Disusun Oleh:
Satrio Wisnugroho
30101206731
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
Satrio Wisnugroho
30101206731
Dosen Pembimbing,
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. T
Usia : 74 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kajoran, Magelang
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status : Menikah
Agama : Islam
No. RM : 163272
II. ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 17 Januari
2018
a. Keluhan Utama
Penglihatan sangat kabur pada mata kanan dan kiri
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Mata RST dr. Soedjono Magelang dengan
keluhan penglihatan sangat kabur pada mata kanan dan kiri sejak 3 bulan
yang lalu. 2 tahun yang lalu pasien mengeluh penglihatan mata kanan dan
kirinya mulai kabur seperti melihat kabut. Pada awalnya penglihatan kabur
terjadi pada mata kiri dan selang 2 bulan kemudian mata kanan juga kabur.
Keluhan mata kabur tersebut awalnya dirasakan hanya sedikit dimana
pasien masih dapat melihat benda jauh walaupun tidak jelas karena ada
kabut. 1,5 tahun setelah penglihatan mata kanan dan kirinya terasa
berkabut, pasien mengeluhkan pandangan mata kanan dan kirinya semakin
kabur dan kabut yang menutupi matanya semakin tebal. Pasien terkadang
merasa penglihatannya terasa jelas, tetapi kadang juga terasa kabur. Pada
keadaan ini pasien lebih nyaman dan lebih jelas melihat pada malam hari
dibandingkan siang hari. Kondisi bisa membaca tanpa kacamata baca
disangkal, karena pasien tidak memakai kacamata baca. Ketika itu, pasien
menyangkal adanya keluhan mata kiri kemeng dan cekot-cekot, mata
merah, melihat pelangi di sekitar cahaya, nyeri kepala, serta mual dan
muntah. Sejak 3 bulan belakangan ini, pasien mengeluh penglihatan mata
kanan dan kirinya menjadi sangat kabur, baik siang maupun malam sama
saja terasa tidak nyaman dan tidak jelas. Pasien saat ini sama sekali tidak
dapat melihat jauh maupun dekat dengan mata kanan dan kirinya,
sehingga pasien kesulitan dalam beraktifitas sehari-hari. Ketika berobat ke
dokter pasien mengaku hanya dapat melihat cahaya.
e. Riwayat Pengobatan
Pasien menyangkal mengkonsumsi obat-obatan untuk darah tinggi dan
kencing manis. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti
kortikosteroid dalam waktu lama disangkal.
- Vasa
a. AV ratio Sulit dinilai Sulit dinilai
b. Mikroaneurisma Sulit dinilai Sulit dinilai
c. Neovaskularisasi Sulit dinilai Sulit dinilai
14.
- Macula
a. Fovea refleks Sulit dinilai Sulit dinilai
b. eksudat Sulit dinilai Sulit dinilai
c. edema Sulit dinilai Sulit dinilai
ODS Presbiopia
➢ Medikamentosa
✓ Topikal :
• Tidak diberikan
✓ Oral :
• Tidak diberikan
✓ Parenteral :
• Tidak diberikan
✓ Operatif
• Tidak dilakukan
➢ Non Medikamentosa
✓ Kacamata : diberikan kacamata Sferis +3,00 D setelah pasien pulih
pasca dilakukan operasi EKEK karena pada pasien ini terdapat katarak
matur pada kedua matanya sehingga tidak dapat dilakukan koreksi
VIII. EDUKASI
ODS Katarak Matur
• Menjelaskan bahwa penglihatan kabur pada mata kiri pasien diakibatkan
karena kekeruhan merata pada lensa yang disebut katarak. Katarak ini
disebabkan karena bertambahnya usia. Biasanya terjadi pada usia >60
tahun.
• Menjelaskan bahwa obat-obatan yang diberikan hanya untuk mengurangi
gejala-gejala yang ada tanpa membantu dalam perbaikan penglihatan
kembali, sedangkan untuk membantu dalam perbaikan penglihatan hanya
dapat dilakukan dengan operasi.
• Menjelaskan kepada pasien bahwa kataraknya sudah matang dan sangat
disarankan untuk dilakukan operasi. Jika tidak di operasi, penyakit ini
tidak akan sembuh dan bahkan akan bertambah berat dan juga dapat
terjadi komplikasi penyakit lainnya hingga dapat terjadi kebutaan.
• Menjelaskan bahwa jika dilakukan operasi, lensa yang keruh akan diganti
dengan lensa buatan.
• Menjelaskan kepada pasien bahwa setelah operasi kemungkinan
penglihatan dapat membaik seperti mata kirinya, bila tidak ada komplikasi
lain seperti gangguan saraf penglihatan maupun gangguan pada retina.
• Menjelaskan bahwa terdapat perawatan mata pasca operasi yaitu seperti
mata dibebat, mata tidak boleh kotor, tidak boleh dicuci, tidak boleh
tegang dan tidak boleh sujud sampai kontrol kembali 1 minggu kemudian.
ODS Presbiopia
• Menjelaskan kepada pasien bahwa usianya sudah lebih dari 40 tahun,
sehingga kemampuan mata untuk melihat dekat sudah berkurang dan
memerlukan bantuan kacamata baca agar jelas jika melihat benda yang
dekat dan memudahkan dalam melakukan pekerjaan.
• Menjelaskan kepada pasien untuk menggunakan kacamata baca saat
melihat dekat agar mata tidak cepat lelah.
• Menjelaskan kepada pasien untuk menggunakan kacamata bacanya apabila
hendak melakukan pekerjaan yang membutuhkan fokus seperti membaut
atau memaku.
X. RUJUKAN
Dalam kasus ini tidak dilakukan rujukan ke Disiplin Ilmu Kedokteran
lainnya karena dari pemeriksaan klinis tidak ditemukan kelainan yang
berkaitan dengan Disiplin Ilmu Kedokteran lainnya.
XI. PROGNOSIS
Oculus Dexter Oculus Sinister
Quo ad visam : Dubia Ad bonam Dubia Ad bonam
Quo ad sanam : Dubia Ad bonam Dubia Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam Ad bonam
Quo ad cosmeticam : Ad Bonam Ad bonam
Quo ad vitam : Ad bonam Ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. ANATOMI
a. Anatomi Lensa
Pada manusia, lensa mata bikonveks, tidak mengandung pembuluh darah
(avaskular), tembus pandang, dengan diameter 9 mm dan tebal 5 mm yang
memiliki fungsi untuk mempertahankan kejernihan, refraksi cahaya, dan
memberikan akomodasi. Ke depan berhubungan dengan cairan bilik mata, ke
belakang berhubungan dengan badan kaca. Digantung oleh Zunula zinii
(Ligamentum suspensorium lentis), yang menghubungkannya dengan korpus
siliaris. Permukaan posterior lebih cembung daripada permukaan anterior. Lensa
diliputi oleh kapsula lentis, yang bekerja sebagai membran yang sempermiabel,
yang akan memperoleh air dan elektrolit untuk masuk.
Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih
keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar
subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan
kurang elastik. Nukleus dan korteks terbentuk dengan persambungan lamellae ini
ujung ke ujung berbentuk ( Y ) bila dilihat dengan slitlamp. Bentuk ( Y ) ini tegak
di anterior dan terbalik di posterior. Lensa ditahan ditempatnya oleh ligamen yang
dikenal zonula zinii, yang tersusun dari banyak fibril dari permukaan korpus
siliaris dan menyisip ke dalam ekuator lensa.
Lensa terdiri atas 65% air dan 35% protein (kandungan tertinggi diantara
jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral yang biasa berada di dalam
jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada
dikebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk
teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau saraf di
lensa.
II. KATARAK
a. Definisi
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa
yang menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Penuaan merupakan
penyebab katarak yang terbanyak, tetapi banyak juga faktor lain yang mungkin
terlibat, antara lain : trauma, toksin, penyakit sistemik (mis; diabetes), merokok,
dan herediter. Kata katarak berasal dari Yunani “katarraktes” yang berarti air
terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana seperti tertutup air terjun
akibat lensa yang keruh. Katarak sendiri sebenarnya merupakan kekeruhan pada
lensa akibat hidrasi, denaturasi protein, dan proses penuaan. Sehingga
memberikan gambaran area berawan atau putih.
Kekeruhan ini menyebabkan sulitnya cahaya untuk mencapai retina,
sehingga penderita katarak mengalami gangguan penglihatan dimana objek
terlihat kabur. Mereka mengidap kelainan ini mungkin tidak menyadari telah
mengalami gangguan katarak apabila kekeruhan tidak terletak dibagian tengah
lensanya.
Gambar 2.(http://medicastore.com/images/katarak2.jpg&imgrefurl)
Gangguan penglihatan yang dirasakan oleh penderita katarak tidak terjadi
secara instan, melainkan terjadi berangsur-angsur, sehingga penglihatan penderita
terganggu secara tetap atau penderita mengalami kebutaan. Katarak tidak menular
dari satu mata ke mata yang lain, namun dapat terjadi pada kedua mata secara
bersamaan.
Katarak biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun dan pasen
mungkin meninggal sebelum diperlukan pembedahan. Apabila diperlukan
pembedahan maka pengangkatan lensa akan memperbaii ketajaman penglihtan
pada > 90% kasus.sisanya mungkin mengalami kerusakan retina atau mengalami
penyulit pasca bedah serius misalnya glaukoma, ablasio retina, atau infesi yang
menghambat pemulihan daya pandang.
Gambar 3.(http://medicastore.com/images/katarak2.jpg&imgrefurl)
b. Etiologi
Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang
menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat
dipercepat oleh faktor risiko seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi,
alkohol, defisiensi vit E.
Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi,
dan trauma kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala seperti
katarak.
c. Klasifikasi
Katarak dapat diklasifikasikan berdasarkan usia, letak kelainan pada lensa
maupun berdasarkan stadiumnya.
1. BERDASARKAN USIA :
a. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera
setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan
penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya
yang kurang tepat.Katarak kongenital digolongkan dalam katarak :
• Kapsulolentikular dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular
dan katarak polaris
• Lentikular, yang termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai
korteks atau nukleus lensa
Dalam kategori ini termasuk kekeruhan lensa yang timbul sebagai
kejadian primer atau berhubungan dengan penyakit ibu dan janin lokal atau
umum.
Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan
riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan trimester pertama dan
pemakaian obat selama kehamilan. Kadang-kadang pada ibu hamil terdapat
riwayat kejang, tetani, ikterus atau hepatosplenomegali. Bila katarak disertai uji
reduksi pada urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia.
Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem
saraf seperti retardasi mental. Hampir 50% dari katarak kongenital adalah
sporadik dan tidak diketahui penyebabnya.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada
hubungan katarak kongenital dengan diabetes melitus, kalsium dan fosfor.
Penanganan tergantung pada unilateral dan bilateral, adanya kelainan mata
lain dan saat terjadinya katarak. Katarak kongenital prognosisnya kurang
memuaskan karena bergantung pada bentuk katarak dan mungkin sekali pada
mata tersebut telah terjadi ambliopia. Bila terdapat nistagmus maka keadaan ini
menunjukkan hal yang buruk pada katarak kongenital.
Pada pupil mata bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat
bercak putih atau suatu leukokoria. Penyulit yang dapat terjadi adalah makula
lutea yang tidak cukup mendapat rangsangan. Makula tidak akan berkembang
sempurna hingga walaupun dilakukan ekstraksi katarak maka visus biasanya tidak
akan mencapai 5/5. Hal ini disebut ambliopia sensoris (amblyopia ex anopsia).
Katarak kongenital dapat menimbulkan komplikasi lain berupa nistagmus dan
strabismus.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-
ibu yang menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuria, diabetes
melitus, hipoparatiroidism, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik dan
histoplasmosis. Penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya
merupakan penyakit-penyakit herediter seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma
iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik, displasia retina dan
megalokornea.
Tindakan pengobatan pada katarak kongenital adalah operasi. Operasi
katarak kongenital dilakukan bila refleks fundus tidak tampak. Biasanya bila
katarak bersifat total, operasi dapat dilakukan usia 2 bulan atau lebih muda bila
telah dapat dilakukan pembiusan. Tindakan bedah pada katarak kongenital yang
umum dikenal adalah disisio lensa, ekstraksi liliar, ekstraksi dengan aspirasi.
b. Katarak Juvenil
Katarak yang terjadi sesudah usia > 3 bulan tetapi kurang dari 9 tahun.
katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital.Kekeruhan
lensa terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa. Biasanya
konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft cataract. Katarak
juvenil biasanya merupakan bagian dari satu bagian dari penyakit keturunan lain.
c. Katarak Senilis
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut yaitu usia di atas 60 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui
secara pasti.
Berdasarkan stadiumnya, katarak dibagi menjadi stadium insipien,
stadium imatur, stadium matur, dan stadium hipermatur.
1. Stadium insipien
Stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan visus.
Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti
baji yang samar terutama mengenai korteks anterior, sedangkan aksis relatif masih
jernih. Gambaran ini disebut spokes of a wheel yang nyata bila pupil dilebarkan.
2. Stadium imatur
Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Kekeruhan terutama
terdapat di bagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada
kekeruhan di lensa, maka sinar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang
dipantulkan. Oleh karena kekeruhan dibagian posterior lensa, maka sinar oblik
yang mengenai bagian yang keruh ini akan dipantulkan lagi, sehingga pada
pemeriksaan, terlihat di pupil ada daerah yang terang sebagai refleks pemantulan
cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap,akibat bayangan iris
pada lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+).
3. Stadium matur
Pada stadium ini lensa telah menjadi keruh seluruhnya, sehingga semua
sinar yang melalui pupil dipantulkan kembali di permukaan anterior lensa. Tak
ada bayangan iris, shadow test (-). Di pupil tampak lensa yang seperti mutiara. Shadow
test membedakan stadium matur dari imatur, dengan syarat harus diperiksa lebih
lanjut dengan midriatika, oleh karena pada katarak polaris anterior juga terdapat
shadow test (-), karena kekeruhan terletak di daerah pupil. Dengan melebarkan
pupil, akan tampak bahwa kekeruhan hanya terdapat pada daerah pupil saja.
Kadang-kadang, walaupun masih stadium imatur, dengan koreksi, visus tetap
buruk, hanya dapat menghitung jari, bahkan dapat lebih buruk lagi 1/300 atau satu
per tak hingga.
4. Stadium hipermatur
Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah mencair, sehingga
nukleus lensa turun oleh karena daya beratnya ke bawah. Melalui pupil, pada
daerah yang keruh, nukleus ini terbayang sebagai setengah lingkaran di bagian
bawah, dengan warna yang lain daripada bagian yang diatasnya, yaitu kecoklatan.
Uji banyangan iris memberikan gambaran pseudopositif. Pada stadium ini juga
terjadi kerusakan kapsul lensa, yang menjadi lebih permeabel, sehingga isi korteks
yang cair dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang di bawahnya terdapat
nukleus lensa. Keadaan ini disebut katarak Morgagni.
e. Manifestasi Klinis
Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak
terjadi secara progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan penglihatan
bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak yang diderita pasien.
Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut:
1. Penurunan visus
2. Silau
3. Perubahan miopik
4. Bintik hitam di depan mata
Tanda pada penderita katarak adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan visus berkisar antara 6/9 sampai hanya persepsi cahaya
2. Pemeriksaan iluminasi oblik
3. Shadow test
4. Oftalmoskopi direk
5. Pemeriksaan sit lamp
Derajat kekerasan nukleus dapat dilihat pada slit lamp sebagai berikut.
f. Diagnosis
1. Anamnesis
a. Penurunan ketajaman penglihatan secara bertahap (gejala utama katarak)
b. Mata tidak merasa sakit, gatal , atau merah
c. Gambaran umum gejala katarak yang lain seperti :
• Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
• Perubahan daya lihat warna
• Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat
menyilaukan mata
• Lampu dan matahari sangat mengganggu
• Sering meminta resep ganti kacamata
• Penglihatan ganda (diplopia)
2. Pemeriksaan Fisik Mata
a. Pemeriksaan ketajaman penglihatan
b. Melihat lensa dengan penlight dan loop
Dengan penyinaran miring (45 derajat dari poros mata) dapat dinilai
kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang
keruh (iris shadow). Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya
imatur, sedangkan bayangan dekat dan kecil dengan pupil terjadi katarak
matur.
c. Slit lamp
d. Pemeriksaan opthalmoskop (sebaiknya pupil dilatasi)
g. Penatalaksanaan Katarak
Penataksanaan Non-Bedah
1. Terapi Penyebab Katarak
Pengontrolan diabetes melitus, menghentikan konsumsi obat-obatan yang
bersifat kataraktogenik seperti fenotiasin, dan miotik kuat, menghindari iradiasi
(infra merah atau sinar-X) dapat memperlambat atau mencegah terjadinya proses
kataraktogenesis. Selain itu penanganan lebih awal dan adekuat pada penyakit
mata seperti uveitis dapat mencegah terjadinya katarak komplikata.
2. Memperlambat Progresivitas
Beberapa preparat yang mengandung kalsium dan kalium digunakan pada
katarak stadium dini untuk memperlambat progresivitasnya, namun sampai
sekarang mekanisme kerjanya belum jelas. Selain itu juga disebutkan peran
vitamin E dan aspirin dalam memperlambat proses kataraktogenesis.
3. Penilaian terhadap Perkembangan Visus pada Katarak insipien dan Imatur
a. Refraksi; dapat berubah sangat cepat, sehingga harus sering dikoreksi.
b. Pengaturan pencahayaan; pasien dengan kekeruhan di bagian perifer
lensa (area pupil masih jernih) dapat diinstruksikan menggunakan
pencahayaan yang terang. Berbeda dengan kekeruhan pada bagian sentral
lensa, cahaya remang yang ditempatkan di samping dan sedikit di
belakang kepala pasien akan memberikan hasil terbaik.
c. Penggunaan kacamata gelap; pada pasien dengan kekeruhan lensa di
bagian sentral, hal ini akan memberikan hasil yang baik dan nyaman
apabila beraktivitas di luar ruangan.
d. Midriatil; dilatasi pupil akan memberikan efek positif pada lataral aksial
dengan kekeruhan yang sedikit. Midriatil seperti fenilefrin 5% atau
tropikamid 1% dapat memberikan penglihatan yang jelas.
Pembedahan Katarak
Pembedahan katarak adalah pengangkatan lensa natural mata (lensa
kristalin) yang telah mengalami kekeruhan dan diganti dengan lensa buatan yang
disebut sebagai pseudofakia.
Indikasi
Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup indikasi
visus,medis, dan kosmetik.
1. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada
tiap individu, tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak
terhadap aktivitas sehari-harinya.
2. Indikasi medis; pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan
pada lensa matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi katarak
seperti glaukoma imbas lensa (lens-induced glaucoma), endoftalmitis
fakoanafilaktik, dan kelainan pada retina misalnya retiopati diabetik atau
ablasio retina.
3. Indikasi kosmetik; kadang-kadang pasien dengan katarak matur dengan visus
0 meminta ekstraksi katarak (meskipun kecil harapan untuk mengembalikan
visus) untuk memperoleh pupil yang hitam.
Jenis-jenis operasi katarak :
1. Phacoemulcification
Phacoemulcification maksudnya membongkar dan memindahkan kristal
lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di
kornea. Getaran ultrasonic (gelombang suara frekuensi tinggi 40.000 MHz)
akan digunakan untuk menghancurkan katarak / lensa menjadi kepingan halus,
selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur
sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan
melalui irisan tersebut. Karena insisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan,
akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat
kembali melakukan aktivitas sehari-hari.
Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan
kebanyakan katarak senilis. Teknik ini kurang efektif pada katarak senilis
yang padat, dan keuntungan insisi limbus yang kecil agak berkurang kalau
akan dimasukkan lensa intraokulerrigid, meskipun sekarang lebih sering
digunakan lensa intraokuler fleksibel yang dapat dimasukkan melalui insisi
kecil tersebut..
III. PRESBIOPIA
a. Definisi
Makin berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin
meningkatnya umur. Kelainan ini terjadi pada mata normal berupa gangguan
perubahan kecembungan lensa yang dapat berkurang akibat berkurangnya
elastisitas lensa, sehingga terjadi gangguan akomodasi. Terjadi kekakuan lensa
seiring dengan bertambahnya usia, sehingga kemampuan lensa untuk
memfokuskan bayangan saat melihat dekat. Hal tersebut menyebabkan
pandangan kabur saat melihat dekat.
b. Diagnosis
Pada pasien berusia lebih dari 40 tahun, gangguan akomodasi akan
memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair, dan sering
terasa perih. Karena daya akomodasi berkurang maka titik dekat mata makin
menjauh dan pada awalnya akan kesulitan pada waktu membaca dekat huruf
dengan cetakan kecil. Dalam upayanya untuk membaca lebih jelas, maka
penderita cenderung menegakkan punggungnya atau menjauhkan obyek yang
dibacanya sehingga mencapai titik dekatnya dengan demikian obyek dapat dibaca
lebih jelas. Alat yang kita gunakan untuk melakukan pemeriksaan, yaitu:
a. Kartu Snellen
b. Kartu baca dekat
c. Sebuah set lensa trial and error
d. Bingkai percobaan
Teknik pemeriksaan yang bisa kita lakukan, yaitu:
a. Penderita yang akan diperiksa penglihatan sentral untuk jauh dan diberikan
kacamata jauh sesuai yang diperlukan (dapat poitif, negatif ataupun
astigmatismat)
b. Ditaruh kartu baca dekat pada jarak 30-40 cm (jarak baca)
c. Penderita disuruh membaca huruf terkecil pada kartu baca dekat
d. Diberikan lensa positif mulai S +1 yang dinaikkan perlahan-lahan sampai
terbaca huruf terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini ditentukan-
e. Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu
Hubungan lensa adisi dan umur biasanya:
a. 40 tahun sampai 45 tahun 1.0 dioptri
b. 45 tahun sampai 50 tahun 1.5 dioptri
c. 50 tahun sampai 55 tahun 2.0 dioptri
d. 55 tahun sampai 60 tahun 2.5 dioptri
e. 60 tahun atau lebih 3.0 dioptri
c. Penatalaksanaan
Diberikan penambahan lensa sferis positif sesuai pedoman umur, contoh
umur 40tahun (umur rata-rata) diberikan tambahan sferis + 1.00 D dan setiap 5
tahun diatasnya ditambahkan lagi sferis + 0.50D. Lensa sferis (+) yang
ditambahkan dapat diberikan dalam berbagai cara:
a. Kacamata baca untuk melihat dekat saja
b. Kacamata bifokal sekaligus mengoreksi kelainan yang lain
c. Kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh di segmen atas, penglihatan
sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat di segmen bawah
d. Kacamata progresif mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh, tetapi
dengan perubahan daya lensa yang progresif dan bukan bertingkat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Voughan & Asbury. 2010. Oftalmologi Umum edisi 17. Jakarta : EGC
2. Shock JP, Richard AH, MD. Lensa. Dalam : Whitcher John P, Paul Riordan
Eva, editor. Oftalmologi Umum; edisi ke-17. Jakarta: Penerbit buku
Kedokteran EGC, 2010 : 169-177.
3. Rahmadani, Siti. Diktat Kuliah Ilmu Penyakit Mata Tingkat IV. Jakarta: 2007.
4. http://www.nei.nih.gov/health/cataract/cataract_facts.asp
5. Ilyas, Sidarta, 20017. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit
Mata Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia.
6. Sulistyowi, Anny. Stabilitas Visu Koreksi Pasca Operasi Katarak Senilis
Secara Masal. Semarang, 2001. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
7. Chaurasia SS, et al, 2015. Nanomedicine Approches For Corneal Diseases.
8. Edelhauser HF. 2005. The cornea and the sclera, chapter 4 in Adlers
Physiology of The eye Clinical'Aplication. 10 th ed. St.louis, Missouri,
Mosby.
9. Liesegang TJ,Deutsch TA. 2009. External Disease and Cornea. Section 8,
AAO, San Fransisco.
10. Mills TJ, Corneal Ulceration and Ulcerative Keratitis in Emergency Medicine.
11. Available from: http://www.emedicine.com/