Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS

ODS Katarak Matur dan ODS Presbiopia


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Penyakit Mata RST dr. Soedjono Magelang

Disusun Oleh:

Satrio Wisnugroho

30101206731

Pembimbing:

dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp. M.

dr. YB. Hari Trilunggono, Sp. M.

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2018
LEMBAR PENGESAHAN

“ODS Katarak matur dan ODS Presbiopia”

Diajukan untuk memenuhi syarat Ujian Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Penyakit Mata RST Tingkat II

dr. Soedjono Magelang

Telah disetujui dan dipresentasikan

pada tanggal: Januari 2018

Disusun oleh:

Satrio Wisnugroho

30101206731

Dosen Pembimbing,

dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp.M dr. YB. Hari Trilunggono, Sp.M


BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. T
Usia : 74 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kajoran, Magelang
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status : Menikah
Agama : Islam
No. RM : 163272

II. ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 17 Januari
2018
a. Keluhan Utama
Penglihatan sangat kabur pada mata kanan dan kiri
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Mata RST dr. Soedjono Magelang dengan
keluhan penglihatan sangat kabur pada mata kanan dan kiri sejak 3 bulan
yang lalu. 2 tahun yang lalu pasien mengeluh penglihatan mata kanan dan
kirinya mulai kabur seperti melihat kabut. Pada awalnya penglihatan kabur
terjadi pada mata kiri dan selang 2 bulan kemudian mata kanan juga kabur.
Keluhan mata kabur tersebut awalnya dirasakan hanya sedikit dimana
pasien masih dapat melihat benda jauh walaupun tidak jelas karena ada
kabut. 1,5 tahun setelah penglihatan mata kanan dan kirinya terasa
berkabut, pasien mengeluhkan pandangan mata kanan dan kirinya semakin
kabur dan kabut yang menutupi matanya semakin tebal. Pasien terkadang
merasa penglihatannya terasa jelas, tetapi kadang juga terasa kabur. Pada
keadaan ini pasien lebih nyaman dan lebih jelas melihat pada malam hari
dibandingkan siang hari. Kondisi bisa membaca tanpa kacamata baca
disangkal, karena pasien tidak memakai kacamata baca. Ketika itu, pasien
menyangkal adanya keluhan mata kiri kemeng dan cekot-cekot, mata
merah, melihat pelangi di sekitar cahaya, nyeri kepala, serta mual dan
muntah. Sejak 3 bulan belakangan ini, pasien mengeluh penglihatan mata
kanan dan kirinya menjadi sangat kabur, baik siang maupun malam sama
saja terasa tidak nyaman dan tidak jelas. Pasien saat ini sama sekali tidak
dapat melihat jauh maupun dekat dengan mata kanan dan kirinya,
sehingga pasien kesulitan dalam beraktifitas sehari-hari. Ketika berobat ke
dokter pasien mengaku hanya dapat melihat cahaya.

Sejak usia kurang lebih 40 tahun, pasien mengeluh kesulitan untuk


melihat dekat. Namun pasien merasa hal ini merupakan hal yang wajar
karena usianya yang semakin tua. Keluhan ini dirasa tidak terlalu
mengganggu aktifitas sehari-hari pasien dan juga tidak mengalami
kesulitan saat membaca, karena pasien buta huruf. Pasien tidak pernah
memeriksakan keluhannya ini ke dokter dan tidak pernah memakai
kacamata baca.
Pasien tidak mempunyai kebiasaan merokok. Riwayat trauma
disangkal. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan seperti fenitoin disangkal.
Riwayat DM dan Hipertensi disangkal. Pasien belum pernah memakai
kacamata minus, plus, dan baca karena keterbatasan faktor pendidikan dan
ekonomi pasien.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


• Riwayat darah tinggi disangkal
• Riwayat kencing manis disangkal
• Riwayat adanya trauma seperti mata terkena bahan-bahan kimia,
terbentur benda tumpul atau benda tajam disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga tidak ada yang memiliki keluhan yang sama seperti
pasien. Riwayat darah tinggi pada keluarga disangkal dan riwayat kencing
manis pada keluarga disangkal.

e. Riwayat Pengobatan
Pasien menyangkal mengkonsumsi obat-obatan untuk darah tinggi dan
kencing manis. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti
kortikosteroid dalam waktu lama disangkal.

f. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga dan biaya pengobatan
ditanggung oleh BPJS. Kesan ekonomi cukup.

III. PEMERIKSAAN FISIK


a. Status Umum
• Kesadaran : Compos mentis
• Aktivitas : Normoaktif
• Kooperatif : Kooperatif
• Status gizi : Baik
b. Vital Sign
• TD : 120/90 mmHg
• Nadi : 83 x/menit
• RR : 19 x/menit
• Suhu : 36,4oC
c. Status Ophthalmicus
Oculus Dexter Oculus Sinister
Oculus Dexter Oculus Sinister

No. Pemeriksaan Oculus Dexter Oculus Sinister

1. Visus 1 / 300 1 / ~ LP Baik


Tidak dikoreksi untuk presbiopinya
Bulbus Okuli
- Gerak bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
2. - Enoftalmus
- -
- Eksoftalmus
- -
- Strabismus
- -

3. Suprasilia Normal Normal

Palpebra Superior : PalpebraSuperiInferior PalpebraSuperior-Inferi


- Vulnus laceratum - -
- Edema - -
- Hematom - -
4. - Hiperemia - -
- Entropion - -
- Ektropion - -
- Blefarospasme - -
- Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
- Ptosis/ Pseudoptosis - -
Palpebra Inferior :
- -
- Vulnus laceratum
- -
- Edema
- -
5. - Hematom
- -
- Hiperemia
- -
- Entropion
- -
- Ektropion
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
- Silia
Konjungtiva :
- Injeksi konjungtiva - -
6. - Injeksi siliar - -
- Sekret - -
- Laserasi - -
Kornea :
- Kejernihan Jernih Jernih
- Edema - -
7. - Infiltrat - -
- Sikatrik - -
- Ulkus - -
- Pannus - -
COA :
- Kedalaman Cukup Cukup
8.
- Hifema - -
- Hipopion - -
Iris :
- Kripta Normal Normal
- Edema - -
9.
- Sinekia
• Anterior - -
• Posterior - -
Pupil :
- Bentuk Bulat Bulat
10.
- Diameter ± 3 mm ± 3 mm
- Reflek pupil + +
Lensa:
- Kejernihan Keruh total Keruh total
11. - Iris shadow - -
- Snow flake - -
- Edema - -
Corpus Vitreum
- Kejernihan Sulit dinilai Sulit dinilai
12.
- Floaters Sulit dinilai Sulit dinilai
- Hemoftalmos Sulit dinilai Sulit dinilai
Retina:
13. Sulit dinilai Sulit dinilai
Fundus Refleks
Funduskopi
Fokus 0 0

- Papil N II Sulit dinilai Sulit dinilai

- Vasa
a. AV ratio Sulit dinilai Sulit dinilai
b. Mikroaneurisma Sulit dinilai Sulit dinilai
c. Neovaskularisasi Sulit dinilai Sulit dinilai
14.
- Macula
a. Fovea refleks Sulit dinilai Sulit dinilai
b. eksudat Sulit dinilai Sulit dinilai
c. edema Sulit dinilai Sulit dinilai

- Retina Sulit dinilai Sulit dinilai


a. Ablasio retina Sulit dinilai Sulit dinilai
b. Edema Sulit dinilai Sulit dinilai
b. Bleeding
15. TIO Normal Normal

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


ODS Katarak Matur
Pemeriksaan GDS, GDP, GDPP.
ODS Presbiopi
Tidak dilakukan.
V. DIAGNOSA BANDING
Oculus Dexter et Sinister
• ODS Katarak Matur
Dipertahankan karena pada pemeriksaan didapatkan lensa keruh total, iris
shadow (-), fundus refleks (-), COA cukup, tidak terdapat riwayat Diabetes
Mellitus dan trauma pada mata disangkal.
• ODS Katarak Imatur
Disingkirkan karena pada katarak imatur lensa keruh sebagian, iris shadow
(+), COA dangkal, sedangkan pada pasien ini lensa keruh total, iris
shadow (-), COA cukup dan fundus refleks (-) negatif.
• ODS Katarak Hipermatur
Disingkirkan karena pada katarak hipermatur terdapat COA yang dalam
dan iris shadow pseudopositif. Sedangkan pada pasien didapatkan COA
yang cukup dan iris shadow (-).

Oculus Dexter Sinister


• ODS Presbiopia
Dipertahankan karena pasien berusia >40 tahun dan mengalami kesulitan
saat melihat jarak dekat seperti membaca dan lebih baik bila dijauhkan.
• ODS Hipermetropia
Disingkirkan karena pada pasien hipermetropi mengalami gejala kabur
bila melihat jauh dan lebih kabur lagi saat melihat dekat, sedangkan pada
pasien ini keluhan melihat kabur hanya pada jarak dekat.

VI. DIAGNOSA KERJA


ODS Katarak Matur
ODS Presbiopia
VII. TERAPI
ODS Katarak Matur
➢ Medikamentosa
✓ Topikal :
• Tidak diberikan
✓ Oral :
• Tidak diberikan
✓ Parenteral :
• Tidak diberikan
✓ Operatif :
• EKEK
• EKIK
• SICS
• Phacoemulcification
➢ Non Medikamentosa
✓ Tidak diberikan

ODS Presbiopia
➢ Medikamentosa
✓ Topikal :
• Tidak diberikan
✓ Oral :
• Tidak diberikan
✓ Parenteral :
• Tidak diberikan
✓ Operatif
• Tidak dilakukan
➢ Non Medikamentosa
✓ Kacamata : diberikan kacamata Sferis +3,00 D setelah pasien pulih
pasca dilakukan operasi EKEK karena pada pasien ini terdapat katarak
matur pada kedua matanya sehingga tidak dapat dilakukan koreksi

VIII. EDUKASI
ODS Katarak Matur
• Menjelaskan bahwa penglihatan kabur pada mata kiri pasien diakibatkan
karena kekeruhan merata pada lensa yang disebut katarak. Katarak ini
disebabkan karena bertambahnya usia. Biasanya terjadi pada usia >60
tahun.
• Menjelaskan bahwa obat-obatan yang diberikan hanya untuk mengurangi
gejala-gejala yang ada tanpa membantu dalam perbaikan penglihatan
kembali, sedangkan untuk membantu dalam perbaikan penglihatan hanya
dapat dilakukan dengan operasi.
• Menjelaskan kepada pasien bahwa kataraknya sudah matang dan sangat
disarankan untuk dilakukan operasi. Jika tidak di operasi, penyakit ini
tidak akan sembuh dan bahkan akan bertambah berat dan juga dapat
terjadi komplikasi penyakit lainnya hingga dapat terjadi kebutaan.
• Menjelaskan bahwa jika dilakukan operasi, lensa yang keruh akan diganti
dengan lensa buatan.
• Menjelaskan kepada pasien bahwa setelah operasi kemungkinan
penglihatan dapat membaik seperti mata kirinya, bila tidak ada komplikasi
lain seperti gangguan saraf penglihatan maupun gangguan pada retina.
• Menjelaskan bahwa terdapat perawatan mata pasca operasi yaitu seperti
mata dibebat, mata tidak boleh kotor, tidak boleh dicuci, tidak boleh
tegang dan tidak boleh sujud sampai kontrol kembali 1 minggu kemudian.
ODS Presbiopia
• Menjelaskan kepada pasien bahwa usianya sudah lebih dari 40 tahun,
sehingga kemampuan mata untuk melihat dekat sudah berkurang dan
memerlukan bantuan kacamata baca agar jelas jika melihat benda yang
dekat dan memudahkan dalam melakukan pekerjaan.
• Menjelaskan kepada pasien untuk menggunakan kacamata baca saat
melihat dekat agar mata tidak cepat lelah.
• Menjelaskan kepada pasien untuk menggunakan kacamata bacanya apabila
hendak melakukan pekerjaan yang membutuhkan fokus seperti membaut
atau memaku.

• Menjelaskan kepada pasien bahwa mata kabur pasien disebabkan oleh


karena katarak, sehingga jika menggunakan kacamata baca ini penglihatan
dekat akan tetap kabur atau tidak membaik sampai katarak tersebut di
operasi.
IX. KOMPLIKASI
ODS Katarak Matur
• Katarak hipermatur
ODS Presbiopia
• Tidak ada

X. RUJUKAN
Dalam kasus ini tidak dilakukan rujukan ke Disiplin Ilmu Kedokteran
lainnya karena dari pemeriksaan klinis tidak ditemukan kelainan yang
berkaitan dengan Disiplin Ilmu Kedokteran lainnya.

XI. PROGNOSIS
Oculus Dexter Oculus Sinister
Quo ad visam : Dubia Ad bonam Dubia Ad bonam
Quo ad sanam : Dubia Ad bonam Dubia Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam Ad bonam
Quo ad cosmeticam : Ad Bonam Ad bonam
Quo ad vitam : Ad bonam Ad bonam
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. ANATOMI
a. Anatomi Lensa
Pada manusia, lensa mata bikonveks, tidak mengandung pembuluh darah
(avaskular), tembus pandang, dengan diameter 9 mm dan tebal 5 mm yang
memiliki fungsi untuk mempertahankan kejernihan, refraksi cahaya, dan
memberikan akomodasi. Ke depan berhubungan dengan cairan bilik mata, ke
belakang berhubungan dengan badan kaca. Digantung oleh Zunula zinii
(Ligamentum suspensorium lentis), yang menghubungkannya dengan korpus
siliaris. Permukaan posterior lebih cembung daripada permukaan anterior. Lensa
diliputi oleh kapsula lentis, yang bekerja sebagai membran yang sempermiabel,
yang akan memperoleh air dan elektrolit untuk masuk.
Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih
keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar
subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan
kurang elastik. Nukleus dan korteks terbentuk dengan persambungan lamellae ini
ujung ke ujung berbentuk ( Y ) bila dilihat dengan slitlamp. Bentuk ( Y ) ini tegak
di anterior dan terbalik di posterior. Lensa ditahan ditempatnya oleh ligamen yang
dikenal zonula zinii, yang tersusun dari banyak fibril dari permukaan korpus
siliaris dan menyisip ke dalam ekuator lensa.
Lensa terdiri atas 65% air dan 35% protein (kandungan tertinggi diantara
jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral yang biasa berada di dalam
jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada
dikebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk
teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau saraf di
lensa.
II. KATARAK
a. Definisi
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa
yang menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Penuaan merupakan
penyebab katarak yang terbanyak, tetapi banyak juga faktor lain yang mungkin
terlibat, antara lain : trauma, toksin, penyakit sistemik (mis; diabetes), merokok,
dan herediter. Kata katarak berasal dari Yunani “katarraktes” yang berarti air
terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana seperti tertutup air terjun
akibat lensa yang keruh. Katarak sendiri sebenarnya merupakan kekeruhan pada
lensa akibat hidrasi, denaturasi protein, dan proses penuaan. Sehingga
memberikan gambaran area berawan atau putih.
Kekeruhan ini menyebabkan sulitnya cahaya untuk mencapai retina,
sehingga penderita katarak mengalami gangguan penglihatan dimana objek
terlihat kabur. Mereka mengidap kelainan ini mungkin tidak menyadari telah
mengalami gangguan katarak apabila kekeruhan tidak terletak dibagian tengah
lensanya.
Gambar 2.(http://medicastore.com/images/katarak2.jpg&imgrefurl)
Gangguan penglihatan yang dirasakan oleh penderita katarak tidak terjadi
secara instan, melainkan terjadi berangsur-angsur, sehingga penglihatan penderita
terganggu secara tetap atau penderita mengalami kebutaan. Katarak tidak menular
dari satu mata ke mata yang lain, namun dapat terjadi pada kedua mata secara
bersamaan.
Katarak biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun dan pasen
mungkin meninggal sebelum diperlukan pembedahan. Apabila diperlukan
pembedahan maka pengangkatan lensa akan memperbaii ketajaman penglihtan
pada > 90% kasus.sisanya mungkin mengalami kerusakan retina atau mengalami
penyulit pasca bedah serius misalnya glaukoma, ablasio retina, atau infesi yang
menghambat pemulihan daya pandang.

Gambar 3.(http://medicastore.com/images/katarak2.jpg&imgrefurl)
b. Etiologi
Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang
menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat
dipercepat oleh faktor risiko seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi,
alkohol, defisiensi vit E.
Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi,
dan trauma kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala seperti
katarak.
c. Klasifikasi
Katarak dapat diklasifikasikan berdasarkan usia, letak kelainan pada lensa
maupun berdasarkan stadiumnya.
1. BERDASARKAN USIA :
a. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera
setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan
penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya
yang kurang tepat.Katarak kongenital digolongkan dalam katarak :
• Kapsulolentikular dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular
dan katarak polaris
• Lentikular, yang termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai
korteks atau nukleus lensa
Dalam kategori ini termasuk kekeruhan lensa yang timbul sebagai
kejadian primer atau berhubungan dengan penyakit ibu dan janin lokal atau
umum.
Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan
riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan trimester pertama dan
pemakaian obat selama kehamilan. Kadang-kadang pada ibu hamil terdapat
riwayat kejang, tetani, ikterus atau hepatosplenomegali. Bila katarak disertai uji
reduksi pada urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia.
Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem
saraf seperti retardasi mental. Hampir 50% dari katarak kongenital adalah
sporadik dan tidak diketahui penyebabnya.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada
hubungan katarak kongenital dengan diabetes melitus, kalsium dan fosfor.
Penanganan tergantung pada unilateral dan bilateral, adanya kelainan mata
lain dan saat terjadinya katarak. Katarak kongenital prognosisnya kurang
memuaskan karena bergantung pada bentuk katarak dan mungkin sekali pada
mata tersebut telah terjadi ambliopia. Bila terdapat nistagmus maka keadaan ini
menunjukkan hal yang buruk pada katarak kongenital.
Pada pupil mata bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat
bercak putih atau suatu leukokoria. Penyulit yang dapat terjadi adalah makula
lutea yang tidak cukup mendapat rangsangan. Makula tidak akan berkembang
sempurna hingga walaupun dilakukan ekstraksi katarak maka visus biasanya tidak
akan mencapai 5/5. Hal ini disebut ambliopia sensoris (amblyopia ex anopsia).
Katarak kongenital dapat menimbulkan komplikasi lain berupa nistagmus dan
strabismus.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-
ibu yang menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuria, diabetes
melitus, hipoparatiroidism, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik dan
histoplasmosis. Penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya
merupakan penyakit-penyakit herediter seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma
iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik, displasia retina dan
megalokornea.
Tindakan pengobatan pada katarak kongenital adalah operasi. Operasi
katarak kongenital dilakukan bila refleks fundus tidak tampak. Biasanya bila
katarak bersifat total, operasi dapat dilakukan usia 2 bulan atau lebih muda bila
telah dapat dilakukan pembiusan. Tindakan bedah pada katarak kongenital yang
umum dikenal adalah disisio lensa, ekstraksi liliar, ekstraksi dengan aspirasi.
b. Katarak Juvenil
Katarak yang terjadi sesudah usia > 3 bulan tetapi kurang dari 9 tahun.
katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital.Kekeruhan
lensa terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa. Biasanya
konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft cataract. Katarak
juvenil biasanya merupakan bagian dari satu bagian dari penyakit keturunan lain.
c. Katarak Senilis
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut yaitu usia di atas 60 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui
secara pasti.
Berdasarkan stadiumnya, katarak dibagi menjadi stadium insipien,
stadium imatur, stadium matur, dan stadium hipermatur.
1. Stadium insipien
Stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan visus.
Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti
baji yang samar terutama mengenai korteks anterior, sedangkan aksis relatif masih
jernih. Gambaran ini disebut spokes of a wheel yang nyata bila pupil dilebarkan.
2. Stadium imatur
Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Kekeruhan terutama
terdapat di bagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada
kekeruhan di lensa, maka sinar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang
dipantulkan. Oleh karena kekeruhan dibagian posterior lensa, maka sinar oblik
yang mengenai bagian yang keruh ini akan dipantulkan lagi, sehingga pada
pemeriksaan, terlihat di pupil ada daerah yang terang sebagai refleks pemantulan
cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap,akibat bayangan iris
pada lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+).
3. Stadium matur
Pada stadium ini lensa telah menjadi keruh seluruhnya, sehingga semua
sinar yang melalui pupil dipantulkan kembali di permukaan anterior lensa. Tak
ada bayangan iris, shadow test (-). Di pupil tampak lensa yang seperti mutiara. Shadow
test membedakan stadium matur dari imatur, dengan syarat harus diperiksa lebih
lanjut dengan midriatika, oleh karena pada katarak polaris anterior juga terdapat
shadow test (-), karena kekeruhan terletak di daerah pupil. Dengan melebarkan
pupil, akan tampak bahwa kekeruhan hanya terdapat pada daerah pupil saja.
Kadang-kadang, walaupun masih stadium imatur, dengan koreksi, visus tetap
buruk, hanya dapat menghitung jari, bahkan dapat lebih buruk lagi 1/300 atau satu
per tak hingga.
4. Stadium hipermatur
Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah mencair, sehingga
nukleus lensa turun oleh karena daya beratnya ke bawah. Melalui pupil, pada
daerah yang keruh, nukleus ini terbayang sebagai setengah lingkaran di bagian
bawah, dengan warna yang lain daripada bagian yang diatasnya, yaitu kecoklatan.
Uji banyangan iris memberikan gambaran pseudopositif. Pada stadium ini juga
terjadi kerusakan kapsul lensa, yang menjadi lebih permeabel, sehingga isi korteks
yang cair dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang di bawahnya terdapat
nukleus lensa. Keadaan ini disebut katarak Morgagni.

Tabel 1. Perbandingan Katarak Berdasarkan Stadium


Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
(cairan (air+masa lensa
masuk) keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

COA Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka


mata
Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopositif

Penyulit Negatif Glaukoma Negatif Uveitis &


glaukoma
2. BERDASARKAN LETAK :
a. Katarak Nuklear
Katarak yang lokasinya terletak pada bagian tengah lensa atau
nukleus.Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah dari
jernih menjadi kuning sampai coklat. Biasanya mulai timbul sekitar usia 60-70
tahun dan progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling
banyak terjadi.Pandangan jauh lebih dipengaruhin daripada pandangan dekat,
bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik, sulit menyetir pada malam
hari.Penderita juga mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna biru
dan ungu.
b. Katarak Kortikal
Katarak menyerang lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks,
biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lambat.
Terdapat wedge-shape opacities/cortical spokes atau gambaran seperti ruji.
Banyak pada penderita DM, dengan keluhan yang paling sering yaitu penglihatan
jauh dan dekat terganggu, disertai penglihatan merasa silau.

Gambar 2. Katarak Nuklear dan Katarak Kortikal


c. Katarak Subkapsular
Biasanya dimulai dengan kekeruhan yang sedikit persis di bawah kapsul,
biasa di bagian belakang sehingga akan sangat mengganggu cahaya yang masuk
melalui lensa ke retina dan umumnya terjadi pada dua mata walaupun mungkin
ada satu mata yang lebih parah dibanding mata yang lain dan sangat mengganggu
pada saat membaca. Katarak jenis ini keluhannya paling banyak.
✓ Subkapsularis Posterior
Bentuk ini terletak pada bagian belakang dari kapsul lensa. Katarak subkapsularis
posterior lebih sering pada kelompok usia lebih muda daripada katarak kortikal
dan katarak nuklear. Biasanya timbul pada usia sekitar 40-60 tahun dan
progresivitasnya cepat, bentuk ini lebih sering menyerang orang dengan diabetes
obesitas atau pemakaian steroid jangka panjang. Katarak ini menyebabkan
kesulitan membaca, silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang.
✓ Subkapsular Anterior
Pasca glaukoma akut, intoksikasi amiodarone, pemakaian miotik terlalu lama, dan
Wilson’s disease.

Gambar 6. Katarak Subskapsular dan Katarak Lanjut


3. BERDASARKAN ETIOLOGI
a. Katarak Sekunder
Katarak sekunder terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa
lensa yang tertinggal, paling cepat keadaan ini terlihat sesudah 2 hari EKEK.
Bentuk lain yang merupakan proliferasi epitel lensa pada katarak sekunder
berupa mutiara Elschnig dan cincin Soemmering. Katarak sekunder
merupakan fibrin sesudah suatu peradangan dan hasil degenerasi atau
degenerasi lensa yang tertinggal sesudah suatu operasi katarak ekstra kapsular
atau sesudah suatu trauma yang memecah lensa.
Cincin Soemmering mungkin akan bertambah besar oleh karena daya
regenerasi epitel yang terdapat di dalamnya. Cincin Soemmering terjadi
akibat kapsul anterior yang pecah dan traksi ke arah pinggir-pinggir melekat
pada kapsula posterior meninggalkan daerah yang jernih di tengah dan
membentuk gambaran cincin. Pada pinggir cincin ini tertimbun serabut lensa
epitel yang berproliferasi.
Mutiara Elschnig adalah epitel subkapsular yang beproliferasi dan
membesar sehingga tampak sebagai busa sabun atau telur kodok. Mutiara ini
mungkin akan menghilang dalam beberapa tahun oleh karena pecah
dindingnya.
Pengobatan katarak sekunder adalah pembedahan seperti disisio katarak
sekunder, kapsulotomi, membranektomi, atau mengeluarkan seluruh
membran keruh.
b. Katarak Komplikata
Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain
seperti radang, dan proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis
pigmentosa, glaukoma, tumor intra okular, iskemia okular, nekrosis anterior
segmen, buftalmos, akibat suatu trauma dan pasca bedah mata. Katarak
komplikata dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik endokrin (diabetes
melitus, hipoparatiroid, galaktosemia dan miotonia distrofi) dan keracunan
obat (tiotepa intravena, steroid lokal lama, steroid sistemik, oral kontrasepsi
dan miotika antikolinesterase).
Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana mulai katarak
selamanya di daerah bawah kapsul atau pada lapis korteks, kekeruhan dapat
difus, pungtata ataupun linear.Dapat berbentuk rosete, retikulum dan biasanya
terlihat vakuol.Ada 2 bentuk yaitu bentuk yang disebabkan kelainan pada
polus posterior mata dan akibat kelainan pada polus anterior bola mata.
Katarak pada polus posterior terjadi akibat penyakit koroiditis, retinitis
pigmentosa, ablasi retina, kontusio retina dan miopia tinggi yang
mengakibatkan kelainan pada badan kaca.Biasanya kelainan ini berjalan
aksial yang biasanya tidak berjalan cepat di dalam nukleus, sehingga sering
terlihat nukleus lensa tetap jernih.Katarak akibat miopia tinggi dan ablasi
retina memberikan gambaran agak berlainan.
Katarak akibat kalainan polus anterior bola mata biasanya akibat
kelainan kornea berat, iridosiklitis, kelainan neoplasma dan glaukoma. Pada
iridosiklitis akan mengakibatkan katarak subkapsularis anterior. Pada katarak
akibat glaukoma akan terlihat katarak disimanata pungtata subkapsularis
anterior (katarak Vogt).
c. Katarak Traumatik
Katarak traumatika dapat disebabkan oleh trauma tajam maupun trauma
tumpul. Pada trauma tajam, langsung terjadi pembentukan nukleus katarak
sehingga tampak lensa berwarna putih.
Pada trauma tumpul, katarak tidak terjadi seketika namun perlahan-
lahan. Terjadi proses penebalan ( imatur menjadi matur) dan tidak langsung
terbentuk nukleus.
d. Patofisiologi
Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat hidrasi dan denaturasi protein lensa.
Dengan bertambahnya usia, ketebalan dan berat lensa akan meningkat sementara
daya akomodasinya akan menurun. Dengan terbentuknya lapisan konsentris baru
dari kortek, inti nucleus akan mengalami penekanan dan pengerasan. Proses ini
dikenal sebagai sklerosis nuclear. Selain itu terjadi pula proses kristalisasi pada
lensa yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi protein menjadi high-
molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara tiba tiba ini
mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa sehingga menyebabkan cahaya
menyebar dan penurunan pandangan. Modifiaksi kimia dari protein nukleus lensa
juga menghasilkan pigmentasi progresif yang akan menyebabkan warna lensa
menjadi keruh. Perubahan lain pada katarak terkait usia juga menggambarkan
penurunan konsentrasi glutatin dan potassium serta meningkatnya konsentrasi
sodium dan calcium.2
Terdapat berbagai faktor yang ikut berperan dalam hilangnya transparasi
lensa. Sel epithelium lensa akan mengalami proses degeneratif sehingga
densitasnya akan berkurang dan terjadi penyimpangan diferensiasi dari sel-sel
fiber. Akumulasi dari sel-sel epitel yang hilang akan meningkatkan pembentukan
serat-serat lensa yang akan menyebabkan penurunan transparasi lensa. Selain itu,
proses degeneratif pada epithelium lensa akan menurunkan permeabilitas lensa
terhadap air dan molekul-molekul larut air sehingga transportasi air, nutrisi dan
antioksidan kedalam lensa menjadi berkurang. Peningkatan produk oksidasi dan
penurunan antioksidan seperti vitamin dan enzim-enzim superoxide memiliki
peran penting pada proses pembentukan katarak.2

e. Manifestasi Klinis
Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak
terjadi secara progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan penglihatan
bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak yang diderita pasien.
Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut:
1. Penurunan visus
2. Silau
3. Perubahan miopik
4. Bintik hitam di depan mata
Tanda pada penderita katarak adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan visus berkisar antara 6/9 sampai hanya persepsi cahaya
2. Pemeriksaan iluminasi oblik
3. Shadow test
4. Oftalmoskopi direk
5. Pemeriksaan sit lamp
Derajat kekerasan nukleus dapat dilihat pada slit lamp sebagai berikut.
f. Diagnosis
1. Anamnesis
a. Penurunan ketajaman penglihatan secara bertahap (gejala utama katarak)
b. Mata tidak merasa sakit, gatal , atau merah
c. Gambaran umum gejala katarak yang lain seperti :
• Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
• Perubahan daya lihat warna
• Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat
menyilaukan mata
• Lampu dan matahari sangat mengganggu
• Sering meminta resep ganti kacamata
• Penglihatan ganda (diplopia)
2. Pemeriksaan Fisik Mata
a. Pemeriksaan ketajaman penglihatan
b. Melihat lensa dengan penlight dan loop
Dengan penyinaran miring (45 derajat dari poros mata) dapat dinilai
kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang
keruh (iris shadow). Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya
imatur, sedangkan bayangan dekat dan kecil dengan pupil terjadi katarak
matur.
c. Slit lamp
d. Pemeriksaan opthalmoskop (sebaiknya pupil dilatasi)
g. Penatalaksanaan Katarak
Penataksanaan Non-Bedah
1. Terapi Penyebab Katarak
Pengontrolan diabetes melitus, menghentikan konsumsi obat-obatan yang
bersifat kataraktogenik seperti fenotiasin, dan miotik kuat, menghindari iradiasi
(infra merah atau sinar-X) dapat memperlambat atau mencegah terjadinya proses
kataraktogenesis. Selain itu penanganan lebih awal dan adekuat pada penyakit
mata seperti uveitis dapat mencegah terjadinya katarak komplikata.
2. Memperlambat Progresivitas
Beberapa preparat yang mengandung kalsium dan kalium digunakan pada
katarak stadium dini untuk memperlambat progresivitasnya, namun sampai
sekarang mekanisme kerjanya belum jelas. Selain itu juga disebutkan peran
vitamin E dan aspirin dalam memperlambat proses kataraktogenesis.
3. Penilaian terhadap Perkembangan Visus pada Katarak insipien dan Imatur
a. Refraksi; dapat berubah sangat cepat, sehingga harus sering dikoreksi.
b. Pengaturan pencahayaan; pasien dengan kekeruhan di bagian perifer
lensa (area pupil masih jernih) dapat diinstruksikan menggunakan
pencahayaan yang terang. Berbeda dengan kekeruhan pada bagian sentral
lensa, cahaya remang yang ditempatkan di samping dan sedikit di
belakang kepala pasien akan memberikan hasil terbaik.
c. Penggunaan kacamata gelap; pada pasien dengan kekeruhan lensa di
bagian sentral, hal ini akan memberikan hasil yang baik dan nyaman
apabila beraktivitas di luar ruangan.
d. Midriatil; dilatasi pupil akan memberikan efek positif pada lataral aksial
dengan kekeruhan yang sedikit. Midriatil seperti fenilefrin 5% atau
tropikamid 1% dapat memberikan penglihatan yang jelas.
Pembedahan Katarak
Pembedahan katarak adalah pengangkatan lensa natural mata (lensa
kristalin) yang telah mengalami kekeruhan dan diganti dengan lensa buatan yang
disebut sebagai pseudofakia.
Indikasi
Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup indikasi
visus,medis, dan kosmetik.
1. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada
tiap individu, tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak
terhadap aktivitas sehari-harinya.
2. Indikasi medis; pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan
pada lensa matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi katarak
seperti glaukoma imbas lensa (lens-induced glaucoma), endoftalmitis
fakoanafilaktik, dan kelainan pada retina misalnya retiopati diabetik atau
ablasio retina.
3. Indikasi kosmetik; kadang-kadang pasien dengan katarak matur dengan visus
0 meminta ekstraksi katarak (meskipun kecil harapan untuk mengembalikan
visus) untuk memperoleh pupil yang hitam.
Jenis-jenis operasi katarak :
1. Phacoemulcification
Phacoemulcification maksudnya membongkar dan memindahkan kristal
lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di
kornea. Getaran ultrasonic (gelombang suara frekuensi tinggi 40.000 MHz)
akan digunakan untuk menghancurkan katarak / lensa menjadi kepingan halus,
selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur
sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan
melalui irisan tersebut. Karena insisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan,
akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat
kembali melakukan aktivitas sehari-hari.
Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan
kebanyakan katarak senilis. Teknik ini kurang efektif pada katarak senilis
yang padat, dan keuntungan insisi limbus yang kecil agak berkurang kalau
akan dimasukkan lensa intraokulerrigid, meskipun sekarang lebih sering
digunakan lensa intraokuler fleksibel yang dapat dimasukkan melalui insisi
kecil tersebut..

2. Extracapsular Cataract Extraction (ECCE)


Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior
sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan.
Insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior (biasanya 10-12
mm), bagian anterior kapsul dipotong dan diangkat, nukleus diekstraksi, dan
korteks lensa dibuang dari mata dengan irigasi dengan atau tanpa aspirasi,
sehingga menyisakan kapsul posterior. Insisi harus dijahit. Ekstrakapsular
sering dianjurkan pada katarak dengan miopia tinggi untuk mencegah
mengalirnya badan kaca yang cair keluar, dengan meninggalkan kapsul
posterior untuk menahannya.
Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan
kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular
posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan
akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya
prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca,
sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema,
pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan
pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca.
Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya
katarak sekunder. Prosedur ini diindikasikan bagi pasien dengan miopia tinggi
dan pasien katarak muda dengan kelainan endotel

3. Intracapsular Cataract Extraction (ICCE)


Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan
dipindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar.Pada ICCE
tidak akan terjadi katarak sekunder.
ICCE tidak boleh dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun
yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.
Risiko komplikasi lebih tinggi sebab membutuhkan insisi yang luas dan
tekanan pada vitreous. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini
astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.
Setelah pembedahan lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak,
atau lensa tanam intraokular.
Lensa Intraokular
Setelah pengangkatan katarak, lensa intraokular (IOL) biasanya
diimplantasikan ke dalam mata. Kekuatan implan IOL yang akan digunakan
dalam operasi dihitung sebelumnya dengan mengukur panjang mata secara
ultrasonik dan dengan kelengkungan kornea (maka juga kekuatan optik) secara
optik. Kekuatan lensa umumnya dihitung sehingga pasien tidak akan
membutuhkan kacamata untuk penglihatan jauh. Pilihan lensa juga dipengaruhi
oleh refraksi mata kontrolateral dan apakah terdapat katarak pada mata tersebut
yang membutuhkan operasi.
4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan
teknik pembedahan kecil.Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih
cepat sembuh dan murah.
Insisi dilakukan pada sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-8 mm,
Penutupan luka insisi terjadi dengan sendirinya (self-sealing). Teknik operasi ini
dapat dilakukan pada stadium katarak immature, mature, dan hypermature. Teknik
ini juga telah dilakukan pada kasus glaukoma fakolitik dan dapat dikombinasikan
dengan operasi trabekulektomi.
Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita
memerlukan lensa pengganti untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara
sebagai berikut:
- kacamata afakia yang tebal lensanya
- lensa kontak
- lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata
pada saat pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah diangkat.
Pemeriksaan Biometri
Pemeriksaan biometri dilakukan untuk mengukur kekuatan lensa IOL
untuk memberikan hasil refraksi yang diinginkan setelah operasi katarak. Metode
yang penting adalah pengukuran panjang aksis bola mata menggunakan USG dan
laser interferometri. Selain itu mengukur kurvatura kornea dengan metode
keratometri dan topografi.
Persiapan Preoperasi meliputi pemberian antibiotik. Antibiotik yang
diberikan dapat ciprofloksasin 3 % tetes matas diberikan 4x sehari 1 tetes 2 hari
sebelum operasi. Pasien dapat diberikan antianxietas berupa diazepam 5 mg
malam hari sebelum operasi. Pemberian asetazolamide 500-1000 mg malam hari
sebelum operasi dapat mengurangi komplikasi vitreum loss pada operasi katarak.
Pemberian agen anti dilatasi pupil berupa tropicamide 1% diberikan 1 tetes tiap 20
menit satu jam sebelum operasi.
h. Komplikasi Operasi
Komplikasi operasi dapat berupa komplikasi yang terjadi selama operasi
maupun setelah operasi. Komplikasi yang bisa mempengaruhi visus pasca operasi
diantaranya adalah : selama operasi yaitu, prolapse korpus vitreum, iridodialisis,
hifema dan perdarahan ekspulsif, sedangkan komplikasi setelah operasi yaitu
edema kornea, Descemet fold, kekeruhan kapsul posterior, residual lens material,
prolapse iris, dekompensasi kornea, hifema, glaucoma sekunder, iridosiklitis,
endoftalmitis, epithelial ingrowthm ablasi retina, edema macular kistoid.
Komplikasi setelah operasi yang terjadi pada kornea dimana bisa mempengaruhi
stabilitas visus adalah edema korna, Descemet fold dan dekompensasi kornea.

1. Komplikasi Selama Operasi


Hifema
Perdarahan bisa terjadi dari insisi korneo-skleral, korpus siliaris,
atau vaskularisasi iris abnormal. Bila perdarahan berasal dari luka, harus
dilakukan kauterisasi. Irigasi dengan BSS dilakukan sebelum ekstraksi lensa.
Perdarahan dari iris yang normal jarang terjadi, biasanya timbul bila terdapat
rubeosis iridis, uveitis heterokromik dan iridosiklitis.
Iridodialisis
Iridodialisis yang kecil tidak menimbulkan gangguan visus dan
bisa berfungsi sebagai iridektomi perifer, tetapi iridodialisis yang parah dapat
menimbulkan gangguan ada visus. Keadaan ini bisa terjadi pada waktu
memperlebar luka operasi, iridektomi, atau ektraksi lensa. Perbaikan harus
dilakukan segera dengan menjahit iris perifer pada luka
Prolapse korpus vitreum
Prolaps korpus vitreum merupakan komplikasi yang serius pada
operasi katarak, dapat menyebabkan keratopati bulosa, epithelial dan stromal
downgrowth, prolapse iris, uveitis, glaucoma, ablasi retina, edema macular
kistoid, kekeruhan korpus vitreum, endoftalmitis dan neuritis optic. Untuk
menghindari hal tersebut, harus dilakukan vitrektomi anterior sampai segmen
anterior bebas dari korpus vitreum.
Perdarahan ekspulsif
Komplikasi ini jarang terjadi, tetapi merupakan problem serius
yang dapat menimbulkan ekspulsi dari lensa, vitreus, uvea. Penangannya segera
dilakukan tamponade dengan jalan penekanan pada bola mata dan luka ditutup
dengan rapat. Bila perdarahan sudah berhenti, luka dibuka kembali dan dilakukan
vitrektomi. Beberapa penulis menganjurkan dilakukan sklerotomi posterior (4-
6mm posterior dari limbus) untuk drainase.
2. Komplikasi Setelah Operasi
Edema Kornea
Edema kornea merupakan komplikasi operasi katarak yang serius,
bisa terjadi pada epitel atau stroma yang diakibatkan trauma mekanik, inflamasi
dan peningkatan TIO, insidennya naik pada disfungsi endotel. Biasanya akan
tereabsorbsi sempurna 4-6 minggu setelah operasi, tetapi edema menetap bila
disebabkan perlekatan vitreus pada endotel kornea.
Descemet Fold
Keadaan ini paling sering disebabkan oleh trauma operasi pada
endotel komea. Pencegahannya adalah penggunaan cairan viskoelastik untuk
melindungi komea. Pada umumnya akan hilang spontan beberapa hari setelah
operasi.
Kekeruhan Kapsul Posterior
Kornplikasi ini merupakan penyebab tersering penurunan visus
setelah EKEK. Penyebabnya adalah plak subkapsular posterior residual dimana
insidennya bisa diturunkan dengan polishing kapsul posterior; juga disebabkan
fibrosis kapsular karena perlekatan sisa kortek pada kapsul posterior; atau dapat
diakibatkan proliferasi epitel lensa pada kapsul posterior di tempat aposisi
kapsul anterior dcngan kapsul postcrior.
Residual Lens Material
Pada umumnya disebabkan EKEK yang tidak adekuat. Bila
material yang tertinggal sedikit akan diresorbsi secara spontan, sedangkan
bila jumlahnya banyak, perlu dilakukan aspirasi karena bisa menimbulkan
uveitis anterior kronik dan glaukoma sekunder. Apabila yang tertinggal
potongan nukleus yang besar dan keras, dapat merusak endotel kornea,
penanganannya dengan ekspresi atau irigasi nukleus.
Prolaps Iris
Komplikasi ini paling sering terjadi satu sampai lima hari setelah
operasi dan penyebab tersering adalah jahitan yang longgar, dapat juga terjadi
karcna komplikasi prolaps vitreus selama operasi Keadaan ini memerlukan
penanganan (jahitan ulang) untuk menghindari timbulnya kornplikasi sepcrti
penyembuhan Iuka yang lama, epithelial downgrowth, konjungtivitis kronik,
endoftalmitis, edema makular kistoid dan kadang-kadang opthalmia simpatika.
Dekompensasi Komea
Penyebab tersering edema kornea menetap yang diakibatkan
perlekatan vitreus atau hialoid yang intak pada endotel komea. Pemberian agent
hiperosrnotik sisternik akan menimbulkan dehidrasi vitreus, sehingga dapat
melepaskan perlekatan.
Hifema
Bisa terjadi 1-3 hari setelah operasi, biasanya hilang spontan
dalam waktu 7-10 hari. Perdarahan berasal dari pembuluh darah kecil pada
Iuka. Bila perdarahan cukup banyak dapat menimbulkan glaukoma sekunder dan
corneal staining, dan TIO harus diturunkan dengan pemberian asetazolamid
250mg 4 kali sehari, serta parasintesis hifema dengan aspirasi-irigasi.
Endoftalmitis
Endofialmitis bisa dalam bentuk akut atau kronik, dnnana bentuk
kronik disebabkan rendahnya patogenitas organisme penyebabnya. Secara umum
endoftalmitis ditandai dengan rasa nyeri, penurunan visus, injeksi siliar, kemosis
dan hipopion. Endoftalmitis akut biasanya timbul 2-5 hari pasca operasi,
sedangkan bcntuk kronis dapat timbul beberapa bulan sampai 1 tahun atau lebih
setelah operasi. Endoftalmitis kronik ditandai dengan reaksi inflamasi kronik atau
uveitis (granulomatus) dan penurunan visus. Penyebab endoftalmitis akut
terbanyak adalah Staphylococcus epidermidis (gram positif) dan Staphylococcus
coagulase negatif yang lain. Kuman gram positif merupakan penyebab terbanyak
endoftalmitis akut bila dibandingkan dengan gram negatif. Untuk gram negatif,
kuman penyebab terbanyak adalah Pseudomonas aeruginosa. Umumnya
organisme dapat menyebabkan endoftalmitis bila jumlahnya cukup untuk
inokulasi, atau sistem pertahanan mata terganggu oleh obat-obat imunosupresan,
penyakit, trauma, atau bedah, dimana COA lebih resistcn terhadap infeksi
dibandingkan dengan kavum vitreus. Organisme penyebab endoftalmitis kronik
rnernpunyai virulensi yang rendah, penyebab tcrscring adalah Propionibacterium
acnes organisrne tersebut menstimulasi rcaksi imunolcgik yang manifestasinya
adalah inflamasi yang mcnetap.
Ablasi Retina
Mekanisme pasti timbulnya ablasi retina masih belum diketahui.
Faktor predisposisinya meliputi prolaps vitreus, miopia tinggi, perlekatan vitreo-
retinal dan degencrasi latis. Ablasi retina pada mata afakia khas ditandai adanya
tear kecil berbentuk "U" yang pertama kali mengenai makula. Apabila ablasi
retina terjadi pada mata afakia, resiko terjadinya ablasi retina pada mata satunya
bila belum dioperasi adalah 7%, sedangkan insiden pada mata satunya yang sudah
afakia adalah 25%.
Prognosis
Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan
pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis, karena adanya
ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina. Prognosis untuk
perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak
kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit
yang proresif lambat.
Prognosis penglihatan pasien dikatakan baik apabila :
a. Fungsi media refrakta baik
Dilakukan dengan melihat kejernihan serta keadaan media refrakta mulai dari
kornea, iris, pupil dan lensa melalui lampu sentolop maupun slit lamp.
b. Fungsi makula atau retina baik
Dilakukan dengan pemeriksaan retpersepsi warna, dengan cara menyorotkan
cahaya merah dan hijau di depan mata yang kemudian dengan sentolop cahaya
diarahkan ke mata.
c. Fungsi N. Optikus (N.II) baik
d. Fungsi serebral baik
Pencegahan :
Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang
tidak dapat dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk
mengetahui adanya katarak. Bila telah berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa
setiap tahun. Pada saat ini dapat dijaga kecepatan berkembangnya katarak dengan:
• Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal
bebas dalam tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah
• Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur
• Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan
katarak pada mata
• Menjaga kesehatan tubuh dari penyakit kencing manis dan penyakit lain

III. PRESBIOPIA
a. Definisi
Makin berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin
meningkatnya umur. Kelainan ini terjadi pada mata normal berupa gangguan
perubahan kecembungan lensa yang dapat berkurang akibat berkurangnya
elastisitas lensa, sehingga terjadi gangguan akomodasi. Terjadi kekakuan lensa
seiring dengan bertambahnya usia, sehingga kemampuan lensa untuk
memfokuskan bayangan saat melihat dekat. Hal tersebut menyebabkan
pandangan kabur saat melihat dekat.

Gambar 16. Pembentukan Bayangan pada Penderita Presbiopia


1. Etiologi
Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat:
a. Kelemahan otot akomodasi.
b. Lensa mata yang tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat
sklerosislensa.
Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya
refraksi mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks
lensa dan kapsul sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur,
maka lensa menjadi lebih keras (sklerosis) dan kehilangan elastisitasnya untuk
menjadi cembung, sehingga kemampuan melihat dekat makin berkurang.

b. Diagnosis
Pada pasien berusia lebih dari 40 tahun, gangguan akomodasi akan
memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair, dan sering
terasa perih. Karena daya akomodasi berkurang maka titik dekat mata makin
menjauh dan pada awalnya akan kesulitan pada waktu membaca dekat huruf
dengan cetakan kecil. Dalam upayanya untuk membaca lebih jelas, maka
penderita cenderung menegakkan punggungnya atau menjauhkan obyek yang
dibacanya sehingga mencapai titik dekatnya dengan demikian obyek dapat dibaca
lebih jelas. Alat yang kita gunakan untuk melakukan pemeriksaan, yaitu:
a. Kartu Snellen
b. Kartu baca dekat
c. Sebuah set lensa trial and error
d. Bingkai percobaan
Teknik pemeriksaan yang bisa kita lakukan, yaitu:
a. Penderita yang akan diperiksa penglihatan sentral untuk jauh dan diberikan
kacamata jauh sesuai yang diperlukan (dapat poitif, negatif ataupun
astigmatismat)
b. Ditaruh kartu baca dekat pada jarak 30-40 cm (jarak baca)
c. Penderita disuruh membaca huruf terkecil pada kartu baca dekat
d. Diberikan lensa positif mulai S +1 yang dinaikkan perlahan-lahan sampai
terbaca huruf terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini ditentukan-
e. Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu
Hubungan lensa adisi dan umur biasanya:
a. 40 tahun sampai 45 tahun 1.0 dioptri
b. 45 tahun sampai 50 tahun 1.5 dioptri
c. 50 tahun sampai 55 tahun 2.0 dioptri
d. 55 tahun sampai 60 tahun 2.5 dioptri
e. 60 tahun atau lebih 3.0 dioptri

c. Penatalaksanaan
Diberikan penambahan lensa sferis positif sesuai pedoman umur, contoh
umur 40tahun (umur rata-rata) diberikan tambahan sferis + 1.00 D dan setiap 5
tahun diatasnya ditambahkan lagi sferis + 0.50D. Lensa sferis (+) yang
ditambahkan dapat diberikan dalam berbagai cara:
a. Kacamata baca untuk melihat dekat saja
b. Kacamata bifokal sekaligus mengoreksi kelainan yang lain
c. Kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh di segmen atas, penglihatan
sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat di segmen bawah
d. Kacamata progresif mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh, tetapi
dengan perubahan daya lensa yang progresif dan bukan bertingkat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Voughan & Asbury. 2010. Oftalmologi Umum edisi 17. Jakarta : EGC
2. Shock JP, Richard AH, MD. Lensa. Dalam : Whitcher John P, Paul Riordan
Eva, editor. Oftalmologi Umum; edisi ke-17. Jakarta: Penerbit buku
Kedokteran EGC, 2010 : 169-177.
3. Rahmadani, Siti. Diktat Kuliah Ilmu Penyakit Mata Tingkat IV. Jakarta: 2007.
4. http://www.nei.nih.gov/health/cataract/cataract_facts.asp
5. Ilyas, Sidarta, 20017. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit
Mata Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia.
6. Sulistyowi, Anny. Stabilitas Visu Koreksi Pasca Operasi Katarak Senilis
Secara Masal. Semarang, 2001. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
7. Chaurasia SS, et al, 2015. Nanomedicine Approches For Corneal Diseases.
8. Edelhauser HF. 2005. The cornea and the sclera, chapter 4 in Adlers
Physiology of The eye Clinical'Aplication. 10 th ed. St.louis, Missouri,
Mosby.
9. Liesegang TJ,Deutsch TA. 2009. External Disease and Cornea. Section 8,
AAO, San Fransisco.
10. Mills TJ, Corneal Ulceration and Ulcerative Keratitis in Emergency Medicine.
11. Available from: http://www.emedicine.com/

Anda mungkin juga menyukai