Anda di halaman 1dari 29

CLINIC SCIENCE SESSION

*Kepanitraan Klinik Senior/G1A217015/


**Pembimbing

SERUMEN PROP

Fiona Mazka
dr. Yunaldi, Sp.THT-KL **

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN THT-KL


RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN
CLINIC REPORT SESSION

SERUMEN PROP

Oleh :
Fiona Mazka

Telah Disetujui dan Dipresentasikan Sebagai Salah Satu Tugas


Kepanitraan Klinik Senior Bagian THT-KL
Rumah Sakit Umum DaerahRaden Mattaher Provinsi Jambi
Fakultas Kedokteran dan IlmuKesehatan
Universitas Jambi
2019

Jambi, Mei 2019


Pembimbing,

dr. Yunaldi, Sp.THT-KL

2
BAB I

PENDAHULUAN

Kelenjar seruminosa terdapat di dinding superior dan bagian tulang rawan


liang telinga. Sekresinya bercampur dengan sekret berminyak kelenjar sebasea
dari bagian atas folikel rambut, membentuk substansi yang kompleks yaitu
serumen. Serumen membentuk lapisan pada kulit liang telinga, bergabung dengan
lapisan keratin yang bermigrasi untuk membuat lapisan pelindung pada
permukaan yang tampaknya mempunyai sifat antibakteri. Terdapat perbedaan
besar dalam jumlah dan kecepatan migrasi serumen. Pada beberapa orang
mempunyai jumlah serumen sedikit, sedangkan lainnya cenderung terbentuk
massa serumen yang secara periodik menyumbat liang telinga. Dalam keadaan
normal serumen terdapat di sepertiga luar luar liang telinga karena kelenjar
sebasea dan kelenjar seruminosa hanya ditemukan di daerah ini. Konsistensinya
biasanya lunak, tetapi kadang-kadang kering. 1 Serumen dapat keluar sendiri dari
liang telinga akibat migrasi epitel kulit yang bergerak dari arah membran timpani
menuju ke luar serta dibantu oleh gerakan rahang sewaktu mengunyah.2

Bila serumen tidak berhasil dikeluarkan maka akan menimbulkan sumbatan


pada kanalis akustikus eksternus atau sumbatan yang terdapat dikulit sepertiga
luar liang telinga. Hal ini disebut serumen prop (serumen obturans).3 Penumpukan
serumen sering disebabkan oleh produksi kotoran yang berlebihan sehingga akan
menimbulkan gejala seperti rasa nyeri karena penekanan pada kulit liang telinga,
berdenging, rasa penuh, gatal dan penurunan pendengaran. Serumen dapat
menghambat penghantaran suara dari liang telinga luar ke liang telinga dalam
sehingga menyebabkan gangguan pendengaran yaitu tuli kondukti.4,5

Sumbatan serumen ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi di dunia.


Berdasarkan laporan Karlmose B dalam penelitian ACTA Otorhinolaryngologica
Italica tahun 2009 mengatakan bahwa dari 1.507 pasien yang di skrinning
mengalami gangguan pendengaran memperlihatkan hubungan dengan serumen
sekitar 2,1%.6Pada penelitian ACTA Otorhinolaryngologica Italica juga

3
mengatakan pasien yang sering membersihkan telinga dengan menggunakan
cotton bud, akan menekan serumen ke arah membran timpani, sehingga membuat
pengeluaran semakin sulit, akibatnya serumen akan terakumulasi hingga akhirnya
menyebabkan sumbatan pada telinga.

4
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN


 Nama : Tn. M

 Umur : 62 tahun

 Jenis kelamin : Laki-Laki

 Alamat : Kel.Pakuan Baru

 Agama : Islam

 Pekerjaan : Guru

 Pendidikan : S1

2.2 ANAMNESIS (Autoanamnesis, Hari/Tgl : Selasa, 30 April 2019)

 Keluhan Utama

Pasien datang ke RSUD Raden Mattaher Jambi dengan keluhan Telinga kanan
terasa penuh sejak ± 3 hari yang lalu.
 Riwayat Perjalanan Penyakit

Pasien mengeluh telinga sebelah kanan terasa penuh sejak ± 3 hari SMRS.
Keluhan terjadi secara bertahap dan menetap. kadang telinga terasa berdenyut,
pendengaran telinga kanan yang sedikit menurun dan pasien kadang merasakan
gatal. Riwayat mengorek telinga dengan cotton buds (-) berenang (-). Keluhan
lain seperti demam, kepala terasa berputar, mual muntah, telinga terasa
berdenging, terasa gatal, atau keluar cairan dari telinga disangkal. Riwayat trauma
dan telinga tertampar sebelumnya disangkal.
. Riwayat trauma dan telinga tertampar sebelumnya disangkal. Keluhan
pada hidung seperti sering terasa tersumbat, sering keluar ingus, sering bersin-
bersin, sering terasa nyeri pada sekitar wajah atau kepala, perdarahan dari hidung,
atau tidak bisa mencium disangkal, serta keluhan pada tenggorok seperti nyeri

5
tenggorok, nyeri menelan, sulit menelan, terasa banyak dahak atau terasa ada yang
mengganjal di tenggorok, suara serak, atau sering batuk disangkal.

 Riwayat Pengobatan

± 3 bulan yang lalu os pernah mengalami hal serupa sehingga os berobat ke


RSUD Raden Mattaher Jambi dan dilakukan pengeluaran kotoran sehingga
keluhan berkurang namun 3 hari terakhir ini keluhan muncul kembali. Os
sekarang tidak ada mengkonsumsi obat-obatan.

- Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat keluhan yang sama pernah dirasakan pasien 1 tahun yang lalu. Riwayat
asma,alergi, sinusitis, tuberkulosis, diabetes mellitus, hipertensi dan riwayat
operasi disangkal.

 Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien
disangkal. Riwayat anggota keluarga alergi, asma, sinusitis, diabetes mellitus, dan
hipertensi disangkal.

Tabel 2.1 Anamnesis pasien


TELINGA HIDUNG TENGGOROK LARING
Gatal : +/- Rinore : -/- Sukar Menelan : - Suaraparau : -
Dikorek :-/- Buntu : -/- Sakit Menelan : - Afonia : -
Nyeri :-/- Bersin Trismus :- Sesaknapas : -
Bengkak :-/- * Dingin/Lembab : - Ptyalismus : - Rasa sakit : -
Otore :-/- * Debu Rumah :- Rasa Ngganjal : - Rasa ngganjal : -
Tuli :+/- Berbau : -/- Rasa Berlendir : -
Tinitus :+/- Mimisan : -/- Rasa Kering : -
Vertigo :-/- Nyeri Hidung : -/-
Mual :- Suara sengau : -
Muntah : -

6
2.3 PEMERIKSAAN FISIK
 Kesadaran : compos mentis

 Pernapasan : 20 x/i

 Suhu : 36,2 °C

 Nadi : 80 x/i

 TD : 120/80 mmHg

 Anemia : -/-

 Sianosis : -/-

 Stridor inspirasi : -/-

 Retraksi suprasternal :-

 Retraksi interkostal : -/-

 Retraksi epigastrial : -/-

a) Telinga

Tabel 2.2 PemeriksaanFisikTelinga


DaunTelinga Kanan Kiri
Anotia/mikrotia/makrotia - -
Keloid - -
Perikondritis - -
Kista - -
Fistel - -
Ott hematoma - -
Liang Telinga Kanan Kiri
Atresia - -
Serumen prop + minimal
Epidermis prop - -

7
Korpus alineum - -
Jaringan granulasi - -
Exositosis - -
Osteoma - -
Furunkel - -
Membrana Timpani Kanan Kiri
Hiperemis Tertutup serumen -
Retraksi Tertutup serumen -
Bulging Tertutup serumen -
Atropi Tertutup serumen -
Perforasi Tertutup serumen -
Bula Tertutup serumen -
Sekret Tertutup serumen -
ReflekCahaya Tertutup serumen Arah jam 7
Retro-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Pre-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -

Tuba Eustachii :Valsavates (DBN)

8
b) Hidung

Tabel 2.3 Pemeriksaan Fisik Hidung


Rinoskopi Anterior Kanan Kiri
Sekret (-), Hiperemis (-), Sekret (-), Hiperemis (-),
Vestibulumnasi
bisul(-), krusta(-) bisul(-), krusta(-)
Sekret (-),
Sekret (-), hiperemis (-),
Kavu mnasi hiperemis (-), Edema
Edema mukosa (-)
mukosa (-)
Selaput lender Dbn Dbn
Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
Lantai + dasar hidung Dbn Dbn
Hipertrofi (-), hiperemis(-), Hipertrofi (-), hiperemis (-)
Konka inferior
edema mukosa (-) , edema mukosa (-)
Hiperemis (-), edema Hiperemis (-), edema
Meatus nasi inferior mukosa (-), secret (-), mukosa (-), secret (-),
polip (-) polip (-)
Hipertrofi (-), hiperemis(-), Hipertrofi (-), hiperemis(-),
Konka media
edema mukosa (-) edema mukosa (-)
Hiperemis (-), edema Hiperemis (-), edema
Meatus nasi media mukosa (-), secret (-), mukosa (-), secret (-),
polip (-) polip (-)
Polip - -
Korpus alineum - -
Massa tumor - -

Rinoskopi Posterior Kanan Kiri


Kavumnasi
Selaput lender
Dalam batas normal Dalam batas normal
Koana
Septum nasi

9
Konka superior
Adenoid
Massa tumor
Fossa rossenmuller
Transiluminasi
Kanan Kiri
Sinus
Sinus Maksilaris Terang Terang
Sinus Frontalis Terang Terang

c) Mulut

Tabel 2.4 PemeriksaanFisikMulut


Hasil
Selaput lender mulut Dbn
Sianosis (-) raghade (-), sudutbibir
Bibir
(N), gerakan bibir(N)
Lidah Atropi papil (-), tumor (-), parese(-)
Gigi Dbn
Kelenjarludah Dbn

d) Faring

Tabel 2.5 Pemeriksaan Fisik Faring


Hasil
Bentuk normal, terletakditengah,
Uvula permukaan rata, edema(-), hiperemis
(-)
Palatum mole hiperemis (-), benjolan (-)
Palatum durum Hiperemis (-), benjolan (-)
Plika anterior Hiperemis (-)

10
Dekstra : tonsil T1
Tonsil
Sinistra : tonsil T1
Plika posterior Hiperemis (-)
Mukosa orofaring Hiperemis (-), granula (-)

e) Laringoskopi indirect

Tabel 2.6 Pemeriksaan Fisik Laring


Hasil
Pangkallidah
Epiglottis
Sinus piriformis
Aritenoid Dalam batas Normal
Sulcus aritenoid
Corda vocalis
Massa

f) Kelenjar Getah Bening Leher

Tabel 2.7 Pemeriksaan Fisik Kelenjar Getah Bening Leher


Kanan Kiri
Regio I Dbn Dbn
Regio II Dbn Dbn
Regio III Dbn Dbn
Regio IV Dbn Dbn
Regio V Dbn Dbn
Regio VI Dbn Dbn
area Parotis Dbn Dbn
Area postauricula Dbn Dbn
Area occipital Dbn Dbn

11
Area supraclavicula Dbn Dbn

g) Pemeriksaan Nervus Cranialis

Tabel 2.8 Pemeriksaan Nervus Cranialis


Nervus cranialis Kanan Kiri
Nervus III, IV, VI Dbn Dbn
Nervus VII Dbn Dbn
Nervus IX Dbn Dbn
Regio XII Dbn Dbn

2.4 PEMERIKSAAN AUDIOLOGI


Tabel 2.9 Pemeriksaan Audiologi
TesPendengaran Kanan Kiri
Tes rinne - +
Tes weber Laterasisasi ke kanan (sakit)
Tes schwabach memanjang Samadenganpemeriksa

Kesimpulan : tuli konduktif AD

2.5 DIAGNOSIS
Serumen Prop AD

2.6 DIAGNOSIS BANDING


1. Korpus Alineum

2. kolesteatom

2.7 TERAPI
 ekstraksi serumen dengan suction

12
Monitoring pasca irigasi dengan menggunakan otoskop
Membrana Timpani Kanan Kiri
Hiperemis - -
Retraksi - -
Bulging - -
Atropi - -
Perforasi - -
Bula - -
Sekret - -

2.8 KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)

1. Memberitahu pasien untuk tidak mengorek telinga baik dengan cotton


bud atau lainnya
2. Memberitahu pasien untuk menghindari memesukkan air atau apapun
ke dalam telinga
3. Jika ingin membersihkan cukup bersihkan bagian luar telinga (daun
telinga)
4. Bersihkan telinga ke dokter atau ahlinya apabila timbul gejala nyeri,
rasa penuh, berdenging, gatal, penurunan pendengaran dan vertigo
2.10 Prognosis :

Quo ad vitam : Bonam


Quo ad fungsionam : Bonam
Quo ad sanationam : bonam

13
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi telinga


Secara anatomi telinga terbagi atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga
dalam.

Gambar 3.1 Anatomi Telinga


Telingan luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
berbentuk huruf S, denga rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,
sedangkan duapertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya
kira-kira 2 ½ - 3 cm.5
Pada sepertiga kulit bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh
kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar
serumen.5
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat obliq terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida (membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran
Propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan dari
epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti

14
epitel mukosa saluran nafas. Pars tensa memeliki satu lapisan lagi di tengan yaitu
lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan
secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.5
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut
sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) ke arah
bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk
membran timpani kanan.5

Gambar 3.2 Membran Timpani


Telinga tengah
Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari:5
a. Membran timpani
b. Tulang pendengaran yang terdiri dari maleus, inkus, stapes. Tulang
pendengaran ini didalam telinga tengah saling berhubungan.
c. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan
daerah nasofaring dengan telinga tengah.

Telinga dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung
atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani
dengan skala vestibuli.Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak
lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang
koklea tampak skala vestibuli disebelah atas, skala timpani disebelah bawah dan
skala media dianataranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa,
sedangkan skala media berisis endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di
perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar

15
skala vestibuli disebut sebagian membran vestibuli sedangkan dasar skala media
adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti yang mengandung
organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran.5
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut
membran tektoria, dan pada membran basalis melekat sel rambut luar dan kanalis
corti, yang membentuk organ corti.5
3.2 Fisiologi Pendengaran

Gambar 3.3 Fisiologi Pendengaran


Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang atau getaran. Getaran kemudian dialirkan ke
liang telinga dan mengenai membran timpani, sehingga akan menggetarkan
membran timpani melalui rangkaian tulang pendengaran (maleus, inkus, stapes)
yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membran timpani dan oval window. Energi getar
yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang akan menggetarkan
oval window, sehingga perilimfe pada skala vestibuli akan bergerak. Getaran
diteruskan melalui membran reissner yang mendorong endolimfe, sehingga akan
menimbulkan gerakan relatif antara membran basilaris dan membran tektoria.
Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi
stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadilah pelepasan ion

16
bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan depolarisasi sel
rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus
auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.3,5

3.3 Serumen Prop


3.3.1 Definisi Serumen
Serumen ialah hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel
kulit yang terlepas dan partikel debu. Dalam keadaan normal serumen terdapat di
sepertiga luar liang telinga karena kelenjar tersebut hanya ditemukan di daerah ini.
Konsistensinya biasanya lunak, tetapi kadang-kadang kering. Serumen dapat
keluar sendiri dari liang telinga akibat migrasi epitel kulit yang bergerak dari arah
membran timpani menuju ke luar serta dibantu oleh gerakan rahang sewaktu
mengunyah.3,5
Walaupun tidak mempunyai efek anti bakteri ataupun anti jamur, serumen
mempunyai efek proteksi. Serumen mengikat kotoran, menyebarkan aroma yang
tidak disenangi serangga sehingga serangan enggan masuk ke telinga. Serumen
harus dibedakan dengan pengelupasan kulit yang biasanya terdapat pada orang
tua, maupun dengan kolesteatom atau keratosis obturans. Gumpalan serumen pada
liang telinga akan menimbulkan gangguan pendengaran berupa tuli konduktif.
Bila telinga masuk air, serumen mengembang sehingga menimbulkan rasa
tertekan dan gangguan pendengaran semakin dirasakan sangat mengganggu.5
3.3.2 Penyebab akumulasi Serumen
Serumen biasanya berkumpul di lantai kanalis akustikus eksternus, namun
terkadang dapat berkumpul dan menyumbat meatus. Penyebab utama serumen
terakumulasi dalam saluran telinga meliputi:
a. Karena penyakit obstruksi saluran telinga.
Penyakit saluran telinga dapat terjadi dalam tulang, jaringan lunak, atau kulit
liang telinga. Hambatan tulang bisa bawaan atau diperoleh, dan mungkin
berhubungan dengan kepala dan leher. Hambatan tulang akibat penyakit Paget
atau fibrous dysplasia adalah contoh penyakit yang diperoleh. Pertumbuhan tulang

17
dalam sebuah kanal yang tidak normal (sebuah osteoma tunggal atau beberapa
exostoses. Penyakit infeksi dan penyakit kulit(misalnya, otitis eksterna, eksim)
dapat ditemukan di saluran telinga, serta manifestasi dari penyakit sistemik
(misalnya, lupus eritematosus sistemik, penyakit Crohn, sindrom Sjogren).
Gangguan ini cenderung menyebabkan kelebihan pengelupasan kulit kanal dan
atrofi atau hipertrofi dari kelenjar sebaceous dan ceruminous.
b. Penyempitan saluran telinga
Setiap individu memiliki bentuk telinga yang berbeda-beda. Di dalam bagian
telinga dalam terdapat sebuah saluran yang disebut kanal yang bentuknya
berkelok-kelok dan sempit. Kanal ini berfungsi sebagai jalan dari hantaran suara
dan juga aliran untuk keluarnya serumen. Dengan kondisi anatomi yang berkelok
dan sempit cendrung mengakibatkan penumpukan serumen. Tumor jaringan yang
berada dalam atau di sekitar saluran telinga juga menyebabkan penyempitan
serumen. Selain itu, rambut telinga yang berlebihan juga dapat menjebak serumen
di liang telinga. Sumber lain obstruksi adala hruntuhnya tulang rawan yang
membentuk lateral sepertiga dari saluran telinga(misalnya, trauma).
c. Kegagalan migrasi epitel
Sebagai bagian dari proses penuaan, kelenjar pada kulit saluran liang telinga
cenderung atrofi, menghasilkan serumen lebih keras, kurang cairan yang
bermigrasi jauh lebih lambat keluar dari saluran telinga. Selain itu, perubahan
kronis kulit saluran telinga dapat menyebabkan hilangnya pola migrasi normal
dari epitel. Migrasi epiteldan penghapusan serumen di liang telinga juga dapat
terjadi sebagai akibat dari benda asing yang ditempatkan diliang telinga(misalnya,
kapas). Kapas-tipped aplikator (misalnya, Q-tips, cotton buds)
cenderungmendorong serumen lebih ke dalam saluran telinga dan dari waktu ke
waktu dapat menyebabkan obstruksi lengkap dalam beberapa individu. Alat bantu
dengar, telinga busi, dan berenang juga menghalangi saluran telinga dan, dengan
penggunaan jangka panjang, juga merupakan salah satu penyebab akumulasi
serumen.

18
d. Over produksi
Beberapa individu menghasilkan volume serumen yang berlebihan sehingga
akan membatasi kemampuan telinga untuk mendengar.

3.3.3 Gejala Serumen Prop

Serumen atau sering disebut dengan kotoran telinga tidak memiliki efek
negative terhadap kesehatan telinga dan tidak perlu dibersihkan secara rutin.
Tetapi jika serumen yang dihasilkan oleh telinga berlebihan sehingga
menimbulkan gejala seperti nyeri, berdenging, gatal, rasa penuh, vertigo dan
gangguan pendengaran perlu dilakukannya tindakan pengobatan seperti
cerumenolytics, irigasi dan kuretase yang dilakukan oleh ahlinya.13,15
Serumen yang sudah menyumbat atau serumen obturans ini dapat
menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri akibat serumen prop timbul apabila serumen
keras menekan saraf sensoris yang ada di dinding liang telinga. Persarafan
sensoris untuk aurikula dan canalis akustikus eksternus berasal dari persarafan
kranialais dan kutaneus dengan kontribusi dari cabang aurikulotemporal N.
Trigeminus (V), N. Fasialis (VII) dan N. Vagus (X) dan juga N. Aurikularis
magna dari pleksus servikalis (C 2-3).
Telinga berdenging terjadi aktivitas elektrik pada area auditorius yang
menimbulkan perasaan adanya bunyi, namun impuls yang ada bukan berasal dari
bunyi eksternal yang ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber impuls
abnormal di dalam tubuh penderita sendiri. Impuls abnormal itu dapat
ditimbulkan oleh berbagai kelainan pada telinga. Tinitus dapat terjadi dalam
berbagai intensitas seperti tinitus dengan nada rendah, seperti bergemuruh atau
tinitus dengan nada tinggi, seperti berdengung. Tinitus biasanya dihubungkan
dengan tuli sensorineural dan gangguan konduksi. Tinitus yang disebabkan oleh
gangguan konduksi biasanya dengan bunyi nada rendah. Tinitus dengan nada
rendah terjadi akibat sumbatan serumen pada liang telinga, tumor, tuba katar,
otitis media dan otosklerosis.5

19
Serumen juga bisa menyebabkan vertigo, dimana terjadi karena gangguan
pada nervus vestibuler, dimana terjadi iritasi pada alat keseimbangan dan
hubungan-hubungan dengan sentralnya akan menimbulkan vertigo, yang
selanjutnya akan mengakibatkan gangguan kesimbangan pada posisi berjalan atau
berdiri, serta cenderung untuk jatuh. Keluhan vertigo dapat disebabkan oleh
berbagai gangguan seperti pada sistem okuler (gangguan otot mata, diplopia,
oftalmoplegia), sistem akustik (obstruksi telinga, infeksi labirin, otitis media,
mastoiditis, perdarahandi dalam labirin dan kolesteatoma), sitemik (penyakit
jantung, arteriosklerosis, hipertensi, anemia, diabetes) dan neurologis (tumor
neurinoma akustik, aneurisma, akakhnoiditis).
Pada proses mendengar, ada proses dimana suara tersebut dihantarkan lewat
udara dan tulang pendengaran, dan melalui saraf rangsangan suara ini dihantarkan
ke otak. Pada kasus serumen obturans terjadi hambatan pada hantaran suara yang
berakibat pada penurunan pendengaran. Selain itu penurunan pendengaran bisa
juga disebabkan karena adanya edema kulit liang telinga, sekret yang purulen atau
serous, penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, adanya
keratin yang deskuamasi, rambut telinga berlebihan, serumen, debris dan obat-
obatan yang digunakan kedalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan
peredaman hantaran suara yang disebut dengan tuli konduktif.4,5
Untuk mengetahui penurunan pendengaran dapat dilakukan tes pendengaran
dengan memakai garputala dan dari hasil pemeriksaan dapat diketahui jenis
ketulian apakah tuli konduktif atau tuli sensorineural.

3.3.3 Diagnosis
Pada pemeriksaan dengan otoskopi dapat terlihat adanya obstruksi liang
telinga oleh material berwarna kuning kecoklatan atau kehitaman. Konsistensi
dari serumen dapat bervariasi. Evaluasi adanya perforasi membran timpani
dan riwayat fraktur tulang temporal atau pembedahan telinga.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan antara lain dengan garpu tala untuk
mengevaluasi apakah terdapat gangguan pendengaran berupa tuli konduktif.

20
3.3.5 Penatalaksanaan Serumen
Mengeluarkan serumen
Serumen dapat dibersihkan sesuai dengan konsistensinya. Serumen yang
lembik, dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas. Serumen
yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret. Mengeluarkan serumen dapat
dilakukan dengan beberapa metode yaitu: cerumenolytics, irigasi atau dengan
kuretase.16 Pada metode irigasi dan kuretase sebaiknya menggunakan lampu
kepala dan speculum sederhana.3

1. Cerumenolytics Agents

Cerumenolytics merupakan tindakan pengobatan yang dilakukan untuk


menghancurkan serumen dengan menggunakan tetes telinga. Tetes telinga yang
dapat digunakan antara lain minyak mineral, hydrogen peroksida dan cerumenex.
Jika tetes telinga ini digunakan dalam jangka waktu yang lama atau tidak tepat
dapat menimbulkan iritasi dan kulit bahkan dermatitis kontak. Zat cerumenolytics
ini biasanya digunakan 2-3 kali selama 3-5 hari sebelum pengangkatan
serumen.8,9

Pada pasien penderita serumen tipe kering dan keras biasanya diperlukan
tindakan cerumenolytics yang bertujuan untuk melembutkan serumen sebelum
dikeluarkan. Proses ini akan tercapai dengan menggunakan larutan yang bersifat
cerumenolytics agen yang digunakan pada liang telinga.8Terdapat 2 jenis bahan
yang sering digunakan dalam proses cerumenolytics yaitu aquoes dan organic.8

 Solutio aquoes tersusun atas air yang dapat dengan baik memperbaiki
masalah sumbatan serumen dengan melunakan serumen. Komposisi
solutio aqueos terdiri dari:
- 10% Sodium bicarbonate B.P.C (sodium bicarbonate dan
glycerine)
- 3% hidrogen peroksida
- 2% asam asetat

21
- Kombinasi 0,5% aluminium asetat dan 0,03%
benzetonium chloride.
 Solusio organic berfungsi sebagai lubrikan, dan tidak berefek mengubah
intergitas keratin skuamosa. Komposisi dari solutio organic adalah:
- Carbamide peroxide (6,5%) dan glycerine
- Various organic liquids (propylene glycerol, almond oil,
mineral oil, baby oil, olive oil)
- Cerumol (arachis oil, turpentine, dan dichlobenzene)
- Cerumenex (Triethanolamine, polypeptides, dan oleate-
condensate)
- Docusate, sebagai active ingredient ditentukan pada
laxatives
Tindakan cerumenolytics dengan menggunakan bahan solutio organic
dapat menimbulkan reaksi sensitivitas seperti dermatitis kontak. Proses
membersihkan yang tidak sempurna dapat menyebabkan timbulnya infeksi
jamur dan akan timbul komplikasi seperti perforasi bila terdapat otoksisitas.
2. Irigasi ((syringing))
Irigasi merupakan cara halus untuk membersihkan liang telinga, tetapi
hanya boleh dilakukan bila membran timpani pernah diperiksa seblumnya.
Perforasi membran memungkinkan masuknya larutan yang terkontaminasi ke
telinga tengah dan dapat menyebabkab otitis media.
Semprotan air yang terlalu keras ke arah membran timpani yang atrofi dapat
menyebabkan perforasi. Liang telinga dapat diirigasi dengan alat suntik atau yang
lebih mudah dengan botol irigasi yang diberi tekanan. Liang telinga diluruskan
dengan menarik daun telinga ke atas dan belakang.
Dengan pandangan langsung, arus air diarahkan sepanjang dinding superior liang
telinga,sehingga arus yang kembali akan mendorong serumen dari belakang. Air
yang keluar ditampung dalam pasu yang dipegang erat di bawah telinga. Bantuan
seorang asisten sangat membantu dalam mengerjakan prosedur ini.12

22
Gambar 3.4 cara membersihkan liang telinga (irigasi- menyemprotkan air kearah
superior liang telinga)
Namun pada sejumlah kasus, sekalipun irigasi telah beberapa kali
dilakukan, pasien masih saja mengeluhkan telinga yang tersumbat dan pada
pemeriksaan masih terdapat sumbatan yang besar. Pada kasus demikian, kadang-
kadang perlu dilakukan tindakan penghisapan. Penghisapan untuk mengeluarkan
serumen yang basah dan untuk mengeringkan liang telinga.3,12

3. Kuretase

Metode kuretase ini paling sering dilakukan pada orang Asia


Timur karena sebagian besar orang Asia Timur memiliki kotoran telinga jenis
kering.14 Alat-alat yang membantu dalam membersihkan liang telinga adalah jerat
kawat, kuret cincin yang tumpul, cunam Hartmann yang halus. Yang penting
pemeriksaan harus dilakukan dengan sentuhan lembut karena liang telinga sangat
sensitif terhadap alat-alat. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau
kuret, apabila dengan cara ini kotoran telinga sulit dikeluarkan, dapat diberikan
karbogliserin 10% terlebih dahulu selama 3 hari untuk melunakkannya.12

23
Gambar: Metode Kuretase untuk mengambil Serumen

Cara:
- Mula-mula serumen dan lapisan epitel yang mengalami deskuamasi
dilepaskan dari kulit lliang telinga. (yang penting pada tahap ini harus
dilakukan dengan sentuhan lembut, karna liang telinga sangat sensitif
terhadap alat-alat)
- Dinding posterior dan superior liang telinga kurang sensitif sehingga
penglepasan paling baik dikerjakan di daerah ini.
- Kemudian serumen yang lepas ini dipegang dengan cunam dan ditarik
keluar. 12

Selain itu bisa juga dengan menggunakan aplikator logam berujung kapas.
Massa serumen yang keras harus lebih dahulu dilunakkan sebelum pengangkatan
untuk menghindari trauma. Zat yang dapat digunakan adalah gliserit peroksida
dan dipakai 2-3 hari sebelum dibersihkan. Obat pengencer serumen harus
digunakan dengan hati-hati, karena enzim atau bahan kimianya sering dapat
mengiritasi liang telinga dan menyebabkan otitis eksterna.12

24
Gambar: Memasang kapas pada ujung aplikator dengan memutar
aplikator

Pada penderita serumen obturans dianjurkan untuk memeriksakan


keadaan telinganya setiap 6 bulan sekali. Kotoran telinga yang berlebihan
harus dibersihkan dengan beberapa metode dan motode tersebut harus
dilakukan oleh ahlinya karena pembersihan kotoran telinga merupakan
prosedur yang rumit. Apabila prosedur pembersihan tidak benar maka akan
mengakibatkan konsekuensi serius.12

4. Metode Suction

Bila serumen pasien sedikit, lunak ataupun cair dapat digunakan suction
hisap kotoran hingga bersih.

25
BAB IV
ANALISA KASUS
Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan pada Tn.M umur 62 tahun,
diketahui bahwa datang ke poliklinik THT RSUD Raden Mattaher Jambi dengan
keluhan utama telinga kanan terasa penuh ± sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga
mengatakan tidak ada cairan yang keluar dari telinganya dan tidak ada riwayat
trauma sebelumnya.. Riwayat pengobatan ada, dimana sebelumnya 3 bulan yang
lalu pasien pernah berobat dan telah dilakukan pengeluaran serumen sehingga
keluhan berkurang, namun keluhan kembali muncul 3 hari yang lalu. Riwayat
penyakit dahulu os pernah mengalami hal serupa 1 tahun yang lalu dan riwayat
penyakit keluarga tidak ada. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik terhadap Ny.
RS sehingga didapat hasil terdapat serumen pada telinga kanan yang menutup
membran timpani dan tes penala dengan interpretasi tuli konduktif telinga kanan.
Hal tersebut diatas sesuai dengan gejala klinis dari serumen prop yaitu
dengan keluhan utama telinga kanan terasa penuh, pasien mengeluhkan telinga
kiri terasa berdengung pendengaran sedikit berkurang. Keluhan telinga terasa
penuh ini bisa disebabkan oleh adanya gumpalan serumen pada liang telinga.
Berdasarkan teori, gejala serumen prop anatara lain rasa penuh dengan penurunan
pendengaran (tuli konduktif). Beberapa pasien mengeluhkan adanya nyeri telinga,
gatal, vertigo atau tinnitus.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum dalam batas normal.
Pada pemeriksaan otoskopi pada telinga kanan ditemukan serumen di kanalis,
sehingga membrana timpani sulit dinilai. Sedangkan liang telinga kiri normal
dengan serumen minimal dan membran timpani tampak utuh, refleks cahaya
membran timpani kiri terlihat di jam 7 . Dari pemeriksaan garpu tala didapatkan
tuli konduktif telinga kanan. Hal ini sesuai teori, bahwa pemeriksaan dengan
otoskopi dapat terlihat adanya obstruksi liang telinga oleh material berwarna
kuning kecoklatan atau kehitaman. Konsistensi dari serumen dapat bervariasi.
Serumen dapat menyebabkan penurunan pendengaran
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik maka dapat disimpulkan Ny.RS
menderita serumen prop pada telinga kiri.

26
Penatalaksanaan pada pasien ini dilakukan ekstraksi serumen dengan cara
suction. Berdasarkan teori penghapusan serumen bisa dilakukan dengan beberapa
metode yaitu metode cerumenolytics agent, irigasi dan suction, kuretase. Serumen
yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret, apabila dengan cara ini kotoran
telinga sulit dikeluarkan, dapat diberikan karbogliserin 10% terlebih dahulu
selama 3 hari untuk melunakkannya.
Pada pasien di edukasi agar tidak mengorek telinga dengan cotton bud.
Karena cotton bud justru semakin mendorong kotoran telinga ke arah dalam liang
telinga. Secara teori, serumen dapat keluar sendiri dari liang telinga akibat migrasi
epitel kulit yang bergerak dari arah membran timpani menuju ke luar serta dibantu
oleh gerakan rahang sewaktu mengunyah.

27
BAB V
KESIMPULAN

Serumen adalah sekret kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit


yang terlepasdan partikel debu yang terdapat pada bagian kartilaginosa liang
telinga. Ada dua tipe dasar, basah dan kering. Serumen normal ditemukan pada
kanalis akustikus eksternus yang berfungsiuntuk membersihkan, lubrikasi dan
antibakteri serta antifungi.
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan keluhan pasien berupa adanya
tekanan sampai nyeri telinga, penurunan fungsi pendengaran dan gambaran
serumen saat dilakukan otoskopi. Penanganan serumen dilakukandengan cara
kuretase,suction/ penyedotan, irigasi, hingga pemberian obat yang bersifat
serumenolisis.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Herawati, dr. Sri: Rukmini, dr. Sri. Anatomi telinga. Dalam buku ajar ilmu
penyakit telinga hidung dan tenggorokan. Jakarta: EGC. 2000.
2. Tanto C, dkk. Kapita Selekta Kedokteran.Ed IV. Jilid II. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI. 2014. 1025.
3. Boies R. Lawrence, Adam L. George. Penyakit Telinga Tengah dan
Mastoid. Alih bahasa : Wijaya Caroline. BOIES Buku Ajar Penyakit THT.
Edisi ke-6. Jakarta : EGC, 1997. Hal 76-77
4. Swart, Mark H. Buku ajar diagnostik fisik. Edisi kesatu. Jakarta: EGC.
1995. hal 123-
5. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Editor. Buku ajar
ilmu kesehatan telinga hidung tenggorokan kepala dan leher. Edisi
ketujuh. Jakarta: balai pustaka FKUI. 2012
6. J. F., Guest M.J. Greener, Robinson A. C., Impacted Cerumen:
compotition, production, epidemiology and management. Available at
Retrieved from http://qjmed.oxfordjournals.org/cgi/content/full/97/8/477
7. Pray W. Steven, earwax: Shoult it be removed?. Posted june 6th, 2005,
availavleat retrived from http://www.medscape.com/viewarticle/504788
8. Hawkw, Michael, Update on cerumen and ceruminolytics. Posted january
8th,2002.Available at retrived from http:// www.encyclopedia.com/doc
/IGI-90869479.html
9. Carl V F Wyk,et all. Cerumen Impact Removal. Posted Mar 25th, 2016,
availavleat retrived from http://www. emedicine. Medscape .com/article
/1413546-overview#a1.
10. Dinces, Elizabeth A.MD. Cerumen. Eksterna otitis. Versi 19,2. Mei. 2011
11. Roland, Peter S MD, Smith, Timothy L MD et all. Clinical practice
guideline: Cerumen impaction. Otolaryngology-Head and Neck Surgery.
2008
12. Ballenger J. John, Penyakit telinga, hidung, tenggorokan, kepala dan leher.
13th edition. Binarupa aksara

29

Anda mungkin juga menyukai