1413546-overview#a1.
10. Dinces, Elizabeth A.MD. Cerumen. Eksterna otitis. Versi 19,2. Mei. 2011
11. Roland, Peter S MD, Smith, Timothy L MD et all. Clinical practice
guideline: Cerumen impaction. Otolaryngology-Head and Neck Surgery.
2008
12. Ballenger J. John, Penyakit telinga, hidung, tenggorokan, kepala dan leher.
13th edition. Binarupa aksara
29